Anda di halaman 1dari 13

Makalah

PRRI
( PEMERINTAHAN REVOLUSIONER REPUBLIK INDONESIA )

DISUSUN:
Helena putri sirait
Faradilla ramadhani brahma putri
Eva yanti
Az-zahra ashiva syahid

SMA NEGERI 4 BERAU


2023
KATA PENGANTAR

Tiada kata yang mewakili perasaan saya saat ini kecuali rasa syukur.
Untuk itu, saya ucapkan terima kasih kepada Tuhan atas rahmat-Nya,
saya dapat menyusun makalah ini dengan baik.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk membuat para
pembaca mengetahui tentang “Pemerintahan Revolusioner Republik
Indonesia” pada zaman dahulu.

Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan,


baik dari penyusunan maupun tata bahasa penyampaian dalam makalah
ini. Oleh karena itu, kami dengan rendah hati menerima saran dan kritik
dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.

Di sisi lain, saya berharap pembaca menemukan pengetahuan baru dari


laporan penelitian ini. Walaupun tulisan ini tidak sepenuhnya bagus,
saya berharap ada manfaat yang bisa diperoleh oleh pembaca. Demikian
sepatah dua patah kata dari saya

Kami berharap semoga makalah yang kami susun ini memberikan


manfaat untuk pembaca.

Berau, agustus 2023


Penulis

Daftar isi
JUDUL
UTAMA................................................................................................i

DAFTAR
ISI........................................................................................................ii

LATAR
BELAKANG.........................................................................................iii
PEMBAHASAN................................................................................................
...iv
LATAR BELAKANG
PEMBERONTAKAN.............................................v
TOKOH YANG TERLIBAT DALAM
PEMBERONTAKAN................vi
JALANNYA
PEMBERONTAKAN.............................................................vii
UPAYA PENYELESAIAN
PEMBERONTAKAN....................................viii
DAFTAR
PUSTAKA..........................................................................................

KESIMPULAN.................................................................................................
....

LATAR BELAKANG
PEMBERONTAKAN

Pascakemerdekaan, kondisi pemerintahan belum stabil. Kesejahteraan


dan pembangunan di awal kemerdekaan masih sangat sulit.
Kesenjangan pembangunan di Pulau Jawa dan pulau-pulau lainnya
memicu sentimen bahwa daerah "dianaktirikan". Sentimen ini
kemudian melahirkan upaya-upaya revolusi di daerah.
Pada Agustus dan September 1956 beberapa tokoh dari Sumatera
Tengah mengadakan rapat dan pertemuan di Jakarta. Pertemuan itu
dilanjutkan dengan reuni 612 perwira aktif dan pensiunan Divisi
Banteng pada 20-25 November 1956 di Padang.
Divisi IX Banteng adalah komando militer Angkatan Perang Republik
Indonesia (APRI) yang dibentuk pada masa perang kemerdekaan (1945-
1950) dengan wilayah Sumatera Tengah (Sumatra Barat, Riau, Jambi
dan Kepulauan Riau).
Dalam reuni itu muncul aspirasi otonomi untuk memajukan daerah.
Disetujui pula pembetukan Dewan Banteng yang dipimpin oleh Letkol
Ahmad Husein, komandan Resimen IV dan tetorium I yang
berkedudukan di Padang.
Pada tanggal 20 Desember 1956, Letkol Ahmad Husein merebut
kekuasaan Pemerintah Daerah dari Gubernur Ruslan Muljohardjo.
Dalihnya gubernur yang ditunjuk pemerintah tidak berhasil
menjalankan pembangunan daerah.
Letkol Ahmad Husein mengklaim Pemerintahan Revolusioner Republik
Indonesia (PRRI) terbentuk sejak 15 Februari 1958.

Tuntutan:
PRRI mengajukan tiga tuntutan kepada pemerintah pusat, yaitu:

 Dibubarkannya Kabinet Djuanda


 Mohammad Hatta dan Sultan Hamengkubuwono IX
membentuk pemerintahan sementara sampai pemilihan
umum berikutnya akan dilaksanakan
 Soekarno kembali pada posisi konstitusionalnya

Tuntutan lain yang juga diajukan oleh PRRI yaitu terkait dengan
masalah otonomi daerah dan perimbangan ekonomi atau keuangan yang
terjadi antara pemerintah pusat dan daerah.
Pemerintah pusat dianggap tidak adil kepada para warga sipil dan militer
soal pemerataan dana pembangunan.
Sehingga mereka menuntut agar pemerintah bisa bertindak lebih adil,
khususnya pada pemerataan dana pembangunan di daerah.

Anggota:
Para anggota yang menjadi pelopor gerakan PRRI, yakni:
 Letnan Kolonel Ahmad Husein
 Mr. Sjafruddin Prawiranegara
 Mr. Assaat Dt. Mudo
 Maluddin Simbolon
 Prof. Dr. Soemitro Djojohadikoesoemo

 Moh. Sjafei
 J.F. Warouw
 Saladin Sarumpaet
 Muchtar Lintang
 Saleh Lahade
 Ayah Gani Usman
Dahlan Djambek

Beberapa foto para tokoh diatas:


Operasi Militer
Semenjak adanya gerakan Pemerintahan Revolusi Republik Indonesia, pemerintah
pusat menganggap gerakan tersebut harus segera dituntaskan dengan gencatan
senjata.
Pemerintah pun melakukan operasi gabungan yang terdiri dari Angkatan Darat,
Angkatan Laut, dan Angkatan Udara Angkatan Perang RI (APRI) untuk
menumpas gerakan PRRI. Berikut operasi yang pernah dilancarkan:

 Operasi Tegas dengan Sasaran Riau dimulai pada tanggal 12


Maret 1958 dipimpin oleh Let. Kol. Kaharuddin Nasution.
 Operasi 17 Agustus di bawah pimpinan Kolonel Inf. Ahmad Yani
dimulai pada tanggal 17 Agustus 1958 dibawah pimpinan Kolonel
Achmad Yani.
 Operasi Merdeka di bawah pimpinan Letkol Inf. Rukmito
Hendraningrat terdiri dari:
 Operasi Sapta Marga I, di Sulawesi Tengah dipimpin oleh Letkol
Sumarsono.
 Operasi Sapta Marga II, di wilayah Gorontalo dipimpin oleh
Mayor Agus Prasmono. Operasi Sapta Marga III, di kepulauan
Sangir-Talaud dan Manado dipimpin oleh Letnan Kolonel
Magenda.

 Operasi Sapta Marga IV, di Manado dipimpin oleh Letkol


Rukminto. Operasi Merdeka adalah gerakan
 Operasi militer yang dilakukan untuk menumpas Permesta di
Sulawesi Utara /Tengah.

Jalannya pemberontakan
Pemberontakan PRRI Permesta adalah sebuah peristiwa sejarah berupa
gerakan revolusi dari golongan oposisi terhadap pemerintah Indonesia
pasca kemerdekaan. Kondisi pemerintahan yang belum stabil dan belum
meratanya kesejahteraan serta pembangunan membuat situasi sangat
sulit. Pemberontakan-pemberontakan ini sebetulnya merupakan perang
saudara karena sesama warga negara yang seharusnya bahu-membahu
membangun Indonesia justru saling berseteru. Salah satu pemicunya
adalah kebijakan pemerintah pusat yang dianggap mengistimewakan
Pulau Jawa dibanding dengan pulau-pulau lain. Pemerintah
Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) adalah sebuah pemerintahan
baru berupa gerakan pertentangan di Sumatera pada 1950.
PRRI diprakarsai oleh beberapa tokoh seperti:
 Letnan Kolonel Ahmad Husein
 Mr. Sjafruddin Prawiranegara
 Mr. Assaat Dt. Mudo
 Maluddin Simbolon
 Prof. Dr. Soemitro Djojohadikoesoemo
 Moh. Sjafei J.F. Warouw
 Saladin Sarumpaet
 Muchtar Lintang
 Saleh Lahade
 Ayah Gani Usman
 Dahlan Djambek.

Setelah pembentukan Dewan Banteng pada tanggal 20 Desember


1956, Letkol Ahmad Husein kemudian merebut kekuasaan
Pemerintah Daerah dari Gubernur Ruslan Muljohardjo. Dengan
dalih gubernur yang ditunjuk pemerintah tidak berhasil
menjalankan pembangunan daerah, Letkol Ahmad Husein
kemudian mencetuskan Pemerintahan Revolusioner Republik
Indonesia (PRRI) pada 15 Februari 1958.

PRRI kemudianmengajukan tiga tuntutan kepada pemerintah


pusat, yaitu:
 Dibubarkannya Kabinet Djuanda
 Mohammad Hatta dan Sultan Hamengkubuwono IX membentuk
pemerintahan sementara sampai pemilihan umum berikutnya akan
dilaksanakan
Soekarno kembali pada posisi konstitusionalnya. Tuntutan lain yang juga
diajukan oleh PRRI juga terkait dengan masalah otonomi daerah karena
pemerintah pusat dianggap tidak adil kepada para warga sipil dan militer
soal pemerataan dana pembangunan. Pemerintah menganggap
pemberontakan PRRI harus segera dituntaskan dnegan melakukan
operasi gabungan yang terdiri dari Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan
Angkatan Udara Angkatan Perang RI (APRI). Tentara APRI
melayangkan berbagai macam tindak kekerasan, bahkan ribuan orang
juga ditangkap dengan cara paksa karena dicurigai sebagai simpatisan
PRRI. Selama kondisi tersebut diketahui korban jiwa yang jatuh
sebanyak 22.174 jiwa, 4.360 orang mengalami luka-luka, dan 8.072
orang menjadi tawanan. Melalui Jenderal Abdul Haris Nasution, tentara
PRRI berusaha dibujuk untuk menyerah dan kembali setia kepada
NKRI. Mendekati penghujung tahun 1960, seluruh wilayah di Sumatera
Barat pada akhirnya berhasil dikuasai oleh para tentara APRI. Elemen
sipil dan tentara diberi sebuah amnesti oleh pemerintah yang melui
Keputusan Presiden No. 322 Tahun 1961 pada 22 Juni 1961. Pada
kenyataannya, amnesti tersebut tak memberi dampak karena masyarakat
terutama pelajar dan mahasiswa masih hidup dalam tekanan selama
bertahun-tahun.

Upaya penyelesaian
pemborantakan PRRI

Pemberontakan PRRI (Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia)


terjadi setelah Belanda mengakui kedaulatan NKRI pada tahun 1957.
Gerakan yang disebut juga Permesta (Perjuangan Rakyat Semesta) ini
berawal dari kekecewaan angkatan militer daerah terhadap pusat
khususnya di wilayah Sumatra dan Sulawesi. Bentrokan PRRI/Permesta
awalnya sebatas kekecewaan atas minimnya kesejahteraan dan
ketidakadilan yang dirasakan warga sipil dan militer di daerah tersebut.
Aksi PRRI/Permesta dianggap sebagai bentuk pemberontakan oleh
pemerintah pusat yang kemudian segera membentuk operasi
penumpasan. Pemerintah membentuk operasi gabungan dari Angkatan
Darat, Angkatan Laut, Angkatan Udara, dan Angkatan Perang RI (APRI)
untuk menyelesaikan pemberontakan PRRI/Permesta.
Operasi penyelesaiaan diantaranya yaitu, Operasi Tegas yang dipimpin
Letkol Kaharudin Nasution. Lalu Operasi 17 Agustus yang dipimpin
Kolonel Ahmad Yani, Operasi Saptamarga yang dipimpin Jatikusumo
dan Operasi Sadar yang dipimpin oleh Letkol Ibnu Sutowo. Tentara
APRI melakukan berbagai macam tindak kekerasan untuk menumpas
gerakan PRRI. Ribuan orang ditangkap paksa akibat keterlibatan atau
dicurigai sebagai simpatisan PRRI/Permesta. Gerakan ini menimbulkan
berbagai dampak negatif diantaranya yaitu:
- Memakan korban jiwa hingga 22.174 jiwa, 4.360 luka, dan 8.072 orang
tawanan
- Kondisi ekonomi terganggu dan muncul inflasi deflasi
- Terjadi perpecahan antara hubungan persaudaraan di daerah
-Kurangnya bahan makanan
- Pimpinan NKRI menyadari akan ancaman konflik perbedaan di
berbagai wilayah
- Saat terjadi kerusuhan, sejumlah SMP, SMA, hingga universitas
terpaksa ditutup sementara karena hampir semua dosen dan mahasiswa
terlibat PRRI

Di tahun 1961 Presiden Sukarno memberi kesempatan pada anggota


pemberontakan PRRI/Permesta untuk berdamai dan diberikan amnesti
yang tertuang dalam Surat Keputusan Presiden No. 322 Tahun 1961.
DAFTAR PUSTAKA

Helena putri 2023. Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia, Berau : http://surl.li/jquxn

Faradilla brahma 2023. Tokoh Dalam Pemerintahan PRRI, Berau : http://surl.li/jquzk


Eva yanti 2023. Perjalanan pemberontakan, Berau : http://surl.li/jqvbs

Az-zahra ashiva 2023. Penyelesaian Masalah, berau :

http://surl.li/jqvcs

Kesimpulan:

Kesimpulan dari pemberontakan PRRI/ Permesta adalah rasa


kekecewaan dari militer dan sipil di daerah, terhadap minimnya
kesejahteraan dan ketidakadilan. Sikap ini dilakukan dengan
pembentukan kabinet dengan Sjafruddin sebagai Perdana
Menteri.

Anda mungkin juga menyukai