Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN

ANALISIS KESTABILAN STRUKTUR BANGUNAN TINGGI DI TANAH LUMPUR

Diajukan Sebagai Salah Tugas Mata Kuliah Aplikasi Komputer

Fakultas Teknik UPI YPTK Padang

Disusun Oleh:

RAFINDO
23101154330102

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PUTRA Indonesia YPTK PADANG
TAHUN 2023

i
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.............................................................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR.................................................................................................................................iii
DAFTAR TABEL......................................................................................................................................iii
BAB I......................................................................................................................................................1
1. Latar belakang makalah.............................................................................................................1
2. Batasan masalah........................................................................................................................1
3. Tujuan penulisan.......................................................................................................................1
BAB II.....................................................................................................................................................2
A. Definisi dan klasifikasi tanah......................................................................................................2
B. Gerakan tanah...........................................................................................................................2
C. Faktor keamanan lereng............................................................................................................3
D. Grafik Tanah..............................................................................................................................4
BAB III....................................................................................................................................................5
E. Kesimpulan................................................................................................................................5
F. Saran..........................................................................................................................................5
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................................6

ii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Bentuk Longsoran.............................................................................................................3
Gambar 2 Grafik kejadian longsor....................................................................................................4

DAFTAR TABEL
Tabel 1 Klasifikasi longsoran (landslide)...........................................................................................2
Tabel 2 Tabel kejadian longsor...........................................................................................................4

iii
BAB I
1. Latar belakang makalah
Bangunan tinggi merupakan salah satu bentuk infrastruktur perkotaan yang sedang
berkembang pesat di Indonesia. Pembangunan bangunan tinggi di atas tanah berjenis
lumpur menimbulkan tantangan tersendiri dalam hal analisis kestabilan strukturnya.
Tanah lumpur memiliki daya dukung yang relatif rendah dan potensi konsolidasi serta
penurunan tanah yang tinggi. Hal ini dapat mengganggu stabilitas struktur bangunan jika
tidak dikaji dan direncanakan dengan baik.
Kestabilan struktur pada bangunan tinggi harus betul-betul diperhatikan mengingat
konsekuensi yang ditimbulkan jika terjadi kegagalan struktur akan sangat besar. Beberapa
pendekatan analisis dapat dilakukan untuk mengevaluasi kestabilan struktur bangunan
tinggi di atas tanah lunak, seperti analisis beban gravitasi, analisis tekanan tanah lateral,
analisis pondasi dalam, dan lain sebagainya. Pemilihan jenis pondasi yang sesuai
merupakan salah satu kunci utama dalam perencanaan bangunan tinggi di atas tanah
lunak agar struktur bangunan tetap stabil.
Di Indonesia, pembangunan di atas tanah lumpur banyak dilakukan seperti di pesisir
dan rawa. Sebagai contoh, banyak ditemukan di kawasan pesisir Jakarta seperti Ancol,
Pluit, dan sekitarnya. Oleh karena itu, kajian terkait kestabilan struktur bangunan tinggi di
tanah lumpur penting untuk dilakukan agar pembangunan dapat berjalan optimal dan
aman. Beberapa penelitian terdahulu telah melakukan analisis kestabilan dengan
mempertimbangkan karakteristik tanah lumpur setempat. Namun, kajian lanjutan masih
diperlukan mengingat dinamika lapisan tanah yang kompleks.
Dengan demikian, kajian analisis kestabilan struktur bangunan tinggi di tanah lumpur
penting untuk dilakukan mengingat tantangan yang dihadapi. Kajian dilakukan dengan
mempertimbangkan karakteristik tanah, beban struktur, dan metode analisis kestabilan
yang sesuai. Harapannya bangunan tinggi di tanah lunak dapat direncanakan dan
dibangun dengan aman sehingga risiko kegagalan struktur dapat diminimalisir.
2. Batasan masalah
1) Pembahasan dibatasi pada definisi, klasifikasi, sifat-sifat teknis, dan jenis-jenis
tanah.
2) Pembahasan gerakan tanah meliputi longsoran, amblesan, dan erosi.
3) Analisis faktor keamanan lereng berfokus pada metode irisan dan bidang longsor.
4) Grafik tanah dibatasi pada kurva distribusi butiran dan klasifikasi tanah.
3. Tujuan penulisan
1) Menjelaskan definisi tanah dan dasar-dasar klasifikasi tanah berdasarkan
karakteristik teknisnya.
2) Menganalisis jenis dan mekanisme gerakan tanah seperti longsor, amblesan, dan
erosi.
3) Mengevaluasi faktor keamanan lereng dengan metode irisan dan bidang longsor.
4) Menginterpretasikan sifat dan klasifikasi tanah melalui grafik distribusi butiran
dan sistem.
5) Memberikan pemahaman yang komprehensif terkait sifat dan perilaku tanah
dalam kaitannya dengan keamanan dan stabilitas lereng.

1
BAB II
A. Definisi dan klasifikasi tanah
Pengertian longsoran (landslide) dengan gerakan tanah (mass movement) mempunyai
kesamaan. Untuk memberikan definisi longsoran perlu penjelasan keduanya. Gerakan
tanah ialah perpindahan massa tanah/batu pada arah tegak, mendatar atau miring dari
kedudukan semula. Gerakan tanah mencakup gerak rayapan dan aliran maupun
longsoran.
Menurut Vames (1978, dalam Hansen, 1984) longsoran (landslide) dapat
diklasifikasikannya menjadi: jatuhan (fall), jungkiran (topple), luncuran (slide) dan
nendatan (slump), aliran (flow), gerak bentang lateral (lateral spread), dan gerakan
majemuk (complex movement). Untuk lebih jelasnya klasifikasi tersebut disampaikan
pada Tabel 1. Klasifikasi para peneliti di atas pada umumnya berdasarkan kepada jenis
gerakan dan materialnya.
Tabel 1 Klasifikasi longsoran (landslide)

B. Gerakan tanah
Umur gerakan dan derajat aktivitas longsoran merupakan kondisi yang cukup penting
diketahui. Longsoran aktif selahi bergerak sepanjang waktu atan sepanjang musim,
sedangkan longsoran lama dapat kembali aktif sepanjang adanya faktor- faktor pemicu
longsoran. Zaruba & Menel (1969) mempelajari longsoran-longsoran yang berumur
2
Plistosen dan menggunakan istilah fosil longsoran untuk longsoran yang sudah tidak aktif
lagi. Berdasarkan bentuk suatu longsoran, maka tatanama tubuh longsoran dapat
diberikan dengan melihatnya dari bagian atas lereng atau di mahkota. Tatanama tersebut
secara sederhana dapat diuraikan (Gambar 1) berdasarkan HWRBLC, (1978; dalam
Pangular, 1985) yang mengacu pada Varnes (1978):
keterangan:

1. Puncak : Titik tinggi pada bidang kontak antara material yang


bergerak.
2. Gawir besar : lereng terjal pada bagian yang mantap di
sekeliling bagian yang longsor, biasanya terlihat dengan
jelas.
3. Blok yang melongsor.
4. Gawir kecil : lereng terjal pada bagian yang bergerak karena
ada perbedaan gerakan.
5. Tubuh utama
6. Retakan tensi
7. Kaki : garis potongan antara bagian terbawah bidang longsor
dengan muka tanah asli
8. Muka tanah asli : lereng yang tak terganggu oleh gerakan
tanah.

Gambar 1 Bentuk Longsoran


C. Faktor keamanan lereng
Kehadiran air tanah dalam tubuh lereng biasanya menjadi masalah bagi kestabilan
lereng. Kondisi ini tak lepas dari pengaruh luar, yaitu iklim (diwakili oleh curah hujan)
yang dapat meningkatkan kadar air tanah, derajat kejenuhan, atau muka airtanah.
Kehadiraran air tanah akan menurunkan sifat fisik dan mekanik tanah. Kenaikan muka air
tanah meningkatkan tekanan pori (1) yang berarti memperkecil ketahanan geser dari
massa lereng, terutama pada material tanah (soil). Kenaikan muka air tanah juga
memperbesar debit air tanah dan meningkatkan erosi di bawah permukaan (piping atau
subaqueous erosion). Akibatnya lebih banyak fraksi halus (lanau) dari masa tanah yang
dihanyutkan, ketahanan massa tanah akan menurun (Bell, 1984, dalam Hirnawan, 1993).
Banyak rumus perhitungan Faktor Keamanan lereng (material tanah) yang
diperkenalkan untuk mengetahui tingkat kestabilan lereng ini. Rumus dasar Faktor
Keamanan (Safety Factor, F) lereng (material tanah) yang diperkenalkan oleh Fellenius
dan kemudian dikembangkan adalah: (Lambe & Whitman, 1969; Parcher & Means,
1974):
π = cL + ((W+V) cos α- μ} tan
s = (W+V) sin a
F= Σr/s

3
D. Grafik Tanah
Tanah longsor merupakan salah satu jenis gerakan massa tanah atau bebatuan,
ataupun percampuran keduanya yang menuruni atau keluar dari lereng akibat dari
terganggunya kestabilan tanah atau batuan penyusun lereng tersebut (UU no. 24 Tahun
2007). Kawasan rawan bencana tanah longsor adalah kawasan lindung atau kawasan
budidaya yang meliputi zona-zona berpotensi longsor (Badan Nasional Penanggulangan
Bencana, 2012). Dalam Data Informasi Bencana Indonesia (DIBI), Badan Nasional
Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebutkan sesuai dengan grafik bencana tanah
longsor di Indonesia tertinggi dan terendah. Berikut pada Tabel 2, disajikan data kejadian
longsor dari tahun ke tahun selama 5 tahun terakhir.
Tabel 2 Tabel kejadian longsor

Berdasarkan data tersebut disajikan dalam bentuk grafik yang merupakan metode
umum untuk mengilustrasikan hubungan dalam data secara visual. Grafik dapat menjadi
cara efektif untuk menyajikan data disajikan pada Gambar 2 berikut:

4
Gambar 2 Grafik kejadian longsor

BAB III
E. Kesimpulan
Longsoran adalah fenomena alam yang dapat menimbulkan bencana bagi manusia
dan lingkungan. Longsoran dapat diklasifikasikan berdasarkan jenis gerakan dan
materialnya, serta dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti kondisi air tanah, sifat fisik dan
mekanik tanah, dan gaya-gaya yang bekerja pada lereng. Faktor keamanan lereng adalah
ukuran yang digunakan untuk menentukan tingkat kestabilan lereng.
Bencana tanah longsor di Indonesia sering terjadi karena faktor geografis, geologis,
dan iklim. Bencana tanah longsor dapat dicegah atau dikurangi dengan melakukan
identifikasi kawasan rawan bencana, pengelolaan lahan yang baik, penguatan lereng, dan
peningkatan kesiapsiagaan masyarakat. Kerjasama antara pemerintah, masyarakat, dan
akademisi sangat diperlukan untuk mengimplementasikan kebijakan dan program yang
berbasis pengetahuan dan partisipasi.
F. Saran

1. Untuk memahami lebih lanjut tentang longsoran, sebaiknya membaca sumber-


sumber yang relevan dan terpercaya, seperti buku, jurnal, atau laporan penelitian.
2. Untuk menghitung faktor keamanan lereng, sebaiknya menggunakan rumus-
rumus yang sesuai dengan kondisi lapangan dan data yang tersedia, serta
memperhatikan asumsi-asumsi yang digunakan.
3. Untuk mengurangi risiko bencana tanah longsor, sebaiknya melakukan kerjasama
antara pemerintah, masyarakat, dan akademisi, serta mengimplementasikan
kebijakan dan program yang berbasis pengetahuan dan partisipasi.

5
DAFTAR PUSTAKA

Anwar, H.Z., dan Kesumadhama, S., 1991, Konstruksi Jalan di daerah Pegunungan tropis,
Makalah Ikatan Ahli Geologi Indonesia, PIT ke-20, Desember 1991, hal 471-481
Attewel, P.B., & Farmer, I. W., 1976, Principles of engineering geology, Chapman & Hall,
London, 104p.
Bowles, JE., 1989, Sifat-sifat Fisik & Geoteknis Tanah, Erlangga, Jakarta, 562 hal.
Brunsden, D., Schortt, L., & Ibsen,M.L.(editor), 1997, Landslide Recognition, Identification
Movement and Causes, John Wiley & Sons, England, p. 137 - 148
Dikau, R. (editor) et.al., 1997, Landslide Recognition, John Willey & Sons, 251 p.
Fandeli,C.,1992, Analisis mengenai dampak lingkungan, prinsip dasar dan pemam-panannya
dalam pembangunan, Liberty, Yogyakarta, 346 hal,
Hansen, M.J., 1984, Strategies for Classification of Landslides, (ed. : Brunsden, D, & Prior,
D.B., 1984, Slope Instability, John Wiley & Sons, p. 1-25
Himnawan, R.F., 1993, Ketanggapan Stabilitas Lereng Perbukitan Rawan Gerakan- tanah
atas Tanaman Keras, Hujan & Gempa, Disertasi, UNPAD, 302pp.

6
7

Anda mungkin juga menyukai