ALIRAN QADARIYAH
Dosen pengampu
Suheil, M.Pd.
OLEH
kelompok 4
Nama:
1. Kisty Farhana Madini 191042015
2. Meylan Pontoh 191042018
3. Maharani Putri Buluati 191042035
4. Sehat Rahman 19104
5. Alfath Ramadan Pakaya 191042078
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga mengucapkan
banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan
memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
PENDAHULUAN
1. Latar belakang
Manusia adalah ciptaan Tuhan, dan Tuhan mempunyai kekuasaan dan kehendak
yang mutlak. Menurut paham Qadariyah, manusia mempunyai kebebasan untuk
berbuat dan menentukan cara hidupnya, sesuai dengan yang dikehendakinya.
Manurut paham Jabariyah, manusia tidak mempunyai kebebasan untuk
berkehendak dan menentukan perbuatannya sendiri. Semua kehendak dan
perbuatan manusia sudah ditentukan oleh Tuhan sejak azali.
2. Rumusan masalah
a. Apa yang dimaksud dengan Qadariyah?
b. Bagaimana sejarah perkembangan Qadariyah?
c. Apa landasan aqly dan naqly aliran Qadariyah?
3. Tujuan
a. Untuk menjelaskan apa yang dimaksud dengan Qadariyah
b. Untuk mendeskripsikan sejarah perkembangan Qadariyah
c. Untuk menjelaskan landasan aqly dan naqly aliran Qadariyah
BAB 2
PEMBAHASAN
Kata Qadariyah itu sendiri berasal dari qadara yang memiliki dua
pengertian yaitu berani memutuskan dan juga berani mempunyai kekuatan atau
kemampuan. Sedangkan Qadariyah yang dimaksud di sini adalah suatu paham
bahwa manusia mempunyai kebebasan berkehendak dan punya kemampuan untuk
berbuat. Kelompok yang menganut aliran ini berkeyakinan bahwa semua
perbuatan manusia terwujud karena kehendaknya dan kemampuan manusia itu
sendiri. Manusia dapat melakukan sendiri semua perbuatan sesuai kemampuan
yang dimilikinya.
Paham Qadariyah ini disebarkan oleh Ma'bad al-Juhani dan Ghailan al-
Dimasqi sekitar tahun 70 H/ 689 M pada masa pemerintahan khalifah Abdul
Malik bin Marwan (685-705M).
Latar belakang timbulnya Qadariyah ini sebagai isyarat menentang kebijaksanaan
politik Bani Umayyah yang dianggapnya kejam. Apabila aliran Ajbariyah
berpendapat bahwa khalifah Bani Umayyah membunuh orang, hal itu karena
sudah ditakdirkan Allah dan hal ini berarti merupakan topeng kekejaman Bani
Umayyah, maka aliran Qadariyah mau membatasi qadar tersebut. Mereka
mengatakan bahwa kalau Allah itu adil, maka Allah akan menghukum orang yang
bersalah dan memberi pahala kepada orang yang berbuat kebaikan. Manusia harus
bebas dalam menentukan nasibnya sendiri dengan memilih perbuatan yang baik
maupun yang buruk. Jika Allah itu telah menentukan lebih dahulu nasib manusia,
maka Allah itu zalim. Karena itu manusia harus merdeka memilih atau ikhtiar atas
perbuatannya (kholiqul af'al). Manusia harus memiliki kebebasan berkehendak.
Orang-orang yang berpendapat bahwa amal perbuatan dan nasib manusia itu
hanyalah bergantung pada qadar Allahh saja, selamat atau celakanya seseorang itu
telah ditentukan oleh Allah sebelumnya, pendapat tersebut adalah sesat. Sebab
pendapat tersebut berarti menentang keutamaan Allah dan berarti menganggap-
Nya pula yang menjadi sebab terjadinya kejahatan-kejahatan. Mustahil Allah
melakukan kejahatan.
Ma'bad al-Juhni adalah seorang tabi'i yang baik, pernah belajar kepada
Washil bin Atho', pendiri Mu'tazilah. Kemudian ia melibatkan diri dalam
lapangan politik dan memihak kepada Abdurrahman ibn al-Asy'ash, gubernur
Sijistan dalam menentang kekuasaan Bani Umayyah. Dia dihukum mati oleh Al-
Hajaj, Guberbur Basrah, karena ajaran-ajaranya pada tahun 80 H.
Pertama, Pengingkaran terhadap ilmu Allah yang telah mendahului suatu kejadian
Kedua, Pernyataan bahwa hamba sendiri yang mempunyai kuasa penuh untuk
mewujudkan perbuatannya.
Dua perkara ini sudah punah sebagaimana yang telah dituturkan oleh Ibnu Hajar
dan Al-Qurthubi. Tetapi Qadariyah sekarang hanya menetapkan ilmu Allah
terhadap perbuatan hamba sebelum terjadi, hanya saja mereka berbeda dengan
ulama salaf dalam hal perbuatan hamba terjadi atas kehendak sendiri tanpa ada
campur tangan dari Allah. Kesesatan firqah ini lebih ringan daripada yang
pertama.
Oleh karena itu, ulama salaf mengkafirkan Qadariyah yang mengingkari ilmu
Allah saja.Meskipun Qadariyah sudah punah tapi pemikirannya tumbuh subur
dikalangan Mu'tazilah, sehingga Mu'tazilah bisa disebut ahli waris paham
Qadariyah.
Al-Anfal ayat 17 :
......dan bukan kamu melempar ketika kamu melempar, tetapi Allah-lah yang
melempar.
َم ا َأَص اَب ِم ن ُّمِص يَبٍة ِفي اَأْلْر ِض َو اَل ِفي َأنُفِس ُك ْم ِإاَّل ِفي ِكَتاٍب ِّم ن َقْبِل َأن َّنْبَر َأَها ِإَّن َذ ِلَك َع َلى ِهَّللا َيِس يٌر
Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan (Tidak pula) pada dirimu
sendiri melainkan Telah tertulis dalam Kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum kami
menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.
QS. Al-Insan 30 :
َو َم ا َتَشاُؤ وَن ِإاَّل َأن َيَش اَء ُهَّللا ِإَّن َهَّللا َك اَن َع ِليمًا َحِكيمًا
Dan kamu tidak mampu (menempuh jalan itu), kecuali bila dikehendaki Allah.
Sesungguhnya Allah adalah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.
Dalil-dalil aqliy yang dijadikan landasan bagi kaum Jabariyah antara lain
sebagai berikut:
Makhluk tidak boleh mempunyai sifat sama dengan sifat Tuhan, dan kalau itu
terjadi, berarti menyamakan Tuhan dengan makhluknya. Mereka menolak
keadaan Allah Maha Hidup dan Maha Mengetahui, namun ia mengakui keadaan
Allah Yang Maha Kuasa. Allahlah yang berbuat dan menciptakan, oleh karena itu,
makhluk tidak mempunyai kekuasaan.
Manusia tidak memiliki kekuasaan sedikit juapun, manusia tidak dapat dikatakan
mempunyai kemampuan (Istitha`ah). Perbuatan yang tampaknya lahir dari
manusia bukan dari perbuatan manusia karena manusia tidak mempunyai
kekuasaan, tidak mempunyai keinginan dan tidak mempunyai pilihan antara
memperbuat atau tidak memperbuat. Semua perbuatan yang terjadi pada makhluk
adalah perbuatan Allah dan perbuatan itu disandarkan kepada makhluk hanya
penyandaran majazi. Sama seperti kata pohon berbuah, air mengalir, batu
bergerak, matahari terbit dan tenggelam dan biji-bijian tumbuh dan sebagainya.
Dalil-dalil naqliy yang menjadi dasar aliran Qadariyah
َو َم ن َيْع َم ْل ُسوءًا َأْو َيْظِلْم َنْفَس ُه ُثَّم َيْسَتْغ ِفِر َهّللا َيِج ِد َهّللا َغ ُفورًا َّر ِح يمًا
Jika perbuatan manusia diciptakan atau dijadikan oleh Allah swt mengapa
menusia diberi pahala jika berbuat baik dan disiksa jika berbuat maksiyat dan
dosa, bukankah yang membuat atau menciptakan perbuatan itu adalah Allah swt
sendiri. Jika demikian halnya berarti Allah swt tidak bersikap adil terhadap
manusia, sedang manusia itu sendiri adalah adalah ciptaan-Nya.
Melihat bahwa terdapat ayat ayat al-Qur’an dan dalil-dalil aqli menjadi landasan
kedua golongan tersebut, tidak mengherankan, sekalipun penganjur paham
Jabariyah dan Qadariyah telah lama meninggal, akan tetapi masih terdapat di
kalangan kaum muslimin. Dalam sejarah teologi Islam selanjutnya, paham
Qadariyah dianut oleh kaum Muktazilah sedangkan paham Jabariyah moderat
masih terdapat dalam aliran Asy’ariyah.
BAB III
PENUTUP
1. Simpulan
2. Saran
Sebagai penyusun saya masih menemukan kekeliruan dalam
makalah ini oleh sebab itu, saya membutuhkan kritik atau sanggahan dari
pembaca yang telah membaca makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.kompasiana.com/sitinadiraaks/5bbb76ba43322f392b55a2c6/definisi-dan-
sejarah-perkembangan-aliran-qadariyah?page=all
https://www.referensimakalah.com/2011/10/dalil-naqli-dan-aqli-landasan-
jabariyah_7088.html
https://www.academia.edu/11677175/Makalah_Aliran_Qodariyah
https://www.google.com/search?
q=simpulan+aliran+qadariyah&oq=SIMPULAN&aqs=chrome.0.69i59j69i57.9525j0j7&sou
rceid=chrome&ie=UTF-8