Relevansi topik ini bagi sekolah adalah membuka kesempatan peserta didik untuk saling
berdiskusi tentang perbedaan dan menarik pemahaman perbedaan baik agama maupun suku dan
budaya menjadi pendukung kesatuan Indonesia.
Proyek ini relevan untuk diangkat ke semua jenis sekolah karena mengacu pada kekhasan
adat istiadat lokal, aplikatif di tiap wilayah dan bisa dilaksanakan dengan mudah memakai alat
tulis yang sederhana.
ELEMEN SUB-ELEMEN
• Mendalami budaya dan identitas budaya
1. Mengenal dan • Mengeksplorasi dan membandingkan pengetahuan
menghargai Budaya budaya, kepercayaan, serta prakteknya
• Menumbuhkan rasa menghormati terhadap
keanekaragaman budaya sekitar
Pengenalan Kontekstualisasi
PENGENALAN
• Pengenalan konsep Kearifan Lokal secara umum
• Eksplorasi penerapan konsep Kearifan lokal pengertian, ciri-ciri, fungsi, dan bentuk
• Membentuk kelompok projek berdasarkan asas pokok Kearifan lokal yang ingin diusung
• Diskusi hasil temuan & saling memberi umpan balik
• Asesmen formatif
KONTEKSTUALISASI
• Pengondisian praktik Kearifan Lokal (Riset/penelitian sederhana)
• Praktik Kearifan Lokal (Riset/Penelitian sederhana) dengan harapan output berupa produk
batik dan beragam potensi kearifan lokal di setiap daerah Jawa Barat
• Praktik Berkebhinekaan global (Presentasi) dengan harapan peserta didik dapat
mempresentasikan hasil penelitian sederhana yang sudah dilakukan
Diskusi (Jam Ke 5 – 7)
Kegiatan :
• Fasilitator kemudian meminta peserta didik untuk berkumpul
sesuai kelompoknya.
• Peserta didik secara berkelompok diminta untuk berdiskusi
dengan kelompoknya.
• Dalam diskusi tersebut peserta didik mengumpulkan gagasan dari
buku masing-masing anggota kelompoknya yang sebelumnya
sudah di bacakan.
• Selanjutnya peserta didik memilih memilih salah satu gagasan
yang akan dibuat menjadi dalam bentuk gambar.
• Fasilitator membagikan LKPD untuk diisi oleh kelompok.
• Output yang akan dihasilkan pada kegiatan ini adalah Gambar
dan LKPD
Instruksi:
Peserta Didik diajak mengidentifikasi ciri-ciri kearifan lokal serta
contoh-contoh yang bisa kita temukan dalam kehidupan serta nilai
fungsi dari kearifan lokal,.
Umpan Balik:
Keragaman posisi duduk, latar belakang (agama, usia, suku, jenis
kelamin), pengalaman dan keterampilan seseorang dapat
mempengaruhi sudut pandang sehingga mempengaruhi
pengambilan keputusan, cara berkomunikasi, cara berpakaian, dan
sebagainya.
Pandangan hidup, kepercayaan, nilai-nilai kehidupan suatu
Masyarakat diwujudkan ke dalam berbagai bentuk budaya yang bisa
diamati seperti motif batik, makanan khas, tari dan musik tradisional,
upacara/ritual, dan pakaian.
Presentasi (Jam Ke 9)
Peserta didik mempresentasikan hasil gambar yang sudah dibuat
secara berkelompok secara bergantian.
Fasilitator memberikan instruksi agar peserta didik memberikan
tanggapan atas gambar dan pemaparan dari kelompok yang sedang
presentasi.
Bentuk-bentuk kearifan lokal yang ada dalam masyarakat Indonesia berupa nilai, norma,
kepercayaan, dan aturan-aturan khusus. Namun, bentuk-bentuk tersebut dapat diklasifiksikan
menjadi dua jenis, yaitu:
Merupakan bentuk kearifan lokal yang hanya disampaikan secara verbal. Contohnya adalah
petuah, nyanyian, pantun, dan cerita yang mengandung nilai-nilai ajaran tradisional.
B. Contoh Kearifan Lokal
Suku Sunda mendominasi wilayah Provinsi Jawa Barat. Fakta ini terlihat dari bahasa daerah yang
dipakai mayoritas warga di provinsi itu, yakni bahasa Sunda. Dalam masyarakat Sunda, banyak
kearifan lokal berkembang serta beragam, baik berkaitan dengan petuah kehidupan, menjaga alam,
dan lain sebagainya.
1. Nukilan
Nukilan ini berhubungan dengan anjuran dan larangan dalam hidup bermasyarakat. Nukilan
sebagai salah satu kearifan lokal yang menjadi peninggalan peradaban masa lalu. Menurut Sudjana
dan Sri Hartati, dalam Nukilan Kearifan Lokal Suku Sunda Berupa Anjuran dan Larangan
(PESAT, 2011), setidaknya ada 317 nukilan yang berkembang di masyarakat Sunda. Semuanya
dapat diklasifikasikan berupa anjuran dan larangan, yang sebagian besar bersumber dari naskah
klasik ataupun sumber tertulis lainnya.
2. Rumah Bambu Tahan Gempa
Masyarakat Sunda memiliki bangunan rumah bambu tahan gempa. Dalam sebuah eJurnal UPI
disebutkan, bahan rumah ini 80 persen memakai bambu dan bahan alami lainnya. Ketahanannya
bahkan mencapai lebih dari 20 tahun dan masih kokoh.
Di antara kearifan lokal yang ditemukan dalam seubuah penelitian yang dilakukan oleh Enok
Maryani dan Ahmad Yani adalah Konsep Leuweung Kolot yang mirip dengan konsep hutan
lindung sebagai kawasan yang sama sekali tidak boleh dimasuki. Selain itu ada Konsep Leuweung
Larangan yang mirip dengan hutan penyangga yaitu hutan yang dilarang dirambah atau dibuka
tetapi masih boleh dimasuki dengan seizin para ketua adat. Di Kanekes, Leuweung Larangan
digunakan sebagai lokasi pemahaman para pu’un atau ketua adat sehingga menambah
kewibawaan hutan.
Berikut ini adalah daftar 37 Warisan Budaya Tak Benda Jawa Barat tahun 2022, seperti dikutip
laman resmi Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Pemprov Jabar:
Sumber :
https://kumparan.com/berita-hari-ini/kearifan-lokal-pengertian-ciri-ciri-fungsi-dan-bentuknya-di-indonesia-
1vLD9fw7Ln9 [diakses tanggal 17 Oktober 2023 pukul 16.00]
https://tirto.id/contoh-kearifan-lokal-jawa-barat-dan-37-warisan-budaya-tak-benda-gx2h