Pada pembahasan evaluasi ini kita difokuskan pada telaah analisis dari beberapa
elemen yang menentukan desain dan implementasi dalam program bahasa terkait
dengan materi pengajaran yang sukses. Eelemen tersebut berupa analisis kebutuhan,
tujuan pembelajaran, guru, peserta didik, silabus, dan materi ajar. Semua element
tersebut menjadi satu sistem yang dikenal dengan Kurikulum (bahasa kedua).
Dalam penerapan dan perkembangan sebuah kurikulum, ternyata masih banyak
sejumlah pertanyaan penting yang perlu dijawab untuk nantinya akan mengacu pada
keberhasilan tujuan dari kurikulum tersebut. Pertanyaan yang berkaitan dengan
evaluasi kurikulum yakni :
1. Apakah sebuah kurikulum itu sudah mencapai tujuannya?
2. Apa yang terjadi di ruang kelas dan sekolah ketika kurikulum tersebut sedang
dilaksanakan?
3. Apakah mereka yang terkena dampak kurikulum (misalnya guru, siswa,
administrator, orang tua) puas dengan kurikulum tersebut?
4. Apakah kurikulum tersebut lebih baik dibandingan dengan jenis kurikulum
lainnya?
Hal ini berfokus pada pengumpulan informasi tentang bagaimana memahami aspek
dalam program bahasa itu bekerja serta bagaimana hasil kerjanya. Pertanyaan di atas
bisa memungkinkan atau membantu mengambil beberapa keputusan yang harus
dibuat, misalnya bagaimana program kurikulum itu merespon kebutuhan peserta
didik, apakah perlu adanya pelatihan lanjutan bagi guru yang mengajar di program
bahasa, atau apakah siswa cukup belajar dari kurikulum itu.
Selain berfokus pada hal-hal yang sudah di bahas sebelumnya, Evaluasi
kurikulum juga berfokus pada aspek-aspek yang bebeda di program bahasa, antara
lain :
1. Desain Kurikulum: untuk memberikan wawasan atau informasi tetang kualitas
perencanaan dan pengorganisasian program,
2. Isi silabus: dimaksudkan untuk mengetahui kurikulum tersebut apa sudah menarik
dan relevan, seberapa besar tingkat kemudahan dan kesulitannya, serta bagaimana
prosedur penilaia dari keberhasilan hasil tes,
3. Proses di Kelas: Untuk mengetahui sejauh mana program dalam kurikulum
dilaksanakan dengan tepat,
4. Instruksi bahan pengajaran: Untuk mengetahui bahan pengajaran apa yang dapat
membantu pembelajaran siswa
5. Guru: Dimaksudkan bagaimana seorang guru melakukan pengajaran mereka,
persepsi mereka dan apa saja yang mereka ajarkan.
6. Pelatihan guru: Untuk menilai apakah pelatihan guru sudah cukup diterima oleh
guru
7. Siswa: Untuk mengetahui apa yang mereka pelajari dari program kurikulum
tersebut, lalu bagaimana pandangan siswa terkait kurikulum tersebut, dan
bagaimana mereka berpartisipasi di dalamnya
8. Pemantauan kemajuan murid: Dimaksudkan untuk mengetahui evaluasi belajar
siswa secara formatif
9. Motivasi belajar: untuk mengetahui efektivitas seorang guru dalam membantu
siswa mencapai tujuan dan sasaran belajar atau bahkan sasaran sekolah.
10. Lembaga: mengetahui dukungan administrasi apa yang disediakan, sumber daya
apa yang digunakan, apakah jaringan komunikasi dipekerjakan dengan baik atau
tidak.
11. Pengembangan staf: untuk mengetahui sejauh mana pihak dan sistem sekolah
memberikan kesempatan staf untuk meningkatkan efektivitas mereka
12. Pengambilan keputusan: untuk mengetahui tentang seberapa baik keputusan yang
diambil oleh kepala sekolah, guru, staf sekolah, dan lain-lain dalam menghasilkan
manfaat dari hasil keputusan yang dibuat.
(Sanders 1992, Weir dan Roberts 1994)
Sejak tahun 1960, evaluasi kurikulum telah mengalami peningkatan bagi
kepentingan pendidikan dan perencanaan kurikulum. Misal saja, setiap proyek
pendanaan kurikulum harus dikaitkan dengan kebutuhan yang sesuai dan harus
dipertanggung jawabkan dan menunjukkan akuntabilitas dalam laporannya. Dari
situlah terkait dengan pernyataan Kewings dan Dudley-Evans (1996) yang
mengatakan bahwa ruang lingkup evaluasi kurikulum ditinjau dari semua aspek mulai
dari perenanaan sampai dengan pelaksanaannya.
1. Tujuan Evaluasi
Weir dan Roberts (1994) membedakan antara dua tujuan utama dari
evaluasi ini, yakni; (1) Akuntabilitas program, dan (2) Pengembangan program.
Akuntabilitas di sini mengacu pada sejauh mana mereka yang terlibat dalam
program kurikulum untuk menjawab kualitas pekerjaan mereka. Evaluasi
akuntabilitas ini berorientasi pada penelitian atau meniliti efek dari proyek
tertentu?
Apakah siswa sudah diberikan tes yang tepat sesuai pada tingkatannya
dalam program?
Seberapa baik buku teks yang diterima?
Apakah metode pengajaran yang digunakan guru sudah sesuai?
Apakah guru atau siswa mengalami kesulitan dari semua aspek yang ada?
Apakah siswa menikmati program kurikulum tersebut? Jika tidak, apa
masalah guru tadi. Salah satu media yang membantu memberikan pencerahan
dari permasalahan terseut dengan menampilkan media video yang digunakan
untuk referensi atau model strategi pengajaran yang lebih tepat bagi guru. Dan
pada akhirnya guru setuju untuk mencoba dan mengimplementasikannya di
kelas mereka mengajar yang nantinya akan mereka laporkan kembali
kemajuan ataupun kekurangannya pada lokakarya berikutnya.
Contoh 2: Beberapa minggu setelah pengajaran (dalam kelas English
Foreign Language) dilakukan, ditemukan bahwa ada persepsi yang berbeda
dari apa yang menjadi point atau prioritas utama dalam pengajaran. Guru
menghabiskan jumlah waktu yang sangat berbeda pada berbagai komponen
pengajaran dan akan menekankan hal yang berbeda nantinya. Dalam hal ini,
evaluasi formatif dilakukan sehubungan dengan perbedaan persepsi yang
ditangkap oleh guru. Solusi yang dilakukan yakni melakukan serangkaian
pertemuan untuk meninjau guru-guru agar memahami tujuan pengajarannya
dan untuk lebih memperjelas point yang harus diberikan di pengajaran.
Pengamatan ini kemudian memberikan saran agar guru untuk membandingkan
gaya mengajar dan memprioritaskan mana yang sesuai untuk mencapai
kesepakatan bersama.
Contoh 3: Setelah 10 minggu pengajaran (dalam kelas English Foreign
Language) dilakukan untuk kelompok pelajar tingkat dasar, diperkirakan
bahwa komponen pengucapan (Fonologi) bukanlah faktor utama dalam
pembelajaran karena hal ini diasumsikan bahwa permasalahan pengucapan ini
akan bisa teratasi sendiri setelah beberapa minggu mereka belajar. Namun,
empat minggu setelah pengajaran dimulai, guru melaporkan bahwa beberapa
siswa memiliki masalah dalam hal pengucapan yang kompleks yang tidak bisa
guru atasi. Untuk solusi permasalahan ini guru memutuskan untuk
memfokuskan kembali satu bagian dari pengajaran yang mencakup komponen
pengucapan. Guru menelaah siswa mana yang memiliki masalah dalam hal
pengucapan yang paling serius, dan mengalokasikan waktu lebih untuk
mengajarkan di jam pengajaran yang tersisa.
b. Evaluasi Iluminatif.
teks?
Bagaimana siswa mengerti maksud atau tujuan guru dalam pelajaran?
Yang mana lebih dominan, siswa di kelas aktif atau tidak aktif?
Contoh 1: Seorang guru yang mengajar kemampuan membaca di sebuah
luar kelas?
Apakah mereka merasa baik dan senang ketika belajar bahasa Inggris?
Setelah memahami dari pertanyaan-pertanyaan tersebut, Guru
berbagai cara; sebagai contoh, dalam membantu untuk mengingat hal-hal yang
telah mereka pelajari, anak-anak memberi contoh sebagai berikut:
tidak memberikan hasil yang mengejutkan dari penelitian ini, tetapi itu tetap
berguna untuk mengkonfirmasi dan membuat jelas atau eksplisit dari beberapa
hal yang kita tahu secara intuitif. Dari hasil penelitian itu kita telah pelajari
strategi yang berguna untuk digunakan dalam pembelajaran agar lebih efektif
dan bisa saja memfasilitasi mahasiswa yang sedang belajar pengajaran efektif.
Strategi melibatkan pertanyaan-pertanyaan berikut:
c. Evaluasi Sumatif
Tujuan evaluasi sumatif berkenaan dengan penentuan efektivitas dan
efisiensi sebuah program. Tujuan evaluasi sumatif tercapai setelah sebuah
program selesai dilaksanakan. Dalam mencapai tujuan ini, kita harus
memperhatikan:
Efektifitas rangkaian pembelajaran
Apa yang dipelajari oleh siswa
Kualitas penerimaan siswa dan guru akan suatu pelajaran
Kualitas materi ajar
Kesesuaian tujuan belajar
Kesesuaian tes penempatan
Ketersediaan waktu
Kesesuaian metode pengajaran
Permasalahan yang dihadapai ketika waktu belajar berlangsung.
Untuk menentukan pelajaran itu efektif, kriteria yang harus dipenuhi
antara lain:
Mastery of objectives.
Salah satu cara mengukur keefektifan sebuah pelajaran di lihat dari
sejauh mana pencapaian tujuan
Performance on tests
Menurut (Weir (1995) point terpenting dalam pencapaian tes sangat
berpengaruh dalam proses belajar mengajar. Mereka dapat membantu dalam
membuat keputusan untuk mengubah program, pelajaran yang butuh di
perhatikan atau di revisi.
Measures of acceptability
Alasan sebuah pengajaran itu bisa di terima atau tidak dipengaruhi oleh
beberapa faktor yakni: waktu, kondisi kelas, pemilihan materi dan cara
mengajar guru.
Retention rate or reenrollment rate
Untuk mengukur keefektifan pengajaran, penting untuk di lihat dari
perluasan kontiniutas siswa yang mengikuti pengajaran mulai dari durasi dan
persentasi kehadiran siswa.
Efficiency of the course
Utuk mengukur kesuksesan pengajaran yaitu bagaimana sebuah
keterbukaan pembelajaran dalam pengembangan dan implementasinya
dilakukan di kelas. Mengenai masalah selama pengajaran, diperlukan
kebutuhan terhadap materi yang spesial dan pelatihan guru, waktu untuk
konsultasi dan pertemuan.
d. Isu-Isu Dalam Evaluasi Program
Weir dan Roberts (1994, 42) mengusulkan pandangan yang luas dari
evaluasi yang ditandai dengan:
Kebutuhan baik untuk orang dalam dan orang luar dalam komitmen dan
pelaksanaan dan pada awal dan akhir program atau kehidupan proyek,
Kesediaan untuk merangkul kedua metodologi kualitatif dan kuantitatif
sesuai dengan tujuan evaluasi dan konteks dikaji.
Dalam
perencanaan
evaluasi
adalah
penting
untuk
mengidentifikasi siapa audiens atau partisipan yang berbeda dan apa jenis
informasi yang menarik bagi mereka (Elley 1989). Misalnya, dalam
mengembangkan serangkaian buku baru untuk sekolah umum yang
didanai oleh kementerian pendidikan, petugas dalam pelayanan (yang
mungkin tidak spesialis dalam pengajaran bahasa) mungkin terutama
tertarik pada bagaimana menghabiskan uang yang tersedia untuk proyek
ini dan apakah semua komponen proyek (buku mahasiswa, panduan guru,
dan buku panduan kerja) yang tersedia di sekolah-sekolah pada waktu
tertentu. Pada akhirnya guru menjadi khawatir dalam mengajar terkait
dengan bahan atau buku yang cukup untuk semua kelas dan disesuaikan
dengan jadwal sekolah.
Lain halnya dengan konsultan luar, misalnya mungkin tertarik dalam
desain bahan dan jenis interaksi kelas dan praktek bahasa yang mereka
sediakan. Atau lain hal dengan Pusat pelatihan Bahasa yang mungkin
tertarik pada apakah proses pembelajaran mempersiapkan lulusan sekolah
untuk program pelatihan kejuruan yang dilakukan dalam bahasa Inggris.
Oleh karena itu, evaluasi harus memenuhi kepentingan semua pihak.
Hal ini menimbulkan pertanyaan yang menarik bagi audiens atau
partisipan yang berbeda-beda, antara lain:
Siswa
Apa yang saya pelajari?
Seberapa baik saya dibandingkan dengan orang lain?
Seberapa baik saya akan menilai pembelajaran ini?
Bagaimana ini akan membantu saya di masa depan?
Apakah saya perlu jenis pembelajaran lain?
Guru
Pengembang kurikulum
pembelajarannya?
Apakah guru perlu dukungan tambahan pembelajaran?
kegiatan
Administrator
masalah?
Apakah yang diharapkan klien sudah sesuai dalam menguji prosedur
penilaian?
Sumber daya apa yang dimanfaatkan?
Sponsor
dijanjikan?
Apakah dikelola dengan baik?
Apakah pelaporannya cukup?
Shaw dan Dowsett (1986, 66) menyatakan bahwa tiga dari partisipan
tersebut dapat diidentifikasi dengan evaluasi dalam pembelajaran bahasa:
Dua jenis peserta yang biasanya terlibat dalam evaluasi adalahorang dalam dan orang luar. Orang dalam mengacu pada guru, siswa, dan
orang lain yang terlibat erat dalam pengembangan dan pelaksanaan
program/kurikulum. Evaluasi formatif, misalnya, sering dilakukan oleh
guru yang dapat memonitor saja seperti sejauh mana kurikulum itu
berkembang untuk melihat bagaimana kurikulum itu bekerja, apa kesulitan
yang dihadapi, seberapa efektif bahan, dan modikasi apa yang akan
memastikan kelancaran sebuah program/kurikulum. Siswa sering menjadi
kunci dalam evaluasi kurikulum (evaluasi sumatif), di mana memberikan
bukti
keuntungan
mereka
dalam
kemampuan
berbahasa
dan
Pentingnya dokumentasi
Dokumentasi yang relevan meliputi:
pekerjaan siswa ).
Komentar tertulis: apa yang telah ditulis tentang pembelajaran oleh
sebelumnya.
Ulasan pembelajaran: Ditulis dan disiapkan oleh guru secara deskriptif
dan reflektif. Ini harus diperhitungkan tentang bagaimana proses
berlangsung, apa permasalahan yang terjadi, kekuatan dan kelemahan
yang dirasakan, dan saran untuk kedepannya. Sebuah tinjauan yang
ditulis merupakan sumber yang berguna bagi orang lain yang akan
mengajar.
Pelaksanaan
Tujuan evaluasi adalah untuk mempromosikan review, refleksi, dan
revisi kurikulum berdasarkan kompilasi dari berbagai informasi atau
berbagai sumber yang berbeda. Dalam rangka untuk membuat keputusan
berdasarkan evaluasi, pertama-tama perlu untuk meninjau proses evaluasi
untuk memastikan bahwa evaluasi itu dirancang secara memadai.
Pertanyaan yang membantu menentukan ini adalah:
dan
dapat
diterima?
(Stufflebeam,
McCormick,
yang
dikumpulkan
selama
siswa.
Keuntungan:
evaluasi
siswa
mudah
diperoleh,
pengamat
mungkin
mengganggu.
Sebagaimana
dicatat
Prosedur
Keyakinan Guru
Fokus
Kuesioner
Wawancara
Observasi
review
rencana
pengajaran
(lesson plans)
Kemampuan Guru
Praktek Guru
Rekaman kegiatan
Ulasan RPP / Review Lesson
Plans
Pengamatan melalui kaset-video
Wawancara
Kuesioner
Perilaku siswa
Wawancara siswa
Kuesioner siswa
Catatan/Jurnal Guru
Observasi siswa
Wawancara Guru
Test
Tugas siswa
Kuesioner Guru