Anda di halaman 1dari 20

TUGAS KELOMPOK IRIGASI DAN DRAINASE

“PERUNDANGAN TENTANG AIR TANAH DI INDONESIA”

Disusun Oleh:
Kelompok:1
Kelas: Q
Anggota Kelompok:
Ririn Hoerunnisa (215040200111012)
Alda Fesnita (215040200111117)
Cintantya Medina (215040200111149)
Iftitah Nurweninging Ati (215040201111145)
Yudhika Tsabitah R. Z. (215040207111047)
Rajendra Adjie Dharma (215040207111125)

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2023
Produk Hukum: PP 43 Tahun 2008 tentang Air Tanah
Bab Bagaimana Pelaksanaan atau Aplikasi dari Pasal- Apa Permasalahan dan Apa Pendapat Kelompok
pasal pada Bab Terkait? Kendala yang Dihadapi Agar Implementasu
dalam Rangka Perundangan Dapat
Mengimplementasikan Dilaksanakan dengan
Perundangan tersebut? Baik?
Bab II Pelaksanaan pasal mengenai landasan pengelolaan air Permasalahan yang sering Penerapan Pasal
Landasan tanah dapat dikatakan telah sudah cukup baik dalam dijumpai dalam pelaksanaan Pengelolaan Air Tanah
Pengelolaan pengaplikasiannya. Pengelolaan yang terdapat di pasal pasal Pengelolaan Air tanah akan berjalan apabila
Air Tanah ini telah mengikuti alur pelaksanaan, yaitu konservasi, adalah sebagai berikut: mengikuti prosedur yang
(Pasal 4-17) pendayagunaan, pengendalian daya rusak, dan sistem • Permasalahan paling telah ditentukan, dan
informasi. Namun, terdapat permasalahan kecil dalam umum yang memiliki solusi untuk
pemerataan pengaplikasian pengelolaan air tanah di ditemukan yaitu mengatasi setiap
beberapa wilayah Indonesia. mengenai keadaan permasalahan yang
Pasal 5 ayat 1, menjelaskan bahwa ditetapkan mengenai geologi suatu daerah. muncul. Air adalah
konservasi air tanah, pendayagunaan air tanh, Daerah dengan kebutuhan penting dalam
pengendalian daya rusak air tanah, dan sistem informasi keadaan berbatu kehidupan sehari-hari
air tanah dengan memerhatikan kondisi air tanah umumnya tidak manusia, dan masalah
setempat. memiliki kemampuan terkait air tidak boleh
Namun, hal ini sesuai karena seperti di Kabupaten yang bagus dalam diabaikan. Karena semua
Sambas, Provinsi Kalimantan Barat tidak mengatuhi menyimpan dan orang memerlukan air
informasi mengenai air tanah baik secara kualitas dan meneruskan air. Hal untuk kelangsungan hidup,
kuantitas. Selain itu, diikuti juga dengan pemetaan ini menyebabkan pemerintah harus segera
terkait air tanah secara sistematis untuk sebagian besar kecilnya potensi air menemukan solusi untuk
wilayah Kaimantan Barat. tanah yang dimiliki. masalah air tanah sebagai
Sebagai contoh yaitu sumber utama air bersih.
pada Kabupaten Contohnya, ketika
Sleman. Daerah menghadapi kendala umum
Sleman memiliki seperti kurangnya daerah
suatu perbukitan resapan air atau kondisi
Prambanan dengan geologi yang tidak
kondisi litologi yang mendukung, pemerintah
tergolong dalam 6 dapat mencari solusi
jenis batuan (Kristanto alternatif seperti menggali
et al., 2020). Aryanto sumber air dari berbagai
dan Gagoek (2017) sumber lainnya. Penting
menyatakan bahwa untuk memastikan bahwa
kondisi hidrologi pada masyarakat tetap
daerah resapan harus mendapatkan pasokan air
diperhatikan. Adapun untuk kebutuhan sehari-
lahan resapan yang hari dan untuk mendukung
baik berbanding lurus sektor ekonomi seperti
dengan tinggi dari pertanian. Di wilayah-
permukaan tanah dan wilayah tertentu yang
juga keadaan datar memiliki pasokan air tanah
bidang tanah tersebut. yang cukup, pemerintah
• Jumlah yang perlu menetapkan wilayah
penduduk terus perlindungan untuk
meningkat dapat cekungan air agar
berpengaruh terhadap menghindari kerusakan
jumlah penggunaan air lingkungan karst oleh
bersih. Selanjutnya individu yang tidak
pemerintah membuka bertanggung jawab dan
sumber air bersih yang memberikan sanksi.
dapat memenuhi
kebutuhan air
masyarakat. Hal ini
diikuti dengan
pengelolaan air tanah.
Saat musim hujan tiba,
kadar air infiltrasi
dapat bersifat
seimbang atau surplus.
Sebaliknya pada
musim kemarau/
kering, kadar air tanah
dapat bernilai minus
untuk berbagai
keperluan seperti
kebutuhan pertanian
maupun konsumsi
pribadi. Hal ini terjadi
di Kabupaten Blitar,
tepatnya pada daerah
dengan metode
pemanfaatan air non
cekungan (Widodo,
2013).
• Area pemanfaatan air
yang semakin
bertambah, membuat
kadar air tanah akan
terdegradasi atau
berkurang. Selain itu,
alih fungsi lahan juga
menyebabkan
perubahan aliran air
hujan, karena danya
pembangunan yang
menyebabkan air
hujan yang seharusnya
diserap dan tersimpan
di dalam tanah
menjadi mengalir ke
sungai hingga laut.
Minimnya daerah
konservasi air tanah
membuat pemerintah
kesulitan untuk
mengimplementasikan
pasal mengenai
pengelolaan air tanah
(Widodo, 2013).
• Hilangnya fungsi
resapan air (karst)
berdampak pada
kerusakan pada
cekungan air tanah
(CAT). Karst
merupakan sebuah
medan yang
mempunyai porositas
yang baik sehingga
dimanfaatkan sebagai
daerah cadangan air
yang strategis.
Apabila karst tersebut
mengalami kerusakan
atau menghilang yang
disebabkan oleh faktor
alam maupun manusia
maka berpengaruh
pada ketersediaan air
tanah, dimana akan
menghambat
pemerintah untuk
mengaplikasikan
pengelolaan air tanah
dengan baik (Nugroho
dan Paripurno, 2019).
BAB III Pelaksanaan dari pasal-pasal pada bab terkait berjalan Hambatan yang dihadapi Diperlukan sinergi dan
Pengelolaan dengan baik. Namun, terdapat beberapa kendala yang adalah keterbatasan sumber koordinasi yang kuat di
Air Tanah dihadapi sehingga dapat menghambat proses daya air tanah yang ada, yang antara instansi-instansi
• Pasal 18-31 implementasinya mengakibatkan peningkatan terkait untuk
pengambilan air tanah di kota- mengembangkan kebijakan
kota besar. Menurut nasional mengenai
Prahastianto (2014), ada pengelolaan air tanah.
beberapa masalah yang masih Dalam kerangka sistem
sering muncul dalam pengelolaan sumber daya
pengelolaan air tanah, yaitu: air yang terintegrasi,
1. Menyebabkan kerusukan pengelolaan air tanah
lingkungan apabila diintegrasikan dengan
pengelolaan air tanah yang pengelolaan air permukaan
dilakukan tidak sesuai dengan dan air hujan. Keterpaduan
kaidah-kaidah lingkungan. ini mencakup aspek
2. Adanya permasalahan kebijakan, strategi, dan
sosial berupa keresahan rencana pengelolaan. Oleh
masyarakat akibat bencana karena itu, koordinasi aktif
yang ditimbulkan seperti antara instansi-instansi
kekeringan pada sumur terkait serta sosialisasi
penduduk, mengenai aspek-aspek
3. Permasalahan transportasi terkait sangat penting untuk
yang menyebabkan kendaraan mencapai pengelolaan air
pengangkung melampaui tanah yang efektif.
batas kepadatan pada arus lalu
lintas.
tegrasi di antara lembaga
pengumpul.
4. Tidak ada kejelasan
mengenai wewenang dan
tanggung jawab dalam
pelaksanaan pengelolaan air
tanah.
5. Sistem pengambilan
keputusan tidak efektif karena
campur tangan pemerintah
dalam pengelolaan air tanah di
daerah.
6. Tidak ada jaringan data
dan informasi air tanah yang
terindentifikasi
• Pasal 35-46 Penerapan PP 43 Tahun 2008, terutama dalam pasal 35- Upaya untuk menerapkan PP Ada beberapa tindakan
38 yang mengatur tentang konservasi dan pemantauan 43 Tahun 2008 pasal 39-46 yang sebaiknya diambil
air tanah oleh pemerintah Indonesia yang berwenang, tentang perlindungan, oleh pemerintah untuk
telah berlangsung dengan serius. Balai Konservasi Air pelestarian, pengelolaan memastikan pelaksanaan
Tanah Indonesia telah melaksanakan pengumpulan data kualitas, dan pengendalian perundangan berjalan
dan upaya konservasi pada 84 sumur pantau dan 108 pencemaran. Kendala yang dengan efektif, yaitu:
sumur produksi. Sumur-sumur ini tersebar di sejumlah dapat ditemukan menururt meningkatkan upaya
entitas, termasuk Balai Konservasi Air Tanah itu sendiri, Djunaedi (2011), yaitu: konservasi air tanah untuk
kantor pemerintah, masjid, stasiun pengisian bahan 1. Potensi ketersediaan air di mengurangi risiko
bakar, perusahaan, hotel, dan rumah warga. Dengan DAS Blega masih cukup pencemaran; melakukan
demikian, dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan pasal untuk memenuhi kebutuhan reboisasi di wilayah yang
35-38 telah berjalan dengan baik." air, tetapi wilayah ini telah mengalami
tergolong sebagai daerah penggundulan hutan untuk
kritis air. Hal ini disebabkan memulihkan fungsi daerah
oleh beberapa faktor, resapan air;
termasuk deforestasi di mengoptimalkan
wilayah resapan air, penggunaan daerah
kurangnya pemanfaatan resapan air dengan
potensi air yang ada, peningkatan baik dari segi
kekurangan infrastruktur kualitas maupun kuantitas;
penampungan air seperti melakukan kampanye
waduk atau bendungan, dan sosialisasi kepada
kurangnya kesadaran masyarakat untuk
masyarakat dalam menjaga meningkatkan kesadaran
lingkungan dan sumber daya akan pentingnya
air. pelestarian lingkungan,
2. Pencemaran air tanah telah serta memperketat
terjadi di berbagai daerah, penegakan aturan terkait
terutama di daerah perkotaan, pembuangan dan
dengan tiga tingkat pengolahan limbah,
keparahan pencemaran: terutama yang berasal dari
berat, sedang, dan ringan. sektor industri.
Pencemaran ini disebabkan
oleh limbah pabrik dan rumah
tangga. Pabrik-pabrik ini
menghasilkan berbagai jenis
limbah kimia selama proses
produksi. Selain itu,
peningkatan populasi
penduduk telah menyebabkan
peningkatan pencemaran
tanah. Saat ini, belum ada
infrastruktur pengelolaan
limbah yang memadai,
sehingga limbah tersebut
meresap ke dalam tanah dan
mencemari air tanah
(Widiyanto et al., 2015)."

• Pasal 47-60 Penerapan PP 43 Tahun 2008,pasal 52-55 yang mengatur Masalah yang dihadapi dalam Untuk memastikan
tentang penggunaan air tanah dilakukan dengan pengambilan air tanah secara pelaksanaan peraturan
maksimal. Namun, ada beberapa kendala yang intensif dapat memberikan berjalan dengan sukses,
menghambat pelaksanaan dari ketentuan-ketentuan dampak-dampak bagi ada beberapa langkah yang
tersebut. masyarakat dan juga bisa diambil. Penggunaan
lingkungan. air tanah harus didasarkan
- Pemanfaatan air tanah harus pada prinsip keseimbangan
dilakukan dengan dan pelestarian air tanah itu
memperhatikan aspek-aspek sendiri, sehingga tidak
lingkunga, karena menimbulkan dampak
penggunaan yang berlebihan negatif pada lingkungan
dapat menibulkan kerusakan sekitar. Strategi
lingkungan yang serius dan pemanfaatan air tanah
degradasi lahan dapat dilaksanakan melalui
(Rejekiningrum, 2009). sejumlah tahapan,
- Pengambilan air tanah yang termasuk perizinan,
melebihi rata-rata dapat pengawasan,
mengakibatkan penurunan pengendalian, dan
tinggi permukaan air tanah, konservasi air tanah. Selain
yang pada gilirannya dapat itu, untuk menjaga
menyebabkan genangan air kelangsungan pemanfaatan
atau bahkan banjir di wilayah dan ketersediaan air tanah,
tersebut. Penurunan kualitas diperlukan upaya
tanah juga dapat disebabkan pelestarian melalui
karena intrusi air, yaitu pengelolaan air yang
masuknya air laut ke daratan. bijaksana.
Hal ini diakibatkan karena
perbedaan tekanan dan
pengambilan air tanah yang
berlebih (Indriastoni, 2014).
• Pasal 61-66 Pasal 61-66 menjelaskan dan mengatur tentang Hambatan yang dihadapi Untuk memastikan
pengendalian daya rusaka air dan penanggulangan dalam, mengimplementasikan implementasu perundangan
intrusi air asin yang dilakukan dengan tujuan untuk perundangan tersebut, yaitu pada pasal tersebut dapat
mengurangi amblasan tanah dan mendapatkan kondisi dapat membahayakan berjalan dan dilaksanakan
lingkungan yang baik dan terpelihara. keadaan lingkungan dan dengan baik, maka perlu
masyarakat sekitar. Apabila adanya kebijakan dari
pengambilan air tanah tanah peemerintah setempat
disekitar patai dilakukan dalam kewenanganya
dengan jumlah yang tidak mengambil tindakan
terbatas dalam menggagu sebagai upaya
keseimbangan antara air tanah pengandalian daya rusak air
tawar dan air tanah asin. tanah. Selain itu, perlu
Selain itu pembuatan apabila adanya koordinasi atau
terdapat kesa;ahan dalam pemberdayaan masyarakat
pembuatan sumur injeksi setempat terkait adanya
dapat memberikan dampak upaya pengendalian daya
negatif bagi masyarakat rusak air sehingga
sehingga tidaka akn berfungsi masyarakat dapat berperan
dengan baik. dalam upaya mitigasi
tersebut. Upaya
pengendalain daya rusak air
yang dapat dilakukan, yaitu
upaya pencegahan fisik
seperti pembangunan
sarana dan prasarana dalam
rangkan pencegahan
kerusakan/bencana yang
diakibatkan oleh daya rusak
air. Sedangkan pencegahan
non fisik seperti
Penyeimbangan hulu dan
hilir wilayah sungai adalah
penyelarasan antara upaya
kegiatan konservasi di hulu
dengan pendayagunaan di
hilir. Selain itu perlu
adanya penanggulangan
saat terjadi bencana dan
pemulihan setelah terjadi
bencana,
Bab IV Pelaksanaan dari pasal-pasal pada bab IV beberapa • Ditemukan Pengawasan pemerintah
Perizinan sudah berjalan dengan baik. Namun, terdapat beberapa pelanggaran pasal 69 terhadap perizinan
(Pasal 67-79) kendala atau permasalahan yang dihadapi saat dan 73 yang mana pemakaian air dan
penerapan pasal-pasal tersebut. pelaku tidak pengusahaan air perlu
mengikuti ketentuan diperketat. Harus ada surat
lebih lanjut mengenai edaran resmi dari
perizinan dan teknis pemerintah yang setuju
yang diatur dalam untuk pengusahaan air.
peraturan serta tidak selain, itu pemerintah juga
memperbaharui atau perlu mengecek secara
memperpanjang izin berkala agar penggunaan
pemakaian air tanah air secara ilegal dapat
atau izin pengusahaan diminimalkan.
air tanah contohnya
adalah kasus PT Coca
Cola Bottling
Indonesia (CCBI)
yang ditetapkan
sebagai tersangka
kasus penggunaan air
tanah tanpa izin
(KPUPR, 2014).
• Pelanggaran pada
pasal 77 mengenai
kegiatan penggalian
sumur ilegal yang
tidak dilaporkan ke
bupati/walikota.
Selain itu, kasus
pemasangan meteran
air bodong seperti
pada kasus penegakan
hukum di empat
lokasi, yakni
Marunda, Sunter, dan
Cakung-Cilincing
(POKJA AMPL,
2011).
Bab V Sistem Dalam pelaksanaan perundangan pada pasal-pasal yang Terdapat permasalahan yang Pendapat kelompok kami
Informasi Air termasuk dalam bab sistem informasi air tanah ini masih dihadapi dalam terkait permasalahan
Tanah (Pasal terdapat beberapa permasalahan, sehingga dapat pengimplementasian atau tersebut agar
80-82) diartikan bahwa pada bab ini pelaksanaanya masih dapat penerapan sistem informasi pengimplementasiannya
belum terlaksana dengan baik. air dan tanah yaitu dalam dapat terlaksana dengan
kasus beberapa tahun ini telah baik yaitu seluruh pihak
terjadi peningkatan secara yang berkepentingan atau
drastis dalam pengambilan air memiliki wewenang dalam
tanah di daerah perkotaan, bidang air tanah harus dapat
seperti di Kota Bandung. menyediakan layanan
Permasalahn ini timbul akibat infotmasi yang lebih jelas
dari cara atau strategi dalam kepada masyarakat. Hal ini
pengambilan air tanah yang bertujuan untuk
tidak sesuai dengan prinsip- mengurangi serta terjadinya
prinsip hidrologi yang baik kesalahan dalam
terhadap keberlanjutan dan pemahaman informasi.
kualitas sumberdaya air tanah Berdasarkan studi kasus
(Alamsyah, 2014). yang ada di Kota Bandung,
sebaiknya pihak yang
berkepentingan
memberikan penjelasan
lebih lanjut kepada Kota
Bandung terkait strategi
dalam pengambilan air
tanah agar sesuai dengan
prosedur yang sesuai atau
berlaku.
Pasal VI Pelaksanaan Pembiayaan untuk Solusi dari kelompok kami yang dapat ditawarkan adalah
Pembiayaan perundangan dari pasal- pengelolaan air tanah pemerintah atau stakeholder yang terkait harus membuat
(Pasal 83-85) pasal yang termasuk ke memiliki beberapa kendala. kebijakan atau suatu strategi pengelolaan air sehingga biaya
dalam bab pembiayaan Hal ini dapat ditunjukkan untuk penyediaan sarana dan prasarana pada pemanfaatan
pengelolaan air tanah dengan musim hujan yang air tanah dapat digunakan untuk kepentingan masyarakat.
masih belum terjadi di Indonesia. Tidak
diaplikasikan dengan semua daerah di Indonesia
baik di Indonesia mendapatkan kelimpahan air
yang sama rata. Sehingga ada
beberapa daerah yang
mengalami banjir karena
mendapatkan kelebihan air
dan di daerah lain mengalami
kekeringan. Permasalahan
kedua adalah sumber air
yang digunakan sangat
terbatas, sedangkan jumlah
penduduk Indonesia terus
bertambah. Masalah kualitas
air semakin dipersempit
alternatif sumber-sumber air
yang bisa dimanfaatkan oleh
masyarakat (Sameko dan
Winata, 2016 dalam Darwis,
2018). Oleh karena itu,
keterbatasan air bersih di
beberapa wilayah di
Indonesia membutuhkan
adanya inovasi teknologi
dengan biaya yang tinggi.
Bab VII Pelaksanaan PP Tahun 2008 Bab VII pasal 86-91 yang Kendala yang terjadi pada Solusi yang dapat
Pemberdayaan, meliputi pemberdayaan, pengendalian, dan pengawasan penyelenggaraan pengawasan diterapkan sebagai upaya
Pengendalian, terhadap air tanah dapat terlaksanan dengan baik. adalah salah satunya yaitu agar undang-undang dapat
dan Pelaksanaan pemberdayaan, pengendalian, dan adanya penyalahgunaan air berjalan dengan baik,
Pengawasan pengawasan dilakukan oleh pemerintah (gubernur, tanah secara illegal dan legal terutama pada poin
(Pasal 86-91) bupati/ walikota) bersama para pihak yang memiliki (Widowati dan Ikasari, 2011). pengawasan yaitu perlunya
kepentingan terkait pengelolaan air tanah yang Selain itu di Semarang terjadi memperketat badan
bertujuan untuk meningkatkan kinerja pengelolaan air eksploitasi air tanah dalam pengurus pengawasan
tanah. Namun terdapat beberapa kendala pada bagian jumlah besar yang dalam melakukan tugasnya.
pengawasan. menyebabkan turunnya Hal ini terkait perizinan
kualitas dan kuantitas yang ketat bagi pihak
sumberdaya air tanah (Prafitri manapun sebelum memulai
dan Subowo, 2019). praktik penggunaan air.
Terjadinya beberapa Perlu juga dilakukan
permasalahan diatas kebijakan pengawasan baru
disebabkan oleh kurangnya yang lebih ketat seperti
pengawasan yang ketat dilakukannya kontrol
sehingga masih ada peluang melalui kunjungan rutin
beberapa pihak untuk pada lokasi pemanfaatan air
melakukan pelanggaran. untuk memastikan bahwa
praktik berjalan dengan
baik dan tidak terjadi hal
yang melanggar aturan. Hal
ini mencegah terjadinya
eksploitasi serta
mendukung terlaksananya
peraturan undang-undang
pengelolaan air tanah.

Bab VIII Pelaksanaan setiap pasal dalam bab sanksi administratif Permasalahan yang dapat Pengimplementasian
(Saksi terlaksana dengan baik, namun dengan seiring dialami pada penerapan perundang-undangan pada
Administratif berjalannya penerapan sanksi administratif ini akan sanksi administratif ini sanksi administratif dapat
(Pasal 92-93) menghadapi beberapa permasalahan atau kendala yang diantaranya terdapat oknum terlaksanan dengan baik,
melanggar pada setiap pasal tersebut. atau pelanggar yang maka menurut kelompok
melakukan pelanggaran atas kami, pemerintah
hak izin yang terdapat pada diharuskan lebih tegas
penggunaan atau pengelolaan kepada oknum atau
air (Artawan et al., 2020) pelanggar dalam
melakukan atau
memberikan penjelasan
perizinan penggunaan atau
pengelolaan air tanah. Pada
peraturan yang berlaku
sudah diatur mengenai
prosedur dalam perizinan
penggunaan atau
pengelolaan air. Jadi,
apabila izin tersebut sudah
dikeluarkan oleh
pemerintah maka
pemegang/pemilik izin
(oknum) harus
mengindahkan atas izin
yang dimiliki. Apabila
oknum atau pelanggar
melakukan pelanggaran
dengan berbagai kegiatan
dan melebihi batas yang
telah ditentukan maka akan
dikenakan sanksi lebih
lanjut.
DAFTAR PUSTAKA
Alamsyah, Fahmi K. 2014. Strategi Konservasi Air Tanah di Daerah Perkotaan. Skripsi.
Artawan, I Gusti Agung Gede Catra., I Nyoman Budiartha, I Nyoman Sutama. 2020. Akibat Hukum Terhadap Penggunaan Air Bawah Tanah
Tanpa Izin. Jurnal Konstruksi Hukum. 1(1): 181-186.
Aryanto, D.E. dan H. Gagoek. 2017. Kajian Multi Varian Faktor yang Berpengaruh terhadap Infiltrasi Tanah sebagai Dasar Penentuan
Daerah Potensial Resapan Air Tanah. Prosiding Biology Education Conference, 14 (1).
Darwis. 2018. Pengelolaan Air Tanah. Pustaka AQ: Yogyakarta
Djunaedi. 2011. Kajian Penataan Sumber Daya Air dan Konservasi Air Tanah pada Wilayah Kritis Air (Studi Kasus di DAS Blega Kabupaten
Sampang Madura – Jawa Timur). Jurnal Teknik Pengairan. 2(1).
Gunakan Air Tanah Tanpa Izin, Coca Cola Jadi Tersangka. (7 April 2014). Diakses pada 27 Agustus 2023 dari
https://sda.pu.go.id/balai/bwssumatera1/article/gunakan-air-tanah-tanpa-izin-coca-cola-jadi-tersangka
Indriastoni, R. N., & Kustini, I. 2014. Intrusi Air Laut Terhadap Kualitas Air Tanah Dangkal di Kota Surabaya. Rekayasa Teknik Sipil, 3(3),
228-232.
Kristanto, W. A. D., Astuti, F. A., Nugroho, N. E., & Febriyant, S. V. 2020. Sebaran Daerah Sulit Air tanah Berdasarkan Kondisi Geologi
DaerahPerbukitanKecamatan Prambanan, Sleman, Yogyakarta. JurnalSains &Teknologi Lingkungan, 12(1), 68–83
Nugroho, N. E., dan Paripurno, E. T. 2020. Karakter Dan Potensi Risiko Kerusakan Ekosistem Karst Cekungan Air Tanah Watuputih
Kabupaten Rembang, Provinsi Jawa Tengah. Jurnal Ilmiah Lingkungan Kebumian, 2(1): 34-45.
Prafitri dan Subowo. 2019. Implementasi Kebijakan Pengawasan Dalam Izin Pengelolaan Air Tanah di Kota Semarang. Journal of Public
Policy and Management Review. 8(4): 1-8
Prahastianto, E. F. 2014. Permasalahan dalam Pengelolaan Sumberdaya Air Tanah. Studi Kasus: Pemanfaatan Air Tana pada Cekungan Air
tanah Bogor. Institut Pertanian Bogor.
Rejekiningrum, P. 2009. Peluang Pemanfaatan Air Tanah Untuk Keberlanjutan Sumber Daya Air. Jurnal Sumberdaya Lahan. 3(2): 85-96.
Widiyanto, A. F., Yuniarno, S., dan Kuswanto. 2015. Polusi Air Tanah Akibat Limbah Industri dan Limbah Rumah Tangga. Jurnal
Kesehatan Masyarakat. 10(2): 246-254
Widodo, Trisno. 2013. Kajian Ketersediaan Air Tanah Terkait Pemanfaatan Lahan di Kabupaten Blitar. J. Pembangunan Wilayah & Kota,
9(2): 122-133
Widowati, D. A., dan Ikasari, I. H. 2011. Peranan Pajak Pemanfaatan dan Pengambilan Air Bawah Tanah terhadap Konservasi Air Tanah.
Mimbar Hukum. 23(2), 307–327.

Anda mungkin juga menyukai