Anda di halaman 1dari 2

Nama : Alda Hidayat

NIM : 045298884

1. Tingkat formalisasi suatu organisasi dipengaruhi oleh beberapa faktor. Beberapa faktor yang
mempengaruhi tingkat formalisasi adalah:
a. Ukuran organisasi Semakin besar organisasi, semakin tinggi tingkat formalisasinya. Hal ini
disebabkan semakin besarnya kompleksitas tugas dan koordinasi dalam organisasi besar.
b. Jenis Industri Industri yang lebih terstruktur dan berorientasi pada standar, seperti industri
manufaktur atau keuangan, cenderung memiliki tingkat formalisasi yang lebih tinggi.
Sementara itu, industri yang lebih kreatif dan inovatif, seperti industri kreatif atau teknologi,
cenderung memiliki tingkat formalisasi yang lebih rendah.
c. Jenis Teknologi Jenis teknologi yang digunakan dalam organisasi juga mempengaruhi tingkat
formalisasi. Teknologi yang lebih terstruktur dan prosesual, seperti produksi massal, cenderung
memerlukan tingkat formalisasi yang lebih tinggi. Pada saat yang sama, teknologi yang lebih
kompleks dan fleksibel, seperti teknologi informasi, cenderung memerlukan tingkat formalisasi
yang lebih rendah.
d. Lingkungan Eksternal Tingkat formalisasi juga dapat dipengaruhi oleh lingkungan eksternal
organisasi. Jika organisasi beroperasi dalam lingkungan yang stabil dan dapat diprediksi,
tingkat formalisasi cenderung lebih tinggi. Namun, jika organisasi beroperasi dalam lingkungan
yang dinamis dan tidak terprediksi, tingkat formalisasi cenderung lebih rendah.
e. Budaya Organisasi Budaya organisasi juga dapat mempengaruhi tingkat formalisasi. Organisasi
dengan budaya yang lebih hierarkis dan konservatif cenderung memiliki tingkat formalisasi
yang lebih tinggi. Sementara itu, organisasi dengan budaya yang lebih kolaboratif dan inovatif
cenderung memiliki tingkat formalisasi yang lebih rendah.
f. Gaya Kepemimpinan Gaya kepemimpinan dalam suatu organisasi juga dapat mempengaruhi
tingkat formalisasi. Kepemimpinan yang otoriter cenderung mendorong tingkat formalisasi
yang lebih tinggi, sementara kepemimpinan yang demokratis cenderung mendorong tingkat
formalisasi yang lebih rendah.
Jadi sebagai catatan faktor-faktor ini dapat saling berinteraksi dan juga mempengaruhi antara satu
dengan yang lain. Tingkat formalisasi yang tepat untuk suatu organisasi harus dipertimbangkan dengan
memperhatikan faktor-faktor ini secara holistik.
2. Derajat Otoritas dalam suatu organisasi merujuk pada kekuasaan atau hak untuk mengambil
keputusan, memberikan perintah, dan mengarahkan aktivitas orang lain. Otoritas memainkan peran
penting dalam menjaga keteraturan dan efektivitas organisasi. Terdapat dua corak otoritas yang
umum ditemui dalam suatu organisasi, yaitu :
a. Otoritas Sentralisasi Terjadi ketika kekuasaan dan pengambilan keputusan terpusat pada satu
individu atau kelompok kecil dalam organisasi. Dalam struktur sentralisasi, keputusan penting
dan kebijakan dibuat oleh pihak yang berada di puncak hierarki organisasi. Keuntungan dari
otoritas sentralisasi adalah adanya kejelasan dalam pengambilan keputusan dan koordinasi yang
efisien. Namun, kelemahan dari otoritas sentralisasi adalah kurangnya partisipasi dan
keterlibatan anggota organisasi lainnya, yang dapat menghambat inovasi dan kreativitas.
b. Otoritas Desentralisasi Terjadi ketika kekuasaan dan pengambilan keputusan disebarluaskan ke
berbagai tingkatan atau unit dalam organisasi. Dalam struktur desentralisasi, keputusan-
keputusan penting dapat dibuat.
Nama : Alda Hidayat
NIM : 045298884

Menurut Whetten, ada beberapa faktor yang menjadi penyebab kemunduran atau kemunduran suatu
organisasi. Ada beberapa unsur tersebut adalah :
a. Perubahan Lingkungan Organisasi yang tidak mampu beradaptasi terhadap perubahan
lingkungan eksternal seperti perkembangan teknologi, perubahan kebijakan pemerintah, atau
perubahan preferensi konsumen mungkin akan mengalami hambatan.
b. Kehilangan fokus Jika suatu organisasi kehilangan fokus pada tujuan dan strategi yang jelas,
hal itu dapat berujung pada kegagalan. Kegagalan dalam mengidentifikasi dan memprioritaskan
isu-isu penting dapat menghambat kemajuan organisasi.
c. Kepemimpinan yang lemah Kepemimpinan yang tidak efektif atau kegagalan dalam
menginspirasi dan memotivasi anggota organisasi dapat menyebabkan kegagalan.
Kepemimpinan yang lemah dapat menyebabkan kurangnya arah, koordinasi yang buruk dan
ketidakmampuan mengatasi tantangan yang dihadapi.
d. Kurangnya inovasi Organisasi yang tidak dapat berinovasi dan beradaptasi terhadap perubahan
pasar atau kebutuhan pelanggan mungkin mengalami kesulitan.
e. Kurangnya upaya untuk menciptakan produk atau layanan baru yang relevan dapat membuat
organisasi tertinggal oleh pesaing.
f. Konflik Internal Adanya konflik antara anggota organisasi atau departemen yang tidak
terselesaikan dapat mengganggu kerja sama dan menghambat kemajuan organisasi.
g. Konflik yang berlarut-larut dapat menguras energi dan sumber daya organisasi, sehingga
menyebabkan kemunduran.
h. Ketidakmampuan mengelola sumber daya Ketidakmampuan organisasi dalam mengelola
sumber dayanya dapat menyebabkan pemborosan atau penggunaan yang tidak efektif.
Organisasi mungkin mengalami kenaikan biaya yang tidak perlu atau kesulitan memenuhi
kebutuhan operasional. Akibatnya, mereka berisiko kehilangan keunggulan kompetitif dan
mengalami kegagalan kinerja dan efisiensi. Oleh karena itu, untuk menghindari kemunduran
organisasi, penting bagi manajemen untuk mengidentifikasi faktor-faktor tersebut dan
mengambil tindakan yang tepat untuk mengatasi permasalahan yang timbul.
Referensi:
Devi, N. K. T. (2023). Analisis Keterlibatan Pemakai, Kemampuan Teknik Personal, Ukuran Organisasi,
Formalisasi Pengembangan Sistem, Program Pendidikan Dan Pelatihan Pemakai Terhadap Kinerja
Sistem Informasi Akuntansi Pada Lembaga Perkreditan Desa (Lpd) Di Kecamatan
Abiansemal (Doctoral Dissertation, Universitas Mahasaraswati Denpasar).

Rias, T. (2023). Kepemimpinan Melayani, Mentransformasi, Dan Memberdayakan Dalam Penanganan Konflik
Untuk Meningkatkan Produktivitas Kerja Guru.

Supriyadi, S., Febriyani, S. A., & Anisa, S. N. (2023). Prinsip Teori Organisasi Klasik Menurut Henry
Fayol. Mantra (Jurnal Manajemen Strategis), 1(1), 33-42.

Anda mungkin juga menyukai