B. Indo
B. Indo
CERITA INSPIRATIF
DISUSUN OLEH :
NAMA : KHAISAR RAFA ATALLAH
KELAS : 9-8
0
Kata Pengantar
Penulis menghantarkan ucapan Puji dan Syukur kepada Tuhan YME dikarenakan
tugas ujian praktek Bahasa Indonesia telah di selesaikan dengan baik dan
maksimal. Dengan rendah hati, Penulis mengucapkan ucapan terimakasih yang
sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang telah membantu Penulis untuk
meyelesaikan tugas uiian praktek Bahasa Indonesia.Terutama kepada Guru Bahasa
Indonesia, yaitu Ibu Hilma,S.Pd yang telah membimbing sekaligus mengarahkan
Penulis dalam menyelesaikan tugas ujian praktek Bahasa Indonesia dan ucapan
terimakasih kepada Orang tua Penulis yang telah memberikan support atau
dukungannya serta motivasi untuk dapat menyelesaikan tugas ujian praktek Bahasa
Indonesia. Tidak lupa,terimakasih juga kepada rekan rekan seperjuangan yang
telah membantu dalam sangkut pautnya terhadap tugas ujian praktek Bahasa
Indonesia.
1
penulisan. Semoga untuk kedepannya kesalahan yang serupa tidak terulang
kembali.
Daftar Isi
Etimologi -------------------------------------------------------- 4
2
CANDI PRAMBANAN
3
yang membuat Candi Prambanan terletak di 2 tempat yakni di Bokoharjo,
Prambanan, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta,[1][2] dan di Tlogo, Prambanan,
Klaten, Jawa Tengah, atau kurang lebih 17 kilometer timur laut dari kota Jogja, 50
kilometer barat daya dari kota Surakarta dan 120 kilometer selatan dari kota
Semarang, persis di perbatasan antara Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa
Tengah.[3]
Candi ini adalah termasuk Situs Warisan Dunia UNESCO, candi Hindu terbesar di
Indonesia, sekaligus salah satu candi terindah di Asia Tenggara. Arsitektur
bangunan ini berbentuk tinggi dan ramping sesuai dengan arsitektur Hindu pada
umumnya dengan candi Siwa sebagai candi utama memiliki ketinggian mencapai
47 meter menjulang di tengah kompleks gugusan candi-candi yang lebih kecil. [4]
Sebagai salah satu candi termegah di Asia Tenggara, candi Prambanan menjadi
daya tarik kunjungan wisatawan dari seluruh dunia.[5]
Menurut prasasti Siwagrha, candi ini mulai dibangun pada sekitar tahun 850
masehi oleh Rakai Pikatan, dan terus dikembangkan dan diperluas oleh Balitung
Maha Sambu, pada masa kerajaan Medang Mataram.
1.1 Etimologi
Nama Prambanan, berasal dari nama desa tempat candi ini berdiri, diduga
merupakan perubahan nama dialek bahasa Jawa dari istilah teologi Hindu Para
Brahman yang bermakna "Brahman Agung" yaitu Brahman atau realitas abadi
tertinggi dan teragung yang tak dapat digambarkan, yang kerap disamakan dengan
konsep Tuhan dalam agama Hindu. Pendapat lain menganggap Para Brahman
mungkin merujuk kepada masa jaya candi ini yang dahulu dipenuhi oleh para
brahmana. Pendapat lain mengajukan anggapan bahwa nama "Prambanan" berasal
dari akar kata mban dalam Bahasa Jawa yang bermakna menanggung atau
4
memikul tugas, merujuk kepada para dewa Hindu yang mengemban tugas menata
dan menjalankan keselarasan jagat.
Nama lain dari Prambanan dapat berarti 5 (lima) gunung yang dalam bahasa
Khmer/Kamboja 5 (lima) adalah Pram dan banam adalah gunung (ប្ភ្នំ). Hal ini
menggambarkan 5 puncak gunung dari Himalaya di India. Mengingat pada saat
yang sama dalam kronik Khmer bahwa Bangsa Jawa pernah menjajah Khmer
selama 200 tahun dan Jayawarman ke 2 yang pernah di Jawa merupakan pahlawan
yang membebaskan Khmer dari dominasi Jawa.
Nama asli kompleks candi Hindu ini adalah nama dari Bahasa Sanskerta; Siwagrha
(Rumah Siwa) atau Siwalaya (Alam Siwa), berdasarkan Prasasti Siwagrha yang
bertarikh 778 Saka (856 Masehi). Trimurti dimuliakan dalam kompleks candi ini
dengan tiga candi utamanya memuliakan Brahma, Siwa, dan Wisnu. Akan tetapi
Siwa Mahadewa yang menempati ruang utama di candi Siwa adalah dewa yang
paling dimuliakan dalam kompleks candi ini.
1.2 Sejarah Pembangunan
5
yang terletak tak jauh dari Prambanan. Beberapa sejarawan lama menduga bahwa
pembangunan candi agung Hindu ini untuk menandai kembali berkuasanya
keluarga Sanjaya atas Jawa, hal ini terkait teori wangsa kembar berbeda keyakinan
yang saling bersaing; yaitu wangsa Sanjaya penganut Hindu dan wangsa Sailendra
penganut Buddha. Pastinya, dengan dibangunnya candi ini menandai bahwa
Hinduisme aliran Saiwa kembali mendapat dukungan keluarga kerajaan, setelah
sebelumnya wangsa Sailendra cenderung lebih mendukung Buddha aliran
Mahayana. Hal ini menandai bahwa kerajaan Medang beralih fokus dukungan
keagamaannya, dari Buddha Mahayana ke pemujaan terhadap Siwa.
Bangunan ini pertama kali dibangun sekitar tahun 850 Masehi oleh Rakai Pikatan
dan secara berkelanjutan disempurnakan dan diperluas oleh Raja Lokapala dan raja
Sri Maharaja Dyah Balitung Maha Sambu. Berdasarkan prasasti Siwagrha
berangka tahun 856 M, bangunan suci ini dibangun untuk memuliakan dewa Siwa,
dan nama asli bangunan ini dalam bahasa Sanskerta adalah Siwagrha
(Sanskerta:Shiva-grha yang berarti: 'Rumah Siwa') atau Siwalaya
(Sanskerta:Shiva-laya yang berarti: 'Ranah Siwa' atau 'Alam Siwa'). [7] Dalam
prasasti ini disebutkan bahwa saat pembangunan candi Siwagrha tengah
berlangsung, dilakukan juga pekerjaan umum perubahan tata air untuk
memindahkan aliran sungai di dekat candi ini. Sungai yang dimaksud adalah
sungai Opak yang mengalir dari utara ke selatan sepanjang sisi barat kompleks
candi Prambanan. Sejarawan menduga bahwa aslinya aliran sungai ini berbelok
melengkung ke arah timur, dan dianggap terlalu dekat dengan candi sehingga erosi
sungai dapat membahayakan konstruksi candi. Proyek tata air ini dilakukan dengan
membuat sodetan sungai baru yang memotong lengkung sungai dengan poros
utara-selatan sepanjang dinding barat di luar kompleks candi. Bekas aliran sungai
6
asli kemudian ditimbun untuk memberikan lahan yang lebih luas bagi
pembangunan deretan candi perwara (candi pengawal atau candi pendamping).
Beberapa arkeolog berpendapat bahwa arca Siwa di garbhagriha (ruang utama)
dalam candi Siwa sebagai candi utama merupakan arca perwujudan raja Balitung,
sebagai arca pedharmaan anumerta dia.[8]
Kompleks bangunan ini secara berkala terus disempurnakan oleh raja-raja Medang
Mataram berikutnya, seperti raja Sri Maharaja Dyah Daksa dan Sri Maharaja Dyah
Tulodong, dan diperluas dengan membangun ratusan candi-candi tambahan di
sekitar candi utama. Karena kemegahan candi ini, candi Prambanan berfungsi
sebagai candi agung Kerajaan Mataram, tempat digelarnya berbagai upacara
penting kerajaan. Pada masa puncak kejayaannya, sejarawan menduga bahwa
ratusan pendeta brahmana dan murid-muridnya berkumpul dan menghuni pelataran
luar candi ini untuk mempelajari kitab Weda dan melaksanakan berbagai ritual dan
upacara Hindu. Sementara pusat kerajaan atau keraton kerajaan Mataram diduga
terletak di suatu tempat di dekat Prambanan di Dataran Kewu.
1.3 Cerita rakyat tentang asal usul Candi Prambanan
Dahulu kala, di Desa Prambanan, ada sebuah kerajaan yang dipimpin oleh Prabu
Baka. la memiliki seorang putri yang sangat cantik bernama Roro Jongrang. Suatu
ketika, Prambanan dikalahkan oleh Kerajaan Pengging yang dipimpin oleh
Bandung Bondowoso. Prabu Baka tewas di medan perang. Dia terbunuh oleh
Bandung Bondowoso yang sangatb sakti.
Bandung Bondowoso kemudian menempati Istana Prambanan. Melihat putri dari
Prabu Baka yang cantik jelita yaitu Roro Jongrang, timbul keinginannya untuk
memperistri Roro Jongrang.
7
Roro Jonggrang tahu bahwa Bandung Bondowoso adalah orang yang membunuh
ayahnya. Karena itu, ia mencari akal untuk menolaknya. Lalu, ia mengajukan
syarat dibuatkan 1.000 buah candi dan dua buah sumur yang dalam. Semuanya
harus selesai dalam semalam.
Bandung Bondowoso menyanggupi persyaratan Roro Jonggrang. Ia meminta
pertolongan kepada ayahnya dan mengerahkan balatentara roh-roh halus untuk
membantunya pada hari yang ditentukan.
Roro Jonggrang memberikan tugas kepada dayang – dayang untuk membuat suara
riuh dari alu dan membakar jerami agar menghasilkan warna merah sehingga
terlihat seperti fajar yang hendak muncul. Usaha tersebut membuahkan hasil, ayam
jago pun berkokok mengira hari sudah pagi.
Jin yang diutus oleh Candi Prambanan melakukan tugasnya mulai panik. Terlebih
mereka juga tidak mau terbakar karena terkena sinar matahari. Jin pun bergegas
mengajak semua pasukannya untuk segera pergi karena hari sudah pagi.
Melihat pasukan jinnya pergi, Bandung Bondowoso sangat murka. Namun di pagi
harinya, Roro Jonggrang tetap datang ke candi tersebut dan menghitung
jumlahnya. Ternyata jumlahnya adalah 999 candi. Jadi kurang 1 candi dan
Bandung Bondowoso merasa jerih payahnya tidak dihargai.
Bandung Bondowoso pun berkata, “Ya sudah, jika kurang 1 candi maka kamu
yang akan jadi candi pelengkapnya”. Karena hal itu, candi pun genap menjadi
1000 candi.
1.4 Candi Prambanan Ditelantarkan
8
Rumah warga yang memakai bebatuan Candi Prambanan sebagai pondasi.
Sekitar tahun 930-an, ibu kota kerajaan berpindah ke Jawa Timur oleh Sri
Maharaja Mpu Sindok, yang mendirikan Wangsa Dinasti Isyana. Penyebab
kepindahan pusat kekuasaan ini tidak diketahui secara pasti. Akan tetapi sangat
mungkin disebabkan oleh letusan hebat Gunung Merapi yang menjulang sekitar 20
kilometer di utara candi Prambanan. Kemungkinan penyebab lainnya adalah
peperangan dan perebutan kekuasaan. Setelah perpindahan ibu kota, candi
Prambanan mulai telantar dan tidak terawat, sehingga pelan-pelan candi ini mulai
rusak dan runtuh.
Bangunan candi ini diduga benar-benar runtuh akibat gempa bumi hebat pada abad
ke-16. Meskipun tidak lagi menjadi pusat keagamaan dan ibadah umat Hindu,
candi ini masih dikenali dan diketahui keberadaannya oleh warga Jawa yang
menghuni desa sekitar. Candi-candi serta arca Durga dalam bangunan utama candi
ini mengilhami dongeng rakyat Jawa yaitu legenda Rara Jonggrang. Setelah
perpecahan Kesultanan Mataram pada tahun 1755, reruntuhan candi dan sungai
Opak di dekatnya menjadi tanda pembatas antara wilayah Kesultanan Yogyakarta
(Jogja) dan Kasunanan Surakarta (Solo).
1.5 Penemuan kembali
9
Reruntuhan candi Siwa di Kompleks Candi Prambanan segera setelah ditemukan.
Pada tahun 1733, candi ini ditemukan oleh CA. Lons seorang berkebangsaan
Belanda. Candi ini menarik perhatian dunia ketika pada masa pendudukan Britania
atas Jawa. Ketika itu Colin Mackenzie, seorang surveyor bawahan Sir Thomas
Stamford Raffles, menemukan candi ini.
Meskipun Sir Thomas kemudian memerintahkan penyelidikan lebih lanjut,
reruntuhan candi ini tetap telantar hingga berpuluh-puluh tahun. Penggalian tak
serius dilakukan sepanjang 1880-an yang sayangnya malah menyuburkan praktik
penjarahan ukiran dan batu candi.
Kemudian pada tahun 1855 Jan Willem IJzerman mulai membersihkan dan
memindahkan beberapa batu dan tanah dari bilik candi. Beberapa saat kemudian
Isaäc Groneman melakukan pembongkaran besar-besaran dan batu-batu candi
tersebut ditumpuk secara sembarangan di sepanjang Sungai Opak. Arca-arca dan
relief candi diambil oleh warga Belanda dan dijadikan hiasan taman, sementara
warga pribumi menggunakan batu candi untuk bahan bangunan dan fondasi rumah.
1.6 Pemugaran
Pemugaran dimulai pada tahun 1918, akan tetapi upaya serius yang sesungguhnya
dimulai pada tahun 1930-an. Pada tahun 1902-1903, Theodoor van Erp
memelihara bagian yang rawan runtuh. Pada tahun 1918-1926, dilanjutkan oleh
10
Jawatan Purbakala (Oudheidkundige Dienst) di bawah P.J. Perquin dengan cara
yang lebih sistematis sesuai kaidah arkeologi.
Sebagaimana diketahui para pendahulunya melakukan pemindahan dan
pembongkaran beribu-ribu batu secara sembarangan tanpa memikirkan adanya
usaha pemugaran kembali. Pada tahun 1926 dilanjutkan De Haan hingga akhir
hayatnya pada tahun 1930. Pada tahun 1931 digantikan oleh Ir. V.R. van Romondt
hingga pada tahun 1942 dan kemudian diserahkan kepemimpinan renovasi itu
kepada putra Indonesia dan itu berlanjut hingga tahun 1993.[9]
Upaya restorasi terus menerus dilakukan bahkan hingga kini. Pemugaran candi
Siwa yaitu candi utama kompleks ini dirampungkan pada tahun 1953 dan
diresmikan oleh Presiden pertama Republik Indonesia Sukarno. ada bagian candi
yang direstorasi, menggunakan batu baru, karena batu-batu asli banyak yang dicuri
atau dipakai ulang di tempat lain. Sebuah candi hanya akan direstorasi apabila
minimal 75% batu asli masih ada. Oleh karena itu, banyak candi-candi kecil yang
tak dibangun ulang dan hanya tampak fondasinya saja.
Kini, candi ini termasuk dalam Situs Warisan Dunia yang dilindungi oleh
UNESCO, status ini diberikan UNESCO pada tahun 1991. Kini, beberapa bagian
candi Prambanan tengah direstorasi untuk memperbaiki kerusakan akibat gempa
Yogyakarta 2006. Gempa ini telah merusak sejumlah bangunan dan patung.
1.7 Peristiwa kontemporer
11
Pagelaran Sendratari Ramayana di Prambanan.
Pemandangan Prambanan dikala malam yang disoroti lampu dari arah panggung
terbuka Trimurti.
Dokumentasi pemeran utama Sendratari Ramayana, Rama (Tunjung Sulaksono)
dan Sinta (Sumaryaning) bersama Charlie Chaplin dan GPH Suryohamijoyo di
PanggungTerbuka Roro Jonggrang (1961).
Pada awal tahun 1990-an pemerintah memindahkan pasar dan kampung yang
merebak secara liar di sekitar candi, menggusur kawasan perkampungan dan sawah
di sekitar candi, dan memugarnya menjadi taman purbakala. Taman purbakala ini
meliputi wilayah yang luas di tepi jalan raya Surakarta-Jogja di sisi selatannya,
meliputi seluruh kompleks candi Prambanan, termasuk Candi Lumbung, Candi
Bubrah, dan Candi Sewu di sebelah utaranya. Pada tahun 1992 Pemerintah
Indonesia membentuk badan usaha milik negara, PT Taman Wisata Candi
Borobudur, Prambanan, dan Ratu Boko. Badan usaha ini bertugas mengelola
12
taman wisata purbakala di Borobudur, Prambanan, Ratu Boko, serta kawasan
sekitarnya. Prambanan adalah salah satu daya tarik wisata terkenal di Indonesia
yang banyak dikunjungi wisatawan dalam negeri ataupun wisatwan mancanegara.
Tepat di seberang sungai Opak dibangun kompleks panggung dan gedung
pertunjukan Trimurti yang secara rutin menggelar pertunjukan Sendratari
Ramayana. Panggung terbuka Trimurti tepat terletak di seberang candi di tepi
Barat sungai Opak dengan latar belakang Candi Prambanan yang disoroti cahaya
lampu. Panggung terbuka ini hanya digunakan pada musim kemarau, sedangkan
pada musim penghujan, pertunjukan dipindahkan di panggung tertutup. Tari Jawa
Wayang orang Ramayana ini adalah tradisi adiluhung keraton Jawa yang telah
berusia ratusan tahun, biasanya dipertunjukkan di keraton dan mulai
dipertunjukkan di Prambanan pada saat bulan purnama sejak tahun 1960-an. Sejak
saat itu Prambanan telah menjadi daya tarik wisata budaya dan purbakala utama di
Indonesia.
Setelah pemugaran besar-besaran tahun 1990-an, Prambanan juga kembali menjadi
pusat ibadah agama Hindu di Jawa. Kebangkitan kembali nilai keagamaan
Prambanan adalah karena terdapat cukup banyak masyarakat penganut Hindu, baik
pendatang dari Bali atau warga Jawa yang kembali menganut Hindu yang
bermukim di Yogyakarta, Klaten dan sekitarnya. Tiap tahun warga Hindu dari
provinsi Jawa Tengah dan Yogyakarta berkumpul di candi Prambanan untuk
menggelar upacara pada hari suci Galungan, Tawur Kesanga, dan Nyepi.[10][11]
Pada 27 Mei 2006 gempa bumi dengan kekuatan 5,9 pada skala Richter (sementara
United States Geological Survey melaporkan kekuatan gempa 6,2 pada skala
Richter) menghantam daerah Bantul dan sekitarnya. Gempa ini menyebabkan
kerusakan hebat terhadap banyak bangunan dan kematian pada penduduk sekitar.
13
berjatuhan dan berserakan di atas tanah. ini.[12][13] Beberapa minggu kemudian, pada
tahun 2006 situs ini kembali dibuka untuk kunjungan wisata.
A. TEMA
Prambanan adalah candi Hindu terbesar dan termegah yang pernah
dibangun di zaman Jawa kuno
B. ALUR
14
E. PESAN MORAL ATAU AMANAT
DAFTAR PUSTAKA
15
https://id.m.wikipedia.org>
16