Kalau pada pendekatan administratif inisiatif pengembangan kurikulum berasal dari para pemegang kebijakan kemudian turun ke staf-nya atau dari atas ke bawah, maka dalam model grass roots, inisiatif pengembangan kurikulum dimulai dari lapangan atau dari guru- guru sebagai implementator, kemudian menyebar pada lingkungan yang lebih luas, makanya pendekatan ini dinamakan juga pengembangan kurikulum dari bawah ke atas. Oleh karena sifatnya yang demikian, maka pendekatan ini lebih banyak digunakan dalam penyempurnaan kurikulum (curriculum improvement), walaupun dalam skala vang terbatas mungkin juga digunakan dalam pengembangan kurikulum baru (curriculum construction). Dalam kondisi yang bagaimana kira-kira guru dapat berinisiatif memperbarui dan/atau menyempurnakan kurikulum dengan pen dekatan semacam ini? Ya, minimal ada syarat sebagai kondisi yang memungkinkan pendekatan grass roots dapat berlangsung. Pertama, manakala kurikulum itu benar-benar bersifat lentur sehingga memberikan kesempatan kepada setiap guru secara lebih terbuka untuk memperbarui atau menyempurnakan kurikulum yang sedang diberlakukan. Kurikulum yang bersifat kaku, yang hanya mengandung petunjuk dan persyaratar teknis sangat sulit dilakukan pengembangannya dengan pendekatan ini. Kedua, pendekatan grass roots hanya mungkin terjadi manakala guru memiliki sikap profesional yang tinggi disertai kemampuan yang memadai. Sikap profesional itu biasanya ditandai dengan keinginan untuk mencoba dan mencoba sesuatu yang baru dalam upaya meningkatkan kinerjanya. Seorang profesional itu akan selalu berusaha menambah pengetahuan dan wawasannya dengan menggali sumber-sumber pengetahuan; ia juga akan selalu mencoba dan mencoba untuk mencapai kesempurnaan. Ada beberapa langkah penyempurnaan kurikulum yang dapat kita lakukan manakala menggunakan pendekatan grass root ini. Pertama, menyadari adanya masalah. Pendekatan grass root biasanya diawali dari keresahan guru tentang kurikulum yang berlaku. Misalnya dirasakannya ketidakcocokkan penggunaan strategi pembelajaran, atau kegiatan evaluasi seperti yang diharapkan, atau masalah kurangnya motivasi belajar siswa sehingga kita merasa terganggu, dan lain sebagainya. Pemahaman dan kesadaran guru akan adanya suatu masalah merupakan kunci dalam grass roots. Tanpa adanya kesadaran masalah tidak mungkin grass roots dapat berlangsung. Kedua, mengadakan refleksi. Kalau kita merasakan adanya masalah, maka selanjutnya kita berusaha mencari penyebab munculnya masalah tersebut. Refleksi dilakukan dengan mengkaji literatur yang relevan misalnya dengan membaca buku, jurnal hasil penelitian yang relevan dengan masalah yang kita hadapi atau mengkaji sumber informasi lain misalnya melacak sumber-sumber dari Internet; atau melakukan diskusi dengan teman sejawat dan mengkaji sumber dari lapangan, misalnya melakukan wawancara dengan siswa, orang tua, atau sumber lain. Ketiga, mengajukan hipotesis atau jawaban sementara. Berdasarkan hasil kajian refleksi, selanjutnya guru memetakan berbagai kemungkinan munculnya masalah dan cara penanggulangannya. Keempat, menentukan hipotesis yang sangat mungkin dekat dar dapat dilakukan sesuai dengan situasi dan kondisi lapangan. Tidak mungkin berbagai kemungkinan bisa kita laksanakan. Dalam langkah ini kita hanya memilih kemungkinan yang dapat dilakukan dan selanjutnya merencanakan apa yang harus kita lakukan untuk mengatasi masalah tersebut. Di samping itu, kita juga dapat memperhitungkan berbagai kemungkinan yang akan muncul, misalnya berbagai hambatan yang akan terjadi sehingga lebih dini kita akan dapat mengatasi hambatan-hambatan tersebut. Kelima, mengimplementasikan perencanaan dan mengevaluasinya secara terus-menerus hingga terpecahkan masalah yang dihadapi. Dalam proses pelaksanaannya kita dapat berkolaborasi atau meminta pendapat teman sejawat. Keenam, membuat dan menyusun laporan hasil pelaksanaan pengembangan melalui grass root. Langkah ini sangat penting untuk dilakukan sebagai bahan publikasi dan diseminasi, sehingga memungkinkan dapat dimanfaatkan dan diterapkan oleh orang lain yang pada gilirannya hasil pengembangan dapat tersebar. Manakala kita perhatikan, peranan guru sebagai implementator perubahan dan penyempurnaan kurikulum dengan pendekatan grass root sangat menentukan. Tugas para administrator dalam pengembangan model ini, tidak lagi berperan sebagai pengendali pengembangan akan tetapi hanya sebagai motivator, dan fasilitator. Perubahan atau penyempurnaan kurikulum bisa dimulai oleh guru secara individual atau bisa juga oleh kelompok guru, contohnya guru-guru bidang studi dari beberapa sekolah. Di negara-negara yang menerapkan sistem pendidikan desentralisasi pengembangan model grass roots ini sangat mungkin untuk terjadi, sebab kebiiakan pendidikan tidak lagi diatur oleh pusat secara sentralistik, akan tetapi penyelenggaraan pendidikan ditentukan oleh daerah bahkan oleh sekolah. Oleh karena itu, untuk memperoleh kualias lulusan sekolah bisa terjadi persaingan antar sekolah atau antar daerah.
ILMU PERUBAHAN DALAM 4 LANGKAH: Strategi dan teknik operasional untuk memahami bagaimana menghasilkan perubahan signifikan dalam hidup Anda dan mempertahankannya dari waktu ke waktu