Anda di halaman 1dari 17

URGENSI KONSEP METODE PEMBELAJARAN TERHADAP

TERCAPAINYA TUJUAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


Taufiq Ramadahan1, Liana Hanifah frasati2, Yahya Marta Rozaqi3.
r42992255@gmail.com1,

ABSTRAK
Artikel ini merupakan sebuah studi bibliografi yang bertujuan untuk
menganalisis dan menyajikan temuan-temuan terkait urgennya metode
pembelajaran dalam mencapai tujuan pendidikan agama Islam. Pendidikan agama
Islam adalah aspek penting dalam membentuk karakter dan moral individu
Muslim, dan pemilihan metode pembelajaran yang tepat dapat berdampak
signifikan pada efektivitas pendidikan agama tersebut. Penelitian ini melibatkan
analisis terhadap berbagai artikel ilmiah, buku, dan jurnal yang telah
dipublikasikan dalam beberapa tahun terakhir, yang membahas berbagai metode
pembelajaran yang digunakan dalam konteks pendidikan agama Islam.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode bibliografi, di mana


kami mengumpulkan dan menganalisis sumber-sumber literatur yang relevan.
Hasil analisis bibliografi menunjukkan variasi dalam metode pembelajaran yang
telah digunakan dalam pendidikan agama Islam dengan mengabil pemahaman
yang ada pada al-quran dan hadist memelui sarana dengan memahami buku, junal
dan artikel ilmiah. Artikel ini memberikan wawasan yang berharga kepada
pembaca tentang macam-macam metode pembelajaran dan bagaimana metode
tersebut dapat berkontribusi terhadap pencapaian tujuan pendidikan agama.
Selain itu, artikel ini juga merangsang pertanyaan-pertanyaan penelitian lanjutan
tentang efektivitas berbagai metode pembelajaran dalam konteks pendidikan
agama Islam, yang dapat menjadi landasan bagi penelitian lebih lanjut di bidang
ini.

KATA KUNCI : Metode Pembelajaran, Tujuan Pendidikan Agama Islam.

PENDAHULUAN

Allah subhana wa ta'ala menciptakan berbagai jenis makhluk, salah


satunya manusia. Namun manusia memiliki kemiripan dengan dengan beberapa
makhluk cerdas nonmanusia seperti bonobo, simpanse, orang utan, lumba-lumba

1
dan lainnya dalam hal sama-sama bekomunikasi dengan golongannya. Makhluk-
makhluk cerdas tersebut meningkatkan kemampuan komunikasi bukan sekedar
cara menyampaikan pesan-pesan sederhana saja, melainkan juga sebagai sarana
untuk membentuk hubungan sosial di antara golongannya, yang pada dasarnya
menjadi integral dalam menjaga kelangsungan hidup individu dan golongan
tersebut. Komunikasi dalam sebuah golongan menambahkan potensi makhluk-
makhluk tersebut untuk mengoordinasikan tindakan, merencanakan strategi, dan
membangun struktur sosial, sehingga mereka memiliki keunggulan kompetitif
terhadap makhluk-makhluk lainnya.1

Menurut pemikaran dan pandangan McCroskey dan beatty bahwa manusia


memiliki gen khusus yang mempengaruhinya dalam bekomunikasi yang disebut
FOXP2. Oleh karena itu manusia dapat berkomunikasi dengan menggunakan
artikulasi kata. Sedangkan pada makhluk cerdas lainnya tidak memiliki gen
tersebut sehingga mereka berkomunikasinya hanya menggunakan isyarat saja.
Perbedaan manusia dan makhluk cerdas lainnya tidak hanya dalam faktor genetis
saja melainkan pada neurologis. Dalam kajian communibiology Robert J. lewis
dan Michael J. Beatty mengajukan pendapat bahwa pada intinya dalam hal
neurologis manusia dan hewan terdapat tiga aspek besar yaitu neurologis
menginterpretasikan pesan, pengolahan pesan, serta proses neurologis untuk
merancang pesan dan menyampaikan pesan. Namun pada duat faktor tersebut
tidak terlalu urgen dalam hal membedakan komunikasi antara manusia dan
nonmanusia yang membuat manusia lebih baik dalam hal berinterkasi. Ada hal
yang bisa membedakan antara manusia dan nonmanusia yaitu pengasuhan dan
pengajaran. Karena ada seoarang anak yang bernama victor (anak liar dari
aveyron) yang dirawat seorang dokter Marc-Gaspard Itard dengan asuhan dan
pengajaran yang salah sehingga victor tidak bisa berbahasa layaknya anak-anak
normal yang lainnya.2 Oleh karena itu Pendidikan (proses belajar mengajar)
begitu penting bagi umat manusia.

1
Dewanto Putra Fajar and Akhirul Aminulloh, “Awal Mula Kemampuan Berkomunikasi: Sebuah
Tinjauan,” journal of southeast asian communication 3, no. 1 (2023): 30,
https://doi.org/10.21776/u b.tuturlogi.2023.003.01.04.
2
Fajar and Aminulloh, 32–37.

2
Pembelajaran adalah salah satu aspek integral dalam dunia pendidikan
yang terus berkembang seiring waktu. Selaras dengan penjelasan ning mukaromah
dalam penelitiannya. Dia menjelaskan bahwa dalam Pendidikan (proses belajar
mengajar) metode pengajaran merupakan aspek pendidikan yang paling penting
dari berbagai macam aspek pendidikan yang lainnya dalam memberikan
pengetahuan atau kebaikan dari seorang pengajar kepada yang diajarnya. 3 Oleh
karena itu ketika metode pembelajarannya tepat maka interaksi antar manusia
dengan manusia yang lainnya menjadi baik sehingga akan meciptakan pendidikan
yang baik yang dapat mencapai tujuan dari Pendidikan.

Abdul gani jamora nasution menjelaskan bahwasanya tidak ada mata


pelajaran yang sulit atau membosankan bagi siswa hal itu bisa terjadi dengan
bagaimana guru menggunakan metode apa dalam penyampaiannya. 4 Untuk
memahami lebih dalam tentang konsep filosofis dalam metode pembelajaran,
perlu dipahami bahwa teori-teori dan praktik-praktik pembelajaran telah menjadi
titik fokus bagi para peneliti dan praktisi pendidikan. Sebagai langkah awal dalam
memahami konsep ini, kita perlu merujuk pada fakta-fakta pendukung dari
penelitian sebelumnya, melakukan analisis kesenjangan yang ada,
menggambarkan status penelitian saat ini, menyajikan inovasi baru yang dapat
dilakukan, serta menetapkan tujuan penelitian yang relevan.

Penelitian sebelumnya dalam bidang konsep filosofis dalam metode


pembelajaran telah mengidentifikasi berbagai pendekatan dan teori yang
berkontribusi pada pemahaman ini. Dalam konteks ini, banyak penelitian telah
mengungkapkan bagaimana pemahaman filosofis tentang metode pembelajaran
dapat mempengaruhi strategi pengajaran dan hasil belajar siswa. Meskipun
banyak penelitian telah dilakukan tentang konsep filosofis dalam metode
pembelajaran, masih ada kesenjangan dalam pemahaman kita. Beberapa
kesenjangan mencakup kurangnya integrasi antara teori filosofis dalam mencapai
tujuan dari Pendidikan agama islam, serta kebutuhan untuk lebih mendalam
3
Ning Mukaromah, “DINASTI ABBASIYAH METODE DAN MATERI PENDIDIKAN DASAR (KUTTAB),”
JURNAL TARBAWI 05, no. 01 (2018): 1–12,
http://ejournal.kopertais4.or.id/tapalkuda/index.php/tarbawi/article/view/3093.
4
Abdul Gani Jamora Nasution, “PEMBELAJARAN EDUTAINMENT: TINJAUAN FILOSOFIS
PENDIDIKAN ISLAM,” Jurnal pendidikan bahasa dan sastra Arab 32, no. 1 (2018): 65–66,
http://jurnal.uinsu.ac.id/index.php/ihya/article/view/1324.

3
memahami implikasi filosofis dalam pengambilan keputusan pendidikan.
Kesadaran akan kesenjangan ini mengilhami penelitian kami dalam artikel ini
dengan judul urgensi konsep metode pembelajaran terhadap tercapainya tujuan
Pendidikan agama islam.

Saat ini, penelitian tentang konsep filosofis dalam metode pembelajaran


semakin berkembang. Para peneliti sedang menjelajahi berbagai aspek filosofis
yang berkaitan dengan pendidikan, termasuk etika pembelajaran, epistemologi
dalam pembelajaran, dan pemikiran kritis dalam konteks pendidikan. Hal ini
menciptakan dasar yang kuat untuk lebih mengeksplorasi aspek-aspek ini dalam
praktik pendidikan. Salah satu kebaruan dalam artikel ini adalah penekanan pada
penerapan konsep filosofis dalam metode pembelajaran yang berbasis keislaman.
Kami akan mengeksplorasi bagaimana pemahaman filosofis yang mendalam
dapat digunakan untuk meningkatkan relevansi dan efektivitas pembelajaran
dalam konteks budaya tertentu.

Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan


pemahaman yang lebih dalam tentang konsep filosofis dalam metode
pembelajaran agar tercapainya tujuan Pendidikan agama islam. Kami juga
berharap penelitian ini dapat memberikan panduan bagi pendidik dan pengambil
kebijakan pendidikan dalam mengintegrasikan aspek filosofis dalam kurikulum
dan metode pembelajaran mereka. Dalam upaya mencapai tujuan ini, artikel ini
akan menggabungkan kontribusi dari berbagai penelitian sebelumnya,
memanfaatkan analisis kesenjangan yang ada, dan merinci kerangka kerja
penelitian kami. Kami berharap bahwa penelitian ini akan memberikan wawasan
berharga tentang bagaimana filosofi dapat menjadi landasan yang kuat dalam
pengembangan metode pembelajaran yang lebih bermakna dan berdampak dalam
dunia pendidikan.

METODE PENELITIAN

Pada penulisan artikel ini kami menggunakan metode penelitian


bibliografi, karena penelitian bibliografi mempunyai keurgensian dalam sarana

4
pencarian informasi.5 Dengan keurgensiannya menggunakan penelitian bibliografi
dapat menjadikan penelitian ini mejadi semakin lebih aktual dalam pembahsaan.
Metode penelitian bibliografis adalah suatu pendekatan yang digunakan untuk
menggali dan menganalisis literatur yang relevan dalam rangka memahami dan
mengeksplorasi konsep metode pembelajaran dalam konteks pendidikan.
Penelitian ini menggabungkan berbagai sumber informasi seperti buku, artikel,
dan jurnal ilmiah untuk menyusun pemahaman yang mendalam tentang berbagai
pendekatan metode pembelajaran yang ada.

Dengan menggunakan metode penelitian bibliografis, kami dapat


mengakses berbagai konsep metode pembelajaran yang telah ada sehingga
memudahkan kami menentukan metode apa yang pas untuk mencapat tujuan dari
Pendidikan agama islam. Metode ini memungkinkan kami untuk melacak metode
mana yang tepat untuk mecapai tujuan Pendidikan agama islam. Penelitian
bibliografis memungkinkan peneliti untuk melakukan kajian teoretis mendalam
terhadap berbagai kerangka kerja, teori, dan konsep yang mendasari metode
pembelajaran. Ini dapat membantu dalam merumuskan landasan konseptual yang
kuat untuk penelitian lebih lanjut.

Tahap awal melibatkan identifikasi sumber-sumber literatur yang relevan


dengan konsep metode pembelajaran. Ini dapat mencakup pencarian pada buku-
buku dan paper lainnya yang kami akses dari aplikasi google scholar. Setelah
mengidentifikasi sumber-sumber yang relevan, kami melakukan seleksi dan
pengumpulan data dengan memilih sumber-sumber yang paling relevan dan
berarti untuk penelitian. Data yang dikumpulkan kemudian dianalisis secara
tematik. Kami mengidentifikasi tema-tema utama, konsep-konsep kunci, dan
perbandingan antara berbagai metode pembelajaran. Hasil analisis literatur
disintesis untuk memahami perkembangan konsep metode pembelajaran dan
implikasinya dalam konteks pendidikan. Interpretasi mengarah pada pemahaman
yang lebih dalam tentang konsep-konsep tersebut.

5
Agil Farhan et al., “Pemanfaatan Bibliografi dan Terbitan Pemerintah di Perpustakaan sebagai
Sumber Informasi,” Jurnal Pustaka Ilmiah 8, no. 1 (June 30, 2022): 32,
https://doi.org/10.20961/jpi.v8i1.60638.

5
Metode penelitian bibliografis adalah alat yang berharga untuk memahami
konsep metode pembelajaran dalam konteks pendidikan. Dengan mengumpulkan,
menganalisis, dan mensintesis literatur yang relevan, peneliti dapat membangun
pemahaman yang kokoh tentang berbagai pendekatan pembelajaran yang ada,
yang dapat menjadi dasar untuk penelitian lebih lanjut dan perbaikan dalam
praktik pembelajaran. Dan semoga apa yang telah kami telita dan akan kami
paparkan bermanfaat.

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Metode Pembelajaran
Metode dan pembelajaran merupakan akar dari istilah metode
pembelajaran yang dikenal dalam dunia Pendidikan. Metode bermuara dari
kata metoda yang menyimpan arti sebuah jalan yang ditempuh untuk
mencapai suatu sasaran. Metode adalah hasil penggabungan dari dua kata
yaitu “meta” yang berarti “ melalui”, dan “jalan atau cara” arti dari kata
“hodos”. Seandainya kata “logi” ditambahkan pada metode maka akan
berarti ilmu yang membahas bagaiamana cara yang harus ditempuh agar
tercapainya tujuan.6
Menurut ahyat dalam artikelnya yang mengambil pendapat Robert
Ulich bahwa istilah kata metode bermuara dari Bahasa Yunani yang
berupa “meta ton odon” dengan arti berlangsung dengan cara yang benar. 7
Metode dikenal dalam Bahasa inggris dengan method yaitu cara jika
diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia. Sedangkan pada Bahasa Arab
metode dikenal dengan istilah “thariqah” dengan arti tindakan-tindakah
strategis yang telah dipersiapkan untuk mengerjakan sebuah pekerjaan.8
Namun istilah metode dalam Bahasa arab tidak hanya diungkapkan
dengan “thariqah” melainkan juga dengan istilah”manhaj” yang berarti
sistem dan juga dengan istilah “al-wasilah” dengan arti perantara atau

6
A Heris Hermawan and M Ag, Filsafat Pendidikan Islam (DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN
ISLAM KEMENTERIAN AGAMA 2012, n.d.), 264.
7
Nur Ahyat, “Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Islam,” EDUSIANA: Jurnal Manajemen
dan Pendidikan Islam 4, no. 1 (October 7, 2017): 25, https://doi.org/10.30957/edusiana.v4i1.5.
8
Ayu Winda Sari And Dina Natalia, “Metode Pembelajaran Ditinjau Dari Filsafat Pendidikan
Islam,” Jurnal suhuf 32, no 1 (Mei 9, 2020); 30,
https://journals.ums.ac.id/index.php/suhuf/aricle/view/11034/5604.

6
mediator. Ahmad syar’i mejelaskan adagiumnya Abuddin Nata yang
menukil Muhammad Fuad Abd Al-Baqy yang mengatakan bahwa lafad
“at-thariqah” sangat familiar didalam al-qur’an seperti dalam surat Al-
aqkaf [46] ayat ke 30 “al-thariqah al-mustaqimah” yang kurang lebih
artinya jalan yang lurus, “al-thariqah fi al-bahr” yang berada pada ayat 77
surah Taha [20], dengan arti yang kurang lebih jalan dilaut, ayat 16 pada
surah Al-jin yang memiliki arti kurang lebih seperti ini “ dan bahwasanya
seandainya mereka tetap berjalan lurus di atas jalan itu (agama islam)
seungguh kami akan memberi minum kepada mereka air yang segar
(rezeki yang banyak)”, dan ayat ke 17 pada surah al-Mu’minun yang urang
lebih memiliki arti “dan sesungguhnya kami telah menciptakan di atas
kamu tujuh buah jalan dan kami tidaklah lengah terhadap ciptaan (kami).9
Istilah kata metode baik dilihat dalam sudut pandang muaranya
yang berasal dari dua unsur kata meta dan hodos, dari metoda ataupun
yang berasal dari Bahasa Yunani meta ton odon, atau dilihat dari segi
pengungkapannya dalam Bahasa arab yaitu thariqoh, wasilah, dan
manhaj dan dalam bahsa inggris yaitu method. Maka bisa disimpulkan
bahwa metode itu sendiri adalah sebuah cara yang sudah tersistem dengan
baik sebagai perantara tercapainya sesuatu yang menjadi tujuan. Metode
yang merupakan perpaduan konsep dari berbagai Bahasa seperti Yunani,
Arab dan Inggris adalah sebuah pendekatan terstruktur yang membantu
mengarahkan tindakan menuju tujuan secara efektif.
Namun jika melihat dengan apa yang dijelaskan oleh A. Yunus dan
E. Kosmajadi dalam buku mereka yang berjudul “Filsafat Pendidikan
Islam”. Bahwasanya istilah metode dalam ranah Pendidikan lebih tepatnya
diartikan dengan “cara”. Karena cara memuat dampak serta adanya
keterlibatan pengaruh antara pendidik dan peserta didik. Anak cucu Adam
yang terus tumbuh dan terus berkembang sudah dapat dipastikan berkaitan
dengan Pendidikan. Oleh karenanya dengan dipastikannya kertekaitan
Pendidikan dengan anak adam mereka menggap lebih tetap arti dari
metode adalah cara. A. Yunus dan E. Kosmajadi tidak hanya mengartikan

9
Ahmad syar’i, Filsafat Pendidikan Islam (Palangka raya: CV. Narasi Nara, 2020), 136-137.

7
metode dengan cara saja mereka juga mengartikan metode dengan
prosedur atau langkah karena kata prosedur lebih berorientasi pada aspek
teknisa dalam konteks administratif sehingga untuk pekerjaan yang
bersifat dengan jiwa manusia kata prosedur menjadi kurang cocok.10
Menurut beberapa ahli seperti langgulung yang dikutip Oleh A.
Yunus dan E. Kosmajadi dalam bukunya filsafat Pendidikan islam metode
adalah suatu cara mencari, menelaah dan mensintesis data-data yang
diperlukan bagi pengembangan pengetahuan atau sistematika berpikir
untuk makna tujuan Pendidikan. Selanjutnya Bernadib juga menyatakan
bahwa metode adalah cara menentukan, mengkaji, dan mensintesis data
yang diperlukan untuk pengembangan suatu ilmu. Arifin juga berpendapat
terkait metode, beliau menyatakan metode merupakan cara atau jalan yang
mau tidak mau harus ditempuh agar tercapainya suatu tujuan.11
Kesimpualan dari ketiga pendapat tersebut dan dari secara Bahasa
baik itu dari Bahasa Yunani, Indonesia, inggris, dan arab. bahwasanya
metode merupakan suatu proses atau pendekatan yang digunakan yang
tersistematis oleh seseorang ataupun kelompok untuk mencapai tujuan
tertentu. Metode ini melibatkan langkah-langkah seperti menemukan,
menguji, dan menyusun data yang relevan, baik dalam konteks
pengembangan ilmu, pengembangan disiplin ilmu atau sekelompok orang
dalam mencapai hasil yang dinginkan melalui proses yang terstruktur dan
sistematis.

Menurut Corey, konsep belajar adalah suatu proses yang


melibatkan pengelolaan lingkungan secara sengaja untuk memungkinkan
individu melakukan perilaku tertentu dalam situasi tertentu atau merespons
situasi tertentu yang ditentukan. Pembelajaran dianggap sebagai bagian
khusus dari pendidikan dan lingkungan belajar harus dikelola dengan baik
karena memegang peranan penting dalam proses pendidikan. Visi tersebut
sejalan dengan pemikiran Sagala yang menekankan bahwa pembelajaran
merupakan kunci utama keberhasilan pendidikan. Menurut Peraturan
10
A. Yunus dan E. Kosmajadi, Filsafat Pendidikan Islam (Majalengka: Unit Penerbitan
Universitas Majalengka, 2015), 171-172.
11
Ibid,. hlm 173.

8
Menteri Pendidikan Nasional Nomor 41 Tahun 2007, pembelajaran adalah
suatu proses interaktif antara peserta didik, guru dan sumber belajar dalam
lingkungan pembelajaran. Proses pembelajaran meliputi perencanaan,
pelaksanaan, evaluasi dan pemantauan. Meliputi kegiatan pendahuluan,
kegiatan dasar dan kegiatan akhir proses pembelajaran.

Trianto mengatakan model pembelajaran adalah suatu rencana atau


pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran
di kelas atau bimbingan belajar. Model pembelajaran mencakup aspek-
aspek seperti tujuan pembelajaran, tahapan kegiatan pembelajaran,
lingkungan belajar, dan pengelolaan kelas. Sedangkan Djamarah, SB.
mendefinisikan metode pembelajaran sebagai sarana yang digunakan
untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Metode ini merupakan alat
yang digunakan guru untuk mencapai berbagai tujuan pembelajaran
setelah proses pengajaran selesai.12

Dari pengertian konsep, model, dan metode pembelajaran, kita


dapat menyimpulkan bahwa model pembelajaran adalah suatu proses atau
pola sistematis yang digunakan sebagai pedoman untuk mencapai suatu
tujuan belajar. Hal ini meliputi strategi, teknik, metode, materi, media dan
alat penilaian yang digunakan dalam proses pembelajaran. Sedangkan
metode pembelajaran adalah cara atau langkah-langkah yang digunakan
dalam proses interaksi antara peserta didik dan guru untuk mencapai
tujuan pembelajaran sesuai dengan materi dan mekanisme pembelajaran
yang telah diidentifikasi. Oleh karena itu, pemahaman yang jelas tentang
konsep, model, dan metode pembelajaran penting untuk merancang dan
melaksanakan pembelajaran yang efektif.

Nur Ahyat berpendapat, menurut Adrian, metode pembelajaran


adalah suatu ilmu yang mempelajari bagaimana suatu kegiatan
dilaksanakan secara sistematis dalam lingkungan tempat pendidik dan
siswa berinteraksi dalam pelaksanaannya. mencapai tujuannya. Kelompok
pragmatis yang berkepentingan dengan metode pembelajaran melihatnya
12
Muhamad Afandi et al., Model Dan Metode Pembelajaran Di Sekolah (Semarang: UNISSULA
PRESS, 2013.), 147–148.

9
sebagai upaya untuk membentuk sebuah prinsip, bukan sebuah otoritas
tunggal. Memang benar, pendidik dianggap sebagai individu yang lebih
berpengalaman dibandingkan peserta didik. Oleh karena itu, bimbingan
yang diberikan pendidik kepada peserta didik dinilai memberikan
pengalaman yang terarah dan sistematis.

Penting untuk diingat bahwa meskipun pendidik mempunyai pengalaman,


mereka bukanlah otoritas tunggal. Menurut para pragmatis, pendidikan
bertujuan untuk membantu siswa secara bebas memilih dan menemukan
situasi belajar yang sesuai dengan kebutuhannya. Dari perspektif ini, ruang
kelas tidak terbatas pada ruang fisik berbentuk persegi panjang yang biasa
disebut “ruang kelas” di sekolah. Di sisi lain, kursus dapat ditemukan di
mana saja dan berfungsi sebagai tempat untuk menguji dan mengkritik ide
dan konsep. Kerja lapangan langsung dinilai sangat berharga dalam
pendekatan praktisnya karena memberikan lebih banyak kesempatan
kepada siswa untuk berinteraksi langsung dengan lingkungan.
Meski kerja lapangan dan pembelajaran di luar kelas mungkin
memakan waktu lebih lama dibandingkan belajar di kelas tertutup, namun
cara-cara tersebut dinilai lebih memotivasi karena memiliki nilai intrinsik
yang tinggi. Hal ini juga dinilai lebih bermakna karena melibatkan siswa
dalam pengalaman langsung dibandingkan hanya pasif menerima
informasi dari pendidik. Pendekatan pragmatis menekankan bahwa
pembelajaran bukan hanya sekedar menyerap informasi tetapi juga tentang
mengalami, berinteraksi, dan menerapkan konsep pada konteks dunia
nyata.
Dalam hal ini pendidik berperan sebagai fasilitator yang membantu
siswa memahami dan mengeksplorasi dunianya sendiri, memberikan
bimbingan yang tepat tanpa menghilangkan kebebasan dan inisiatif anak.
Dari sudut pandang pragmatis, pembelajaran merupakan proses dinamis
yang memungkinkan siswa tumbuh dan berkembang secara komprehensif.
Jadi, menurut para ahli yang saya sebutkan, dapat ditarik sebuah tema
umum metode pembelajaran adalah cara, model, atau rangkaian kegiatan
pembelajaran yang diterapkan oleh pendidik kepada diri peserta didiknya

10
untuk meningkatkan motivasi belajarnya guna mencapai tujuan akademik
dan keagamaannya.
Metode pendidikan dalam ajaran Islam didasarkan pada
pendekatan masalah, di mana ayat-ayat Al-Qur'an turun secara bertahap
sebagai jawaban atas masalah-masalah yang muncul. Oleh karena itu,
dalam pendidikan Islam, penggunaan metode harus selaras dengan prinsip-
prinsip ajaran Islam. Ada empat dasar metode pendidikan Islam yang
harus diperhatikan.
Pertama dasar agama proses pembelajaran dalam Islam adalah
interaksi antara pendidik dan peserta didik. Untuk memastikan bahwa
interaksi ini menghasilkan hasil yang bernilai secara agama, semua yang
dilakukan dan digunakan dalam pendidikan harus sesuai dengan ajaran
agama Islam. Ini mencakup pemilihan materi, metode pengajaran, dan
nilai-nilai yang ditanamkan dalam proses pembelajaran.
Kedua dasar biologi peserta didik adalah manusia yang sedang
mengalami pertumbuhan biologis. Perkembangan biologis seseorang
berdampak pada kemampuan intelektualnya. Oleh karena itu, metode
pendidikan harus disesuaikan dengan tahap perkembangan biologis peserta
didik. Penggunaan metode yang tidak sesuai dengan tingkat kematangan
biologis peserta didik dapat menghambat pencapaian tujuan pembelajaran.
Ketiga asar psikologis Pertumbuhan psikologis peserta didik
adalah pertimbangan penting dalam memilih dan menerapkan metode
pembelajaran. Metode pendidikan Islam dianggap efektif jika
memperhitungkan perkembangan psikologis dan kondisi psikologis
peserta didik. Karena perkembangan ini memengaruhi bagaimana peserta
didik menerima nilai-nilai pendidikan dan pengetahuan yang diajarkan
oleh pendidik.
Keempat dasar sosiologis interaksi individu dalam masyarakat
memiliki dampak signifikan pada perkembangan peserta didik. Oleh
karena itu, metode pembelajaran yang digunakan harus
mempertimbangkan aspek sosiologis. Hal ini bertujuan agar tidak terjadi

11
konflik antara apa yang diajarkan di sekolah dengan nilai-nilai yang
berlaku dalam masyarakat.
Dalam intisari, metode pendidikan dalam Islam didasarkan pada
prinsip-prinsip yang mencakup dasar agama, biologi, psikologi, dan
sosiologi. Hal ini bertujuan untuk memastikan bahwa pendidikan Islam
sesuai dengan nilai-nilai agama, mempertimbangkan perkembangan fisik
dan psikologis peserta didik, serta tidak bertentangan dengan norma-
norma sosial yang berlaku dalam masyarakat.13

B. Tujuan Pendidkan Agama Islam


Dalam Islam, pendidikan memiliki peran yang sangat penting
dalam membentuk karakter individu. Karakter disebut sebagai tujuan
utama pendidikan dalam Islam, dan Al-Qur'an serta sunnah (tindakan dan
ucapan Nabi Muhammad) dianggap sebagai pedoman atau sumber utama
untuk membentuk akhlak atau karakter yang baik. 14 Hal ini selaras dengan
pendapatnya Al-Ghazali bahwa tujuan utama pendidikan dalam jangka
panjangadalah mendekatkan diri kepada Allah SWT. Hal ini harus menjadi
fokus utama, bukan untuk mencari kedudukan sosial, kemegahan,
kegagahan, atau semata-mata mencari keuntungan finansial. Jika
pendidikan tidak diarahkan untuk mendekatkan diri kepada Allah, maka
ini bisa menyebabkan munculnya perasaan kedengkian, kebencian, dan
permusuhan di antara individu.15
Dalam konteks ini, pendidikan bukanlah hanya tentang akuisisi
pengetahuan atau keterampilan semata, melainkan juga tentang
pembentukan karakter dan nilai-nilai moral yang mengarahkan individu
menuju kebaikan, ketulusan, dan kebijaksanaan. Tujuan jangka panjang
dari pendidikan adalah untuk membantu individu mengembangkan
hubungan yang lebih mendalam dengan aspek spiritual dan moral dalam
13
A. Yunus dan E. Kosmajadi, Filsafat Pendidikan Islam (Majalengka: Unit Penerbitan
Universitas Majalengka, 2015), 174–176.
14
Ummi Kulsum and Abdul Muhid, “Pendidikan Karakter melalui Pendidikan Agama Islam di Era
Revolusi Digital,” Jurnal Intelektual: Jurnal Pendidikan dan Studi Keislaman 12, no. 2 (October 21,
2022): 103, https://doi.org/10.33367/ji.v12i2.2287.
15
“A. Yunus dan E. Kosmajadi, Filsafat Pendidikan Islam (Majalengka: Unit Penerbitan
Universitas Majalengka, 2015), 173.

12
hidup mereka, sehingga mereka menjadi manusia yang lebih baik dan
bermanfaat bagi masyarakat.
Menurut Al-Ghazali, tujuan pendidikan dalam jangka pendek
adalah memungkinkan setiap individu untuk menerapkan bakat dan
kemampuan yang dimilikinya dalam menjalankan tugas-tugas dunia
dengan baik. Untuk mencapai tujuan ini, seseorang perlu menggunakan
dan mengembangkan pengetahuannya sesuai dengan bakatnya. Al-Ghazali
menekankan bahwa fokus pada kelas sosial, status, kemegahan, ketenaran,
dan kemuliaan dunia bukanlah inti dari pendidikan. Sebaliknya,
pemahaman tentang kemampuan manusia dalam menjalankan tugas-tugas
dunia dengan baik harus dipahami secara alami sebagai tujuan mendasar
dalam pendidikan.16
Tujuan Pendidikan agama islam sebenarnya sudah dijelaskan
dalam Al-qur’an yaitu pertama mendidik manusia menjadi hamba Allah
SWT. Seperti dalam Al-qur’an Surah Adz-Dzariyat ayat 56 yang yang
kurang lebih bermasud “bahwasanya Allah SWT menciptakan manusia
dan jin tidak lain hanya untuk beribadah”. Kedua menjadiakan manusia
sebagai pemimpin dimuka bumi. Dan yang ketiga menggapai menggapai
kebahagian yang dunia akhirat.17
Tujuan pendidikan agama adalah memfasilitasi perkembangan
kemampuan peserta didik dalam memahami, mendalamkan penghayatan,
dan mengaplikasikan nilai-nilai agama dalam keseharian mereka. Hal ini
tidak hanya melibatkan pemahaman teoritis, tetapi juga penerapan nyata
dalam tindakan dan sikap mereka. Selain itu, pendidikan agama juga
bertujuan untuk mengintegrasikan pemahaman dan praktik agama dengan
ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.18
Tujuan pendidikan Islam adalah meningkatkan kepercayaan pada
Tuhan adalah pencipta alam semesta. Berdasarkan Athiyah al-Abrasyi
16
A. Yunus dan E. Kosmajadi, Filsafat Pendidikan Islam (Majalengka: Unit Penerbitan
Universitas Majalengka, 2015), 172.
17
Zulkipli Nasution, “DASAR DAN TUJUAN PENDIDIKAN ISLAM DALAM KONSEP ALQURAN” 9, no.
2 (n.d.): 67–70, https://jurnal.uin-antasari.ac.id/index.php/tiftk/article/view/3366.
18
Muhamad Khusnul Muna and M. Yusuf Agung Subekti, “TUJUAN PENDIDIKAN ISLAM DALAM AL
QUR’AN [Kajian Surah Al-Hujurat Ayat 11-13 Tafsir Al- Munir Karya Wahbah Al-Zuhaili],” journal
PIWULANG 2, no. 2 (March 30, 2020): 180, https://doi.org/10.32478/piwulang.v2i2.376.

13
menemukan golnya direktur dan khususnya pendidikan Islam ini tentang
memelihara karakter dan Pendidikan jiwa Sedangkan menurut Wahid
Tujuan umum pendidikan agama adalah Bimbing anak menjadi
muslimiman yang benar dan teguh, amal shaleh danetis dan berguna untuk
masyarakat, agama dan negara.19
Tujuan pendidikan Islam adalah mencapai perwujudan nilai-nilai
Islami dalam pribadi peserta didik melalui proses pendidikan yang
berfokus pada hasil akhir yang menghasilkan individu beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Tujuan ini mencakup
pembentukan karakter dengan moral yang mulia, kecakapan, kreativitas,
dan kemandirian. Pendidikan Islam juga bertujuan untuk menciptakan
warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab, serta individu yang
mampu mengembangkan diri mereka menjadi hamba Allah yang taat dan
memiliki pengetahuan yang seimbang antara dunia dan akhirat.
Selain itu, tujuan pendidikan Islam juga mencakup pendidikan budi
pekerti yang merupakan inti dari pendidikan Islam. Pendidikan ini
berfokus pada pembentukan akhlak yang sempurna. Tujuan lainnya adalah
mengintegrasikan pemahaman agama dengan ilmu pengetahuan,
teknologi, dan seni, sehingga peserta didik dapat melihat bagaimana nilai-
nilai agama dapat diterapkan dalam dunia modern.20
Pendidikan agama Islam di sekolah bertujuan untuk memupuk,
memperkembangkan, dan meningkatkan tingkat keimanan peserta didik
dengan memberikan pemahaman, penghayatan, dan penerapan ajaran
Islam. Tujuannya adalah menciptakan individu Muslim yang terus
berkembang dalam aspek keimanan dan ketakwaan, serta memiliki
kesadaran akan identitas kebangsaan dan kewarganegaraan. Selain itu,
pendidikan agama Islam juga bertujuan untuk memberikan dasar yang
kuat bagi peserta didik sehingga mereka dapat melanjutkan pendidikan
mereka ke tingkat yang lebih tinggi.21

19
Yulia Syafrin et al., “Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam,” Educativo: Jurnal
Pendidikan 2, no. 1 (January 12, 2023): 74, https://doi.org/10.56248/educativo.v2i1.111.
20
Nabila Nabila, “Tujuan Pendidikan Islam,” Jurnal Pendidikan Indonesia 2, no. 5 (May 25, 2021):
669–871, https://doi.org/10.36418/japendi.v2i5.170.

14
Dalam konteks ini, pemahaman agama tidak hanya sebatas
pengetahuan tentang ajaran dan keyakinan, tetapi juga melibatkan
pemahaman yang mendalam tentang signifikansi spiritual dan moral dalam
agama tersebut. Peserta didik diajak untuk merenungkan dan
menginternalisasi nilai-nilai agama dalam diri mereka sehingga dapat
menghayatinya secara lebih bermakna.Lebih lanjut, pendidikan agama
tidak berdiri sendiri, melainkan mengintegrasikan nilai-nilai agama dengan
ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. Ini memungkinkan peserta didik
untuk melihat bagaimana nilai-nilai agama dapat membimbing dan
membentuk pandangan mereka terhadap dunia modern. Dengan demikian,
tujuan pendidikan agama adalah menciptakan individu yang memiliki
pemahaman yang holistik tentang agama mereka, mampu menerapkan
nilai-nilai agama dalam konteks masa kini, dan dapat berkontribusi dalam
bidang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan masyarakat secara
keseluruhan.
KESIMPULAN
Metode pembelajaran merupakan suatu proses atau pendekatan
yang digunakan yang tersistematis oleh seseorang pendidik ataupun
kelompok yang meberikan pengetahuan baik itu agama filosofis ataupun
yang laiannya guna mencapai tujuan tertentu. Metode ini melibatkan
langkah-langkah seperti menemukan, menguji, dan menyusun data yang
relevan, baik dalam konteks pengembangan ilmu, pengembangan disiplin
ilmu atau sekelompok orang dalam mencapai hasil yang dinginkan melalui
proses yang terstruktur dan sistematis.
Metode begitu urgen sekali dalam mencapai tujuan tidak hanya
dalam Pendidikan saja melainkan dalam hal apapun. Memang dalam
keberhasilan rencana yang terstruktur tidak menjamin untuk tercapainya
suatu tujuan namun dengan adanya metode peluang untuk sampai kepada
tujuan itu menjadi lebih besar. Pendidikan agama islam memiliki begitu
banyak tujuan namun yang paling penting dalam beberapa tujuan yaitu

21
Nia Nursaadah, “Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) Di Sekolah Dasar,” Jurnal
Pendidikan Profesi Guru Agama Islam 2, no. 1 (2022): 401,
http://studentjournal.iaincurup.ac.id/index.php/guau.

15
menjadikan manusia sebagai hamba Allah SWT untuk mengabdi dan
menyembah kepada-Nya. Karena Tuhan menciptakan kita semua tidak lain
hanya untuk beribadah.
Namun tidak hanya itu Tuhan pun menjadikan kita sebagai
khalifah dimuka bumi. Artinya kita sebagai khalifah dimuka bumi harus
memilik keilmuan yang begitu luas agar kita bisa mengelola dan
memelihari alam semesta. Jadi dalam tujuan Pendidikan agama Islam
bahwa pengajar harus mampu untuk menjaadikan manusia lain (peserta
didik) agar sampai kepada apa yang dituju dari Pendidikan itu sendiri.
Dalam artikel ini kami tidak memapar jenis jenis metode karena Secara
filosofis tidak ada satu metode pun yang paling tepat dalam hal
pembeljarana karena setiap metode mempunyai kelebihan dan kekurangan.
Metode yang baik adalah yang sesuai dengan mata pelajaran, kepribadian
siswa serta situasi dan kondisi lingkungan. Suatu metode dikatakan tepat
apabila mengandung nilai-nilai internal dan eksternal yang sesuai dengan
mata pelajarannya dan jika dapat digunakan secara fungsional untuk
mewujudkan nilai-nilai ideal yang dikandungnya dalam tujuan pendidikan
Islam.

BIBLIOGRAFI

Afandi, Muhamad, S Pd, M Pd, Evi Chamalah, S Pd, M Pd, Oktarina Puspita
Wardani, S Pd, and M Pd. Model Dan Metode Pembelajaran Di Sekolah.
Semarang: UNISSULA PRESS, n.d.
Ahyat, Nur. “Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Islam.” EDUSIANA:
Jurnal Manajemen dan Pendidikan Islam 4, no. 1 (October 7, 2017): 24–
31. https://doi.org/10.30957/edusiana.v4i1.5.
Fajar, Dewanto Putra, and Akhirul Aminulloh. “Awal Mula Kemampuan
Berkomunikasi: Sebuah Tinjauan.” journal of southeast asian
communication 3, no. 1 (2023): 29–42. https://doi.org/10.21776/u
b.tuturlogi.2023.003.01.04.
Farhan, Agil, Bachrul Ilmi, Anggito Hanan Nugroho, Adyssa Zahrani, and Alan
Chandra Ariefan. “Pemanfaatan Bibliografi dan Terbitan Pemerintah di

16
Perpustakaan sebagai Sumber Informasi.” Jurnal Pustaka Ilmiah 8, no. 1
(June 30, 2022): 30. https://doi.org/10.20961/jpi.v8i1.60638.
Hermawan, A Heris, and M Ag. Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta Pusat:
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN ISLAM KEMENTERIAN
AGAMA 2012.
Kulsum, Ummi, and Abdul Muhid. “Pendidikan Karakter melalui Pendidikan
Agama Islam di Era Revolusi Digital.” Jurnal Intelektual: Jurnal
Pendidikan dan Studi Keislaman 12, no. 2 (October 21, 2022): 157–70.
https://doi.org/10.33367/ji.v12i2.2287.
Mukaromah, Ning. “DINASTI ABBASIYAH METODE DAN MATERI
PENDIDIKAN DASAR (KUTTAB).” JURNAL TARBAWI 05, no. 01
(2018)
http://ejournal.kopertais4.or.id/tapalkuda/index.php/tarbawi/article/view/
3093.
Muna, Muhamad Khusnul, and M. Yusuf Agung Subekti. “TUJUAN
PENDIDIKAN ISLAM DALAM AL QUR’AN [Kajian Surah Al-Hujurat
Ayat 11-13 Tafsir Al- Munir Karya Wahbah Al-Zuhaili].” journal
PIWULANG 2, no. 2, 2020, https://doi.org/10.32478/piwulang.v2i2.376.
Nabila, Nabila. “Tujuan Pendidikan Islam.” Jurnal Pendidikan Indonesia 2, no. 5
(May 25, 2021): 867–75. https://doi.org/10.36418/japendi.v2i5.170.
Nasution, Abdul Gani Jamora. “PEMBELAJARAN EDUTAINMENT:
TINJAUAN FILOSOFIS PENDIDIKAN ISLAM.” Jurnal pendidikan
bahasa dan sastra Arab 32, no. 1 (2018).
http://jurnal.uinsu.ac.id/index.php/ihya/article/view/1324.
Nasution, Zulkipli. “DASAR DAN TUJUAN PENDIDIKAN ISLAM DALAM
KONSEP ALQURAN” 9, no. 2 (n.d.)
https://jurnal.uin-antasari.ac.id/index.php/tiftk/article/view/3366.
Nursaadah, Nia. “Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) Di Sekolah
Dasar.” Jurnal Pendidikan Profesi Guru Agama Islam 2, no. 1 (2022):
397–209. http://studentjournal.iaincurup.ac.id/index.php/guau.
Sari, Ayu Winda, and Dina Natalia. “METODE PEMBELAJARAN DITINJAU
DARI FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM,” jurnal suhuf,
Syafrin, Yulia, Muhiddinur Kamal, Arifmiboy Arifmiboy, and Arman Husni.
“Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam.” Educativo: Jurnal
Pendidikan 2, no. 1 (January 12, 2023): 72–77.
https://doi.org/10.56248/educativo.v2i1.111.
Syar'i, Ahmad. “Filsafat Pendidikan Islam, ”n.d.
Yunus, A. Dan E Kosmajadi. Filsafat Pendidikan Islam. Majalengka: Unit
Penerbitan Universitas Majalengka, 2015.

17

Anda mungkin juga menyukai