Anda di halaman 1dari 4

Nama : Dimas Aurigi Ginting

NIM : 210306178

Kelas : PTN A

INTEGRASI PETERNAKAN SAPI DENGAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT

Sumber pakan pada usaha sapi potong dapat berasal dari hijauan segar yang sengaja ditanam
dan tumbuh liar yang disajikan dengan sistem cut and carry;hijauan yang tersedia pada padang
penggembalaan; hijauan berupa limbah pertanian,seperti jerami padi,kulit jagung,dan kulit ketela
pohon dan pakan non hijauan dari limbah industri pertanian, seperti dedak padi, bungkil sawit
dan onggok.Peningkatan produksi daging dan produktivitas peternakan, khususnya sapi dihadapi
oleh kendala ketersediaan lahan yang terbatas. Namun, peluang yang dapat dimanfaatkan adalah
penerapan inovasi teknologi integrasi komoditas peternakan dengan komoditas perkebunan,
misalnya: ternak sapi dengan tanaman kelapa sawit. Pola ini sebenarnya sudah banyak dikenal
oleh peternak dan pegusaha perkebunan, namun belum optimal dalam menerapkan inovasi
teknologi. Keuntungan pola integrase kelapa sawit-sapi ini, antara lain adalah adanya siklus yang
tidak terputus antara limbah tanaman kelapa sawit sebagai pakan ternak dengan limbah ternak
(kotoran padat dan cair) sebagai sumber pupuk organik untuk tanaman kelapa sawit dan sumber
biogas.

Umumnya areal perkebunan kelapa sawit kurang dapat ditumbuhi tanaman semusim,
utamanya padi, palawija, dan rumput-rumputan yang dapat dimanfaatkan oleh ternak sebagai
sumber pakan. Hal ini disebabkan rendahnya intensitas sinar matahari yang diterima akibat
ternaungi oleh tanaman kelapa sawit, khususnya tanaman yang telah menghasilkan. Akibatnya,
ketersediaan pakan hijauan untuk ternak tidak dapat terpenuhi dan harus didatangkan dari areal
luar perkebunan. Namun, melalui inovasi teknologi kelapa sawit-sapi, ketersediaan pakan ternak
dapat disubstitusi melalui pemanfaatan limbah tanaman kelapa sawit. Di sisi lain, kebutuhan
tanaman kelapa sawit terhadap pupuk organik (padat dan cair) dapat dipenuhi melalui usaha
budidaya ternak sapi. Melalui pola integrasi kelapa sawitsapi ini, diterapkan konsep produksi
bersih (cleaner production) yang menghasilkan usahatani tanpa limbah (zerro waste).
Teknologi Integrasi Kelapa Sawit di implementasi terlihat hasil utama ternak sapi adalah
berupa daging dan susu yang dapat dijual langsung ke pasar. Limbah atau produk sampingnya
berupa kotoran sapi dan urine yang dapat dijadikan sebagai sumber pupuk organik untuk
tanaman kelapa sawit.

Kotoran sapi selain dapat dijadikan sebagai sumber pupuk organik untuk tanaman kelapa sawit,
juga sebagai sumber biogas.
integrasi antara peternakan sapi dan perkebunan kelapa sawit dapat memberikan sejumlah
manfaat yang signifikan, baik dari segi ekonomi maupun lingkungan. Berikut adalah beberapa
aspek yang perlu dipertimbangkan dalam mengintegrasikan peternakan sapi dengan perkebunan
kelapa sawit:

Pemupukan Tanah dan Pemanfaatan Limbah Sapi:


Kotoran sapi dapat digunakan sebagai pupuk organik untuk tanaman kelapa sawit, membantu
meningkatkan kesuburan tanah.Integrasi ini dapat mengurangi ketergantungan pada pupuk kimia
dan mengelola limbah dari peternakan secara efisien.

Pengelolaan Limbah Kelapa Sawit untuk Pakan Sapi:


Limbah kelapa sawit, seperti pelepah kelapa sawit dan serat tandan kosong, dapat dimanfaatkan
sebagai pakan tambahan untuk sapi.Proses pengolahan limbah kelapa sawit dapat meningkatkan
nilai nutrisi dan kecernaan bahan pakan.

Agroforestri:
Menerapkan sistem agroforestri dengan menanam pohon-pohon peneduh di antara kelapa sawit
dapat memberikan lingkungan yang lebih baik untuk peternakan sapi.Pohon-pohon peneduh juga
dapat berperan sebagai sumber pakan bagi ternak.

Manajemen Air:
Sistem irigasi yang baik dapat mendukung pertumbuhan tanaman kelapa sawit dan rumput untuk
pakan sapi.Pemilihan jenis tanaman yang tahan kekeringan untuk integrasi dengan kelapa sawit
dapat membantu mengelola sumber daya air dengan efisien.
Diversifikasi Pendapatan:
Integrasi peternakan sapi dapat menjadi sumber pendapatan tambahan bagi pemilik perkebunan
kelapa sawit.Diversifikasi dapat membantu melindungi dari fluktuasi harga komoditas tunggal.

Manajemen Resiko dan Keberlanjutan:


Dengan diversifikasi usaha, risiko finansial dapat dikurangi karena tidak hanya tergantung pada
satu jenis usaha.Pendekatan ini dapat mendukung keberlanjutan jangka panjang baik dari segi
ekonomi maupun ekologi.

Pengelolaan Lahan yang Terintegrasi:


Perencanaan tata ruang lahan yang baik memungkinkan efisiensi dalam penggunaan lahan dan
optimalisasi hasil produksi dari kedua sektor.

Penting untuk mencatat bahwa implementasi integrasi ini memerlukan perencanaan yang matang
dan pemahaman mendalam tentang karakteristik kedua sektor tersebut. Dalam hal ini, dapat
diperlukan dukungan dari ahli pertanian, peternakan, dan lingkungan untuk memastikan bahwa
integrasi dilakukan secara berkelanjutan dan memberikan manfaat maksimal.
Hasil akhir biogas dapat berupa: bahan bakar kompor, sumber energi listrik, dan sisa kotoran
sapi. Sisa kotoran sapi juga dapat dijadikan sebagai sumber pupuk organik untuk tanaman kelapa
sawit. Sementara itu, hasil utama tanaman kelapa sawit adalah berupa tandan buah segar (TBS)
yang dapat dijual langsung ke pasar. Limbah atau produk sampingnya berupa pelepah sawit,
daun sawit tanpa lidi, solid, bungkil inti sawit (BIS), serat perasan, dan tandan buah kosong
(TBK) dapat dijadikan sebagai sumber pakan ternak. Keuntungannya, dapat meminimalisir biaya
usahatani kepala sawit dan budidaya ternak sapi.

Integrasi ternak sapi dengan perkebunan kelapa sawit merupakan salah satu cara efektif
tujuannya untuk meningkatkan produktivitas pangan berwujud nabati dan hewani. Manfaat
langsung yang diperoleh petani dari mengintegrasikan sawit dengan sapi, yakni tanaman sawit
dapat dimanfaatkan untuk menambah kebutuhan pakan bagi sapi. Adapun manfaat integrasi
ternak sapi dengan perkebunan kelapa sawit seperti Menjadikan tenaga ternak bagi petani,
Menghasilkan daging (Untuk sapi potong), Menghasilkan anak sapi ( dari sapi induk),
Menghasilkan susu ( dari sapi perah), dan Menghasilkan pupuk kandang ( kotoran ternak).
Perkebunan Sawit juga bisa dijadikan sebagai pupuk organik namun pemanfaatan limbah
kelapa sawit masih sangat terbatas. Oleh karena itu Sebagian industri kelapa sawit masih
menimbun limbah (open dumping) dan membakarnya dalam incinerator sehingga dapat
mencemari lingkungan. Untuk mengurangi pencemaran lingkungan akibat limbah industri
tersebut, diperlukan pengelolaan limbah yang berwawasan lingkungan. Salah satunya melalui
pemanfaatan limbah kelapa sawit menjadi pupuk organic melalui proses pelapukan
menggunakan dekomposer.

Integrasi Ternak Sapi dengan Perkebunan Kelapa Sawit dapat disimpulkan bahwa Integrasi
ternak sapi & perkebunan kelapa sawit saling menguntungkan karena dapat meningkatkan
produktivitas dan produksi daging ternak sapi selain itu juga adanya siklus tidak terputus
diantaranya adanya limbah tanaman kelapa sawit dijadikan sebagai pakan ternak, ada juga
limbah ternak (Kotoran Padat dan Cair) dijadikan sebagai pupuk organik untuk perkebunan
kelapa sawit dan sumber biogas.

Anda mungkin juga menyukai