Anda di halaman 1dari 3

Nama : Nur Azizah

NIM : 200107501034

Kelas : Pendidikan Biologi B

Klp : 4 (Empat)

Tugas Individu 3 Desain Pengembangan Kurikulum Biologi Sekolah

1. Jelaskan apa saja syarat sebagai kondisi yang memungkinkan pendekatan top down dan
grass root tersebut dapat berlangsung?
Jawab:
Pendekatan Top Down atau pendekatan administratif, yaitu pendekatan dengan
sistem komando dari atas ke bawah. Pendekatan Top Down dapat berlangsung
dikarenakan pengembangan kurikulum muncul atas inisiatif para pejabat pendidikan atau
para administator atau dari para pemegang kebijakan (pejabat) pendidikan seperti dirjen
atau kepala Kantor Wilayah. Sedangkan pada model grass roots, inisiatif pengembangan
kurikulum dimulai dari lapangan atau dari guru-guru sebagai implementator, kemudian
menyebar pada lingkungan yang lebih luas, makanya pengembangan kurikulum ini
disebut juga pengembangan kurikulum dari bawah ke atas.
Minimal ada dua syarat sebagai kondisi yang memungkinkan pendekatan grass
root dapat berlangsung. Pertama, manakala kurikulum itu benar-benar bersifat lentur
sehingga memberikan kesempatan kepada setiap guru secara lebih terbuka untuk
memperbarui atau menyempurnakan kurikulum yang sedang diberakukan. Kedua,
pendekatan grass root hanya mungkin terjadi jika guru memiliki sikap professional yan
tinggi disertai kemampuan yang memadai.
2. Berdasarkan materi yang telah dijelaskan, bahwa pendekatan pengembangan kurikulum
terdiri atas Pendekatan Top down dan Pendekatan Grass Roots. Jelaskan kelebihan dan
kelemahan dari kedua pendekatan pengembangan kurikulum tersebut!
Jawab:
Kelebihan dan kelemahan pendekatan Top Down
a. Hasil yang dilakukan dapat di capai dengan optiman karena biaya yang dikeluarkan di
tanggung oleh pemerintah
b. Masyarakat tidak dapat melihat seberapa jauh program tersebut dilaksanakan dan
hanya sebagai penerima hasil program tanpa mengetahui prosesnya.

Kelebihan dan kekurangan pendekatan Grass Root

a. Proses pengambilan keputusan terletak pada pelaksananya


b. Hanya berlaku pada bidang studi tertentu.
3. Menurut anda apakah Pendekatan Top Down dapat di terapkan di Indonesia? Apa
alasannya?
Jawab:
Menurut saya, pendekatan Top Down dapat di terapkan di Indonesia karena
pendekatan dilihat dari cakupan pengembangannya, pendekatan top down bisa dilakukan
baik untuk menyusun kurikulum yang benar-benar baru (curiculum constraction) ataupun
untuk penyempurnaan kurikulum yang sudah ada (kurikulum improvement). Tetapi
pendekatan Top Down merupakan pendekatan dengan system komando dari atas, dimana
pendekatan ini hanya dapat digunakan oleh negara yang memiliki system sentralisasi.
4. Dari ke 2 macam pendekatan pengembangan kurikulum yang telah diapaparkan manakah
yang paling baik untuk digunakan/diterapkan dan bagaimana peran guru dalam masing-
masing pengembangan tersebut?
Jawab:
Menurut saya, pendekatan pengembangan kurikulum yang paling baik untuk
diterapkan ialah pendekatan Grass Root karena pada model grass roots, inisiatif
pengembangan kurikulum dimulai dari lapangan atau dari guru-guru sebagai
implementator, kemudian menyebar pada lingkungan yang lebih luas, makanya
pengembangan kurikulum ini disebut juga pengembangan kurikulum dari bawah ke atas.
Oleh karena sifatnya yang demikian, maka pendekatan ini lebih banyak digunakan dalam
penyempurnaan kurikulum (curiculum improvemnt), walaupun dalam skala yang terbatas
mungkin juga digunakan dalam pengembangan kurikulum baru (curiculum constraction).
5. Bagaimana implikasi dalam penyempurnaan kurikulum dengan menggunakan
pendekatan grass roots?
Jawab:
Pengembangan kurikulum yang bersifat desentralistik dengan model grass roots-
nya, memungkinkan terjadinya kompetisi dalam meningkatkan mutu dan sistem
pendidikan, yang pada gilirannya akan melahirkan manusia-manusia yang lebih mandiri
dan kreatif.
6. Apakah pengembangan kurikulum dengan pendekatan Top Down yang merupakan
inisiatif dari pejabat, ahli kurikulum dan sebagainya, selalu dapat diterima dan diterapkan
di lembaga pendidikan?
Jawab:
Menurtu saya, pendekatan Top Down yang merupakan inisiatif dari pejabat, ahli
kurikulum, dan sebagainya tidak selalu dapat di terima karena pada dasarnya inisiatif dari
pejabat dan yang lainnya harus tetap saring atau di pilih yang mana yang dapat diterapkan
di suatu sekolah karena sesuai dengan semua komponen yang ada pada sekolah tersebut.
Tidak semua inisiatif dari pejabat, ahli kurikulum, dan sebagainya cocok atau sesuai
dengan semua unsur komponen dari suatu sekolah sehingga harus tetap menyesuaikan.

Anda mungkin juga menyukai