Anda di halaman 1dari 19

PENDEKATAN EVALUASI

Pada pembahasan evaluasi ini kita difokuskan pada telaah analisis dari beberapa
elemen yang menentukan desain dan implementasi dalam program bahasa terkait
dengan materi pengajaran yang sukses. Eelemen tersebut berupa analisis kebutuhan,
tujuan pembelajaran, guru, peserta didik, silabus, dan materi ajar. Semua element
tersebut menjadi satu sistem yang dikenal dengan Kurikulum (bahasa kedua).
Dalam penerapan dan perkembangan sebuah kurikulum, ternyata masih banyak
sejumlah pertanyaan penting yang perlu dijawab untuk nantinya akan mengacu pada
keberhasilan tujuan dari kurikulum tersebut. Pertanyaan yang berkaitan dengan
evaluasi kurikulum yakni :
1. Apakah sebuah kurikulum itu sudah mencapai tujuannya?
2. Apa yang terjadi di ruang kelas dan sekolah ketika kurikulum tersebut sedang
dilaksanakan?
3. Apakah mereka yang terkena dampak kurikulum (misalnya guru, siswa,
administrator, orang tua) puas dengan kurikulum tersebut?
4. Apakah kurikulum tersebut lebih baik dibandingan dengan jenis kurikulum
lainnya?
Hal ini berfokus pada pengumpulan informasi tentang bagaimana memahami aspek
dalam program bahasa itu bekerja serta bagaimana hasil kerjanya. Pertanyaan di atas
bisa memungkinkan atau membantu mengambil beberapa keputusan yang harus
dibuat, misalnya bagaimana program kurikulum itu merespon kebutuhan peserta
didik, apakah perlu adanya pelatihan lanjutan bagi guru yang mengajar di program
bahasa, atau apakah siswa cukup belajar dari kurikulum itu.
Selain berfokus pada hal-hal yang sudah di bahas sebelumnya, Evaluasi
kurikulum juga berfokus pada aspek-aspek yang bebeda di program bahasa, antara
lain :
1. Desain Kurikulum: untuk memberikan wawasan atau informasi tetang kualitas
perencanaan dan pengorganisasian program,
2. Isi silabus: dimaksudkan untuk mengetahui kurikulum tersebut apa sudah menarik
dan relevan, seberapa besar tingkat kemudahan dan kesulitannya, serta bagaimana
prosedur penilaia dari keberhasilan hasil tes,
3. Proses di Kelas: Untuk mengetahui sejauh mana program dalam kurikulum
dilaksanakan dengan tepat,

4. Instruksi bahan pengajaran: Untuk mengetahui bahan pengajaran apa yang dapat
membantu pembelajaran siswa
5. Guru: Dimaksudkan bagaimana seorang guru melakukan pengajaran mereka,
persepsi mereka dan apa saja yang mereka ajarkan.
6. Pelatihan guru: Untuk menilai apakah pelatihan guru sudah cukup diterima oleh
guru
7. Siswa: Untuk mengetahui apa yang mereka pelajari dari program kurikulum
tersebut, lalu bagaimana pandangan siswa terkait kurikulum tersebut, dan
bagaimana mereka berpartisipasi di dalamnya
8. Pemantauan kemajuan murid: Dimaksudkan untuk mengetahui evaluasi belajar
siswa secara formatif
9. Motivasi belajar: untuk mengetahui efektivitas seorang guru dalam membantu
siswa mencapai tujuan dan sasaran belajar atau bahkan sasaran sekolah.
10. Lembaga: mengetahui dukungan administrasi apa yang disediakan, sumber daya
apa yang digunakan, apakah jaringan komunikasi dipekerjakan dengan baik atau
tidak.
11. Pengembangan staf: untuk mengetahui sejauh mana pihak dan sistem sekolah
memberikan kesempatan staf untuk meningkatkan efektivitas mereka
12. Pengambilan keputusan: untuk mengetahui tentang seberapa baik keputusan yang
diambil oleh kepala sekolah, guru, staf sekolah, dan lain-lain dalam menghasilkan
manfaat dari hasil keputusan yang dibuat.
(Sanders 1992, Weir dan Roberts 1994)
Sejak tahun 1960, evaluasi kurikulum telah mengalami peningkatan bagi
kepentingan pendidikan dan perencanaan kurikulum. Misal saja, setiap proyek
pendanaan kurikulum harus dikaitkan dengan kebutuhan yang sesuai dan harus
dipertanggung jawabkan dan menunjukkan akuntabilitas dalam laporannya. Dari
situlah terkait dengan pernyataan Kewings dan Dudley-Evans (1996) yang
mengatakan bahwa ruang lingkup evaluasi kurikulum ditinjau dari semua aspek mulai
dari perenanaan sampai dengan pelaksanaannya.
1. Tujuan Evaluasi
Weir dan Roberts (1994) membedakan antara dua tujuan utama dari
evaluasi ini, yakni; (1) Akuntabilitas program, dan (2) Pengembangan program.
Akuntabilitas di sini mengacu pada sejauh mana mereka yang terlibat dalam
program kurikulum untuk menjawab kualitas pekerjaan mereka. Evaluasi
akuntabilitas ini berorientasi pada penelitian atau meniliti efek dari proyek

program kurikulum yang signifikan khususnya pada siklus pendidikan, dan


biasanya evaluasi ini dilakukan untuk kepentingan orang banyak. Sedangkan
Evaluasi yang berorientasi pada pengembangan program dilakukan untuk
meningkatkan kualitas yang sedang dilaksanakan. Selain iitu, tujuan lain dari
evaluasi kurikulum dibagi dalam 3 macam, yakni Evaluasi formatif, Evaluasi
illuminative, dan Evaluasi sumatif.
a. Evaluasi Formatif
Evaluasi formatif ini dilakukan sebagai bagian dari proses
pengembangan program kurikulum di mana mencari tahu apa saja yang sudah
berhasil dan yang belum berhasil, serta apa masalah yang perlu ditangani.
Evaluasi ini berfokus pada pengembangan yang berkelanjutan dan perbaikan
program. Berikut pertanyan-pertanyaan yang khas sehubungan dengan
evaluasi formatif :
Apakah waktu yang ada telah cukup untuk dihabiskan pada tujuan

tertentu?
Apakah siswa sudah diberikan tes yang tepat sesuai pada tingkatannya

dalam program?
Seberapa baik buku teks yang diterima?
Apakah metode pengajaran yang digunakan guru sudah sesuai?
Apakah guru atau siswa mengalami kesulitan dari semua aspek yang ada?
Apakah siswa menikmati program kurikulum tersebut? Jika tidak, apa

yang dapat dilakukan untuk memperbaiki motivasi mereka?


Apakah siswa mendapatkan cukup kegiatan praktek? Apakah hasilnya

meningkat atau menurun?


Apakah bahan sudah memadai?
Informasi yang dikumpulkan selama evaluasi formatif digunakan untuk

mengatasi masalah-masalah yang telah diidentifikasi dan untuk meningkatkan


pelaksanaan program.
Contoh 1: Selama pelaksanaan pengajaran dilakukan (dalam kelas
English Foreign Language) guru berorientasi menggunakan metodologi yang
komunikatif, namun sejumlah guru beralih ke mode guru yang mendominasi
dan praktek mengajar yang tidak selaras dengan philosopy lapangan. Agar
masalah ini dapat diatasi, evaluasi formatif yang mengacu pada guru yang
tidak interaktif dan begitu mendominasi di kelas, dilakukanlah solusi dalam
serangakaian kegiatan lokakarya diadakan untuk mengidentifikasi jenis

masalah guru tadi. Salah satu media yang membantu memberikan pencerahan
dari permasalahan terseut dengan menampilkan media video yang digunakan
untuk referensi atau model strategi pengajaran yang lebih tepat bagi guru. Dan
pada akhirnya guru setuju untuk mencoba dan mengimplementasikannya di
kelas mereka mengajar yang nantinya akan mereka laporkan kembali
kemajuan ataupun kekurangannya pada lokakarya berikutnya.
Contoh 2: Beberapa minggu setelah pengajaran (dalam kelas English
Foreign Language) dilakukan, ditemukan bahwa ada persepsi yang berbeda
dari apa yang menjadi point atau prioritas utama dalam pengajaran. Guru
menghabiskan jumlah waktu yang sangat berbeda pada berbagai komponen
pengajaran dan akan menekankan hal yang berbeda nantinya. Dalam hal ini,
evaluasi formatif dilakukan sehubungan dengan perbedaan persepsi yang
ditangkap oleh guru. Solusi yang dilakukan yakni melakukan serangkaian
pertemuan untuk meninjau guru-guru agar memahami tujuan pengajarannya
dan untuk lebih memperjelas point yang harus diberikan di pengajaran.
Pengamatan ini kemudian memberikan saran agar guru untuk membandingkan
gaya mengajar dan memprioritaskan mana yang sesuai untuk mencapai
kesepakatan bersama.
Contoh 3: Setelah 10 minggu pengajaran (dalam kelas English Foreign
Language) dilakukan untuk kelompok pelajar tingkat dasar, diperkirakan
bahwa komponen pengucapan (Fonologi) bukanlah faktor utama dalam
pembelajaran karena hal ini diasumsikan bahwa permasalahan pengucapan ini
akan bisa teratasi sendiri setelah beberapa minggu mereka belajar. Namun,
empat minggu setelah pengajaran dimulai, guru melaporkan bahwa beberapa
siswa memiliki masalah dalam hal pengucapan yang kompleks yang tidak bisa
guru atasi. Untuk solusi permasalahan ini guru memutuskan untuk
memfokuskan kembali satu bagian dari pengajaran yang mencakup komponen
pengucapan. Guru menelaah siswa mana yang memiliki masalah dalam hal
pengucapan yang paling serius, dan mengalokasikan waktu lebih untuk
mengajarkan di jam pengajaran yang tersisa.
b. Evaluasi Iluminatif.

Jenis lain dari evaluasi dapat digambarkan sebagai evaluasi iluminatif.


Hal ini mengacu pada evaluasi yang berusaha untuk mengetahui berbagai
aspek program pengajaran yang sedang dilaksanakan. Ini berusaha untuk
memberikan pemahaman lebih dalam tentang proses pengajaran dan
pembelajaran tanpa adanya perubahan. Pertanyaan yang mungkin diminta
dalam kerangka ini adalah:
Bagaimana siswa melaksanakan tugas-tugas dalam kerja kelompok?

Apakah siswa berpartisipasi secara bersama-sama?


Apa jenis strategi pengkoreksian kesalahan yang digunakan guru?
Keputusan jenis apakah yang digunakan guru saat mengajar?
Bagaimana guru menggunakan rencana pembelajaran ketika mengajar?
Apa jenis pola interaksi guru siswa yang biasanya terjadi di kelas?
Strategi membaca apa yang cocok digunakan siswa dari berbagai jenis

teks?
Bagaimana siswa mengerti maksud atau tujuan guru dalam pelajaran?
Yang mana lebih dominan, siswa di kelas aktif atau tidak aktif?
Contoh 1: Seorang guru yang mengajar kemampuan membaca di sebuah

lembaga kursus dan telah mengembangkan pengajarannya yang berfokus pada


berbagai macam kemampuan membaca, seperti membaca secara rinci,
membaca teks, pembacaan kritis dan pengembangan kosakata. Semua
keterampilan tersebut bisa fokus diajarkan melalui pengajaran di lembaga
kursus. Guru tertarik untuk mencari tahu apa yang menjadi poin utama
pemahaman siswa dari pengajaran kursus. Siswa diberikan angket atau
kuesioner dan diminta untuk menyelesaikannya dalam waktu yang berbeda
selama pengajaran berlangsung untuk menggambarkan bagaimana persepsi
mereka terhadap pelajaran kursus tersebut di mana saat ada perbedaan persepsi
dari siswa untuk tujuan pembelajaran, atau bahkan seluruh pelajaran. Setelah
merenungkan fenomena, guru harus mengerti bahwa persepsi peserta didik
tentu mungkin akan mencerminkan apa yang paling menarik untuk mereka
atau apa yang mereka rasa perlu untuk mereka.
Contoh 2: Seorang guru tertarik mempelajari banyak hal tentang
interaksi dengan siswa di kelasnya. Dia mengundang rekan sesama guru
sebagai pengamat kegiatan di kelas. Pengamat diberikan tugas untuk mencatat
seberapa sering guru berinteraksi dengan siswa di kelas dan jenis interaksi

yang terjadi. Ini melibatkan pencatatan jenis-jenis pertanyaan yang diajukan


kepada guru dan sejauh mana dia merespon dan menindak lanjuti pertanyaan
dari siswa. Dari data yang dikumpulkan oleh pengamat, guru dapat menilai
sejauh mana dia atau siswa mengontrol interaksi kelas dan mendapatkan
pemahaman yang baik dari bagaimana dia menggunakan pertanyaan untuk
informasi dalam mempelajari materi.
Contoh 3: Guru yang ingin mengetahui lebih lanjut tentang bagaimana
siswa dalam melakukan kerja kelompok dan apakah siswa tersebut
mempersiapkan tugas-tugas kerja kelompok, guru mengatur untuk mereka
berbagai kelompok dan guru membuat ulasan rekaman untuk mengetahui
sejauh mana siswa berpartisipasi dalam diskusi kelompok dan jenis bahasa
yang mereka gunakan. Dengan meninjau ulasan tadi, guru senang mencatat
strategi untuk menetapkan setiap anggota grup untuk membagi tugasnya
masing-masing; seperti koordinator, moderator, atau yang meringkas. Hal
tersebut terbukti efektif dalam memastikan bahwa anggota kelompok
berpartisipasi aktif dalam tugas.
Penelitian tindakan kelas atas permintaan seorang guru dapat dianggap
sebagai jenis evaluasi illuminative. Blok (1998) membahas pentingnya jenis
evaluasi dalam pemahaman interpretasi pendidik pada pembelajaran bahasa.
Dia menunjukkan bahwa interview guru secara teratur untuk mengetahui
bagaimana mereka menafsirkan apa yang akan menjadi wilayahnya dalam
Pengajaran. Richards dan Lockhart (1994) menggambarkan sebuah penelitian
tindakan kelas semacam ini dilakukan oleh dua guru SD yang berusaha
memahami pertanyaan-pertanyaan berikut tentang kelas mereka:

Apa strategi pembelajaran yang digunakan oleh peserta didik untuk

kesuksesan pembelajaran di kelas?


Apakah pembelajar bahasa Inggris menggunakan bahasa targetnya itu di

luar kelas?
Apakah mereka merasa baik dan senang ketika belajar bahasa Inggris?
Setelah memahami dari pertanyaan-pertanyaan tersebut, Guru

mengumpulkan informasi pada pelajar dengan melakukan observasi di kelas,


mencari referensi jurnal dan melakukan wawancara. Mereka menemukan
informasi dari peserta didik dan sukses mengidentifikasi sejumlah strategi
pembelajaran yang berguna yang nantinya akan mereka terapkan dalam

berbagai cara; sebagai contoh, dalam membantu untuk mengingat hal-hal yang
telah mereka pelajari, anak-anak memberi contoh sebagai berikut:

Sangat mudah untuk diingat ketika saya belajar sambil mendengarkan.


Saya melakukannya berulang-ulang.
Saya berlatih dengan teman dan keluarga.
Saya menghabiskan banyak waktu dengan buku.
Saya masih akan mempelajarinya jika guru saya tidak melihat atau
menandainya".
Dari penelitian guru tersebut dapat disimpulkan bahwa meskipun guru

tidak memberikan hasil yang mengejutkan dari penelitian ini, tetapi itu tetap
berguna untuk mengkonfirmasi dan membuat jelas atau eksplisit dari beberapa
hal yang kita tahu secara intuitif. Dari hasil penelitian itu kita telah pelajari
strategi yang berguna untuk digunakan dalam pembelajaran agar lebih efektif
dan bisa saja memfasilitasi mahasiswa yang sedang belajar pengajaran efektif.
Strategi melibatkan pertanyaan-pertanyaan berikut:

Bagaimana anda menjalaninya?


Cara atau strategi mana yang anda anggap terbaik?

c. Evaluasi Sumatif
Tujuan evaluasi sumatif berkenaan dengan penentuan efektivitas dan
efisiensi sebuah program. Tujuan evaluasi sumatif tercapai setelah sebuah
program selesai dilaksanakan. Dalam mencapai tujuan ini, kita harus
memperhatikan:
Efektifitas rangkaian pembelajaran
Apa yang dipelajari oleh siswa
Kualitas penerimaan siswa dan guru akan suatu pelajaran
Kualitas materi ajar
Kesesuaian tujuan belajar
Kesesuaian tes penempatan
Ketersediaan waktu
Kesesuaian metode pengajaran
Permasalahan yang dihadapai ketika waktu belajar berlangsung.
Untuk menentukan pelajaran itu efektif, kriteria yang harus dipenuhi
antara lain:
Mastery of objectives.
Salah satu cara mengukur keefektifan sebuah pelajaran di lihat dari
sejauh mana pencapaian tujuan

Performance on tests
Menurut (Weir (1995) point terpenting dalam pencapaian tes sangat
berpengaruh dalam proses belajar mengajar. Mereka dapat membantu dalam
membuat keputusan untuk mengubah program, pelajaran yang butuh di
perhatikan atau di revisi.
Measures of acceptability
Alasan sebuah pengajaran itu bisa di terima atau tidak dipengaruhi oleh
beberapa faktor yakni: waktu, kondisi kelas, pemilihan materi dan cara
mengajar guru.
Retention rate or reenrollment rate
Untuk mengukur keefektifan pengajaran, penting untuk di lihat dari
perluasan kontiniutas siswa yang mengikuti pengajaran mulai dari durasi dan
persentasi kehadiran siswa.
Efficiency of the course
Utuk mengukur kesuksesan pengajaran yaitu bagaimana sebuah
keterbukaan pembelajaran dalam pengembangan dan implementasinya
dilakukan di kelas. Mengenai masalah selama pengajaran, diperlukan
kebutuhan terhadap materi yang spesial dan pelatihan guru, waktu untuk
konsultasi dan pertemuan.
d. Isu-Isu Dalam Evaluasi Program
Weir dan Roberts (1994, 42) mengusulkan pandangan yang luas dari
evaluasi yang ditandai dengan:
Kebutuhan baik untuk orang dalam dan orang luar dalam komitmen dan

keterlibatan untuk memastikan evaluasi yang memadai,


Minat dipusatkan dalam perbaikan, serta demonstrasi dari "nilai produk"

dari sebuah program atau proyek atau komponen mereka,


Komitmen terkait dengan pemahaman yang lebih profesional dari proses-

proses perubahan pendidikan , serta hasil perubahan,


Dokumentasi yang tersusunsistematis untuk tujuan evaluasi baik selama

pelaksanaan dan pada awal dan akhir program atau kehidupan proyek,
Kesediaan untuk merangkul kedua metodologi kualitatif dan kuantitatif
sesuai dengan tujuan evaluasi dan konteks dikaji.

Prinsip-prinsip ini mengangkat isu-isu berikut dalam proses evaluasi. Proses


evaluasi tersebut terkait dengan hal-hal di bawah ini :

Evaluasi untuk audiens atau partisipan


Ada berbagai tingkatan yang terlibat dalam program pengajaran
bahasa dan ini menciptakan berbagai jenis audiens atau partisipan untuk
evaluasi.

Dalam

perencanaan

evaluasi

adalah

penting

untuk

mengidentifikasi siapa audiens atau partisipan yang berbeda dan apa jenis
informasi yang menarik bagi mereka (Elley 1989). Misalnya, dalam
mengembangkan serangkaian buku baru untuk sekolah umum yang
didanai oleh kementerian pendidikan, petugas dalam pelayanan (yang
mungkin tidak spesialis dalam pengajaran bahasa) mungkin terutama
tertarik pada bagaimana menghabiskan uang yang tersedia untuk proyek
ini dan apakah semua komponen proyek (buku mahasiswa, panduan guru,
dan buku panduan kerja) yang tersedia di sekolah-sekolah pada waktu
tertentu. Pada akhirnya guru menjadi khawatir dalam mengajar terkait
dengan bahan atau buku yang cukup untuk semua kelas dan disesuaikan
dengan jadwal sekolah.
Lain halnya dengan konsultan luar, misalnya mungkin tertarik dalam
desain bahan dan jenis interaksi kelas dan praktek bahasa yang mereka
sediakan. Atau lain hal dengan Pusat pelatihan Bahasa yang mungkin
tertarik pada apakah proses pembelajaran mempersiapkan lulusan sekolah
untuk program pelatihan kejuruan yang dilakukan dalam bahasa Inggris.
Oleh karena itu, evaluasi harus memenuhi kepentingan semua pihak.
Hal ini menimbulkan pertanyaan yang menarik bagi audiens atau
partisipan yang berbeda-beda, antara lain:
Siswa
Apa yang saya pelajari?
Seberapa baik saya dibandingkan dengan orang lain?
Seberapa baik saya akan menilai pembelajaran ini?
Bagaimana ini akan membantu saya di masa depan?
Apakah saya perlu jenis pembelajaran lain?
Guru

Seberapa baik saya mengajar?


Apa yang siswa saya pelajari?
Apakah murid-murid saya puas dengan pembelajaran yang dilakukan?
Bagaimana pembelajaran ini dapat berguna dalam mencari kerja?
Seberapa efektif bila saya organisir saja?

Pengembang kurikulum

Apakah desain pembelajaran dan bahan sudah sesuai?


Aspek saja apa yang harus diganti atau direvisi?
Apakah guru dan siswa merespon positif untuk

pembelajarannya?
Apakah guru perlu dukungan tambahan pembelajaran?

kegiatan

Administrator

Apakah kerangka waktu pembelajaran sudah sesuai?


Adakah pengelolaan dan pemantauan sudah berhasil dalam meluruskan

masalah?
Apakah yang diharapkan klien sudah sesuai dalam menguji prosedur

penilaian?
Sumber daya apa yang dimanfaatkan?

Sponsor

Apakah biaya dalam pembelajaran itu dibenarkan/diperlukan?


Apakah pembelajaran yang tsudah dilakukan memberikan apa yang

dijanjikan?
Apakah dikelola dengan baik?
Apakah pelaporannya cukup?

Shaw dan Dowsett (1986, 66) menyatakan bahwa tiga dari partisipan
tersebut dapat diidentifikasi dengan evaluasi dalam pembelajaran bahasa:

Guru-guru dalam hal di sini, untuk mendesain dan merencanakan

tujuan pembelajaran (partisipan utama)


Manajer dari lembaga kurikulum, bertujuan menentukan penawaran

pengajaran dan penempatannya


Dukungan pengembang kurikulum, bertujuan untuk pemantauan
kurikulum
Dalam merencanakan evaluasi,ada berbagai jenis partisipan yang

perlu diidentifikasi dengan hati-hati dan hasil evaluasi yang disajikan


dengan cara yang sesuai untuk setiap partisipan.
Peserta dalam proses evaluasi

Dua jenis peserta yang biasanya terlibat dalam evaluasi adalahorang dalam dan orang luar. Orang dalam mengacu pada guru, siswa, dan
orang lain yang terlibat erat dalam pengembangan dan pelaksanaan
program/kurikulum. Evaluasi formatif, misalnya, sering dilakukan oleh
guru yang dapat memonitor saja seperti sejauh mana kurikulum itu
berkembang untuk melihat bagaimana kurikulum itu bekerja, apa kesulitan
yang dihadapi, seberapa efektif bahan, dan modikasi apa yang akan
memastikan kelancaran sebuah program/kurikulum. Siswa sering menjadi
kunci dalam evaluasi kurikulum (evaluasi sumatif), di mana memberikan
bukti

keuntungan

mereka

dalam

kemampuan

berbahasa

dan

menyelesaikan evaluasi sepanjang program/kurikulum ini diajarkan dan


relevansi apa yang mereka miliki dalam pembelajaran untuk kebutuhan
mereka.
Salah satu faktor penting dalam evaluasi kurikulum yang berhasil
seringkali keterlibatan orang dalam dalam proses merancang dan
melaksanakan evaluasi, karena sebagai akibatnya, mereka akan memiliki
tingkatan yang lebih besar dari komitmen untuk bertindak atas hasilhasilnya. Partisipan orang lain yang tidak terlibat dalam kurikulum dalam
hal ini mungkin diminta untuk memberikan pandangan objektif dari aspek
program/kurikulum yang dilaksanakan atau yang sedang dipakai dalam
pengajaran. Mereka mungkin konsultan, pengawas, atau administrator
yang tugasnya adalah untuk melengkapi persepsi guru tentang apa yang
terjadi di lapangan dengan pengamatannya.
Evaluasi kuantitatif dan kualitatif
Pengukuran kuantitatif mengacu pada pengukuran sesuatu yang
dapat dinyatakan secara numerik. Banyak tes yang dirancang untuk
mengumpulkan informasi yang dapat mudah dihitung dan disajikan dalam
hal frekuensi, peringkat, atau persentase. Sumber-sumber lain dari
informasi kuantitatif adalah daftar periksa, survei, dan peringkat-peringkat.
Data kuantitatif berusaha untuk mengumpulkan informasi dari sejumlah
besar orang pada topik tertentu dan umumnya dapat dianalisis secara
statistik sehingga pola dan kecenderungan tertentu muncul. Secara
tradisional, data kuantitatif dianggap sebagai hal yang "ketat" atau sesuai
dengan prinsip-prinsip ilmiah pengumpulan data, meskipun keterbatasan

informasi kuantitatif juga diakui, maka kebutuhan untuk informasi tersebut


dengan informasi kualitatif.
Pengukuran kualitatif mengacu pengukuran sesuatu yang tidak dapat
dinyatakan secara numerik dan bahwa lebih tergantung pada penilaian
subjektif atau pengamatan. Informasi yang diperoleh pada evaluasi
kualitatif berasal dari observasi kelas, wawancara, jurnal, dan studi kasus.
Pendekatan kualitatif lebih holistik dan naturalistik daripada pendekatan
kuantitatif dan berusaha untuk mengumpulkan informasi dalam kondisi
yang sesuai di mana lebih otentik dibadingkan dengan hasil tes. Mereka
biasanya lebih eksplorasi dan berusaha untuk mengumpulkan sejumlah
besar informasi dari sejumlah kasus kecil. Informasi yang diperoleh lebih
sulit untuk dianalisis karena sering terbuka dan harus dikodekan atau
ditafsirkan. Data kualitatif kadang-kadang dianggap sebagai hal yang
"lunak" atau kurang ketat dari data kuantitatif, tetapi informasi tersebut
sangat penting dalam banyak tahapan evaluasi program.
Dalam evaluasi kurikulum bahasa kedua pendekatan kuantitatif dan
kualitatif digunakan untuk mengumpulkan informasi yang diperlukan,
karena mereka melayani tujuan yang berbeda dan dapat digunakan untuk
melengkapi satu sama lain. Misalnya, dalam menilai prestasi siswa pada
akhir pembelajaran bahasa Inggris (lisan), prosedur berikut bisa
digunakan:
kinerja pada tes kemahiran lisan (kuantitatif)
observasi kinerja siswa pada tugas-tugas kelas dengan evaluasi

menggunakan skala penilaian holistik (kualitatif)


penilaian diri siswa dari peningkatan keterampilan berbicara mereka
(kualitatif)

Pentingnya dokumentasi
Dokumentasi yang relevan meliputi:

Statistik: informasi tentang mengapa siswa memilih belajar (misalnya


kursus), jumlah siswa, absensi, kondisi / ukuran kelas, penggunaan
fasilitas seperti perpustakaan. Informasi seperti ini memberikan
gambaran tentang sifat ,modus operasi, dan dapat mengungkapkan pola
atau masalah tertentu.

Dokumen yang relevan: kompilasi dari semua dokumentasi yang


relevan tentang pembelajaran, seperti deskripsi, bahan publisitas,
pernyataan tujuan, sasaran, dan silabus, materi belajar, panduan
mengajar, newsletter, artikel surat kabar, laporan dari rencana

pertemuan tatap muka.


Program kerja: contohnya, tes, tugas kelas, students' work (hasil

pekerjaan siswa ).
Komentar tertulis: apa yang telah ditulis tentang pembelajaran oleh

penilai dari luar, guru, peserta didik, manajer.


Dokumen kelembagaan: apa saja dokumen legalitas yang tersedia
tentang sekolah atau lembaga, kebijakan perekrutan, deskripsi
pekerjaan, analisis yang telah dilakukan, laporan dari kurikulum

sebelumnya.
Ulasan pembelajaran: Ditulis dan disiapkan oleh guru secara deskriptif
dan reflektif. Ini harus diperhitungkan tentang bagaimana proses
berlangsung, apa permasalahan yang terjadi, kekuatan dan kelemahan
yang dirasakan, dan saran untuk kedepannya. Sebuah tinjauan yang
ditulis merupakan sumber yang berguna bagi orang lain yang akan
mengajar.

Pelaksanaan
Tujuan evaluasi adalah untuk mempromosikan review, refleksi, dan
revisi kurikulum berdasarkan kompilasi dari berbagai informasi atau
berbagai sumber yang berbeda. Dalam rangka untuk membuat keputusan
berdasarkan evaluasi, pertama-tama perlu untuk meninjau proses evaluasi
untuk memastikan bahwa evaluasi itu dirancang secara memadai.
Pertanyaan yang membantu menentukan ini adalah:

Cakupan: Apakah kisaran informasi yang dikumpulkan meliputi semua

aspek penting dari program yang dievaluasi?


Partisipan: Apakah informasi yang dikumpulkan sudah memadai dan

membantu kebutuhan semua partisipan?


Keandalan: Apakah informasi telah dikumpulkan sedemikian rupa

bahwa temuan yang sama akan diperoleh oleh orang lain?


Objektivitas: Apakah upaya telah dilakukan untuk memastikan bahwa
tidak ada bias dalam pengumpulan dan pengolahan informasi?

Keterwakilan: Apakah informasi yang dikumpulkan secara akurat

sudah menjelaskan program/kurikulum ini?


Ketepatan waktu: Apakah informasi yang disediakan cukup tepat

waktu untuk agar menjadi berguna bagi partisipan evaluasi?


Pertimbangan etis: Apakah evaluasi mengikuti standar etika, misalnya,
kerahasiaan informasi dijamin dan informasi yang diperoleh secara
profesional

dan

dapat

diterima?

(Stufflebeam,

McCormick,

Brinkerhoff, dan Nelson 1985)


Setelah ditentukan bahwa evaluasi sudah cukup memenuhi standar
yang diperlukan, hal berikutnya adalah perlunya untuk memutuskan
bagaimana memanfaatkan informasi yang diperoleh. Proses berikut terkait
dengan:

Meninjau semua informasi yang dikumpulkan.


Menyebarluaskan temuan kepada pihak-pihak terkait.
Tentukan apa perubahan yang mungkin perlu dibuat.
Mengidentifikasi biaya dan manfaat dari perubahan yang diusulkan.
Mengembangkan rencana untuk revisi atau perubahan.
Mengidentifikasi mereka yang bertanggung jawab untuk mengambil

tindakan lebih lanjut.


Menetapkan prosedur untuk meninjau efektivitas perubahan.

e. Prosedur Dalam Melakukan Evaluasi


Prosedur yang digunakan dalam melakukan evaluasi terkait dengan beberapa
hal berikut, yakni:
Tes
Berbagai jenis tes dapat digunakan untuk mengukur perubahan hasil
belajar (atau pada tahap menengah),
Tes kelembagaan, dirancang untuk mengukur apa yang telah dipelajari

siswa dalam pembelajaran.


Tes internasional, seperti TOEFL, IELTS, atau tes kemahiran, ini

terkait dengan tujuan dan isi pembelajaran.


Buku tes; seperti yang disediakan oleh guru secara manual atau sebagai

bagian dari program komersial


Catatan siswa, seperti informasi
pembelajaran.

yang

dikumpulkan

selama

Keuntungan: Tes dapat memberikan ukuran langsung dari prestasi atau


hasil belajar, jika mereka didasarkan pada kinerja siswa, yaitu, mereka
termasuk kriteria yang disesuaikan.
Kekurangan; Hal ini tidak selalu mudah untuk memastikan bahwa
perubahan dalam pembelajaran yang diukur dengan tes adalah akibat
langsung dari pengajaran atau terkait dengan faktor-faktor lainnya. Dan
jika ada kinerja yang buruk pada hasil tes, ini tidak mengidentifikasi
penyebab masalah. Apakah guru, bahan, para siswa, atau pembelajaran
yang menjadi masalah? Penelitian lebih lanjut biasanya diperlukan.
Perbandingan Dua Pendekatan Untuk Pembelajaran
Dua versi yang berbeda tentu saja mungkin diajarkan dalam
pengajaran dan pembelajaran dan hasilnya sebagai perbandingan atau
perhitungan dari prestasi siswa. Pendekatan komparatif berusaha untuk
membandingkan efek dari dua atau lebih kondisi pengajaran yang berbeda.
Perhitungan efisiensi kurikulum dengan membandingkan efektivitas relatif
dari dua cara mengajar yang berbeda.
Keuntungan: Pendekatan komparatif berusaha untuk mengendalikan
semua faktor yang relevan dan menyelidiki faktor tersebut dengan teliti.
Kekurangan: Pendekatan ini biasanya membebankan atau memberikan
kendala bagi guru. Seorang guru, misalnya, mungkin diperlukan untuk
selalu memberikan koreksi kesalahan dengan jelas dan untuk memberikan
hanya koreksi kesalahan tidak langsung. Tetapi karena faktor manusia,
sangat sulit untuk mempertahankan jenis-jenis perbedaan. Hal ini biasanya
tidak mungkin untuk mengontrol semua variabel yang relevan dan
hasilnya biasanya tidak meyakinkan.
Wawancara
Wawancara guru dengan siswa dapat digunakan untuk mendapatkan
pandangan mereka pada tiap aspek pembelajaran. Biasanya, wawancara
terstruktur memberikan informasi yang lebih berguna daripada wawancara
tidak terstruktur. Keuntungan: mendalami informasi yang dapat diperoleh
dari pertanyaan spesifik. Kekurangan: Wawancara sangat memakan waktu
dan hanya sampel dari guru atau siswa biasanya dapat diwawancarai

secara mendalam; maka dapat mewakili dari pandangan yang mungkin


mereka pertanyakan.
Kuesioner
Ini dapat digunakan untuk memperoleh komentar guru dan siswa
pada berbagai isu. Keuntungan: Kuesioner mudah dijalankan dan
informasi dapat diperoleh dari sejumlah besar responden. Kekurangan:
Kuesioner harus hati-hati dirancang untuk memperoleh isi jawaban, dan
informasi mungkin sulit untuk ditafsirkan. Sebagai contoh, jika siswa
menunjukkan bahwa dia menemukan unit tertentu dalam kesulitan pada
pembelajaran, penyelidikan tindaklanjut mungkin diperlukan untuk
menentukan persis mengapa mereka dianggap sulit.
Evaluasi Tertulis dari Guru
Guru dapat menyelesaikan evaluasi menggunakan formulir umpan
balik terstruktur yang memunculkan komentar pada semua aspek.
Keuntungan: Guru berada dalam posisi yang baik untuk melaporkan
pembelajaran dan bentuk evaluasi yang dirancang dengan baik
memberikan informasi dengan cepat dengan cara yang mudah dan ringkas.
Kekurangan: Informasi yang diperoleh mungkin impresionistik dan bias,
karena hanya menyajikan titik pandang guru.
Buku harian dan jurnal
Guru dapat menyimpan catatan berkelanjutan dengan tayangan dan
pengalaman mereka. Buku harian memberikan catatan narasi tetang hal
yang guru lakukan, masalah yang dihadapi, insiden kritis, alokasi waktu,
dan isu-isu lainnya. Keuntungan: buku harian dan jurnal memberikan
informasi yang relatif rinci dan terbuka dan dapat menangkap informasi
yang mungkin terlewatkan dengan cara lain. Kekurangan: Sulit untuk
memutuskan bagaimana menggunakan informasi yang diperoleh. Buku
harian yang impresionistik dan tidak sistematis.
Catatan guru
Penggunaan dapat dibuat dari catatan tertulis yang tersedia dari
program, seperti laporan dari pelajaran yang diajarkan, materi yang
dibahas, kehadiran, nilai siswa, dan alokasi waktu. Keuntungan: Catatan
ini dapat memberikan rincian beberapa aspek kurikulum. Kekurangan:

Tidak semua informasi yang dikumpulkan mungkin relevan. Beberapa


informasi mungkin impresionistik dan hanya mewakili titik pandang guru
saja.
Catatan atau jurnal siswa
Siswa mungkin akan diminta untuk membuat catatan mengenai halhal yang didapat atau dialami dari apa yang terjadi selama pembelajaran,
bagaimana waktu yang mereka habiskan pada tugas yang berbeda, berapa
banyak waktu yang mereka alokasikan untuk pekerjaan rumah dan
kegiatan lain di luar kelas. Keuntungan: Memberikan perspektif siswa di
lapangan dan memberikan wawasan mungkin guru tidak sadari.
Kekurangan: Membutuhkan kerjasama siswa dan komitmen waktu. Siswa
mungkin tidak melihat manfaat dari kegiatan tersebut.
Studi kasus
Seorang guru dapat melakukan studi kasus misalnya, guru mungkin
mendokumentasikan bagaimana ia memanfaatkan rencana pelajaran
selama pembelajaran, atau melacak kemajuan pembelajar tertentu.
Keuntungan: Studi kasus memberikan informasi rinci tentang aspek
kurikulum, dan dari waktu ke waktu akumulasi informasi dari studi kasus
dapat memberikan gambaran yang berbeda atau variatif. Kekurangan:
Informasi yang dikumpulkan mungkin tidak khas atau tidak mewakili, dan
studi kasus yang memakan waktu untuk mempersiapkannya.
Evaluasi siswa
Siswa dapat memberikan umpan balik secara tertulis atau lisan
selama pembelajaran yang telah diajarkan, mengomentari fitur seperti
Pendekatan guru, bahan yang digunakan, dan relevansinya dengan
kebutuhan

siswa.

Keuntungan:

evaluasi

siswa

mudah

diperoleh,

memberikan umpan balik pada berbagai topik, dan memungkinkan


sejumlah besar peserta didik untuk terlibat. Kekurangan: Informasi yang
diperoleh mungkin subjektif dan impresionistik dan kadang-kadang sulit
untuk menafsirkanya.
Audio atau video rekaman
Pelajaran dapat direkam untuk memberikan contoh gaya pengajaran
yang berbeda dari pembelajaran yang biasanya. Keuntungan: Rekaman

dapat memberikan informasi bagi siswa secara real time dan


mempermudah penafsiran yang sulit dari dokumen lain yang tidak mudah
untuk diajarkan. Kekurangan: Kehadiran instrumen rekaman atau pembuat
rekaman terkadang dapat melebar atau mengganggu fokus materi ajar dan
data dapat dibiaskan. Rekaman yang baik sulit untuk diatur.
Pengamatan
Pengamatan rutin kelas dapat dibuat oleh guru lain atau supervisor.
Observasi biasanya lebih berguna jika disusun dalam beberapa cara,
seperti dengan memberikan tugas khusus untuk pengamat dan dengan
menyediakan prosedur yang akan digunakan untuk pengamat (misalnya,
daftar periksa atau skala penilaian). Keuntungan: Pengamat dapat fokus
pada aspek pelajaran yang diamati dan dapat memberikan pandangan
obyektif, mengidentifikasi hal-hal yang mungkin tidak disadari oleh guru.
Jika guru yang mengamati langsung kelas masing-masing, haris
menyediakan dasar untuk diskusi lanjutan dan refleksi diri. Kekurangan:
Kehadiran

pengamat

mungkin

mengganggu.

Sebagaimana

dicatat

terdahulu, observasi adalah keterampilan khusus dan memerlukan


persiapan dan bimbingan eksplisit jika itu dianggap berguna.
Weir dan Roberts (1994,134) meringkas fokus dan prosedur dalam
evaluasi program:

Prosedur
Keyakinan Guru

Fokus
Kuesioner
Wawancara
Observasi
review

rencana

pengajaran

(lesson plans)
Kemampuan Guru

Pengamatan melalui kaset-video


Kuis penilaian diri
Kuesioner
Wawancara
Observasi
Review rencana pengajaran

Praktek Guru

Rekaman kegiatan
Ulasan RPP / Review Lesson
Plans
Pengamatan melalui kaset-video
Wawancara
Kuesioner

Perilaku siswa

Wawancara siswa
Kuesioner siswa
Catatan/Jurnal Guru
Observasi siswa
Wawancara Guru
Test
Tugas siswa
Kuesioner Guru

Anda mungkin juga menyukai