Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH ILMU KALAM

ALIRAN QADARIYAH

Dosen pengampu

Suheil, M.Pd.

OLEH

kelompok 4
Nama:
1. Kisty Farhana Madini 191042015
2. Meylan Pontoh 191042018
3. Maharani Putri Buluati 191042035
4. Sehat Rahman 19104
5. Alfath Ramadan Pakaya 191042078

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN


IAIN SULTAN AMAI GORONTALO
JURUSAN TADRIS BAHASA INGGRIS
Kata pengantar

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga mengucapkan
banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan
memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.

Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin masih


banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Gorontalo, oktober 2019


KATA PENGANTAR.......................................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................iii
1. Latar Belakang........................................................................................................iii
2. Rumusan Masalah...................................................................................................iii
3. Tujuan.....................................................................................................................iii
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................1
A. DEFINISI ALIRAN QADARIYAH........................................................................1
B. SEJARAH PERKEMBANGAN ALIRAN QADARIYAH....................................2
C. LANDASAN DALIL AQLY DAN NAQLY ALIRAN QADARIYAH.................5
BAB III PENUTUP..........................................................................................................8
1. Simpulan..................................................................................................................8
2. Saran.........................................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................9
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar belakang

Manusia adalah ciptaan Tuhan, dan Tuhan mempunyai kekuasaan dan kehendak
yang mutlak. Menurut paham Qadariyah, manusia mempunyai kebebasan untuk
berbuat dan menentukan cara hidupnya, sesuai dengan yang dikehendakinya.
Manurut paham Jabariyah, manusia tidak mempunyai kebebasan untuk
berkehendak dan menentukan perbuatannya sendiri. Semua kehendak dan
perbuatan manusia sudah ditentukan oleh Tuhan sejak azali.

2. Rumusan masalah
a. Apa yang dimaksud dengan Qadariyah?
b. Bagaimana sejarah perkembangan Qadariyah?
c. Apa landasan aqly dan naqly aliran Qadariyah?
3. Tujuan
a. Untuk menjelaskan apa yang dimaksud dengan Qadariyah
b. Untuk mendeskripsikan sejarah perkembangan Qadariyah
c. Untuk menjelaskan landasan aqly dan naqly aliran Qadariyah
BAB 2

PEMBAHASAN

A. Definisi Aliran Qadariyah dan Pemikirannya

Mereka atau penganut aliran Qadariyah adalah fiqrah yang mengingkari


ilmu Allah terhadap perbuatan sebelum terjadi, dan Allah belum membuat
ketentuan apa-apa. Mereka menyatakan bahwa tidak ada takdir, semua perkara
adalah kejadian yang baru ada pada saat terjadi. Dan sebelum perkara terjadi
Allah tidak menentukan dan tidak mengetahuinya, serta hanya tahu setelah terjadi.
Dan mereka menyatakan bahwa Allah bukan pencipta perbuatan manusia dan
tidak menentukan apa-apa.

Kata Qadariyah itu sendiri berasal dari qadara yang memiliki dua
pengertian yaitu berani memutuskan dan juga berani mempunyai kekuatan atau
kemampuan. Sedangkan Qadariyah yang dimaksud di sini adalah suatu paham
bahwa manusia mempunyai kebebasan berkehendak dan punya kemampuan untuk
berbuat. Kelompok yang menganut aliran ini berkeyakinan bahwa semua
perbuatan manusia terwujud karena kehendaknya dan kemampuan manusia itu
sendiri. Manusia dapat melakukan sendiri semua perbuatan sesuai kemampuan
yang dimilikinya.

Menurut aliran Qadariyah manusia berkuasa terhadap perbuatan-


perbuatannya sendiri. Manusialah yang mewujudkan perbuatan-perbuatan baik
atas kehendak dan kekuasaannya sendiri dan merekalah pula yang melakukan dan
menjauhi perbuatan-perbuatan jahat atas kemauan dan kemampuannya sendiri.
Dalam paham ini manusia meredeka atau bebas dalam tingkah lakunya.
Perbuatan baik atau perbuatan jahat, semuanya dilakukan atau tidak
dilakukan berdasarkan kehendak bebas dan pilihannya serta kemampuan yang
dimilikinya. Dengan demikian paham ini menolak anggapan bahwa nasib manusia
ditentukan oleh Tuhan semenjak azali, dan manusia berbuat atau beraktivitas
hanya mengikuti atau menjalani nasib yang sudah ditentukan itu.

Al-Lalikai meriwayatkan dari Imam Asy-Syafi'i berkata, Qadari adalah


orang yang menyatakan bahwa Allah tidak menciptakan apa-apa hingga
dikerjakan. Imam Abu Tsaur ditanya tentang Qadariyah, jawab beliau Qadariyah
adalah orang yang mengatakan bahwa Allah tidak menciptakan perbuatan hamba-
Nya dan Allah tidak menentukan dan menciptakan perbuatan maksiat pada
hambanya.

Dari Al-Khallal bahwa Imam Ahmad ditanya tentang Qadariyah, beliau


menjawab "Mereka Kafir". Dari Abu Bakar Al-Marudzi berkata bahwa, saya
bertanya kepada Abu Abdullah tentang Qadari, maka beliau tidak mengkafirkan
Qadari yang menetapkan ilmu Allah atas perbuatan hamba sebelum terjadi. Begitu
juga Ibnu Taimiyah mengkafirkan Qadari yang menafikan tulisan dan ilmu Allah
dan tidka mengkafirkan Qadari yang menetapkan Ilmu Allah., dan juga Ibnu
Rajab Al-Hambali menyatakan Qadariyah yang mengingkari ilmu Allah kafir
(Ibrahim bin Amir Ar-Ruhaili, 2002, 83-85).

Dikatakan Qadariyah karena mereka mengingkari takdir dan mereka


menganggap manusia melakukan usaha sendiri sebagaimana yang dituturkan oleh
Imam An-Nawawi.

B. Sejarah Perkembangan Aliran Qadariyah

Paham Qadariyah ini disebarkan oleh Ma'bad al-Juhani dan Ghailan al-
Dimasqi sekitar tahun 70 H/ 689 M pada masa pemerintahan khalifah Abdul
Malik bin Marwan (685-705M).
Latar belakang timbulnya Qadariyah ini sebagai isyarat menentang kebijaksanaan
politik Bani Umayyah yang dianggapnya kejam. Apabila aliran Ajbariyah
berpendapat bahwa khalifah Bani Umayyah membunuh orang, hal itu karena
sudah ditakdirkan Allah dan hal ini berarti merupakan topeng kekejaman Bani
Umayyah, maka aliran Qadariyah mau membatasi qadar tersebut. Mereka
mengatakan bahwa kalau Allah itu adil, maka Allah akan menghukum orang yang
bersalah dan memberi pahala kepada orang yang berbuat kebaikan. Manusia harus
bebas dalam menentukan nasibnya sendiri dengan memilih perbuatan yang baik
maupun yang buruk. Jika Allah itu telah menentukan lebih dahulu nasib manusia,
maka Allah itu zalim. Karena itu manusia harus merdeka memilih atau ikhtiar atas
perbuatannya (kholiqul af'al). Manusia harus memiliki kebebasan berkehendak.
Orang-orang yang berpendapat bahwa amal perbuatan dan nasib manusia itu
hanyalah bergantung pada qadar Allahh saja, selamat atau celakanya seseorang itu
telah ditentukan oleh Allah sebelumnya, pendapat tersebut adalah sesat. Sebab
pendapat tersebut berarti menentang keutamaan Allah dan berarti menganggap-
Nya pula yang menjadi sebab terjadinya kejahatan-kejahatan. Mustahil Allah
melakukan kejahatan.

Ajaran-ajaran paham Qadariyah segera mendapat pengikut yang cukup,


sehingga khalifah segera mengambil tindakan dengan alasan demi ketertiban
umum. Ma'bad al-Juhni dan dan beberapa pengikutnya ditangkap dan dia sendiri
dihukum bunuh di Damaskus (80/690M). Setelah peristiwa ini, maka pengaruh
paham Qadariyah semakin surut. Akan tetapi dengan munculnya paham
Mu'tazilah, sebetulnya dapat diartikan sebagai penjelmaan kembali dari paham-
paham Qadariyah. Sebab antara keduanya, terdapat persamaan demikian
filsafatnya, yang selanjutnya disebut sebagai kaum Qadariyah Mu'tazilah.

Ma'bad al-Juhni adalah seorang tabi'i yang baik, pernah belajar kepada
Washil bin Atho', pendiri Mu'tazilah. Kemudian ia melibatkan diri dalam
lapangan politik dan memihak kepada Abdurrahman ibn al-Asy'ash, gubernur
Sijistan dalam menentang kekuasaan Bani Umayyah. Dia dihukum mati oleh Al-
Hajaj, Guberbur Basrah, karena ajaran-ajaranya pada tahun 80 H.

Sesudah Ma'bad meninggal, paham Qadariyah terus disebarkan oleh Gailan ad


Damasqi adalah penduduk kota Damaskus. Ayahnya seorang yang pernah bekerja
pada Kalifah Usman bin Affan. Ketika penyebaran dilakukan di Dammaskus, ia
segera mendapat tantangan dari khalifah Umar ibn Abdul Aziz. Tapi sesudah
khalifah ini wafat, Ghailan kembali melanjutkan penyebaran paham Qadariyah
ini, sehingga ia ditangkap dan dijatuhi hukuman mati oleh Hisyam ibn Abdul
Malik (720-743 M). Sebelum dieksekusi, terlebih dahulu diadakan perdebatan
antara Ghailan dengan al-Auza'i yang dihadiri oleh Hisyam sendiri (Mawardy
Hatta, 2016, 83).

Sebagian orang-orang Qadariyah mengatakan bahwa semua perbuatan


manusia yang baik itu berasal Allah, sedangkan perbuatan manusia yang jelek itu
manusia sendiri yang menciptakannya, tidak ada sangkut-pautnya dengan Allah.

Para penganut ajaran Qadariyah dikatakan Majusi, karena mereka mengatakan


adanya dua pencipta, yaitu pencipta kebaikan dan pencipta keburukan. Hal ini
sama persis dengan ajaran agama Majusi atau Zaroaster yang mengatakan adanya
dewa terang, kebaikan dan siang, disebut Ahura Mazda dan dewa keburukan,
gelap dan malam, disebut Ahriman atau Angra Manyu.

Ada pendapat lain mengatakan bahwa sebenarnya yang mengembangkan ajaran-


ajaran Qadariyah itu bukan Ma'bad al-Juhni melainkan ada seorang penduduk
Irak, yang mulanya beragama Kristen kemudian masuk Islam, namun akhirnya
kembali ke Kristen lagi. Dari orang inilah, Ma'bad al-Juhni dan Gailan ad-
Damasqi mengambil pemikirannya(Sahilun A Nasir, 1991, 131).

Mereka sulit diketahui aliran-aliran. Karena mereka dalam segi tertentu


mempunyai kesamaan ajaran dengan ajaran Mu'tazilah dan dalam segi yang lain
mempunyai kesamaan dengan ajaran Murji'ah, sehingga disebut Murji'atul
Qadariyah.

Bid'ahnya Qadariyah terdiri dari dua perkara besar yaitu :

Pertama, Pengingkaran terhadap ilmu Allah yang telah mendahului suatu kejadian

Kedua, Pernyataan bahwa hamba sendiri yang mempunyai kuasa penuh untuk
mewujudkan perbuatannya.

Dua perkara ini sudah punah sebagaimana yang telah dituturkan oleh Ibnu Hajar
dan Al-Qurthubi. Tetapi Qadariyah sekarang hanya menetapkan ilmu Allah
terhadap perbuatan hamba sebelum terjadi, hanya saja mereka berbeda dengan
ulama salaf dalam hal perbuatan hamba terjadi atas kehendak sendiri tanpa ada
campur tangan dari Allah. Kesesatan firqah ini lebih ringan daripada yang
pertama.

Oleh karena itu, ulama salaf mengkafirkan Qadariyah yang mengingkari ilmu
Allah saja.Meskipun Qadariyah sudah punah tapi pemikirannya tumbuh subur
dikalangan Mu'tazilah, sehingga Mu'tazilah bisa disebut ahli waris paham
Qadariyah.

C. Dalil Aqli Dan Naqli

Landasan naqly (alasa yang diambil dari al-Quran dan Hadis)


dan aqly (alasan yang bersandar pada akal atau rasional semata) yang menjadi
pegangan sekaligus alasan "ada" nya kedua aliran teologi ini.

Dalil-dalil naqliy sebagai dasar aliran Jabariyah

QS. Ash-Shafaat ayat 96 :

‫َو ُهَّللا َخ َلَقُك ْم َو َم ا َتْع َم ُلوَن‬


Padahal Allah-lah yang menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat itu".

Al-Anfal ayat 17 :

‫َو َم ا َر َم ْيَت ِإْذ َر َم ْيَت َو َلـِكَّن َهّللا َر َم ى‬

......dan bukan kamu melempar ketika kamu melempar, tetapi Allah-lah yang
melempar.

‫َم ا َأَص اَب ِم ن ُّمِص يَبٍة ِفي اَأْلْر ِض َو اَل ِفي َأنُفِس ُك ْم ِإاَّل ِفي ِكَتاٍب ِّم ن َقْبِل َأن َّنْبَر َأَها ِإَّن َذ ِلَك َع َلى ِهَّللا َيِس يٌر‬

Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan (Tidak pula) pada dirimu
sendiri melainkan Telah tertulis dalam Kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum kami
menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.

QS. Al-Insan 30 :

‫َو َم ا َتَشاُؤ وَن ِإاَّل َأن َيَش اَء ُهَّللا ِإَّن َهَّللا َك اَن َع ِليمًا َحِكيمًا‬

Dan kamu tidak mampu (menempuh jalan itu), kecuali bila dikehendaki Allah.
Sesungguhnya Allah adalah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.

Dalil-dalil aqliy yang dijadikan landasan bagi kaum Jabariyah antara lain
sebagai berikut:

Makhluk tidak boleh mempunyai sifat sama dengan sifat Tuhan, dan kalau itu
terjadi, berarti menyamakan Tuhan dengan makhluknya. Mereka menolak
keadaan Allah Maha Hidup dan Maha Mengetahui, namun ia mengakui keadaan
Allah Yang Maha Kuasa. Allahlah yang berbuat dan menciptakan, oleh karena itu,
makhluk tidak mempunyai kekuasaan.

Manusia tidak memiliki kekuasaan sedikit juapun, manusia tidak dapat dikatakan
mempunyai kemampuan (Istitha`ah). Perbuatan yang tampaknya lahir dari
manusia bukan dari perbuatan manusia karena manusia tidak mempunyai
kekuasaan, tidak mempunyai keinginan dan tidak mempunyai pilihan antara
memperbuat atau tidak memperbuat. Semua perbuatan yang terjadi pada makhluk
adalah perbuatan Allah dan perbuatan itu disandarkan kepada makhluk hanya
penyandaran majazi. Sama seperti kata pohon berbuah, air mengalir, batu
bergerak, matahari terbit dan tenggelam dan biji-bijian tumbuh dan sebagainya.
Dalil-dalil naqliy yang menjadi dasar aliran Qadariyah

QS Ar- Ra`du ayat 11 :

‫ِإَّن َهّللا َال ُيَغِّيُر َم ا ِبَقْو ٍم َح َّتى ُيَغِّيُروْا َم ا ِبَأْنُفِس ِهْم‬

Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka


merobah keadaan[768] yang ada pada diri mereka sendiri..

QS An –Nisa` ayat 110 :

‫َو َم ن َيْع َم ْل ُسوءًا َأْو َيْظِلْم َنْفَس ُه ُثَّم َيْسَتْغ ِفِر َهّللا َيِج ِد َهّللا َغ ُفورًا َّر ِح يمًا‬

...... Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan dan menganiaya dirinya,


Kemudian ia mohon ampun kepada Allah, niscaya ia mendapati Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang.

Dalil-dalil aqliy yang dijadikan sebagai landasan kaum Qadariyah adalah:

Jika perbuatan manusia diciptakan atau dijadikan oleh Allah swt mengapa
menusia diberi pahala jika berbuat baik dan disiksa jika berbuat maksiyat dan
dosa, bukankah yang membuat atau menciptakan perbuatan itu adalah Allah swt
sendiri. Jika demikian halnya berarti Allah swt tidak bersikap adil terhadap
manusia, sedang manusia itu sendiri adalah adalah ciptaan-Nya.

Melihat bahwa terdapat ayat ayat al-Qur’an dan dalil-dalil aqli menjadi landasan
kedua golongan tersebut, tidak mengherankan, sekalipun penganjur paham
Jabariyah dan Qadariyah telah lama meninggal, akan tetapi masih terdapat di
kalangan kaum muslimin. Dalam sejarah teologi Islam selanjutnya, paham
Qadariyah dianut oleh kaum Muktazilah sedangkan paham Jabariyah moderat
masih terdapat dalam aliran Asy’ariyah.
BAB III

PENUTUP

1. Simpulan

2. Saran
Sebagai penyusun saya masih menemukan kekeliruan dalam
makalah ini oleh sebab itu, saya membutuhkan kritik atau sanggahan dari
pembaca yang telah membaca makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.kompasiana.com/sitinadiraaks/5bbb76ba43322f392b55a2c6/definisi-dan-
sejarah-perkembangan-aliran-qadariyah?page=all

https://www.referensimakalah.com/2011/10/dalil-naqli-dan-aqli-landasan-
jabariyah_7088.html

https://www.academia.edu/11677175/Makalah_Aliran_Qodariyah

https://www.google.com/search?
q=simpulan+aliran+qadariyah&oq=SIMPULAN&aqs=chrome.0.69i59j69i57.9525j0j7&sou
rceid=chrome&ie=UTF-8

Anda mungkin juga menyukai