Anda di halaman 1dari 2

3.

Penyediaan Lembaga Transisi Dunia Kerja


Penyediaan lembaga transisi dunia kerja bagi individu dengan ADHD (attention deficit
hyperactivity disorder) dapat menjadi langkah yang penting untuk mendukung mereka dalam
memasuki dan berhasil berpartisipasi dalam lingkungan kerja. Pasca lulus sekolah seorang
ADHD mengikuti pendidikan di lembaga asosiasi/organisasi Tenaga kerja ABK. Lembaga ini
berfungsi sebagai masa transisi dari lembaga persekolah ke dunia kerja. Peran yang dilakukan
lembaga ini memperdalam pembelajaran keterampilan kerja bagi ABK sehingga memiliki
kemampuan tingkat mahir (tingkat kemampuan kerja sesuai kebutuhan temapat bekerja ABK
pasca sekolah). Selain itu untuk mendapatkan sertifikat kompetensi tingkat mahir jenis pekerjaan
tertentu melaui uji latih mandiri. Berdasarkan kompetensi ini ABK ditempatkan dalam lembaga
kerja yang sesuai. Berikut beberapa saran untuk masyarakat dalam menyediakan lembaga transisi
dunia kerja bagi individu dengan ADHD:
1. Pelatihan Khusus: Mengembangkan program pelatihan khusus yang disesuaikan dengan
kebutuhan individu dengan ADHD. Program ini dapat mencakup strategi manajemen
waktu, fokus, dan organisasi.
2. Dukungan Psikososial: Menyediakan dukungan psikososial, seperti konseling atau
mentor yang dapat membantu individu dalam mengatasi tantangan khusus yang mungkin
mereka hadapi di tempat kerja.
3. Adaptasi Lingkungan Kerja: Menciptakan lingkungan kerja yang mendukung, seperti
ruang kerja yang minim distraksi atau memfasilitasi penggunaan alat bantu seperti
planner atau reminder elektronik.
4. Fleksibilitas Jadwal: Memberikan fleksibilitas jadwal atau opsi kerja jarak jauh untuk
memungkinkan individu dengan ADHD untuk mengelola waktu mereka dengan lebih
efektif.
5. Kampanye Kesadaran: Mengadakan kampanye kesadaran untuk mengurangi stigma
seputar ADHD di tempat kerja dan meningkatkan pemahaman rekan kerja dan atasan
tentang kondisi tersebut.
6. Kemitraan dengan Perusahaan: Mengembangkan kemitraan dengan perusahaan untuk
menciptakan peluang pekerjaan atau magang yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan
individu dengan ADHD.
7. Pendampingan di Tempat Kerja: Menyediakan pendampingan di tempat kerja untuk
memberikan dukungan langsung dan membantu individu dalam menavigasi tugas-tugas
pekerjaan sehari-hari.
8. Edukasi dan Pelatihan bagi Rekan Kerja: Memberikan edukasi dan pelatihan kepada
rekan kerja tentang ADHD, memberi mereka pemahaman yang lebih baik tentang cara
berinteraksi dengan individu yang memiliki kondisi tersebut.
9. Akses ke Sumber Daya: Menyediakan akses mudah ke sumber daya dan informasi terkait
ADHD, seperti literatur, seminar, atau grup dukungan di tempat kerja.
10. Evaluasi dan Penyesuaian Berkala: Melakukan evaluasi berkala terhadap program dan
kebijakan yang ada untuk memastikan bahwa mereka masih relevan dan efektif dalam
mendukung individu dengan ADHD.
Melibatkan komunitas dan masyarakat secara luas dalam penyediaan lembaga transisi ini
dapat membantu menciptakan lingkungan yang lebih inklusif dan mendukung bagi individu
dengan ADHD.

Sumber:
Jaya, H. (2017). Keterampilan Vokasional Bagi Anak Berkebutuhan Khusus Perawatan dan
Perbaikan Alat Elektronika.
Sukardari, D. D. H. (2019). Model Pendidikan Inklusi Dalam Pembelajaran Anak Berkebutuhan
Khusus. Journal of Elementary School. Yogyakarta.
Mirnawati, M. (2020). Identifikasi Anak Berkebutuhan Khusus di Sekolah Inklusi. Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai