Anda di halaman 1dari 23

Pembelajaran PKn yang Inovatif di Sekolah Dasar

Oleh
I Komang Adi Winaya
Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Pendidikan Ganesha
1411031091 (18)

Sekolah Dasar sebagai salah satu satuan pendidikan jenjang pendidikan dasar
bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab (UURI No.20/2003 tentang Sisdiknas, Fokus Media, 2006:6). Untuk mewujudkan
tujuan tersebut maka proses pembelajaran pada satuan pendidikan SD dituntut untuk
dilaksanakan secara optimal, sehingga menghasilkan pendidikan yang berkualitas.
Dalam hal ini guru sangat berperan dalam meujudkan harapan tersebut (Sugiarti 2011).
Usia dini merupakan masa perkembangan dan pertumbuhan yang sangat
perkembangan masaselanjutnya (Yusuf dan Sugandhi, 2012). Hal ini berarti akan
sangat penting untuk mengembangkan pembelajaran yang baik untuk anak pada usia
dini agar nantinya dapat menjadi anak yang berkebang secara optimal pada masa
depannya.
Menurut (Rudi Hartanto, 2013) banyak guru yang menghabiskan waktunya
berjam-jam berceramah di depan siswa tapi tidak memberikan efek pengetahuan apa-
apa. Hal ini terjadi karena masih kurangnya inovasi yang diterapkan dalam pembelajara
tersebut. Menurut (Nur Sofurah, Mohamed, and Rosfaszlizah 2006) sebuah sekolah
atau institusi yang dapat menghasilkan banyak pelajar yang mengerti materi dikatakan
sekolah atau institusi yang baik dan cemerlang. Hal ini bisa terwujud jika sekolah dapat
terwujud jika sekolah mampu mewujudkan suatu pembelajaran yang inovatif.
Pelaksanaan pendidikan yang baik di sekolah akan membantu suksesnya peserta didik
dalam menempuh pendidikan. Pendidikan adalah satu aktivitas yang melibatkan
perubahan tingkah laku manusia. (Ura Pin@Chum, Norasmah Othman, and Jamil
Ahmad 2010) untuk dapat men. Pendidikan adalah usaha yang dilakukan dengan
sengaja dan bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, serta sikap
anak didik. Pendidikan memiliki peranan yang sangat penting dalam mewujudkan insan
yang cerdas, kompetitif, dan kreatif (Desia Tristiantari.2016). Rendahnya mutu
pendidikan dan prestasi belajar yang dicapai peserta didik dalam pembelajaran Bahasa
Indonesia ditengarai banyak dikontribusi oleh model pembelajaran yang dianut dan
diaplikasikan guru (Ida Bagus Putrayasa 2013). Untuk mengatasi hal ini khususnya
dalam pembelajaran kewarganegaraan maka perlu dilaksanakan pembelajaran pkn
yang inovatif .
pendidikan kewarganegaraan dapat dijadikan wahana pengembangan karakter
bangsa dalam masyarakat yang multikultural (Arif 2012) hal ini menyebabkan
pendidikan kewwarganegaraan menjadi sangat penting dalam proses perkembangan
generasi penerus bangsa. Oleh karena itu keberhasilan pendidikan kewarganegaraan
akan sangat diperlukan. Keberhasilan ini tentunya akan dapat diraih dengan berbagai
upaya dan inovasi-inovasi dalam pelaksanaan pembelajaran PKn. Inovasi adalahsegala
sesuatu yang diciptakan oleh manusia dan dirasakan sebagai hal yang baru oleh
seseorang atau masyarakatsehingga dapat bermanfaat bagi kehidupan (Suprayekti,
2003). Dalam pelaksanaan pendidikan yang dapat dianggap sebagai inovasi adalah
pembelajaran yang masih segar, tidak monoton dan bermanfaat pada capaian kognitif,
afektif, maupun psikomotor siswa. System pendidikan Indonesia merupakan system
yang sangat besar dan kompleks (Kosasi dan soetjipto, 2004). Sistem tersebut
termasuk adanya jenjang SD, SMP, dan SMA yang berkelanjutan, hal ini menuntut
pembelajaran yang berbeda di tiap jenjang.
Menurut (Zaman, Pd, and Eliyawati 2010) Pembelajaran merupakan suatu
kegiatan melaksanakan kurikulum suatu lembaga pendidikan agar dapat
mempengaruhi para siswa mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Belajar.
Menurut (Luh Putu Spyana Wati, Kadek Yogi Parta Lesmana, 2016) Keberhasilan
kegiatan belajar yang dilaksanakan seseorang sangat dipengaruhi oleh motivasi
belajarnya. Menurut (Hamdu and Agustina 2011) Motivasi adalah salah satu hal yang
berpengaruh pada kesuksesan aktifitas pembelajaran siswa. Hal ini sejalan dengan
pendapat (Setyowati 2007) Motivasi merupakan salah satu faktor penting yang
mempengaruhi belajar dan Hasil belajar. Selain itu (Santi 2015) junga menyebutkan
Motivasi belajar adalah suatu dorongan yang ada pada seseorang sehubungan dengan
prestasi yaitu menguasai, memanipulasi dan mengatur lingkungan sosial maupun fisik,
mengatasi rintangan dan memelihara kualitas belajar serta bersaing melalui usaha
untuk melebihi perbuatannya yang lalu dan mengungguli perbuatan orang lain. Oleh
karena itu maka sangat penting untuk meningkatkan motivasi belajar siswa agar
seorang siswa semakin tertarik untuk belajar dan memahami pelajaran dengan
baik.salah satu inovasi dalam pelajaran adalah Pembelajaran PAIKEM yang dirancang
agar mengaktifkan anak dan mengembangkan kreativitas sehingga efektif dan inovatif
namun tetap menyenangkan. Siswa melakukan kegiatan beragam untuk
mengembangkan ketrampilan, sikap dan pemahaman dengan mengutamakan belajar
sambil bermain dan bekerja, guru menggunakan berbagai sumber belajar dan alat
bantu(Ulfah 2014)
Menurut (., Prof. Dr. I Wayan Lasmawan, and Prof. Dr. I Nyoman Natajaya
2014)Pembelajaran yang masih didominasi oleh guru memyebabkan kreativitas siswa
kurang berkembang. Penggunaan model pembelajaran yang kurang menarik saat guru
mengajar dapat menimbulkan kurangnya minat siswa untuk mengikuti pelajaran.
Dengan kata lain untuk meningkatkan atau menjaga motivasi belajar siswa maka
dipperlukan penggunaan model pembelajaran yang inovatif. Menurut Pendapat
(Komariah 2011)Pembelajaran yang inovatif dengan pendekatan berpusat pada siswa
(student centered learning) memiliki keragaman metode pembelajaran yang menuntut
partisipasi aktif dari siswa. Hal ini sejalan dengan pendapat hal ini sejalan dengan
pendapat(Ulfah 2014) Pendidikan dengan Pembelajaran Aktif Inovatif Kreatif Efektif dan
Menyenangkan (PAIKEM) mempunyai peranan yang sangat penting sekali dalam
memberikan bekal kepada anak didik dalam hal kerangka berpikir. Hal ini dapat dicapai
salah satunya dengan menggunakan berbagai model pembelajaran, hal ini diperkuat
oleh pendapat (Wahyudin and Susilana 2011) Secara sederhana inovasi dimaknai
sebagai pembaruan atau perubahan dengan ditandai oleh adanya hal yang
baru.Terdapat juga pendapat yang disampaikan (Yusi Ardiyanti, 2016) Untuk mencapai
tujuan pembelajaran guru harus menerapkan model pembelajaran yang dapat
memotivasi siswa dan mengarahkan siswa untuk meningkatkan kemampuan berpikir
kritis mereka. Pendapat di atas menekankan pada penggunaan cara belajar yang baru
yang tidak monoton dan lebih menekankan keaktifan siswa serta menyenangkan. Oleh
karena itu mewujudkan pembelajaran yang seperti yang telah disebutkan akan sangat
memerlukan perubahan pelaksanaan pembelajaran, dimana peran serta siswa alam
proses pelaksanaan pembelajaran harus ditingkatkan melalui berbagai inovasi model-
model pembelajaran.
Selain itu mewujudkan pembelajaran yang inovatif di sekolah dapat
dilaksanakan dengan menerapkan berbagai budaya formal sekolah seperti yang
disebutkan (Yahaya, A. dan Abd Majid 2005) Budaya formal sekolah yang berkesan
akan mewujudkan suasana yang menarik serta merangsangkan pengajaran dan
pembelajaran. Suasana seperti inilah yang meningkatkan motivasi pelajar untuk pergi
ke sekolah dan seterusnya memberi kesan kepada pencapaian akedemik pelajar. gaya
pembelajaran mempunyai beberapa faktor yang mempengaruhinya. Kelima-lima faktor
tersebut ialah faktor emosi, faktor persekitaran, faktor fisiologi, faktor psikologi dan
faktor sosiologi.
Selain itu Menurut (Nurseto 2011) Dunia pendidikan dewasa memasuki era
dunia media, di mana kegiatan pembelajaran menuntut dikuranginya metode ceramah
dan diganti dengan pemakaian banyak media. Hal ini sejalan dengan pendapat
(Maswan 2006) penggunaan Internet dan laman web pendidikan bukanlah suatu yang
asing kerana ia telah diperkenalkan sejak pertengahan tahun 1990an. Hal ini sejalan
dengan pendapat (K.S. Diputra, 2016) Multimedia merupakan gabungan digital teks,
grafik, animasi, audio, gambar diam (gambar dan penarik perhatian visual), dan video.
Pembelajaran dengan media khususnya multimedia merupakan salah satu inovasi yang
dapat digunakan untuk mewujudkan pembelajaran Pkn yang inovatif. Penggunaan
media khususnya multimedia akan semakin berperan dalam pendidikan dengan
semakin bertambahnya kepemilikan komputer di masyarakat yang akan semakin
mempermudah aliran multimedia . Hal ini senada dengan penyampaian(Nandi 2006)
Peranan multimedia interaktif semakin memegang peranan yang sangat penting dalam
bidang pendidikan sejalan dengan pertumbuhan pengguna komputer dan pertumbuhan
internet di masyarakat yang semakin memudahkan aliran produk multimedia dari satu
komputer ke komputer lainnya. Dengan demikian maka penggunaan multimedia dalam
pembelajaran akan sangat membantu pembelajaran utamanya di kalangan masyarakat
yang telah mumpuni dalam perangkat multimedia, hal ini juga mampu mengalihkan
penyalahgunaan perangkat komputer yang selama ini sering terjadi di kalangan anak
muda.metode ceramah yang masih sering digunakan akan sangat membantu Dengan
demikian dapat kita simpulkan selain dengan menerapkan berbagai model yang baru
pembelajaran inovatif dapat terwujud dengan menerapkan berbagai media dalam
pelajaran termasuk mata pelajaran PKn.hal ini diperkuat dengan pendapat (Maimun
Aqsha Lubis and Md Yusoff Daud 2011) ICT memiliki peran yang sangat besar daam
pembelajaran berbagai mata pelajaran.
Selain dua hal di atas inovasi dalam pembelajaran PKn dapat diperoleh melalui
pembelajaran yang kontekstual, karena hal yang kontekstual (mengandung potret riil)
akan mempermudah pemahaman siswa. Melalui penghadiran potret riil dimensi sosial-
budaya kedalam kelas, diharapkan peserta didik merasa belajar dalam realitas
kehidupannya sehari- hari (F. S. Hutama, 2016). Pembelajaran dengan inovasi
kontektual dalam pembelajaran PKn yang dimaksud adalah pembelajaran dengan
menggunakan nilai-nilai keseharian yang relevan dengan PKn. Hal ini sejalan dengan
penyampaian (Bunyamin Maftuh, 2015) Pendidikan Kewarganegaraan di Indonesia
banyak dipengaruhi oleh pengetahuan intraseptif, yang berasal dari nilai-nilai agama.
Hal ini akan mempermudah pengajaran pkn dengan pendekatan nilai-nilai agama
dalam kehidupan keseharian. Nilai-nilai agama yang terdapat dalam keseharian secara
tidak langsug akan melestarikan karakter bangsa di era globalisasi ini, dimana nilai-nilai
tersebut sejalan dengan sila pertama Pancasila. Pancasila sebagai ideologi negara
telah disepakati oleh the founding fathers sejak tahun 1945 (Maftuh 2008). Oleh karena
itu akan sangat penting untuk menjaga nilai-nilai dalam pancasila dan
menggunakannya dalam pembelajaran terlebih pada mata pelajaran PKn yang
bertujuan untuk mewujudkan insan yang berkarakter dan berbudaya bangsa.
Selain beberapa cara mewujudkan pembelajaran PKn yang inovatif di atas
pembelajaran PKn yang inovatif dapat diwujudkan dengan mengadakan keterpaduan
antara mata pelajaran, media, dan pendekatan yang dipergunakan. (Salamet 2012)
Potensi manusia harus senantiasa ditumbuh-kembangkan secara optimal dan terpadu
melalui proses pendidikan. Proses pendidikan di sekolah dasar adalah pelaksanaan
pembelajaran yang dilaksanakan setiap harinya, keterpaduan dalam hal ini juga mampu
merangsang anak untuk menikmati proses pembelajaran. Dalam pembelajaran PKn di
sekolah dasar keterpaduan ini akan sangat membantu anak didik memahami materi
yang diajarkan, hal ini karena melalui keterpaduan tersebut seorang anak akan akan
merasa pembelajaran menyenangkan dan nilai-nilai dalam PKn secara tidak langsung
akan dapat dipahami. Hal ini sejalan dengan pendapat (Shuhari and Hamat 2015)
Nilai-nilai akhlak adalah penting untuk diterjemahkan dalam kehidupan seharian
khususnya oleh individu dan pendapat yang disampaikan (Bash 2015) Salah satu
masalah yang perlu mendapat perhatian di era globalisasi sekarang ini adalah masalah
identitas kebangsaan.
Selain terpadu pembelajaran harus memiliki kesesuaian dalam pemilihan materi
pelajaran, guru dituntut mampu memilih materi yang sesuai dan bermakna. Istilah
sesuai dalam pemilihan materi pelajaran, dikaitkan dengan: 1) materi yang dipilih sesuai
dengan tingkat perkembangan fisik, intelektual, emosional, dan spiritual peserta didik,
2) materi yang dipilih sesuai dengan umur, lingkungan, kebutuhan, dan jenjang
pendidikan peserta didik. Istilah bermakna (meaningful) dalam pemilihan materi
pelajaran dikaitkan dengan: 1) pengetahuan dan keterampilan yang dipilih bermanfaat
bagi kehidupan nyata siswa, 2) materi pelajaran yang dipilih berguna dalam kehidupan
siswa sehari-hari, 3) materi pelajaran yang dipilih berorientasi lingkungan yang autentik
(Nengah Martha, 2012). Hal ini sejalan dengan pendapat (Rusman, 2014) yang memuat
empat pertimbangan memilih model yaitu, pertimbangan tujuan, pertimbangan materi,
pertimbangan dari sudut peserta didik, pertimbangan non-teknis lainnya. Dari beberapa
pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa kesesuaian sangat penting dalam
keberhasilan pembelajaran, hal ini sejalan denga pendapat(Uyoh Sadulloh, 2003)
dalam pendidikan tidak dikenal suatu resep yang pasti (mutlak), karena yang utama
dalam pedidikan adalah kreatifitas dan kepribadian pendidik. Dengan demikian maka
dalam melaksanakan pembelajaran seorang pendidik harus menyesuaikan diri dan cara
yang digunakan dengan lingkungan, terlebih dalam pendidikan kewarganegaraan
terdapat berbagai nilai yang harus diajarkan, maka pemilihan cara mengajar, model dan
sebagainya perlu disesuaikan dengan materi demi menghindari bias pemahaman.
Dalam rangka mewujudkan pendidikan kewarganegaraan yang dapat
dilaksanakan di sekolah. Untuk evaluasi tidak dapat dilepaskan dari suatu proses
pendidikan. (Indonesia 2003) menyebutkan evaluasi pendidikan adalah kegiatan
pengendalian, penjaminan dan penetapan mutu pendidikan terhadap berbagai
komponen pendidikan pada setiap jalur, jenjang, dan jenis pendidikan sebagai benntk
pertanggungjawaban penyelenggaraan pendidikan. Evaluasi dipandang perlu
dilaksanakan dalam hal ini bertujuan untuk menemukan kesesuaian dalam proses
pembelajaran agar tujuan pendidikan dapat tercapai. Selain itu hasi evaluasi nantinya
akan mampu untuk menjadi patokan pelaksanaan pendidikan kedepannya.
Selain itu dengan pelaksanaan evaluasi dapat menghindarkan pelaksanaan
pendidikan dari miskonsepsi yang berkepanjangan miskonsepsi adalah pengertian
tentang suatu konsep yang tidak tepat, salah dalam menggunakan konsep nama, salah
dalam mengklasifikasikan contoh-contoh konsep, keraguan terhadap konsep-konsep
yang berbeda, tidak tepat dalam menghubungkan berbagai macam konsep dalam
susunan hierarkinya atau pembuatan generalisasi suatu konsep yang berlebihan atau
kurang jelas (Dek Ngurah Laba Laksana 2016). Hal ini sangat perlu dilaksanakan dalam
pembelajaran Pkn mengingat pendidikan kewarganegaraan merupakan pendidikan
yang sangat sarat dengan nilai-nilai bangsa indonesia. Penilaian terhadap desain
pembelajaran,meliputi aspek kompetensi yang dikembangkan, strategi pembelajaran
yang dipilih, dan isi program
Melalui hasil evaluasi nantinya diharapkan kesalahan ataupun ketidaksesuaian
dari pembelajaran dapat semakin didminimalisir dan pembelajaran tidak hanya
mengajarkan secara langsung melalui satu mata pelajaran, namun mampu
mengintegrasikan berbagai nilai pendidikan karakter yang dibutuhkan bangsa Indonesia
dalam pembelajaran Pkn. Integrasi Nilai Pendidikan karakter adalah suatu sistem
penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen
pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai
tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa (YME), diri sendiri, sesama, lingkungan,
maupun kebangsaan (Suwito 2012). Selain mengintegrasikan. Selain mengintegrasikan
pendidikan karakter dan menggunakan hal-hal yang berfifat kontekstual serta dengan
berbagai model dan memanfaatkan keterpaduan dan kesesuaian, maka pembelajaran
PKn akan dapat meluaskan pengetahuan tentang budaya bangsa. Meluaskan
pengetahuan tentang budaya bangsa serta merupakan bagian dari upaya untuk
meminimalisir dampak negatif dari arus globalisasi yang tidak lagi dapat dihindarkan
dewasa ini(Widyanti 2015). Globalisasi merupakan proses diseminasi nilai-nilai yang
bersumber dari filsafat dan ideology barat (Slamet Sutrisno, 2009) hal ini tentu perlu
diinbangi dengan memperkuat nilai-nilai budaya bangsa mmelalui pembelajaran PKn.
Dengan melaksanakan pembelajaran PKn dengan berbagai inovasi seperti yang
telah disebutka maka PKn tidak hanya dapat memberika nilai-nilai bangsa namun juga
mengasah kemampuan berfikir kritis siswa. Menurut Menurut (Darmawan 2010)
Kemampuan berpikir kritis akan muncul dalam diri siswa apabila selama proses belajar
di dalam kelas, guru membangun pola interaksi dan komunikasi yang lebih
menekankan pada proses pembentukan pengetahuan secara aktif oleh siswa. Pola
interaksi dan komunikasi akan terwujud melalui pembelajaran yang melibatkan siswa
dengan berbagai inovasi dan variasi dalam pelaksanaannya. Hal ini akan terwujud
dengan lebih baik lagi jika seorang guru tidak hanya berinovasi dalam pembelajaran,
namun juga dalam program pembelajaran. Hal ini karena program pembelajaran lebih
luas dari pembelajaran sejalan dengan pendapat (Winataputra, 2007) kegiatan
pembelajaran terbatas pada guru dan siswa di kelas saja, sedangkan pengertian
program pembelajaran adalah menyeluruh mulai dari program pembelajaran, kegiatan
pembelajaran, sampai dengan produk hasil pengembangan pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA

. LUH SRI SUDHARMINI, M.Pd . Prof. Dr. I Wayan Lasmawan, and M.Pd . Prof. Dr. I
Nyoman Natajaya. 2014. “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
Terhadap Motivasi Belajar Dan Hasil Belajar IPS Siswa Kelas V Sekolah Dasar
Gugus IV Jimbaran, Kuta Selatan.” Jurnal Pendidikan Dasar 4(1).
http://119.252.161.254/e-journal/index.php/jurnal_pendas/article/view/1211.
Arif, Dikdik Baehaqi. 2012. “Kontribusi Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan Untuk
Pengembangan Karakter Bangsa: Prospek Dan Tantangan Di Tengah Masyarakat
Yang Multikultural.” Didaktika 1(1): 85–98. http://eprints.uad.ac.id/id/eprint/1767.
Bash, Eleanor. 2015. “Integrasi Nilai-Nilai Kearifan.” PhD Proposal 1: 1–10.
Darmawan. 2010. “Penggunaan Pembelajaran Berbasis Masalah Dalam Meningkatkan
Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Pembelajaran Ips Di Mi Darrusaadah
Pandeglang.” Jurnal Penelitian Pendidikan 11(2): 106–17.
Diputra, S. PENGEMBANGAN MULTIMEDIA PEMBELAJARAN TEMATIK
INTEGRATIF UNTUK SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR. Jurnal Pendidikan
Indonesia. Vol. 5, No. 2. 2016. Diakses pada 18 Maret 2017.
Hamdu, Ghullam, and Lisa Agustina. 2011. “Pengaruh Motivasi Belajar Siswa Terhadap
Pestasi Belajar IPA Di Sekolah Dasar.” Jurnal Penelititan Pendidikan 12(1): 90–96.
Hartanto, Rudi.2013.Ragam Model Mengajar yang Mudah Diterima Murid. DivaPress
Indonesia, Undang-Undang Republik. 2003. “Sistem Pendidikan Nasional.” Jakarta:
Direktorat Pendidikan Menengah Umum. http://stpi-binainsanmulia.ac.id/wp-
content/uploads/2013/04/Lamp_2_UU20-2003-Sisdiknas.doc.
Komariah, Kokom. 2011. “Penerapan Metode Pembelajaran Problem Solving Model
Polya Untuk Meningkatkan Kemampuan Memecahkan Masalah Bagi Siswa Kelas
IX J Di SMPN 3 Cimahi.” Universitas Negeri Yogyakarta: 1.
Laksana, Laba. 2016. MISKONSEPSI DALAM MATERI IPA SEKOLAH DASA. Jurnal
Pendidikan Indonesia. Vol.5, No. 2. 2016. Diakses Pada 17 Maret 2016.

Maftuh, Bunyamin. 2008. “Internalisasi Nilai-Nilai Pancasila Dan Nasionalisme Melalui


Pendidikan Kewarganegaraan.” Educationist II(2): 134–43.
http://103.23.244.11/Direktori/JURNAL/EDUCATIONIST/Vol._II_No._2-
Juli_2008/7_Bunyamin_Maftuh_rev.pdf.
Maimun Aqsha Lubis, and Md Yusoff Daud. 2011. “Pembelajaran Yang Inovatif
Berbantukan Ict Dalam Modul P & P Pendidikan Islam Di Bilik Darjah.” In Seminar
Internasional Dan Workshop Meningkatkan Penguasaan Ilmu Dan Skil Berbasis
Teknologi,.
Maswan, Sajap. 2006. “Kelebihan Penggunaan Internet Dan Laman Web Dalam
Pengajaran Dan Pembelajaran.” Communications: 1–6.
http://www.sajadstudio.info/artikal/kelb_pemb_mel_internt.pdf.
Martha, Nengah. dkk. "RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN BERBASIS
LOCAL CONTENT GURU DAN CALON GURU SEKOLAH DASAR DI KOTA
SINGARAJA". Jurnal Pendidikan Indonesia. Vol. 1, No. 2, Oktober 2012 .
diakses pada 18 Maret 2017
Nandi. 2006. “Penggunaan Multimedia Interaktif Dalam Pembelajaran Geografi Di
Persekolahan.” GEA Jurusan Pendidikan Geografi 6(1): 1–9.
Nur Sofurah, Mohd Faiz, Maziana Mohamed, and Zahit Rosfaszlizah. 2006. “Gaya
Pembelajaran Pelajar Cemerlang – Satu Kajian Dalam Membantu Meningkatkan
Kualiti Pembelajaran.” seminar TVE 2006: 29–38.
Nurseto, Tejo. 2011. “Membuat Media Pembelajaran Yang Menarik – Tejo Nurseto.”
Ekonomi & Pendidikan 8: 19–35.
Putrayasa, Bagus. 2013. PENELUSURAN MISKONSEPSI DALAM PEMBELAJARAN
TATA KALIMAT DENGAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME BERBASIS
INKUIRI PADA SISWA KELAS I SMP LABORATORIUM UNDIKSHA
SINGARAJA. Jurnal Pendidikan Indonesia. Vol. 2, No. 2. 2013. Diakses Pada
17 Mater 2019.
Rusman. 2014.Model-Model Pembelajaran. Jakarta.Rajagrafindo Persada

Salamet. 2012. “Karakter Peserta Didik Dalam Perspektif Pendidikan Islam.” Jurnal
Pelopor Pendidikan 3: 33–42. http://www.stkippgrismp.ac.id/jurnal-pelopor-
pendidikan-2/.
Santi, Novi Nitya. 2015. “HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP POLA ASUH
ORANG TUA DAN PERSEPSI TERHADAP KONDISI LINGKUNGAN SEKOLAH,
TERHADAP MOTIVASI BELAJAR.” Jurnal Dimensi Pendidikan dan Pembelajaran
Januari 3(1).
Sadululloh, Uyoh. Dkk.2003. Filsafat Pendidikan. Jawa Barat. Alfabeta Bandung
Setyowati. 2007. “Pengaruh Motivasi Belajar Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas Vii
Smpn 13 Semarang.” Universitasnegeri Malang.
Shuhari, Mohd Hasrul, and Mohd Fauzi Hamat. 2015. “NILAI-NILAI PENTING
INDIVIDU MUSLIM MENURUT AL-GHAZALI.” Jurnal Islam dan Masyarakat
Kontemporari 9(0): 41–60.
Sugiarti, Sri. 2011. “PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPA MELALUI
STRATEGI PEMBELAJARAN INOVATIF (Penelitian Tindakan Pada Siswa Kelas Y
SDN Bukit Duri 07 Pagi Kecamatan Tebet Jakarta Selatan).” Jurnal Ilmiah PGSD
Juli Jurnal Ilmiah PGSD IIIIII(22).
Sudharmin, Sri. dkk. PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE
JIGSAW TERHADAP MOTIVASI BELAJAR DAN HASIL BELAJAR IPS SISWA
KELAS V SEKOLAH DASAR GUGUS IV JIMBARAN, KUTA SELATA. Volume
4 Tahun.2014. Diakses pada 18 maret 2017.
Suprayekti, dkk. 2003. Pembharuan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta.
Universitas Terbuka
Suwito, Anton. 2012. “Integrasi Nilai Pendidikan Karakter Ke Dalam Mata Pelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan Di Sekolah Melalui Rpp.” Jurnal Ilmiah CIVIS II(2):
1–21.
Tristiantari, Desia. dkk . 2016. MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIF INTEGRATED
READING COMPOSITION BERPOLA LESSON STUDY MENINGKATKAN
KETERAMPILAN MEMBACA DAN MENULIS . Jurnal Pendidikan Indonesia.
Vol. 5, No. 2. Tahun 2016. Diakses Pada 18 Maret 2016
Ulfah, Maulidya. 2014. “Pengembangan Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif Dan
Menyenangkan (Paikem) Di Sekolah Taman Kanak-Kanak Fullday.” Pawiyatan
20(2): 59–74. http://e-journal.ikip-veteran.ac.id/index.php/pawiyatan/article/view/40.
Ura Pin@Chum, Norasmah Othman, and Jamil Ahmad. 2010. “Penyelidikan
Pendidikan.” Jurnal Penyelidikan Pendidikan Jilid 11: 184–212.
Wahyudin, Dinn, and Rudi Susilana. 2011. “Inovasi Pendidikan Dan Pembelajaran.”
Kurikulum Pembelajaran: 1–45.
Wati, Spyana. dkk. 2016. PENGARUH MODEL DAN MEDIA PEMBELAJARAN
TERHADAP HASIL BELAJAR KEMAMPUAN DASAR SENAM LANTAI PADA
MAHASISWA JURUSAN PENJASKESREK UNDIKSHA. Jurnal Pendidikan
Indonesia. Vol. 5, No.1. Diakses pada 18 Maret 2016.
Widyanti, Triani. 2015. “PENERAPAN NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL DALAM
BUDAYA.” Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial 24(2).
Winataputra,S. 2007. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta. Universitas Terbuka
Yahaya, A. dan Abd Majid, N. 2005. “Teori Dan Model Berkenaan Dengan Gaya
Pembelajaran.” Universiti Teknologi Malaysia (1984).
http://eprints.utm.my/10396/1/TEORI_DAN_MODEL_BERKENAAN_DENGAN_GA
YA_PEMBELAJARAN.pdf.
Yusuf Syamsu.dkk. 2012. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta.Rajagrafindo Persada
Soetjipto.dkk.2004. Profesi Keguruan.Jakarta.Asdi Mahasatya
Zaman, Badru, M Pd, and Hj Cucu Eliyawati. 2010. “Media Pembelajaran Anak Usia
Dini.” Media Pembelajaran Anak Usia Dini: 34.
http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PGTK/197010221998022-
CUCU_ELIYAWATI/MEDIA_PEMBELAJARAN_ANAK_USIA_DINI-PPG_UPI.pdf.
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Proses pembelajaran merupakan suatu konsep yang sangat komplek dalam menjadikan suatu
kegiatan pembelajaran yang terjadi menjadi lebih efektif, efisien dan kondusif. Proses ini
melibatkan berbagai unsur dalam satu lingkungan belajar, baik guru, siswa, media, dan unsur
lain yang menunjang terjadinya interaksi belajar. Pembelajaran yang terjadi selama ini diartikan
sebagai pembelajaran konvensional yang hanya memfokuskan pada komunikasi verbalistik,
sentralisasi guru, pembelajaran yang otoriter, gurulah yang berhak menentukan apa yang akan
dipelajari oleh siswa dan faham-faham yang tidak memberikan ruang kreatifitas baik bagi siswa
dalam mengembangkan pembelajaran yang inovatif dan kreatif. Hal ini menjadi suatu dasar
suatu jurang pemisah antara guru dan siswa dalam pembelajaran. Sikap, paham, atau kebiasaan
yang terjadi seperti disebutkan menjadikan suasana belajar tidak menyenangkan. Menyikapi hal
itu, penulis dalam makalah ini, mencoba untuk mengangkat beberapa model pembelajaran yang
bisa dijadikan rujukan oleh guru dalam menerapkan model dan strategi pembelajaran yang
bersifat inovatif dan berorientasi pada prinsip-prinsip konstruktifis yang saat ini sangat
dianjurkan bagi setiap guru dalam melaksanakan pembelajaran di kelas. Pembelajaran inovatif
ini dilengkapi dengan model-model yang sangat variatif dengan sintaks atau langkah-
langkahnya. Di antaranya model pembelajaran lansung, kooperatif, pembelajaran berdasarkan
masalah, inkuiri, atau belajar melalui penemuan. Demikianlah maakalah ini dibuat dengan
harapan dapat menjadi salah satu referensi bagi setiap pembaca dalam mengembangkan
kemampuannya dalam mengembangkan suatu proses pembelajaran yang berdasarkan prinsip-
prinsip pembelajaran yang inovatif.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang penulis angkat dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apa hakekat dari proses pembelajaran?
2. Apa pengertian pembelajaran inovatif?
3. Apa tujuan dan manfaat dari pembelajaran inovatif bagi siswa dan guru?
4.Bagaimanakah contoh-contoh model pembelajaran inovatif yang cocok untuk anak SD?

C. Tujuan

Beberapa hal yang menjadi tujuan dari penulis dalam menyusun makalah ini adalah sebagai
berikut:
1.Bagi penulis:
a.Menjadikan model pembelajaran inovatif sebagai rujukan pertama dalam mengembangkan
model pembelajaran.
b.Meningkatkan pemahaman dan kemampuan dalam mengaplikasikan model pembelajaran
inovatif dalam meningkatkan ketrampilan mengajar sebagai calon guru yang profesional.
c.Meningkatkan keterampilan menulis.
2.Bagi Pembaca
a.Memberikan informasi penting tentang hakikat pembelajaran
b.Menuangkan pengetahuan tentang pembelajaran inovatif, manfaat, contoh-contoh dan
penerapannya, serta kesesuaiannya dengan Kompetensi Dasar yang ada di dalam kurikulum
Sekolah Dasar.

D. Manfaat
Beberapa manfaat yang dapat diperoleh dari tulisan ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi penulis diharapkan pada akhirnya dapat menjadi guru yang profesional dengan
kemampuan mengajar yang selalu inovatif dengan mengacu pada prinsip-prinsip pengembangan
model pembelajaran yang inovatif dan mampu menciptakan suasana belajar yang menyenangkan
bagi tercapainya tujuan pembelajaran.
2. Bagi pembaca, agar bisa menerapkan model-model pembelajaran inovatif dengan baik dan
benar sesuai dengan motivasi yang positif.

BAB II
ISI

1. Hakikat Proses Pembelajaran


Proses pembelajaran adalah suatu proses interaksi peserta didik dengan sumber belajar pada
suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar terjadi
proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran, dan tabiat, serta
pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah
proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik.
Proses pembelajaran mempunyai dua komponen yang terlibat yaitu belajar dan mengajar. Belajar
merupakan suatu proses yang ditandai dengan terjadinya perubahan pada seseorang. Perubahan
tersebut dalam bentuk pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku, keterampilan,
kecakapan dan kemampuan serta perubahan aspek lain yang terjadi pada individu yang sedang
belajar (Sujana, 1988). Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa belajar
merupakan suatu aktifitas yang menghasilkan perubahan tingkah laku dari pembelajar baik
aktual maupun potensial. Perubahan tersebut tidak hanya perubahan yang nampak saat selesainya
suatu proses pembelajaran tapi juga potensi yang muncul setelah waktu yang lama yang
merupakan hasil jangka panjang dari suatu proses pembelajaran.

B. Pembelajaran Inovatif
Pembelajaran inovatif merupakan suatu pemaknaan terhadap proses pembelajaran yang bersifat
komprehensif yang berkaitan dengan berbagai teori pembelajaran modern yang berlandaskan
pada inovasi pembelajaran.
Definisinya, Pembelajaran inovatif adalah suatu proses pembelajaran yang dirancang sedemikian
rupa sehingga berbeda dengan pembelajaran pada umumnya yang dilakukan oleh guru
(konvensional). Perbedaan ini mengarah pada proses dan hasil yang lebih baik dari sebelumya.
Proses pembelajaran yang selama ini dilaksanakan cenderung mengarah pada penguasaan
hafalan konsep dan teori yang bersifat abstrak. Pembelajaran semacam ini akan membuat anak
kurang tertarik dan termotivasi dalam mengikuti kegiatan pembelajaran yang berakibat pada
rendahnya hasil pembelajaran serta ketidak bermaknaan pengetahuan yang diperoleh oleh siswa.
Di samping itu, pengetahuan yang dipelajari siswa seolah-olah terpisah dari permasalahan dalam
kehidupan sehari-hari yang dihadapi oleh siswa.
Pembelajaran inovatif lebih mengarah pada pembelajaran yang bepusat pada siswa. Proses
pembelajaran dirancang, disusun, dan dikondisiskan untuk siswa agar belajar. Dalam
pembelajaran yang berpusat pada siswa, pemahaman kontek siswa menjadi bagian yang sangat
penting, karena dari seluruh rancangan proses pembelajaran dimulai. Hubungan antara guru dan
siswa menjadi hubungan yang saling belajar dan saling membangun. Otonomi siswa dan subyek
pendidikan menjadi titk acuan seluruh perencanaan dan proses pembelajaran. Dengan mengacu
pada pembelajaran aktif dan inovatif.
Adapun model-model pembelajaran inovatif yang diangkat oleh penulis dalam makalah ini
diantaranya: model Pembelajaran Langsung, pembelajaran Diskusi Kelas, model-model
pembelajaran Kooperatif, dan beberapa contoh model dan langkah-langkah pembelajaran
Inovatif.

C. Model-model Pembelajaran Inovatif


1. Model pembelajaran langsung
Ruang lingkup pengajaran langsung
a. Istilah dan pengertian
Model pengejaran langsung adalah salah satu pendekatan mengajar yang dirancang khusus untuk
menunjang proses belajar siswa yang berkaitan dengan pengetahuan deklaratif dan pengetahuan
prosedural yang terstruktur dengan baik yang dapat diajarkan dengan pola kegiatan yang
bertahap, selangkah demi selangkah (Arends, 1997). Istilah lain model pengajaran langsung
dalam Arends (2001, 264) antara lain training model, active teaching model, mastery teaching,
explicit instruction.
Ciri-ciri model pengajaran langsung (dalam Kasdi & Nur, 2000: 3) adalah sebagai berikut:
1) Adanya tujuan pembelajaran dan pengaruh model pada siswa termasuk prosedur penilaian
belajar.
2) Sintaks atau pola keseluruhan dan luar kegiatan pembelajaran; dan
3) Sistem pengelolaan dan lingkungan belajar, model yang diperlukan agar kegiatan
pembelajaran tertentu dapat berlangsung dengan baik.
b.Tujuan pembelajaran dan hasil belajar siswa
Para pakar teori belajar pada umumnya membedakan dua macam pengetahuan, yakni
pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural. Pengetahuan deklaratif (dapat diungkapkan
dengan kata-kata) adalah pengetahuan tentang sesuatu, sedangkan pengetahuan prosedural
adalah pengetahuan tentang cara melakukan sesuatu. Sebagai contoh pengetahuan deklaratif
yaitu: tekanan adalah hasil bagi antara gaya dan luas bidang benda yang dikenai gaya(p=F/A).
Pengetahuan prosedural yang berkaitan dengan pengetahuan deklaratif di atas adalah cara
memperoleh rumus / persamaan tekanan tersebut.
Menghafal hukum atau rumus tertentu dalam bidang studi fisika , kimia, matematika merupakan
contoh pengetahuan deklaratif sederhana atau informasi faktual. Pengetahuan yang lebih tinggi
tingkatannya memerlukan penggunaan pengetahuan dengan cara tertentu, misalnya
membandingkan dua rancangan penelitian, menilai hasil karya seni dan lain-lain. Seringkali
penggunaan pengetahuan prosedural memerlukan penguasaan pengetahuan prasyarat yang
berupa pengetahuan deklaratif. Para guru selalu menghendaki agar siswa-siswa memperoleh
kedua macam pengetahuan tersebut, supaya mereka dapat melakukan suatu kegiatan dan
melakukan segala sesuatu dengan berhasil.
c. Sintaks atau pola keseluruhan dan alur kegiatan pembelajaran
Pada model pengajaran langsung terdapat lima fase yang sangat penting. Guru mengawali
pelajaran dengan penjelasan tentang tujuan dan latar belakang pembelajaran, serta
mempersiapkan siswa untuk menerima penjelasan guru.
Pengajaran langsung, menurut Kasdi (1997: 3) dapat berbentuk ceramah, demonstrasi, pelatihan
atau praktek, dan kerja kelompok. Pengajaran langsung digunakan untuk menyampaikan
pelajaran yang ditransformasikan langsung oleh guru kepada siwa. Penyusunan waktu yang
digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran harus seefisien mungkin, sehingga guru dapat
merancang dengan tepat waktu yang digunakan.
Model pembelajaran ini cocok diterapkan pada aspek Berbicara, kelas VI semester 2
Standar Kompetensi : mengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi dengan berpidato,
melaporkan isi buku dan baca puisi.
Kompetensi Dasar : membacakan Puisi karya sendiri dengan ekspresi yang tepat
Sintaks Model pengajaran langsung tersebut disajikan dalam 5 (lima) tahap, seperti pada tabel
berikut:
Fase
Peran Guru
Fase 1
Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa
Guru menjelaskan TPK, informasi latar belakang pelajaran, pentingnya pelajaran,
mempersiapkan siswa untuk belajar.
Fase 2
Mendemonstrasi pengetahuan dan ketrampilan
Guru mendemonstrasikan ketrampilan dengan benar, atau menyajikan informasi tahap demi
tahap.
Fase 3
Membimbing pelatihan
Guru merencanakan dan memberikan pelatihan awal.
Fase 4
Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik
Mencek apakah siswa telah berhasil melakukan tugas dengan baik, memberi umpan balik.
Fase 5
Memberikan kesempatan untk pelatihan lanjutan dan penerapan
Guru mempersiapkan kesempatan melakukan pelatihan lanjutan, dengan perhatian khusus pada
penerapan kepada situasi lebih kompleks dalam kehidupan sehari-hari.

2. Model pembelajaran Diskusi Kelas


1. Pengertian
Diskusi merupakan komunikasi-sesorang berbicara satu dengan yang lain, saling berbagi
gagasan dan pendapat. Kamus bahasa mendefinisikan diskusi hampir identik dengan diskursus
yaitu melibatkan saling tukar pendapat secara lisan, teratur, dan untuk mengekspresikan pikiran
tentang pokok pembicaraan tertentu (Arends, 1997).
Berdasarkan beberapa pengertian para ahli, pemanfaat diskusi oleh guru mempunyai arti untuk
memahami pikiran siswa dan memproses gagasan dan informasi yang diajarkan melalui
komunikasi yang terjadi selama pembelajaran berlangsung baik antara siswa maupun komunikasi
guru dengan siswa. Sehingga diskusi menyediakan tatanan sosial yang dapat membantu siswa
menganalisis proses berpikir mereka. Contoh model pembelajaran diskusi kelas adalah:

Berpikir – Berpasangan – Berbagi (Think-Pair-Share).


Langkah-langkah penyelenggaraan model diskusi Think-Pair-Share
Tahap
Kegiatan Guru
Tahap 1 menyampaikan tujuan dan mengatur siswa

Tahap 2 mengarahkan diskusi


Tahap 3 menyelenggarakan diskusi.

Tahap 4 mengakhiri diskusi

Tahap 5 melakukan Tanya jawab singkat tentang proses diskusi


1) Menyampaikan pendahuluan, (a) motivasi, (b) menyampaikan tujuan dasar diskusi, (c)
apersepsi;
1) Menjelaskan tujuan diskusi
1) mengajukan pertanyaan awal/permasalahan;
2) modeling
1) membimbing/mengarahkan siswa dalam mengerjakanLKS secara mandiri (think)
2) membimbing/mengarahkan siswa dalam berpasangan(pair);
3) membimbing/mengarahkan siswa dalam berbagi(share)
4) menerapkan waktu tunggu;
5) membimbing kegiatan siswa,
1) menutup diskusi.
2) Membantu siswa membuat rangkuman diskusi dengan Tanya-jawab singkat
Sumber: Tjokrodihardjo, (2003)
3. Pembelajaran Kooperatif
Pakar-pakar yang memberikan sumbangan pemikiran bagi pengembangan model pembelajaran
kooperatif adalah John Dewey dan Herbert Thelan. Menurut Dewey kelas seharusnya merupakan
cerminan masyarakat yang lebih besar. Thelan telah mengembangkan prosedur yang tepat untuk
membantu para siswa bekerja secara berkelompok. Tokoh lain adalah ahli sosiologi Gordon
Alport yang mengingatkan kerja sama dan bekerja dalam kelompok akan memberikan hasil lebih
baik. Shlomo Sharan mengilhami peminat model pembelajaran kooperatif untuk membuat seting
kelas dan proses pengajaran yang memenuhi tiga kondisi yaitu (a) adanya kontak langsung, (b)
sama-sama berperan serta dalam kerja kelompok dan (c) adanya persetujuan antar anggota dalam
kelompok tentang setting kooperatif tersebut.
Hal penting dalam model pembelajaran kooperatif adalah bahwa siswa dapat belajar cara bekerja
sama dengan teman. Teman yang lebih mampu dapat menolong teman yang lemah. Dan setiap
anggota kelompok tetap memberi sumbangan pada prestasi kelompok. Para siswa juga mendapat
kesempatan untuk bersosialisasi.
Terdapat beberapa tipe model pembelajaran kooperatif seperti tipe STAD (Student Teams
Achievement Division), tipe jigsaw dan investigasi kelompok dan pendekatan struktural.

4. Contoh-contoh model pembelajaran Inovatif dan langkah-langkah penerapannya.


Berikut beberapa contoh model pembelajaran Inovatif yang bisa dijadikan rujukan dalam
memilih dan menerapkan model pembelajaran di kelas dalam mata pelajaran Bahasa dan Sastra
Indonesia khususnya di kelas Lanjut:
a. Role Playing
Langkah-langkah :
1) Guru menyusun/menyiapkan skenario yang akan ditampilkan
2) Menunjuk beberapa siswa untuk mempelajari skenario dua hari sebelum KBM
3) Guru membentuk kelompok siswa yang anggotanya 5 orang
4) Memberikan penjelasan tentang kompetensi yang ingin dicapai
5) Memanggil para siswa yang sudah ditunjuk untuk melakonkan skenario yang sudah
dipersiapkan
6) Masing-masing siswa duduk di kelompoknya, masing-masing memperhatikan skenario yang
sedang diperagakan
7) Setelah selesai dipentaskan, masing-masing siswa diberikan kertas sebagai lembar kerja
untuk membahas
8) Masing-masing kelompok menyampaikan hasil kesimpulannya
9) Guru memberikan kesimpulan secara umum
10) Evaluasi
11) Penutup

b. Group Investigation (Sharan, 1992)


Langkah-langkah :
1) Guru membagi kelas dalam beberapa kelompok heterogen
2) Guru menjelaskan maksud pembelajaran dan tugas kelompok
3) Guru memanggil ketua-ketua untuk satu materi tugas sehingga satu kelompok mendapat
tugas satu materi/tugas yang berbeda dari kelompok lain
4) Masing-masing kelompok membahas materi yang sudah ada secara kooperatif berisi
penemuan
5) Setelah selesai diskusi, lewat juru bicara, ketua menyampaikan hasil pembahasan kelompok
6) Guru memberikan penjelasan singkat sekaligus memberi kesimpulan
7) Evaluasi
8) Penutup
c. Talking Stick
Langkah-langkah :
1) Guru menyiapkan sebuah tongkat
2) Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari, kemudian memberikan kesempatan
kepada siswa untuk untuk membaca dan mempelajari materi pada pegangannya/paketnya
3) Setelah selesai membaca buku dan mempelajarinya mempersilahkan siswa untuk menutup
bukunya
4) Guru mengambil tongkat dan memberikan kepada siswa, setelah itu guru memberikan
pertanyaan dan siswa yang memegang tongkat tersebut harus menjawabnya, demikian seterusnya
sampai sebagian besar siswa mendapat bagian untuk menjawab setiap pertanyaan dari guru
5) Guru memberikan kesimpulan
6) Evaluasi
7) Penutup

d. Bertukar Pasangan
Langkah-langkah :
1) Setiap siswa mendapat satu pasangan (guru bisa menunjukkan pasangannya atau siswa
menunjukkan pasangannya)
2) Guru memberikan tugas dan siswa mengerjakan tugas dengan pasangannya
3) Setelah selesai setiap pasangan bergabung dengan satu pasangan yang lain
4) Kedua pasangan tersebut bertukar pasangan masing-masing pasangan yang baru ini saling
menanyakan dan mengukuhkan jawaban mereka
5) Temuan baru yang didapat dari pertukaran pasangan kemudian dibagikan kepada
pasangan semula

e. Snowball Throwing
Langkah-langkah :
1) Guru menyampaikan materi yang akan disajikan
2) Guru membentuk kelompok-kelompok dan memanggil masing-masing ketua kelompok untuk
memberikan penjelasan tentang materi
3) Masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya masing-masing, kemudian
menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru kepada temannya
4) Kemudian masing-masing siswa diberikan satu lembar kertas kerja, untuk menuliskan satu
pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah dijelaskan oleh ketua kelompok
5) Kemudian kertas tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari satu siswa ke siswa yang lain
selama ± 15 menit
6) Setelah siswa dapat satu bola/satu pertanyaan diberikan kesempatan kepada siswa untuk
menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas berbentuk bola tersebut secara bergantian
7) Evaluasi
8) Penutup

f. Facilitator And Explaining


Siswa/peserta mempresentasikan ide/pendapat pada rekan peserta lainnya
Langkah-langkah :
1) Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
2) Guru mendemonstrasikan/menyajikan materi
3) Memberikan kesempatan siswa/peserta untuk menjelaskan kepada peserta untuk menjelaskan
kepada peserta lainnya baik melalui bagan/peta konsep maupun yang lainnya
4) Guru menyimpulkan ide/pendapat dari siswa
5) Guru menerangkan semua materi yang disajikan saat itu
6) Penutup
g. Course Review Horay
Langkah-langkah :
1) Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
2) Guru mendemonstrasikan/menyajikan materi
3) Memberikan kesempatan siswa tanya jawab
4) Untuk menguji pemahaman, siswa disuruh membuat kotak 9/16/25 sesuai dengan kebutuhan
dan tiap kotak diisi angka sesuai dengan seler masing-masing siswa
5) Guru membaca soal secara acak dan siswa menulis jawaban di dalam kotak yang nomornya
disebutkan guru dan langsung didiskusikan, kalau benar diisi tanda benar (Ö) dan salan diisi
tanda silang (x)
6) Siswa yang sudah mendapat tanda Ö vertikal atau horisontal, atau diagonal harus berteriak
horay … atau yel-yel lainnya
7) Nilai siswa dihitung dari jawaban benar jumlah horay yang diperoleh
8) Penutup

h. Demonstration
(Khusus materi yang memerlukan peragaan atau percobaan misalnya Gussen)
Langkah-langkah :
1) Guru menyampaikan TPK
2) Guru menyajikan gambaran sekilas materi yang akan dismpaikan
3) Siapkan bahan atau alat yang diperlukan
4) Menunjukan salah seorang siswa untuk mendemontrasikan sesuai skenario yang telah
disiapkan
5) Seluruh siswa memperhatikan demontrasi dan menganalisa
6) Tiap siswa atau kelompok mengemukakan hasil analisanya dan juga pengalaman siswa
didemontrasikan
7) Guru membuat kesimpulan

i. Explicit Intruction/Pengajaran Langsung (Rosenshina & Stevens, 1986)


Pembelajaran langsung khusus dirancang untuk mengembangkan belajar siswa tentang
pengetahuan prosedur dan pengetahuan deklaratif yang dapat diajarkan dengan pola selangkah
demi selangklah
Langkah-langkah :
1) Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa
2) Mendemonstrasikan pengetahuan dan ketrampilan
3) Membimbing pelatihan
4) Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik
5) Memberikan kesempatan untuk latihan lanjutan.
j. Cooperative Integrated Reading And Composition (CIRC)/Kooperatif Terpadu Membaca
Dan Menulis (Steven & Slavin, 1995)
Langkah-langkah :
1) Membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang yang secara heterogen
2) Guru memberikan wacana/kliping sesuai dengan topik pembelajaran
3) Siswa bekerja sama saling membacakan dan menemukan ide pokok dan memberi
tanggapan terhadap wacana/kliping dan ditulis pada lembar kertas
4) Mempresentasikan/membacakan hasil kelompok
5) Guru membuat kesimpulan bersama
6) Penutup

k. Inside-Outside-Circle/Lingkaran Kecil-Lingkaran Besar (Spencer Kagan)


“Siswa saling membagi informasi pada saat yang bersamaan, dengan pasangan yang berbeda
dengan singkat dan teratur”
Langkah-langkah :
1) Separuh kelas berdiri membentuk lingkaran kecil dan menghadap keluar
2) Separuh kelas lainnya membentuk lingkaran di luar lingkaran pertama, menghadap ke
dalam
3) Dua siswa yang berpasangan dari lingkaran kecil dan besar berbagi informasi. Pertukaran
informasi ini bisa dilakukan oleh semua pasangan dalam waktu yang bersamaan
4) Kemudian siswa berada di lingkaran kecil diam di tempat, sementara siswa yang berada
di lingkaran besar bergeser satu atau dua langkah searah jarum jam.
5) Sekarang giliran siswa berada di lingkaran besar yang membagi informasi. Demikian
seterusnya

l. Tebak Kata
Buat kartu ukuran 10X10 cm dan isilah ciri-ciri atau kata-kata lainnya yang mengarah pada
jawaban (istilah) pada kartu yang ingin ditebak.Buat kartu ukuran 5X2 cm untuk menulis kata-
kata atau istilah yang mau ditebak (kartu ini nanti dilipat dan ditempel pada dahi ataudiselipkan
ditelinga.
Langkah-langkah :
1) Jelaskan TPK atau materi ± 45 menit
2) Suruhlah siswa berdiri didepan kelas dan berpasangan
3) Seorang siswa diberi kartu yang berukuran 10×10 cm yang nanti dibacakan pada
pasangannya. Seorang siswa yang lainnya diberi kartu yang berukuran 5×2 cm yang isinya tidak
boleh dibaca (dilipat) kemudian ditempelkan di dahi atau diselipkan ditelinga.
4) Sementara siswa membawa kartu 10×10 cm membacakan kata-kata yang tertulis
didalamnya sementara pasangannya menebak apa yang dimaksud dalam kartu 10×10 cm.
jawaban tepat bila sesuai dengan isi kartu yang ditempelkan di dahi atau telinga.
5) Apabila jawabannya tepat (sesuai yang tertulis di kartu) maka pasangan itu boleh duduk.
Bila belum tepat pada waktu yang telah ditetapkan boleh mengarahkan dengan kata-kata lain asal
jangan langsung memberi jawabannya.
CONTOH KARTU
Perusahaan ini tanggung-jawabnya tidak terbatas
Dimiliki oleh 1 orang
Struktur organisasinya tidak resmi Bila untung dimiliki,diambil sendiri NAH … SIAPA … AKU
?
JAWABNYA : PERUSAHAAN PERSEORANGAN

m.Word Square
MEDIA : Buat kotak sesuai keperluan dan buat soal sesuai TPK
Langkah-langkah :
1) Sampaikan materi sesuai TPK
2) Bagikan lembaran kegiatan sesuai contoh
3) Siswa disuruh menjawab soal kemudian mengarsir huruf dalam kotak sesuai jawaban
4) Berikan poin setiap jawaban dalam kotak :

CONTOH SOAL

1) Sebelum mengenal uang orang melakukan pertukaran dengan cara …….


2) ……. Digunakan sebagai alat pembayaran yang sah
3) Uang ……. Saat ini banyak di palsukan
4) Nilai bahan pembuatan uang disebut …….
5) Kemampuan uang untuk ditukar dengan sejumlah barang atau jasa disebut nilai …….
6) Nilai perbandingan uang dalam negara dengan mata uang asing disebut …….
7) Nilai yang tertulis pada mata uang disebut nilai …….
8) Dorongan seseorang menyimpan uang untuk keperluan jual beli disebut motif …….
9) Perintah tertulis dari seseorang yang mempunyai rekening ke bank untukmembayar
sejumlah uang disebut …….

BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Hakekat suatu proses pembelajaran yang telah diuraikan dalam makalah ini, merupakan suatu
paradikma baru yang sangat perlu bagi kita khususnya sebagai guru dan calon guru untuk
mengembangkan model pembelajaran yang berorientasi pada model pembelajaran Inovatif.
Pembelajaran inovatif merupakan suatu konsep pembelajaran yang sangat menekankan pada
pentingnya partisipasi aktif dari siswa dalam mempelajari suatu kompetensi yang hendak mereka
kuasai, guru bertindak sebagai fasilitator yang juga berperan penting dalam merancang
pembelajaran yang menyenangkan dan bisa mengangkat dan mengembangkan kreatifitas siswa.
Pendekatan-pendekatan yang digunakan dalam mengembangkan model pembelajaran inovatif
adalah mengacu pada teori konstruktifisme yang dibangun dari anak dalam belajar dan
berinteraksi dengan lingkungan belajarnya.

B.Saran
Penulis mengharapkan agar setiap pembaca juga mampu menerapkannya dalam pelaksanaan
proses pembelajaran langsung di kelas, karena model pembelajaran inovatif merupakan model
yang sangat dianjurkan oleh banyak kalangan karena dapat meningkatkan pola konstruktif
berbagai aspek perkembangan anak, baik kognitif, afektif, maupun psikomotor yang seimbang.
Dengan berbagai kekurangan yang penulis miliki, penulis juga menghimbau kepada pembaca
agar juga tetap berusaha mencari referensi lain baik dari makalah lain, buku, maupun dari
internet tentang materi atau hal yang berkaitan dengan model pembelajaran yang baik bagi
pembelajaran. Dengan rendah hati, penulis juga selalu mengharapkan kritik dan saran yang
menunjang kesempurnaan makalah ini dari setiap pembaca, atas partisipasinya, penulis
mengucapkan limpah terima kasih.
S

Anda mungkin juga menyukai