Anda di halaman 1dari 18

ASUHAN KEPERAWATAN TRANSKULTURAL KLIEN DENGAN

MASALAH KEPERAWATAN DEFISIT PENGETAHUAN PADA


BUDAYA JAWA

MAKALAH

Disusun Oleh :
KELOMPOK 7

1. ALBERTUS HARIYANTO
2. ABRI REKNANTO
3. AGUS SUTRISNO
4. BUDI SANTOSA
5. DWI JOKO SUSILO
6. EKA DIANA

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH
PRINGSEWU LAMPUNG
2018
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penduduk di Indonesia semakin bertambah jumlahnya dari tahun ke tahun. Bertambahnya
jumlah penduduk memungkinkan untuk menimbulkan permasalahan baru dalam kesehatan.
Pemerataan pendidikan di Indonesia relatif rendah, masih banyak masyarakat yang belum
mendapat pendidikan secara layak. Pendidikan memiliki peranan penting dalam kehidupan
berkeluarga karena mereka yang berpendidikan tinggi dapat mempunyai pengetahuan yang lebih
luas dibandingkan dengan yang memiliki pendidikan rendah (Putri, 2011). Pengetahuan adalah
hasil dari tahu dan terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap objek (Soediatama,
2002). Pengetahuan dapat mempengaruhi tingkah laku dan berhubungan dengan masalah
kesehatan yang dapat memicu terjadinya gangguan kesehatan pada kelompok tertentu. Semakin
tinggi tingkat pengetahuan seseorang maka semakin mudah dalam menerima informasi
(Notoadmodjo, 2007). Kurangnya pengetahuan di Indonesia, khususnya di pedesaan banyak
dipengaruhi oleh keadaan sosial ekonomi dan kebudayaan. Kebudayaan memberikan batasan-
batasan seperti jenis makanan yang boleh dimakan dan cara pengolahan makanan. Masalah
seperti itu juga terjadi pada masarakat suku Jawa . Kebudayaan dapat mempengaruhi status
kesehatan masyarakat (Kurniawati, 2010).
Berdasarkan permasalahan tersebut, perlu adanya rencana untuk mengatasi permasalahan
defisit pengetahuan tentang cara pengolahan makanan yang benar pada masyarakat di Indonesia.
Oleh karena itu perlu diberikan intervensi berupa pemberian informasi dan pendidikan kesehatan
kepada masyarakat.
1.2 Masalah
Bagaimana cara mengatasi masalah defisit pengetahuan tentang cara pengolahan makanan
yang benar pada masyarakat suku jawa?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Menjelaskan tentang cara mengatasi masalah defisit pengetahuan tentang cara pengolahan
makanan yang benar pada masyarakat suku Jawa
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Menjelaskan cara pengolahan makanan yang benar.
b. Menjelaskan manfaat dari pengolahan makanan yang benar.
c. Menjelaskan permasalahan yang dapat timbul dari pengolahan makanan yang kurang benar.

1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat untuk Pemerintah
Manfaat bagi pemerintah yaitu dapat menerapkan cara untuk mengatasi masalah defisit
pengetauan sebagai upaya untuk meningkatkan tingkat pengetahuan masyarakat.
1.4.2 Manfaat untuk Masyarakat
Manfaat bagi masyarakat yaitu dapat meningkatkan tingkat pengetahuan sehingga dapat
mencapai derajat kesehatan yang lebih baik.
1.4.3 Manfaat untuk Penulis atau Mahasiswa
Manfaat bagi penulis yaitu menambah wawasan mengenai cara untuk mengatasi masalah
defisit pengetahuan masyarakat sehingga penulis sebagai perawat dapat berkontribusi dalam
meningkatkan pengetahuan masyarakat, khususnya tentang kesehatan.
BAB 2
KASUS TRANSKULTURAL

2.1 Gambaran Kasus


Disebuah Desa di P Selalu hiduplah kelurga kecil. Keluarga tersebut berjumlah empat
anggota keluarga yang terdiri dari Nenek N. (60 tahun) Ny X (35 tahun), An. Z (12 tahun) dan
An. W (10 tahun). An. Z (12 tahun) kini sedang duduk dibangku sekolah dasar kelas 6,
sedangkan An. W (10 tahun) sedang duduk dibangku sekolah dasar kelas 4. Sang Nenek sehari-
hari hanya berada dirumah dengan kegiatan memasak dan bersih-bersih rumah, sedangkan Ny X
bekerja sebagai pembantu rumah tangga di seorang tetangganya. Keluarga Ny X mempunyai
kebiasaan memasak sayur blendrang. Di Desa P Selalu tersebut warga desanya sudah turun
temurun memasak dan memakan sayur blendrang tersebut. Sayur blendrang ini merupakan sayur
yang sering dipanasi berhari-hari hingga menimbulkan rasa gurih dan menjadi bubur. Setiap hari
Nenek N sering sekali memasak sayur blendrang tersebut. Keluarga tersebut tidak mengetahui
tentang dampak dari memasak sayur blendrang terlalu sering bisa menyebabkan Penyakit
gondokan akibat kekurangan yodium. Hal tersebut bisa terjadi karena proses pengolahan
makanan yang lama dan proses pemanasan berulang-ulang membuat manfaat yodium dalam
garam hilang. An. Z mengeluh sakit pada bagian lehernya dan merasa lehernya mengalami
bengkak disertai demam. An Z mengeluh sakit sudah beberapa hari namun keluhan dari An Z
tersebut dianggap sebagai hal biasa. Gejala An Z bertambah disertai susah makan karena leher
dan pipinya membengkak. Ny X sebagai ibu memeriksakan anaknya ke mantri terdekat dari
rumahnya untuk mengetahui sakitnya tersebut. Dari beberapa keluhan diatas, keluarga tidak
memahami atau kurangnya pengetahuan penyakit apa yang sedang terjadi pada An Z dan apa
penyebab dari sakit dari An Z tersebut.
2.2 Pengkajian
2.2.1 Defisit Pengetahuan
a. Faktor Teknologi (Technological Factors)
Perkembangan teknologi yang semakin canggih dapat membawa masyarakat ke
kehidupan yang labih baik lagi. Namun beda halnya bagi orang yang tidak memanfaatkan
teknologi dengan benar ataupun orang yang tidak mengenal teknologi memiliki fungsi yang
berbeda dari yang diharapkan. Keluarga Ny. X merupakan keluarga yang masih Gaptek atau
gagap teknologi sehingga tidak dapat mengakses teknologi tersebut. Hal ini juga mempengaruhi
pada informasi yang di dapat oleh keluarga Ny. X kurang uptodate atau informasi yang terbaru.
Dalam keluarga Ny. X hanya ada ibu dari Ny. X dan kedua anak dari Ny. X yang masih Sekolah
Dasar. Ibu dari Ny. X berumur 60 tahun dan ibu tidak dapat menggunakan alat teknologi
contohnya Hp begitupun dengan Ny. X yang masih gagap dalam menggunakan alat teknologi.
Hal yang perlu dikaji:
1. Teknologi apa yang digunakan
2. Bagaimana cara penggunaan teknologi tersebut

b. Faktor sosial dan keterikatan keluarga (Kinship and Social Factors)


Sosial yang sangat tinggi pada Desa P yang sangat kuat dan keterikatan keluarganya juga
erat mempengaruhi kebiasaan memakan makanan blendrang. informasi dari antar warga tentang
rasa dari blendrang terus menerus dibicarakan sehingga semua warga juga menerapkan masakan
yang diceritakan oleh warga yang lain. Dari hal ini makanan blendrang semakin banyak
dikonsumsi oleh warga di desa P tersebut tanpa memikirkan apakah makanan tersebut masih
layak dikonsumsi atau tidak. Hal yang perlu dikaji:
1. Bagaimana sosialisai keluarga dengan masyarakat
2. Bagaimana kepercayaan antar tetangga
c. Faktor nilai budaya dan gaya hidup (Cultural Values and Lifeways)
Budaya yang masih kental dalam keluarga Ny. X mempengaruhi kebiasaan yang
dilakukan oleh keluarga Ny. X . kebiasaan menghangatkan makanan secara terus-menerus yang
dilakukan oleh Ny. X merupakan kebiasaan dari ibu nya yang juga sering memasak dengan cara
demikian sehingga Ny. X menirunya. Kebiasaan-kebiasaan ini diturunkan dari keluarga ke
keluarga yang lain dan menjadi suatu warisan resep makanan sehingga menjadi kebiasaan di
daerah tersebut. Hal yang perlu dikaji:
1. Bagaimana kebiasaan keluarga
2. Bagaimana penerapan budaya nenek moyang yang mengandung mitos
d. Faktor ekonomi ( Economical Factors)
Keluarga Ny. X dalam perekonomian tergolong dalam menengah ke bawah, dan faktor
ekonomi memicu untuk melakukan penghangatan makanan berkali-kali atau yang disebut
dengan blendrang. Menurut kelurga makanan blendrang yang enak dan juga menghemat
makanan dengan cara menghangat kembali makanan-makanan sebelumnya. Hal yang perlu
dikaji:
1. Siapa yang menafkahi.
2. Berapa anggota keluarga dalam satu kepala keluarga.
3. Berapa gaji yang didapat oleh keluarga.
e. Faktor pendidikan(Educational Factor)
Salah satu warga yang sering memanaskan makanan terlalu sering atau yang disebut
dengan blendrang merupakan keluarga dari Ny. X, yang mana pendidikan terakhir yang
dietmpuh oleh Ny. X yaitu SD kelas IV. Dalam keluarga tersebut terdiri dari ibu dari Ny. X dan
kedua orang anaknya sedangkan suami dari Ny. X sedang merantau di luar kota. Ibu dari Ny. X
(Ny. N) buta huruf atau tidak dapat membaca sedangkan pendidikan dari anak Ny. X masih
duduk di kelas VI dan IV SD. Dilihat dari pendidikan terakhir Ny. X dapat diketahui bahwa pada
keluarga tersebut masih minim mengetahui informasi terkini dari berbagai media.
Pekerjaan dari Ny. X yaitu sebagai pembantu rumah tangga yang hanya bermodal praktek
tanpa didasari ilmu dengan penghasilan tak menentu. Ny. X yang berperan sebagai kepala rumah
tangga dalam keluarganya membuat Ny. X bekerja keras dan hanya terbantu oleh gaji suami
yang tidak menentu kapan datangnya. Ny. X setiap harinya dari lagi hingga sore menjelang
maghrib dan hanya libur hari minggu saja sehingga memiliki waktu dengan keluarga hanya
sehari dalam seminggu. Ibu dari Ny. X hanya mengurus rumah dan memasak untuk Ny. X dan
kedua cucunya, Ny. N yang tidak mengikuti perkembangan zaman begitupun dengan Ny. X
hanya melakukan kegiatan sehari-hari dengan kebiasaan yang dilakukan oleh Ny. N disaat
dahulu. Keputusan yang diambil dalam keluarga Ny. X adalah Ny. N Sehingga Ny. X tidak dapat
mengambil keputusan sendiri tanpa adanya persetujuan dari Ny. N. Sehingga peraturan dan
kebiasaan yang dilakukan oleh Ny. N menurun pada kebiasaan Ny. X dan juga kedua cucunya.
Dalam artian, pada keluarga Ny. X pendidikan sangat mempengaruhi kebiasaan yang
dilakukannya hal ini berhubungan dengan ketidaktahuan tentang gaya hidup yang benar dan
sehat dan juga tidak dapat mengakses media informasi sehingga menimbulkan keminimalan
pengetahuannya tentang dunia luar. Hal yang perlu dikaji:
1. Pendidikan terakhir dalam keluarga
2. Anggota yang berperan dalam mengambil keputusan
2.3 Diagnosa Keperawatan
2.3.1 Defisit pengetahuan keluarga b.d ketidaktahuan keluarga dalam proses pengolahan makanan.
2.3.2 Ketidakpatuhan pengobatan b.d budaya keluarga yang dianut
2.4 Rencana Keperawatan
No Diagnosa Tujuan dan Intervensi Keperawatan
. Keperawatan Kriteria Hasil
1. Defisit Knowledge 1.: Cultural care perservation atau
pengetahuan disease process maintenance
keluarga b.d Knowledge : Health
a. Beri dukungan keluarga mengenai
ketidaktahuan behavior pengetahuan keluarga tentang efek
keluarga dalam dari proses pengolahan makanan.
proses Setelah dilakukan
b. Identifikasi sejauh mana
pengolahan pendekatan pengetahuan keluarga tentang efek
makanan keperawatan selama dari proses pengolahan makanan
2x24 jam masalah
c. Bersikap tenang dan tidak terburu-
defisit pengetahuan buru saat berinteraksi dengan
dapat teratasi keluarga
dengan kriteria hasil
d. Diskusikan kesenjangan budaya
adalah : yang dianut keluarga dan perawat
1. Keluarga
menyatakan 2. Cultural care accomodation atau
pemahaman tentang negosiation
efek dari proses
a. Gunakan bahasa yang mudah
pengolahan dipahami oleh keluarga saat
makanan melakukan pendekatan keperawatan
2. Keluarga mampu
b. Libatkan semua anggota keluarga
melaksanakan dalam perencanaan perawatan terkait
prosedur yang dengan pemahaman tentang proses
dijelaskan secara pengolahan makanan
benar c. Lakukan negoisasi dengan keluarga
mengenai tata cara proses
pengolahan yang benar
d. Apabila konflik tidak terselesaikan,
lakukan negoisasi di mana
kesepakatan berdasarkan
pengetahuan, pandangan keluarga
dan standar etik.

3. Cultural care repartnering atau


recontruction
a. Beri kesempatan pada keluarga
untuk memahami informasi yang
diberikan dan melaksanakannya
b. Tentukan tingkat perbedaan
keluarga dari budaya kelompok
c. Terjemahkan terminologi gejala
keluarga ke dalam bahasa kesehatan
yang dapat dipahami oleh keluarga

2. Ketidakpatuhan Setelah dilakukan


1. Cultural care perservation atau
pengobatan b.d pendekatan maintenance
budaya keperawatan selama
a. Beri dukungan keluarga mengenai
keluarga yang 2x24 jam masalah pengobatan untuk menangani
dianut ketidakpatuhan masalah kekurangan yodium
pengobatan dapat
b. Beri instruksi tertulis tentang
teratasi dengan manfaat pelayanan kesehatan sesuai
kriteria hasil : dengan kebutuhan keluarga
1. Keluarga
c. Identifikasi sejauh mana
melaporkan pengetahuan keluarga tentang
penggunaan strategi pengobatan untuk menangani
untuk masalah kekurangan yodium
menghilangkan d. Bersikap tenang dan tidak terburu-
perilaku tidak sehat buru saat berinteraksi dengan
dan keluarga
memaksimalkan e. Diskusikan kesenjangan budaya
kesehatan yang dianut keluarga dan perawat
2. Keluarga mampu
menggunakan 2. Cultural care accomodation atau
layanan kesehatan negosiation
sesuai dengan
a. Gunakan bahasa yang mudah
kebutuhan dipahami oleh keluarga saat
3. Keluarga melakukan pendekatan keperawatan
menunjukkan b. Libatkan semua anggota keluarga
kepatuhan pada dalam perencanaan perawatan terkait
pengobatan dan pengobatan masalah kekuranagn
program yodium
penanganan c. Apabila konflik tidak terselesaikan,
lakukan negoisasi di mana
kesepakatan berdasarkan
pengetahuan, pandangan keluarga
dan standar etik.

3. Cultural care repartnering atau


recontruction
a. Beri kesempatan pada keluarga
untuk memahami informasi yang
diberikan dan melaksanakannya
b. Tentukan tingkat perbedaan
keluarga dari budaya kelompok
BAB 3. PEMBAHASAN
3.1 Pengkajian
3.1.1 Identitas Umum Keluarga

a. Identitas Kepala Keluarga

Nama : Ny X
Umur : 35 Tahun
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Pembantu rumah tangga
Alamat : Desa P s RT 01/ RW 01 ……..No Telp :-

b. Komposisi Keluarga

No Nama L/P Usia Hub Pendidikan Pekerjaan Status


Klg Kesehatan
1. Ny N P 60 Nenek SD Di Sehat
Tahun Rumah
mengurus
rumah
dan cucu
2. An Z P 12 Anak SD kelas 6 Pelajar Sakit
Tahun pertama
3. An W P 10 Anak SD kelas 4 Pelajar Sehat
Tahun kedua

3.1.2 Pengkajian berdasarkan data di Role play


Berdasarkan role play yang telah ditampilkan, Setelah dilakukan pengkajian data
yang muncul adalah “Keluarga mengatakan bahwa keluarga tidak mengetahui bagaimana
cara memasak yang benar”. Kurangnya pengetahuan dari keluarga Ny X mengenai cara
pengolahan makanan atau cara memasak makanan yang benar agar tidak mempengaruhi
status kesehatan. Keluarga Ny X menganggap bahwa dengan cara pengolahan masakan
sayur blendrang secara berkali-kali makanan tersebut semakin menjadi enak dan gurih,
namun secara kenyataan keluarga Ny X tidak faham akan dampak buruk jika pengolahan
makanan secara berulang-ulang tersebut tidak baik bagi kesehatan. Makanan sayur
blendrang yang dimasak berkali-kali akan menyebabkan kandungan yodium pada garam
akan berkurang yang akan menyebabkan penyakit gondokan. Akibat dari sering memakan
masakan dengan pengolahan yang berkali-kali seperti sayur blendrang, anak dari Ny X
mengalami sakit gondonkan. Anak Z mengalami sakit gondokan dengan keluhan bengkak
pada leher hingga pipi, badan demam, serta jika makan terasa sakit akibat dari
pembengkakan pada leher dan pipinya tersebut. Ny X mengetahui bahwa anaknya sakit
gondokan ketika Ny X membawa anknya untuk pergi berobat ke mantri yang terdekat dari
rumahnya.
.

3.2 Diagnosa
Pengetahuan merupakan hasil dari pengindaraan manusia atau hasil tahu seseorang
terhadap objek melalui indera yang dimilikinya. Pengetahuan itu sendiri dipengaruhi oleh
faktor pendidikan di mana pengetahuan sangat erat hubungannya dengan pendidikan.
Dengan adanya pendidikan yang tinggi diharapkan seseorang tersebut akan semakin luas
pula pengetahuannya. Dengan pengetahuan seseorang dapat memilih atau mengambil
keputusan mana yang baik dan mana yang tidak. Dalam pengambil keputusan tidak hanya
dengan bermodal dengan perasaan atau feeling saja namun juga sangat dibutuhkan rasional
dari keputusan tersebut. Sehingga dibutuhkan sebuah pengetahuan atau ilmu yang dapat
merasionalkan dari keputusan tersebut.
Ditinjau dari keluarga Ny. X bahwasanya pendidikan terakhir dari kepala keluarga
yaitu kelas IV SD yang mana pengambil keputusan yang paling dominan pada keluarga Ny.
X yaitu ibu dari Ny. X yaitu Ny. N. Ny. N yang buta aksara karena tidak pernah sekolah
dalam mengambil keputusan hanya berdasarkan dengan feeling atau kepercayaan saja. Hal
ini dapat mempengaruhi bagaimana kelanjutan jalan hidup yang akan dilakukan oleh
keluarga Ny. X. Pemegang kekuasaan penuh dalam Ny. X yaitu Ny. N selaku ibu dari Ny.
N yang mana Ny. N ini mengendalikan peraturan di dalam rumah tangga Ny. X baik dari
pengambilan keputusan hingga urusan rumah tangga yaitu memasak dan mengasuh
cucunya. Dalam hal memasak Ny. N meneruskan kebiasaan dari orang tua terdahulu dan
menerapkan dan dihidangkan pada anak dan cucunya. Dalam proses pengolohan makanan
tersebut hanya mengira-ngira dan hanya mengikuti proses yang dilakukan oleh orang
terdahulu.
Masakan Ny. N yang sudah matang sering dipanaskan kembali hingga berhari-hari
sampai menjadi bubur dan warna yang berubah menjadi kecoklatan. Makanan tersebut
biasa dikenal dengan blendrang. Makanan ini menurut keluarga Ny. X enak gurih, dan
bumbunya yang semakin meresap akan memberikan nikmat tersendiri jika mengkonsumsi
makanan tersebut. Anggapan dari keluarga Ny. X menjadikan makanan tersebut kebiasaan
dalam keluarganya.
Kebiasaan memakan makanan yang sering dipanaskan berkali-kali yang dikonsumsi
oleh keluarga Ny. X tersebut diakibatkan karena kurangnya informasi atau pengetahuan
tentang bahaya dari makanan tersebut. Akibat dari kebiasaan mengkonsumsi makanan yang
sering dipanaskan salah satu keluarga Ny. X dan hampir semua anggota keluarga
mengalami penyakit Gangguan Akibat Kekurangan Yodium atau hanya gejala dari penyakit
tersebut. Oleh karena itu pengetahuan merupakan hal yang terpenting dalam hidup agar apa
yang dipilih atau diputuskan merupakan pilihan yang terbaik sehingga meminimalkan
penyesalan dan kerugian yang akan terjadi kedepannya. kebiasaan dari keluarga Ny. X
dilakukan karena kurangnya informasi yang didapat maupun diterima sehingga pada
makalah ini mengangkat diagnosa Defisit pengetahuan berhubungan dengan ketidaktahuan
keluarga dalam proses pengolahan makanan.

3.3 Intervensi
No. Diagnosa Intervensi Rasional
Keperawatan
1. Defisit pengetahuan
1. Cultural care perservation atau
1. Cultural care perservation
keluarga b.d maintenance atau maintenance
ketidaktahuan keluarga
a. Beri dukungan keluarga
a. Jika keluarga tidak
dalam proses mengenai pengetahuan keluarga
diberi berupa
pengolahan makanan tentang efek dari proses
dorongan dukungan
pengolahan makanan.
dan minta maka
b. Identifikasi sejauh mana
keluarga akan kurang
pengetahuan keluarga tentang
dalam pengetahuan
efek dari proses pengolahan
b. Supaya kita tahu apa
makanan
yang harus dibahas
c. Bersikap tenang dan tidak
saat melakukan
terburu-buru saat berinteraksi
intervensi
dengan keluarga
c. Merupakan etika
d. Diskusikan kesenjangan budaya
yang baik dalam
yang dianut keluarga dan
menghadapi klien
perawat
yang bersal dari
berbagai daerah
d. Supaya masing-
masing perawat dan
pasien paham akan
masing-masing
2. Cultural care accomodation
budaya yang dianut
atau negosiation
a. Gunakan bahasa yang mudah
2. Cultural care accomodation
dipahami oleh keluarga saat
atau negosiation
melakukan pendekatan
a. Supaya yang diinformasikan
keperawatan
dapat diterima dan dipahami
b. Libatkan semua anggota
dengan baik
keluarga dalam perencanaan
b. Supaya tidak terjadi miss
perawatan terkait dengan
persepsi antar anggota
pemahaman tentang proses
keluarga
pengolahan makanan
c. Supaya kelurga dapat
c. Lakukan negoisasi dengan melakukan proses
keluarga mengenai tata cara pengolahan makanan secara
proses pengolahan yang benar benar
d. Apabila konflik tidak
d. Supaya tidak terjadi
terselesaikan, lakukan negoisasi perdebatan selama intervensi
di mana kesepakatan
berdasarkan pengetahuan,
pandangan keluarga dan standar
etik.

BAB 4. SIMPULAN DAN SARAN


4.1 Kesimpulan
Defisit pengetahuan adalah suatu keadaan seorang individu atau kelompok yang
mengalami defisiensi pengetahuan kognitif atau keterampilan psikomotor berkenaan
dengan suatu kondisi. Permasalahan defisit pengetahuan dapat diatasi dengan menggunakan
cara pemberian informasi dan pendidikan kesehatran kepada masyarakat. Salah satu
permasalahan yang muncul pada masyarakat Suku Jawa yaitu kurang memahami cara
mengolah makanan yang baik. Pengolahan makanan yang kurang baik dapat menimbulkan
dampak yang kurang baik bagi kesehatan. Perawat dapat memberikan pendidikan kesehatan
mengenai cara mengolah masakan yang benar yaitu dengan cara menjelaskan dan
mendemonstrasikan cara memasak yang benar. Seperti halnya cara memasukkan garam
yodium setelah masakan hampir matang. Permasalahan yang dapat muncul dari pengolahan
makanan yang kurang benar salah satunya yaitu dapat menimbulkan GAKY (Gangguan
Akibat Kekurangan Yodium). Penyakit GAKY sering disebut juga dengan gondokan.

4.2 Saran
a. Sebagai seorang perawat seharusnya perawat dapat memahami budaya di setiap daerah
sehingga dapat memberikan asuhan keperawatan dengan mudah.
b. Perawat perlu meningkatkan kreativitas dan inovasi dalam memodifikasi cara untuk
meningkatkan pengetahuan masyarakat, sehingga masyarakat memiliki pengetahuan yang
baik khususnya dalam bidang kesehatan.
c. Perawat perlu melibatkan keluarga dalam melaksanakan asuhan keperawatan keluarga.
DAFTAR PUSTAKA

Andrew. M & Boyle. J. S. 1995. Trancultural Concepts in Nursing Care, 2nd Ed. Philadelphia:
JB Lippincot Company.

Efendi Ferry dan Makhfudli. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan Praktik dalam
Keperawatan. Salemba Medika: Jakarta.

Hetzel BS. 1996. S.O.S. for a billion – The nature and magnitude of the iodine deficiency
disorders. Beverly Hills: SAGE.

Kurniawati, Erni. 2010. Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Gizi dengan Status Gizi Balita
di Kelurahan Baledono, Kecamatan Purwokerto, Kabupaten Purwokerto.
Leininger. M & McFarland. M. R. 2002. Trancultural Nursing: Concepts, Theories, Research
and Practice, 3rd Ed. USA: Mc-Graw Hill Companies.

Melo, Lucas P de. 2013. The Sunrise Model: a Contributing to the Teaching of Nursing
Consultation in Collective Health. American Journal of Nursing Research. 1 (1): 20-23.

Notoadmodjo, Soekidjo. 2007..Ilmu Kesehatan Masyaraka. Jakarta:Rineka Cipta


Putri, Puri Kusuma Dwi. 2011. Pengaruh Tingkat Pendidikan, Pengeyahuan, Sikap dan Terpaan
Iklan Layanan Masyarakat KB Versi Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu di TV Terhadap
Perilaku KB pada Wanita atau Pria Usia Subur.
Soediatama, Achmad Djaeni. 2002. Ilmu Gizi. Jakarta:Dian Rakyat
WHO, 2001. Assesment of Iodine Deficiency Disorders and Monitoring their Elimination. WHO
A guide for programme managers Second edition.

Anda mungkin juga menyukai