Hampir kebanyakan orang yang pernah merasakan berbicara didepan umum, pasti pernah
mengalami ketakutan. Keringat dingin, gelisah, selalu merasa ingin ke toilet adalah sebagian
refleksi dari rasa ketakutan tersebut. Berdasarkan hasil penelitian ada 9 penyebab ketakutan yang
signifikan ketika berbicara didepan umum :
1. Takut akan gagal, ingin selalu sukses dan takut gagal malah kadangkala membuat ketakutan
itu semakin besar.
2. Tidak ada rasa percaya diri, merasa diri tidak mampu untuk melakukan hal tersebut.
3. Traumatis, memiliki rasa takut dan merasa sendirian ketika berdiri di panggung dan semua
mata melihat padanya.
4. Takut dinilai/dihakimi, hal ini terjadi karena adanya perasaan takut ketika banyak orang
membicarakan dirinya atau pendapatnya.
5. Terlalu perfeksionis, perfeksionis baik, tetapi terlalu perfeksionis dan berharap terlalu banyak
pada dirinya sendiri malah membuat efek negatif.
6. Takut akan orang banyak, merasa tidak nyaman dan tidak percaya diri ketika berbicara di
depan puluhan, ratusan atau ribuan orang.
7. Kurangnya persiapan, persiapan yang minim membuat rasa takut untuk berbicara di cepan
umum ini semakin menjadi-jadi.
9. Blank, takut tidak tahu apa yang harus dilakukan, apa yang harus dibicarakan ketika berbicara
didepan umum.
Ellis (lewat Numan, 1991: 46) mengemukakan adanya tiga cara untuk mengembangkan secara
vertikal dalam meningkatkan kemampuan berbicara:
3. Mendekatkan dua bentuk ujaran, yaitu bentuk ujaran sendiri yang belum benar dan ujaran
orang dewasa yang sudah benar. upaya untuk meningkatkan keterampilan berbicara bahasa
Indonesia di sekolah, dapat dilaksanakan program sebagai berikut :
1. Guru menjadi model yang baik untuk dicontoh oleh siswa Siswa sangat membutuhkan suatu
model guru yang dalam berbicara menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Guru
hendaknya memberikan contoh konkret dengan keteladanan dalam berbahasa. Agar siswa dapat
menirukan dan melafalkan kata atau kalimat dengan tepat sesuai kaidah yang berlaku.
Sejak memasuki dunia sekolah, anak dihadapkan pada dua rentangan yakni, rentangan
kemampuan bahasa dan rentangan sikap berbahasa. Pada salah satu ujung rentangan ia ingin
mengungkapkan pikirannya dan pada ujung rentangan lain ia takut untuk berbicara. Maka dalam
hal ini guru mempunyai tanggung jawab untuk memperkuat kepercayaan berbicara anak-anak,
karena kepercayaan dalam berbicara itu sangat dibutuhkan dalam belajar keterampilan berbahasa
lisan. Penanaman sikap percaya untuk berbicara itu berkembang sangat lamban, sehingga
dibutuhkan waktu yang cukup lama serta ketelatenan guru dalam membimbing siswa. Guru perlu
menciptakan suasana yang memungkinkan siswa untuk praktik menggunakan bahasa lisan. Guru
harus dapat mendorong siswa untuk mendeskripsikan, mengklasifikasikan, menginformasikan,
merencanakan, dan membandingkan berbagai hal secar lisan. Ellis (1989) menyatakan
pendapatnya bahwa respon guru pada bahasa yang digunakan anak akan memberikan nilai
bahwa guru menempatkan belajar dan bahasa bersama-sama. Cara yang digunakan guru dapat
membangun kepercayaan diri siswa untuk bebicara antara lain guru harus dapat memilih waktu
yang tepat untuk mendiskusikan penggunaan bahasa yuang tepat atau gaya penyajian yang benar.