Arsel A Rumambi (1801093)
Arsel A Rumambi (1801093)
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
(sumarauw, 2013).
diposisi ketiga diikuti Negara Brazil dengan jumlah 811 ribu jiwa
oleh Rusia dengan Narapidana 472 ribu orang. Kemudian ada Negara
1
Thailand memiliki kasus dengan 309 ribu Narapidana dan dikuti oleh
mencapai sekitar 249 ribu orang pada 2020, dan ditahun 2021 sebanyak
266 jiwa. sedangkan kapasitas penjara secara nasional hanya sekitar 132
ribu. Sampai 3 Mei 2022, WPB menilai tingkat keterisian penjara atau
Klas IIA Kota Manado, Lapas Klas IIB Bitung, Lapas Lapas Klas IIB
Tondano, Lapas Klas IIB Ulu Siau, Lapas Klas III Amurang, Lapas
Klas III Enemawira, Lapas Klas III Lirung, Lapas Klas III Tagulandang,
Lapas Klas III Tamako, Lapas Perempuan Kelas IIB Manado, Lembaga
Rutan Klas IIB Kotamobagu. Untuk tahanan yang paling tinggi berada
di Rutan Klas IIA Manado, diikuti Oleh Lapas Klas IIA Manado, dan
2
dapat mempengaruhi gangguan psikologis yang besar terutama pada
karena jika semakin berat tindak pidana yang dilakukan maka semakin
2014).
Setiawan & Hidayat, 2016). Seseorang bisa menjadi cemas bila dalam
3
kehidupannya terancam oleh sesuatu yang tidak jelas karena kecemasan
dapat timbul pada banyak hal yang bereda-beda. banyak hal yang
jiwa atau psikisnya seperti kehilangan arti hidup (merasa bahwa masa
4
ketegangna otot, menurunkan anxietas, mengatasi insomnia, depresi,
ini lebih unggul dari terapi lainnya karena dapat menahan respon stress
secara sadar (Ilmi, Dewi dan Rasni, 2017). Terapi relaksasi otot progresif ini
Penelitian lain juga yang telah dilakukan oleh (Eyet Hidyat, Zaitun, Ati Siti
5
yang didapatkan, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN PENELITIAN
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
6
D. MANFAAT PENELITIAN
1. Manfaat Teoritis
2. Manfaat Pfaktis
a. Bagi Peneliti
keperawatan Jiwa
b. Bagi Responden
7
informasi serta berguna dalam dunia lingkup keperawatan khususnya
penelitian
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
9
Menurut (Nurmaya,2018) indikasi dari terapi relaksasi otot progresif :
yang tenang
b. Persiapan klien
c. Prosedur pelaksanaan
10
Gerakan 1 : Diperuntukan untuk melatih otot tangan
belakang
mengendur
rahang
mulut
belakang
1. Definisi Kecemasan
dari Bahasa Latin angustus yang memiliki arti kaku, ango, dan anci yang
11
berarti mencekik (Trismiati, dala (Yuke, 2010) m) Kecemasan (Axienty)
adalah kondisi emosional dengan timbulnya rasa tidak nyaman pada diri
dengan perasaan yang tidak berdaya serta tidak menentu yang disebabkan
oleh suatu hal yang belum jelas (Annisa & Ifdil, 2016)
Kecemasan atau ansietas ialah sebuah rasa yang tidak santai, tidak
Ansietas juga ialah sebuah rasa ketakutan atas terjadinya sesuatu yang
berdaya serta tidak menentu yang disebabkan oleh suatu hal yang belum
jelas.
2. Tingkat Kecemasan
a. Kecemasan ringan
12
hipersensitif terhadap suara, vital sign dan pupil normal.
b. Kecemasan sedang
mukusa tak baik, tremor, kesulitan bab. Sedang respon pikiran ialah
c. Kecemasan berat
tidak peka, sulit konsen, juga tak bisa pelajari dengan detail. Pada
egois.
d. Panik
kehilangan kendali atau control diri, persepsi kacau dan tidak dapat
13
berfokus pada diri sendiri.
3. Aspek-Aspek Kecemasan
buruk.
C. Konsep Narapidana
1. Pengertian Narapidana
kemerdekaan” dalam Lapas. Meski hilang rasa merdeka, tapi disisi lain
Narapidana ialah nama seorang dengan lakukan hal yang jahat serta
2. Kewajiban Narapidana
14
Naskah Akademik Rancangan Undang-Undang Tentang Pemasyarakatan
a. Ikut binaan aktifitas jasmani dan rohani dan aktifitas lain secara baik
aktifitas
3. Hak Narapidana
b. Dapatkan pengetaghuan
lainnya
15
Cara kerja ROP terhadap penurunan kecemasan merupakan salah satu
teknik pengelolaan diri yang didasarkan pada sistem kerja saraf simpatis dan
berbagai aspek kesehatan fisik dan didalam sistem saraf pusat dan saraf
contohnya fungsi digesti dan kardiovaskuler. Sistem saraf otonom ini terdiri
atas subsistem yaitu saraf simpatis dan parasimpatis yang kerjanya saling
E. Penelitian terkait
Dwi Intan Permata Sari) dengan judul Pengaruh Teknik relaksasi otot
premenstrual syndrome.
16
menggunakan pendekatan One Group Pra-Post test design. Populasi
relaksasi otot progresif dengan satu kali terapi per hari selama 20 menit
Kabupaten Magetan
17
Kabupaten Bone.
selama 15-20 menit, dan dilakukan setiap hari selama 5 hari. Setelah
18
BAB III
KERANGKA KONSEP
A. KERANGKA KONSEP
antara variable yang diteliti (Nursalam, 2017). Kerangka konsep adalah suatu
hubungan antara konsep satu dengan konsep lainnya dari masalah yang
Keterangan :
: Yang Diteliti
19
: Pengaruh
B. Hipotesis penelitian
C. Definisi operasional
20
No Variabel Definisi Parameter Alat Skala skor
operasional ukur ukur
1. Variabel Teknik relaksasi - SOP - -
Independe otot progresif mengencangkan
n: dilakukan otot
Relaksasi dengan cara -
Otot mengendorkan mengendurkanot
Progresif atau otot
mengistirahatka -
n otot-otot, mengistirahatka
pikiran dan n otot
mental dan - rileks
bertujuan untuk - kosentrasi
mengurangi
kecemasan
2. Variabel Kecemasan - takut Kuisi Ordina Cemas
Dependen merupakan - khawatir oner l ringan :
: Tingkat keadaan - gelisah (STA 20-39
Kecemasa emosional - bingung I)
n negative yang - terganggu Cemas
ditandai dengan - tegang sedang :
adanya firasat 40-59
dan somatic
ketegangan, cemas
seperti hati berat:
berdebar 60-80
kencang,
berkeringat pada
narapidana
21
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
2016)
rancangan penelitiannya adalah one group pre and post test design yaitu
X1 Y X2
Keterangan :
22
X2 : Tingkat kecemasan sesudah diberikan Relaksasi Otot Progresif
1. Tempat
Kota Manado
1. Populasi
2. Teknik Sampel
3. Kriteria Sampel
23
kriteria sebagai berikut :
a. Kriteria Inklusi
populasi target yang terjangkau dan akan diteliti (Nursalam, 2012). Kriteria
Inklusi yaitu kriteria yang ditentukan peneliti dan harus dipenuh responden
agar bisa dijadikan sampel dalam penelitian. Kriteria inklusi penelitian ini
1 tahun
b. Kriteria eksklusi
a. Instrument Penelitian
24
Instrumen penelitian merupakan alat yang digunakan peneliti untuk
2. Variabel
a. Variable Independent
b. Variabel Dependen
25
E. Teknik pengumpulan Data
1. Data Primer
Data primer atau data yang di daptkan dari orang yang pertama atau
sumber informasi yang di cari (Siswanto & Surianto, 2013). Data primer dari
2. Data Sekunder
Data sekunder yaitu data yang diperoleh peneliti secara tidak langsung
dari sumber datanya. Data sekunder dapat diperoleh dari jurnal, laporan,
F. Analisa Data
1. Analisa univariat
adalah data yang diperoleh dari hasil pengumpulan dapat disajikan dalam
f
( P = x 100 )
n
Keterangan :
26
P = Presentase
f = Frekuensi
n = Jumlah Sampel
2. Analisa Bivariat
Data akan diolah menggunakan SPSS, dalam penelitian ini untuk melihat
dan dilakukan uji normalitas data, jika tidak normal menggunakan uji
Alternatif Wilcokson .
G. Etika Penelitian
1. Informed Consent
27
2. Anonimity ( kerahasiaan nama / identitas)
penelitian
28
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Bapak Yusran Sa’ad, Bc. IP., SH., MH. Jumlah Narapidana Di Lembaga
2. Karakteristik Responden
29
Manado.
Banyaknya responden
Umur
Frequency (F) Presentase %
17-25 3 20.0
26-35 8 53.3
36-45 4 26.7
Total 15 100.0
Data Primer, 2022
Kota Manado.
Banyaknya responden
Jenis Kelamin
Frequency (F) Presentase %
Laki-laki 15 100.0
Total 15 100.0
Data Primer, 2022
30
c. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Masa kunjungan
Banyaknya responden
Masa Kunjungan Frequency (F) Presentase %
Tidak ada 15 100.0
Total 15 100.0
Data Primer, 2022
3. Analisa Univariat
Banyaknya responden
Kategori
Frequency (F) Presentase %
31
Kecemasan Ringan 0 0
Banyaknya responden
Kategori
Frequency (F) Presentase %
32
kategori kecemasan ringan, ada 5 orang responden dengan persentase
4. Analisa Bivariat
intervensi terdapat nilai mean rank pada saat dilakukan pretest sebesar
7,00 sedangkann pada posttest sebesar 0.00 menyatakan pada mean rank
33
artinya alternatif (Ha) diterima atau ada pengaruh yang nyata setelah
B. Pembahasan
Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia. Lokasi penelitian ini
Juli 2022 untuk mengetahui seberapa besar pengaruh teknik relaksasi otot
relaksasi otot progresif, Setelah itu diukur kembali tingkat kecemasan dengan
data dengan program SPSS versi 16. Jika nilai p didapatkan <0.05 di
nyatakan data tidak normal sedangkan nilai p didapatkan >0.05 maka data
34
dinyatakan normal. Sesuai dengan hasil yang di dapatkan yaitu p Value =
0.001 (<0.05) maka data tidak normal. Jika sudah menggunakan uji
normalitas data maka lanjut menggunakan uji alternatif yaitu uji Wilcoxon.
Hasil dari uji tersebut di dapatkan hasil nilai p 0.001 yang berarti bahwa
perbedaan yang signifikan antara hasil sebelum dan sesudah diberikan intervensi.
Dari hasil posttest dapat dilihat ada 2 orang responden yang tetap berada
35
pelaksanna intervensi, peneliti melihat responden kurang fokus dalam
ketika sedang stres ataupun cemas dan hampir sering mudah tersinggung.
Peneliti juga melakukan Tanya jawab dengan 2 orang responden yang dari
sudah mulai bisa mengontrol emosi, akan berusaha tidak terlalu beresaksi
berlebihan pada situasi, belajar untuk tidak mudah tersinggung ataupun marah
dan mencoba untuk tidak cepat marah jika terjadi sesuatu yang tidak
dengan responden yang pertama, yaitu beliau akan berusaha untuk tetap
Hal ini sejalan dengan penelitian (Dian Anisia Widyaningrum, Dwi Intan Permata
Sari 2019) dengan hasil tingkat kecemasan sebelum dilakukan intervensi paling
dilakukan intervensi paling banyak dalam kategori cemas ringan yaitu 53,3%.
Berdasarkan dari hasil uji statistik didapatkan ρ value 0,001< 0,05, ini
36
adanya ketidaknyamanan atau rasa takut yang di sertai suatu respon.
Kecemasan juga dapat pula di terjemahkan sebagai suatu perasaan takut akan
sebagai seorang orang tua, serta merasa cemas untuk menunggu bisa kembali
mereka Kembali, hilannya support system, tidak adanya masa kunjungan dan
imobilisasi ekonomi,
bermain musik dan penggunaan obat (Mumpuni, dan Wulandari, 2019). Relaksasi
otot progresif adalah suatu metode yang terdiri atas peregangan dan relaksasi
sekelompok otot serta memfokuskan pada perasaan rileks (Solehati & Kosasih,
2015).
37
ketegangan otot ketika melakukan terapi relaksasi otot progresif dimana dapat
meningkatkan relaksasi.
pada leher dan punggung, menurunkan tekanan darah tinggi, fobia ringan
18-40 tahun ini merupakan usia dewasa awal yang merupakan periode
baru. Kepribadian pada usia ini lebih membutuhkan daya adaptasi yang lebih
besar terhadap kecemasan. Menurut peneliti, usia dewasa awal ini merupakan
38
diperkuat oleh penelitian Utari, (2017) yang menyatakan bahwa usia yang
salah satu faktor yang mempengaruhi kecemasan warga binaan. Hal ini sesuai
yang lebih muda cenderung memiliki pengalaman hidup yang belum banyak
permasalahan yang ada. Sedang usia yang lebih tua cenderung lebih bisa
kembali lagi. Status mantan narapidana yang dia miliki seringkali menjadi
39
negatif dari masyarakat. Para mantan narapidana tersebut dicap sebagai orang
jahat yang perlu dihindari dan dijauhi. Hal ini juga sejalan dengan pendapat
keluarga menunjukan hasil tidak ada masa kunjungan keluarga dari 15 orang
atau semua dari total responden dengan presentase nilai (100%). Kementrian
Kementrian hukum dan HAM untuk mengantisipasi virus corona atau covid-
telepon khusus (wartelsus) bagi warga binaan yang ingin melakukan videocall
secara virtual. Untuk penitipan barang pun telah diatur. Keluarga boleh
40
menitipkan barang berupa makanan yang dijadwalkan hari Senin dan Kamis,
kalau uang dari Senin sampai Sabtu dibuka pelayanannya mulai dari jam
09.00 - 11.30. Barang yang masuk tersebut juga melewati protokol kesehatan,
dilakukan selama mereka menjalani masa hukuman belum ada keluarga yang
41
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
pemasyarakatan kelas IIA Kota Manado serta sudah diuji dengan memakai
Manado.
42
B. Saran
1. Bagi Responden
43