MATA KULIAH :
PARASITOLOGI LINGKUNGAN
DOSEN PEMBIMBING :
KEMENTRIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAMBI
PRODI DIII SANITASI
TAHUN 2021/2022
1
LEMBAR PENGESAHAN
Mengetahui,
Dosen Pembimbing
2
Kata Pengantar
Puji syukur penyusun panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu wata΄ala, karena berkat
rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan laporan yang berjudul IDENTIFIKASI
ORGANISME PARASIT. Laporan ini diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah
PARASITOLOGI LINGKUNGAN. Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu sehingga laporan ini dapat diselesaikan sesuai dengan waktunya.
Laporan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun demi kesempurnaan laporan ini. Semoga Laporan ini memberikan
informasi bagi masyarakat dan bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan bagi kita
semua.
Kelompok 1
3
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...........................................................................................................1
LEMBAR PENGESAHAN.................................................................................................2
KATA PENGANTAR.........................................................................................................3
DAFTAR ISI.......................................................................................................................4
BAB I PENDAHULUAN
I.III Manfaat.........................................................................................................................6
II.II Pacat.............................................................................................................................7
BAB V PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................26
DOKUMENTASI................................................................................................................27
4
BAB I
PENDAHULUAN
Parasitologi adalah ilmu yang berisi kajian tantang organisme (jasad hidup), yang
hidup di permukaan atau di dalam tubuh organisme lain dapat bersifat sementara waktu atau
selama hidupnya, dengan cara mengambil sebagian atau seluruh fasilitas hidupnya dari
organisme lain tersebut, hingga organisme lain tersebut dirugikan.
Parasit adalah organisme yang hidup baik di luar maupun di dalam tubuh hewan yang
untuk kelangsungan hidupnya mendapatkan perlindungan dan memperoleh makanan dari
induk semangnya. Parasit dapat dibedakan menjadi dua yaitu ektoparasit dan endoparasit.
Ektoparasit adalah parasit yang hidup pada permukaan luar tubuh inang, atau di dalam ilang –
ilang kulit yang mempunyai hubungan dengan dunia luar. Sedangkan endoparasit yaitu
parasit yang hidup pada organ seperti hati, limpa, perut, otot, daging, dan jaringan tubuh yang
lain. Endoparasit meliputi cacing (helminth), cacing adalah hewan yang bersel yang memiliki
badan, panjang, kepala, dan ekornya kadang ada yang terlihat jelas dan ada yang tidak.
Kelompok hewan yang bersifat parasit tergolong ke dalam Filum Protozoa,
Playhelminthes, Nemathelminthes, dan Arthropoda. Parasit ini terdapat pada permukaan luar
tubuh dan hidup di dalam tubuh. Filum Playhelminthes dan Nemathelminthes tergolong
dalam kelompok cacing. Playminthes berasal dari bahasa Yunani yakni platys berarti pipih
dan helminthes yang berarti cacing. Ciri yang lain adalah berukuran lebih dari 10 mm pada
beberapa jenis. Makanannya berupa hewan – hewan invertebrata kecil. Nematoda merupakan
anggota filum Nemathelminthes. Karakteristik nematoda adalah mempunyai saluran usus dan
rongga badan, berbentuk bulat tidak bersegmen, tubuhnya dilapisi oleh kurtikula. Ciri lain
ditandai dengan adanya sebuah mulut pada ujung senterior, mulut dikelilingi oleh bibir.
Organisme atau makhluk hidup yang menumpang disebut dengan parasit. Organisme
atau makhluk hidup yang ditumpangi biasanya lebih besar daripada parasit disebut Host atau
Hospes, yang memberi makanan dan perlindungan fisik kepada parasit. Menyadari akibat
yang dapat ditimbulkan oleh gangguan parasit terhadap kesejahteraan manusia, maka perlu
dilakukan usaha pencegahan dan pengendalian penyakitnya. Sehubungan dengan hal tersebut
maka sangat diperlukan suatu pengetahuan tentang kehidupan organisme parasit yang
bersangkutan selengkapnya.
5
I.II Tujuan
1. Agar mahasiswa mampu dan terampil menggunakan alat yang diperlukan untuk
pemeriksaan organisme parasite sesuai Standar Operasional Prosedur (SOP).
2. Agar mahasiswa mampu dan terampil dalam melakukan pemeriksaan organisme
parasite sesua Standar Operasional Prosedur (SOP).
I.III Manfaat
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Hirudinea merupakan kelas annelida yang jenisnya sedikit. Hewan ini tidak memiliki
arapodium maupun seta pada segmen tubuhnya. Panjang Hirudinea bervariasi dari 1-30 cm.
Tubuhnya pipih dengan ujung anterior dan posterior yang meruncing. Pada anterior dan
posterior terdapat alat pengisap yang digunakan untuk menempel dan bergerak. Sebagian
besar Hirudinea adalah hewan ektoparasit pada permukaan tubuh inangnya. Inangnya adalah
vertebrata dan termasuk manusia. Hirudinea parasit hidup denga mengisap darah inangnya,
sedangkan Hirudinea bebas hidup dengan memangsa invertebrata kecil seperti siput. Contoh
Hirudinea parasit adalah Haemadipsa (pacet) dan Hirudo (lintah) (Anonim 2008: 1).
II.II PACAT
Pacet adalah genus dari spesies dan subspesises pacet-pacetan, dan termasuk ke dalam
upakelas lintah (hirudinea) yang merupakan classis hewan yang bersifat Ektoparasit, pacet
dan lintah mengisap darah inangnya, yakni hewan yang lebih besar seperti mamalia, termasuk
manusia
Sapi merupakan salah satu jenis hewan ternak yang memiliki arti penting bagi
kehidupan manusia, terutama dari segi ekonomi karena dapat menghasilkan berbagai macam
kebutuhan. Sapi dipelihara manusia dengan tujuan sebagai sumber daging, susu, tenaga kerja,
dan kebutuhan lainnya. Infestasi ektoparasit merupakan salah satu masalah utama kesehatan
hewan yang mempengaruhi industri peternakan di banyak bagian dunia (Hourigan, 1979).
Ektoparasit termasuk kutu, tungau berperan penting dalam penularan penyakit tertentu
7
(Loomis, 1986). Kutu diakui sebagai ektoparasit yang mempunyai potensi ancaman yang
terbesar karena mampu mengakibatkan iritasi parah, alergi, dan toksikosis.
Haematopinus sp. merupakan kutu pada hewan domestik dengan panjang sampai
dengan 0,5 cm, berwarna kuning atau abu-abu kecoklatan dengan garis-garis hitam pada
masing-masing tepi, tidak mempunyai mata, serta memiliki tiga pasang kaki yang lebar dan
pipih (Urquhart et al., 1987). Spiracle terdapat di bagian tepi dorsal dari mesothorak (Noble
and Glenn, 1989). Kepala bagian belakang lebih lebar dibandingkan dengan bagian depan,
berbentuk memanjang, dan menonjol di belakang antena serta dilengkapi dengan 5 ruas
antena sedangkan bagian thorak luas dengan sternal plate di bagian bawah (Lapage, 1956).
Haematopinus sp. mempunyai mulut yang terdiri atas probosis halus dan kecil yang disebut
sebagai haustelum dengan di bagian dalamnya dilengkapi gigi-gigi kecil yang diarahkan ke
luar untuk ditancapkan pada kulit inangnya, tiga buah organ penusuk seperti jarum yang
disebut stilet dapat dikeluarkan untuk menghisap darah dan menyuntikkan kelenjar ludah ke
tubuh inang (Hadi dan Soviana 2000).
Taenia merupakan salah satu cacing pita yang termasuk dalam Kingdom Animalia,
filum Platyhelminthes, kelas Cestoda, Ordo Cyclophyllidea, famili Taeniidae. Tubuh cacing
ini terdiri atas tiga bagian yaitu skoleks, leher, dan strobila. Skoleks merupakan organ tubuh
cestoda yang berfungsi untuk melekat pada dinding usus. Skoleks merupakan anggota tubuh
yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi spesies dalam genus Taenia. Morfologi skoleks
T. solium terdiri atas sebuah rostelum dan empat buah batil hisap (sucker). Rostelum dan
sucker tersebut dikelilingi oleh sebaris kait panjang (180 µm) dan kait pendek (130 µm) di
mana setiap barisnya tersusun atas 22-32 kait (Bogitsh et al. 2005). Stobila merupakan bagian
tubuh berupa serangkaian proglotida yang berada di belakang leher. Strobila T. solium
tersusun atas 800 sampai 1000 segmen (proglotida). Berdasarkan perkembangan organ
reproduksinya, proglotida tersebut terbagi menjadi tiga bagian yaitu proglotida imature,
mature, dan gravid. Proglotida imature terletak setelah leher, selanjutnya diikuti oleh
proglotida mature, dan proglotida gravid berada di bagian belakang.
Pinjal kucing (Ctenocephalides felis) adalah salah satu jenis pinjal yang paling umum
ditemukan di dunia. Sesuai namanya, pinjal kucing merupakan parasit pada kucing yang
8
hidup dari menghisap darah. Meskipun demikian, pinjal kucing relatif tidak berbahaya jika
dibandingkan dengan pinjal tikus karena jarang membawa agen penyakit.
Gigitan pinjal kucing dapat menyebabkan alergi pada kulit kucing yang ditandai dengan rasa
gatal, perubahan warna kulit menjadi kemerahan, dan penipisan rambut kucing pada daerah
gigitan. Selain itu, pinjal kucing sering menjadi perantara cacing pita (Dipylidium canium),
sehingga kucing yang menjadi inangnya akan ikut terinfeksi oleh cacing pita.
Cacing hati merupakan parasit dari kelas trematoda yang hidup di dalam buluh
empedu sapi, domba, kambing dan mamalia lainnya.
Klasifikasi Fasciola sp. menurut Soulsby (1986) adalah Kingdom : Animalia Filum :
Platyhelminthes Kelas : Trematoda Sub kelas : Digenea Ordo : Echinostomida Famili :
Fasciolidae Genus : Fasciola Spesies : Fasciola gigantica, Fasciola hepatica
9
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
Alat : Bahan :
1. Masker 1. Formalin
2. Sarung tangan
3. Pinset
4. Kain kering
5. Botol bening Ukuran sedang
b. Prosedur Kerja :
1. Pakai masker dan sarung tangan terlebih dahulu
2. Tentukan lokasi pengambilan lintah, dimana lokasi tersebut memiliki poulasi lintah yang
cukup banyak. Misalnya, di daerah rawa–rawa yang biasanya dijadikan tempat
pemandian kerbau.
3. Setelah itu, untuk memancing lintah tersebut kita menggunakan umpan dengan kaki
telanjang sampai ke betis. Tunggu sekitar 15 menit. Maka lintah tersebut akan menepel
pada kaki kita.
4. Setelah lintah di ambil masukkan ke dalam botol yang berisi spritus putih
10
Pemeriksaan Lintah ( Hirudo medicinalis )
Alat : Bahan :
1. Masker 1. Formalin/Spiritus bening
2. Sarung tangan
3. Pinset
4. Botol bening ukuran sedang
b. Prosedur Kerja :
1. Pakai Masker dan sarung tangan
2. Ambil lintah menggunakan pinset
3. Identifikasi lintah tersebut. Pada saat mengidentifikasi yang diperiksa adalah ukuran
panjang dan lebar, bentuk tubuh, warna pada saat sebelum dan sesudah diawetkan, bentuk
punggung, bentuk perut, apakah memiliki kutikula, memiliki alat kutikula atau tidak,
memiliki alat hisap atau tidak.
4. Masukkan lintah kedalam botol lalu tutup
5. Beri label dan kirim ke laboratorium
11
III.II Pengambilan Pacat ( Haemadippza zeylania )
Alat : Bahan :
2. Sarung tangan
3. Pinset
4. Botol/plastik Sampel
b. Prosedur Kerja :
12
Identifikas Pacat ( Haemadippza zeylania)
Alat : Bahan :
1. Masker - Formalin
3. Pinset - Sampel
5. Petridis
6. Penggaris
b. Prosedur Kerja :
4. Botol semprot diisi dengan aquades lalu bilas / bersihkan pacat dari sisa kotoran
6. Masukkan pacat kedalam toples untuk mematikan sampel untuk mematikan sampel
13
7. Jika sudah mati ambil kembali pacat dari toples untuk mengukur panjang tubuh
10. Masukkan kembali sampel kedalam toples lalu tutup dengan rapat dan siap untuk
diawetkan
14
III.III Pengambilan Kutu Sapi (Haematopinus sp.)
Alat : Bahan :
2. Sarung tangan
3. Pinset
4. Botol/plastik Sampel
b. Prosedur Kerja :
15
Identifikasi Kutu Sapi (Haematopinus sp)
Alat : Bahan :
1. Masker - Formalin
3. Pinset - Sampel
5. Petridis
6. Penggaris
B. Prosedur Kerja :
16
10. Masukkan kembali sampel kedalam toples lalu tutup dengan rapat dan siap untuk
diawetkan
b. Prosedur Kerja :
1. Pakai Masker dan sarung tangan
2. Ambil cacing pita menggunakan pinset
3. Siapkan botol/plastic yang sudah berisi formalin/spiritus bening
4. Masukkan cacing pita kedalam botol lalu tutup
5. Beri label dan kirim ke laboratorium
17
III.III Identifikasi Cacing Pita (Taenia Solium)
Alat : Bahan :
1. Masker - Formalin
3. Pinset - Sampel
5. Petridis
6. Penggaris
b. Prosedur Kerja :
4. Botol semprot diisi dengan aquades lalu bilas / bersihkan cacing dari sisa kotoran
18
5. Siapkan toples, lalu isi dengan larutan pengawet
6. Masukkan cacing kedalam toples untuk mematikan sampel untuk mematikan sampel
7. Jika sudah mati ambil kembali cacing pita dari toples untuk mengukur panjang tubuh
10. Masukkan kembali sampel kedalam toples lalu tutup dengan rapat dan siap untuk
diawetkan
Alat : Bahan :
2. Sarung tangan
3. Pinset
4. Botol/plastik Sampel
b. Prosedur Kerja :
19
4. Masukkan kutu kucing kedalam botol lalu tutup
Alat : Bahan :
1. Masker - Formalin
3. Pinset - Sampel
5. Petridis
6. Penggaris
B. Prosedur Kerja :
20
19. Dokumentasi dan catat hasil
20. Masukkan kembali sampel kedalam toples lalu tutup dengan rapat dan siap untuk
diawetkan
d. Prosedur Kerja :
6. Pakai Masker dan sarung tangan
7. Ambil cacing pita menggunakan pinset
8. Siapkan botol/plastic yang sudah berisi formalin/spiritus bening
9. Masukkan cacing pita kedalam botol lalu tutup
21
Jam : 14.00 WIB – 15.00 WIB
Alat : Bahan :
1. Masker - Formalin
3. Pinset - Sampel
5. Petridis
6. Penggaris
b. Prosedur Kerja :
9. Botol semprot diisi dengan aquades lalu bilas / bersihkan cacing dari sisa kotoran
11. Masukkan cacing kedalam toples untuk mematikan sampel untuk mematikan sampel
12. Jika sudah mati ambil kembali cacing hati dari toples untuk mengukur panjang tubuh
15. Masukkan kembali sampel kedalam toples lalu tutup dengan rapat dan siap untuk
diawetkan
22
BAB IV
HASIL
- Pacat ini ditemukan pada rumput-rumput basah pada tanah perkebunan karet
- Warna pada saat ditemukan berwarna gelap jika memanjang akan berwarna
kecoklatan
- Bentuk dorsal dan ventral pipih dan bersifat sangat fleksibel
- Memiliki 1 mulut penghisap dibagian anterior(depan)
- Tubuh dilapisi oleh kutikula/lapisan lilin
23
- Warna sebelum dan sesudah diawetkan berwarna putih
- Ditemukan didalam usus babi
- Memiliki ukuran panjang 10 cm, lebar 0,5 cm
- Memiliki sebuah mulut penghisap
24
BAB III
PENUTUP
III.I Kesimpulan
III.II Saran
25
DAFTAR PUSTAKA
26
DOKUMENTASI
27