Anda di halaman 1dari 3

2.

Pendekatan Grass roots


Kalau pada pendekatan administratif inisiatif pengembangan kurikulum berasal dari para
pemegang kebijakan kemudian turun ke staf-nya atau dari atas ke bawah, maka dalam
model grass roots, inisiatif pengembangan kurikulum dimulai dari lapangan atau dari guru-
guru sebagai implementator, kemudian menyebar pada lingkungan yang lebih luas,
makanya pendekatan ini dinamakan juga pengembangan kurikulum dari bawah ke atas.
Oleh karena sifatnya yang demikian, maka pendekatan ini lebih banyak digunakan dalam
penyempurnaan kurikulum (curriculum improvement), walaupun dalam skala vang terbatas
mungkin juga digunakan dalam pengembangan kurikulum baru (curriculum construction).
Dalam kondisi yang bagaimana kira-kira guru dapat berinisiatif memperbarui dan/atau
menyempurnakan kurikulum dengan pen dekatan semacam ini? Ya, minimal ada syarat
sebagai kondisi yang memungkinkan pendekatan grass roots dapat berlangsung. Pertama,
manakala kurikulum itu benar-benar bersifat lentur sehingga memberikan kesempatan
kepada setiap guru secara lebih terbuka untuk memperbarui atau menyempurnakan
kurikulum yang sedang diberlakukan. Kurikulum yang bersifat kaku, yang hanya
mengandung petunjuk dan persyaratar teknis sangat sulit dilakukan pengembangannya
dengan pendekatan ini.
Kedua, pendekatan grass roots hanya mungkin terjadi manakala guru memiliki sikap
profesional yang tinggi disertai kemampuan yang memadai. Sikap profesional itu biasanya
ditandai dengan keinginan untuk mencoba dan mencoba sesuatu yang baru dalam upaya
meningkatkan kinerjanya. Seorang profesional itu akan selalu berusaha menambah
pengetahuan dan wawasannya dengan menggali sumber-sumber pengetahuan; ia juga akan
selalu mencoba dan mencoba untuk mencapai kesempurnaan.
Ada beberapa langkah penyempurnaan kurikulum yang dapat kita lakukan manakala
menggunakan pendekatan grass root ini.
Pertama, menyadari adanya masalah. Pendekatan grass root biasanya diawali dari
keresahan guru tentang kurikulum yang berlaku. Misalnya dirasakannya ketidakcocokkan
penggunaan strategi pembelajaran, atau kegiatan evaluasi seperti yang diharapkan, atau
masalah kurangnya motivasi belajar siswa sehingga kita merasa terganggu, dan lain
sebagainya. Pemahaman dan kesadaran guru akan adanya suatu masalah merupakan kunci
dalam grass roots. Tanpa adanya kesadaran masalah tidak mungkin grass roots dapat
berlangsung.
Kedua, mengadakan refleksi. Kalau kita merasakan adanya masalah, maka selanjutnya
kita berusaha mencari penyebab munculnya masalah tersebut. Refleksi dilakukan dengan
mengkaji literatur yang relevan misalnya dengan membaca buku, jurnal hasil penelitian
yang relevan dengan masalah yang kita hadapi atau mengkaji sumber informasi lain
misalnya melacak sumber-sumber dari Internet; atau melakukan diskusi dengan teman
sejawat dan mengkaji sumber dari lapangan, misalnya melakukan wawancara dengan
siswa, orang tua, atau sumber lain.
Ketiga, mengajukan hipotesis atau jawaban sementara. Berdasarkan hasil kajian refleksi,
selanjutnya guru memetakan berbagai kemungkinan munculnya masalah dan cara
penanggulangannya.
Keempat, menentukan hipotesis yang sangat mungkin dekat dar dapat dilakukan sesuai
dengan situasi dan kondisi lapangan. Tidak mungkin berbagai kemungkinan bisa kita
laksanakan. Dalam langkah ini kita hanya memilih kemungkinan yang dapat dilakukan dan
selanjutnya merencanakan apa yang harus kita lakukan untuk mengatasi masalah tersebut.
Di samping itu, kita juga dapat memperhitungkan berbagai kemungkinan yang akan
muncul, misalnya berbagai hambatan yang akan terjadi sehingga lebih dini kita akan dapat
mengatasi hambatan-hambatan tersebut.
Kelima, mengimplementasikan perencanaan dan mengevaluasinya secara terus-menerus
hingga terpecahkan masalah yang dihadapi. Dalam proses pelaksanaannya kita dapat
berkolaborasi atau meminta pendapat teman sejawat.
Keenam, membuat dan menyusun laporan hasil pelaksanaan pengembangan melalui grass
root. Langkah ini sangat penting untuk dilakukan sebagai bahan publikasi dan diseminasi,
sehingga memungkinkan dapat dimanfaatkan dan diterapkan oleh orang lain yang pada
gilirannya hasil pengembangan dapat tersebar.
Manakala kita perhatikan, peranan guru sebagai implementator perubahan dan
penyempurnaan kurikulum dengan pendekatan grass root sangat menentukan. Tugas para
administrator dalam pengembangan model ini, tidak lagi berperan sebagai pengendali
pengembangan akan tetapi hanya sebagai motivator, dan fasilitator. Perubahan atau
penyempurnaan kurikulum bisa dimulai oleh guru secara individual atau bisa juga oleh
kelompok guru, contohnya guru-guru bidang studi dari beberapa sekolah.
Di negara-negara yang menerapkan sistem pendidikan desentralisasi pengembangan
model grass roots ini sangat mungkin untuk terjadi, sebab kebiiakan pendidikan tidak lagi
diatur oleh pusat secara sentralistik, akan tetapi penyelenggaraan pendidikan ditentukan
oleh daerah bahkan oleh sekolah. Oleh karena itu, untuk memperoleh kualias lulusan
sekolah bisa terjadi persaingan antar sekolah atau antar daerah.

Anda mungkin juga menyukai