Anda di halaman 1dari 19

PENERAPAN BANGUNAN GEDUNG HIJAU

(GREEN BUILDING) DI KOTA SEMARANG


PERATURAN WALIKOTA SEMARANG NO. 24 TAHUN 2019 TENTANG BANGUNAN GEDUNG HIJAU
DASAR HUKUM
• Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung;
• Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja
• Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2021 tentang Peraturan Pelaksanaan
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung;
• Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 5 Tahun 2009 tentang Bangunan
Gedung;
• Peraturan Menteri PUPR Nomor 21 Tahun 2021 tentang Penilaian
Kinerja Bangunan Gedung Hijau;
• Peraturan Walikota Semarang No. 24 Tahun 2019 tentang
Bangunan Gedung Hijau (disahkan pada tanggal 31 Mei 2019).
Kota Semarang merupakan kota pertama di Jawa Tengah dan kota ketiga di Indonesia yang
mengimplementasikan Peraturan Bangunan Gedung Hijau
Apabila bangunan gedung di Kota Semarang telah memenuhi persyaratan Bangunan Gedung
Hijau sesuai Perwal 24 Tahun 2019, maka Kota Semarang berpotensi menghemat

menghemat konsumsi air


27%
menghemat konsumsi listrik

28%
penurunan emisi karbon

sebesar 28 %
per tahunnya hanya dari sektor
bangunan gedung dibandingkan
dengan praktek bisnis pada umumnya
Sumber: Kajian International Finance Corporation (IFC) (vs. business as usual).
PERSYARATAN BANGUNAN GEDUNG HIJAU TAHAP PERENCANAAN

Permen PUPR Nomor 21 Tahun 2021 tentang Peraturan Walikota Semarang No. 24 Tahun 2019
Penilaian Kinerja Bangunan Gedung Hijau tentang Bangunan Gedung Hijau

1. Pengelolaan Tapak, 1. Efisiensi energi

2. Efisiensi Penggunaan Energi 2. Efisiensi air

3. Efisiensi Penggunaan Air 3. Pengelolaan kualitas Udara dalam ruang

4. Kualitas Udara dalam Ruang

5. Penggunaan Material Ramah Lingkungan

6. Pengelolaan Sampah

7. Pengelolaan Air Limbah


Bangunan Gedung Hijau
adalah bangunan gedung yang memenuhi persyaratan bangunan gedung dan memiliki kinerja terukur secara
signifikan dalam penghematan energi, air, dan sumber daya lainnya melalui penerapan prinsip bangunan gedung
hijau sesuai dengan fungsi dan klasifikasi dalam setiap tahapan penyelenggaraannya.

Pengaturan bangunan gedung hijau dimaksudkan sebagai pengendalian penyelenggaraan bangunan


gedung untuk mewujudkan bangunan gedung hijau dalam rangka ikut mendorong
penghematan energi, air dan sumber daya lainnya di Kota Semarang.

Pengaturan bangunan gedung hijau bertujuan:


a. mewujudkan penyelenggaraan bangunan gedung hijau yang mengurangi dampak buruk terhadap
lingkungan; dan
b. mewujudkan lingkungan kota yang berkelanjutan.
Persyaratan bangunan gedung hijau diberlakukan terhadap bangunan berdasarkan:
a. fungsi dan klasifikasi bangunan; dan
b. luasan bangunan.

Fungsi Hunian
rumah tapak (landed house) dengan luasan paling sedikit
300 m2 (tiga ratus meter persegi)
1
rumah tinggal susun 2

Fungsi Usaha
bangunan gedung perkantoran 1
bangunan gedung perdagangan 2
bangunan gedung perhotelan 3
Fungsi Sosial dan Budaya
bangunan gedung pelayanan pendidikan 1
bangunan gedung pelayanan kesehatan 2 Fungsi Campuran
Fungsi Sosial dan Budaya
Fungsi Campuran Fungsi Usaha
Fungsi Hunian, Fungsi Sosial dan Budaya, dan Fungsi Usaha Fungsi Hunian
tetap diberlakukan pada saat bangunan gedung dimaksud
memiliki fungsi campuran
Persyaratan bangunan gedung hijau diberlakukan terhadap bangunan berdasarkan:
a. fungsi dan klasifikasi bangunan; dan
b. luasan bangunan.

01 bangunan 02 bangunan gedung 03 bangunan gedung


gedung besar, sedang, yaitu kecil, yaitu bangunan
yaitu bangunan bangunan gedung gedung dengan luasan
gedung dengan dengan luasan paling banyak 2.500
luasan paling antara 2.500 m² m² (dua ribu lima ratus
(dua ribu lima ratus
sedikit 5.000 meter persegi)
meter persegi) termasuk
ruang bawah tanah dan
m² (lima ribu sampai dengan
meter persegi)
rumah tapak dengan
5.000 m² (lima ribu
termasuk ruang meter persegi)
luasan paling sedikit
bawah tanah. termasuk ruang bawah 300 m².
tanah.

Dalam pengajuan IMB setiap bangunan harus memenuhi persyaratan teknis


bangunan gedung hijau sesuai dengan fungsi dan luasan bangunan gedung.
Persyaratan untuk Bangunan Gedung Besar dengan Luasan > 5.000 m2
Kelompok Bangunan ini dipersyaratkan untuk memenuhi 19 persyaratan yang terbagi dalam 7 aspek bangunan,
yaitu selubung bangunan, sistem pengkondisian udara, sistem pencahayaan buatan, sistem transportasi dalam
gedung, sistem kelistrikan, efisiensi air dan pengelolaan kualitas udara dalam ruang.

Pengelolaan Kualitas Selubung Bangunan


Nilai OTTV tidak melebihi 40 watt/m2
Udara Dalam Ruang 01 Nilai U-value tidak melebihi 1,2 watt/m2K
Sensor CO dan sistem ventilasi mekanis jika
07 Sistem Pengkondisian
ambang batas CO melewati 35 ppm
Sensor CO2 jika ambang batas CO2 melewati Udara
1000 ppm
02 Setting temperature 250C sebagai acuan
perhitungan cooling load,
Efisiensi Air Bangunan Thermal zoning – sebagai acuan memperoleh
cooling load yang optimal
Maksimum flow rate untuk water fixtures
Sub meter pada sumber air bangunan
Gedung Besar Thermostat – harus dipasang sesuai thermal
zoning
06
Sistem pemamenan air hujan
dengan Luasan VSD – untuk pompa chiler
Esifiensi sistem pendingin – nilai paling rendah

Sistem Kelistrikan > 5.000 m2 COP – untuk semua peralatan AC


Sistem kontrol otomatis (BMS) – diharuskan
Sub meter untuk AC, Lift, escalator,
03 untuk kontrol terhadap operasional chiler,
pompa, dan AHU
pencahayaan dan daya (stopkontak)

05 Sistem Pencahayaan
Sistem Trasnportasi pada Buatan
Bangunan 04 Sensor gerak diharuskan pada ruang dengan
fungsi toilet dengan luasan >25 m2
VVVF untuk lift diterapkan pada lift non hidrolis
Sensor foto elektrik pada ruang terbuka yang
Kontrol otomatis untuk eskalator
memiliki jendela dan daylight zone
Nilai paling tinggi LPD 8 watt/m2
Persyaratan untuk Bangunan Gedung Sedang dengan
Luasan 2.500 – 5.000 m2
Kelompok Bangunan ini dipersyaratkan untuk memenuhi 11 persyaratan yang terbagi dalam 4 aspek bangunan, yaitu selubung bangunan, sistem pengkondisian
udara, sistem pencahayaan buatan, sistem transportasi dalam gedung, sistem kelistrikan, efisiensi air dan pengelolaan kualitas udara dalam ruang.

Selubung Bangunan
Nilai OTTV tidak melebihi 40 watt/m2
Nilai U-value tidak melebihi 1,2 watt/m2K

Efisiensi Air
Maksimum flow rate untuk water fixtures
Sub meter pada sumber air bangunan
Sistem pemamenan air hujan
Bangunan
Gedung
Sedang

Sistem Pencahayaan Buatan Sistem Pengkondisian Udara


Sensor gerak diharuskan pada ruang dengan fungsi
Setting temperature 250C sebagai acuan perhitungan
toilet dengan luasan >25 m2
cooling load,
Sensor foto elektrik pada ruang terbuka yang memiliki
Esifiensi sistem pendingin – nilai paling rendah COP –
jendela dan daylight zone
untuk semua peralatan AC
Lampu hemat energi berupa LED, CFL dan/atau
T5 Flourescent Lamp
Persyaratan untuk Bangunan Gedung Kecil dengan
Luasan < 2.500 m2 dan Rumah Tapak > 300 m2
Kelompok Bangunan ini dipersyaratkan untuk memenuhi 5 persyaratan yang terbagi dalam 4 aspek bangunan, yaitu selubung bangunan, sistem pengkondisian
udara, sistem pencahayaan buatan, sistem transportasi dalam gedung, sistem kelistrikan, efisiensi air dan pengelolaan kualitas udara dalam ruang.

Selubung Bangunan
Penyediaan jendela pada bangunan, harus
openrable window > 5% dari luas lantai untuk

Efisiensi Air cross ventilation


Window to Wall Ratio (WWR) < 25%
Maksimum flow rate untuk water fixtures

Sistem Pencahayaan Buatan Sistem Pengkondisian Udara


Lampu hemat energi berupa LED, CFL dan/atau
Esifiensi sistem pendingin – nilai paling rendah COP –
T5 Flourescent Lamp
untuk semua peralatan AC
PENILAIAN PERSYARATAN TEKNIS BANGUNAN GEDUNG HIJAU

Bangunan Bangunan Bangunan


Gedung Besar Gedung Sedang Gedung Kecil
Oleh Dinas untuk bangunan
Oleh Dinas dengan Oleh Dinas bukan Rumah Tapak
mendapat Oleh Pemilik atau
pertimbangan perencana untuk bangunan
teknis dari TABG Rumah Tapak, dengan cara
mengiisi formulir
pemeriksaan sendiri yang
disediakan oleh Dinas

PENILAIAN TERHADAP PERSYARATAN TEKNIS BANGUNAN GEDUNG BESAR, SEDANG DAN KECIL
DILAKUKAN DENGAN MENGGUNAKAN FORMAT PENILAIAN PERSYARATAN TEKNIS BANGUNAN BESAR,
SEDANG, DAN KECIL YANG DITERBITKAN OLEH DINAS

TERHADAP PEMERIKSAAN MANDIRI, DINAS AKAN MELAKUKAN PEMERIKSAAN ACAK


TERSEBUT MENGGUNAKAN METODE SAMPEL ACAK (RANDOM SAMPLING)
OVERALL THERMAL TRANSFER VALUE (OTTV )
adalah suatu nilai yang menggambarkan kemampuan selubung bangunan meneruskan panas secara menyeluruh dari luar ke
sisi dalam atau sebaliknya, dinyatakan dalam W/m2. Nilai ini ditetapkan sebagai kriteria perancangan untuk dinding masif
dan dinding transparan (kaca) selubung bangunan gedung yang dikondisikan

Kalkulator OTTV
Berupa metode perhitungan terkait
pemenuhan persyaratan selubung
bangunan gedung. Metoda perhitungan
ini memungkinkan pemohon maupun
dinas teknis untuk dapat menghitung dan
mengecek pemenuhan nilai OTTV
PELAPORAN

PEMILIK/ PENGELOLA BANGUNAN GEDUNG HARUS MENYAMPAIKAN LAPORAN


TAHUNAN KONSUMSI ENERGI LISTRIK DAN AIR SELAMA 12 BULAN DAN
DISAMPAIKAN KE DINAS UNTUK DILAKUKAN VERIFIKASI SEBAGAI SALAH SATU
PERTIMBANGAN PERPANJANGAN SLF BANGUNAN PERIODE BERIKUTNYA

MELIPUTI PELAPORAN:
1. PELAPORAN KONSUMSI ENERGI LISTRIK TAHUNAN;
2. PELAPORAN KONSUMSI AIR TAHUNAN; DAN
3. PELAPORAN PENINGKATAN EFISIENSI KONSUMSI ENERFI LISTRIK DAN KONSUMSI AIR

PENYAMPAIAN LAPORAN DIKECUALIKAN PADA PEMILIK/PENGELOLA BANGUNAN GEDUNG RUMAH TAPAK.

BAGI PEMILIK/PENGELOLA BANGUNAN GEDUNGYANG TIDAK MENYAMPAIKAN


LAPORAN TAHUNAN DIKENAI SANKSI ADMINISTRATIF BERUPA TEGURAN TERTULIS.
PILOT PROJECT BANGUNAN GEDUNG HIJAU DI KOTA SEMARANG

1. THE ALTON APARTEMENT – PT. PP Properti


2. UPTOWN MALL – BSB City
3. UNIKA SOEGIJAPRANATA
BANGUNAN GEDUNG EKSISTING 24 5 24 13
MELALUI PERMOHONAN SLF BANGUNAN GEDUNG Bangunan Bangunan Bangunan Bangunan

2019 2020 2021 2022

2022

2021

6
2020 Bangunan

12 BANGUNAN GEDUNG BARU


2019 Bangunan YANG SUDANG MENDAPATKAN REKOMENDASI TABG/TPA
4
Bangunan

11
JUMLAH PROJECT BANGUNAN YANG MENERAPKAN
Bangunan PERSYARATAN BANGUNAN GEDUNG HIJAU
KENDALA PENYELENGGARAAN BANGUNAN GEDUNG HIJAU
DI KOTA SEMARANG

q Kemampuan Pelaku Penyelenggara Bangunan Gedung untuk membuat dokumen teknis yang memenuhi
persyaratan Bangunan Gedung Hijau belum merata;
q Masih kurangnya pemahaman masyarakat / pemilik bangunan terkait manfaat penerapan persyaratan
Bangunan Gedung Hijau;
q Belum tersosialisasi secara merata terkait Peraturan Bangunan Gedung Hijau di masyarakat;
q Mahalnya perangkat ME yang memenuhi syarat ramah lingkungan;
q Fungsi penegakan hukum belum ada ketegasan, baik reward maupun punishment untuk pemilik bangunan;
q Adanya penyimpangan antara perencanaan dengan yang terbangun, pada saat perencanaan sudah memenuhi
standar teknis bangunan gedung hijau, namun saat pelaksanan terdapat perubahan sehingga tidak lagi
memenuhi standar persyaratan bangunan gedung hijau.
KETENTUAN UMUM

1. Overall Thermal Transfer Value yang selanjutnya disingkat OTTV adalah suatu nilai yang menggambarkan kemampuan
selubung bangunan meneruskan panas secara menyeluruh dari luar ke sisi dalam atau sebaliknya, dinyatakan dalam W/m2.
Nilai ini ditetapkan sebagai kriteria perancangan untuk dinding masif dan dinding transparan (kaca) selubung bangunan
gedung yang dikondisikan.
2. Pengkondisian udara adalah pengolahan udara yang bertujuan untuk mengendalikan kondisi termal udara, kualitas udara,
dan penyebarannya di dalam ruang dalam rangka pemenuhan persyaratan kenyamanan termal pengguna bangunan.
3. Sistem Pengkondisian Udara adalah keseluruhan sistem yang bekerja mengendalikan kondisi termal udara di dalam
bangunan gedung melalui pengendalian besaran termal (seperti temperatur, kelembaban relatif), penyebaran udara serta
kualitas udara (kesegaran dan kebersihan), sedemikian rupa sehingga diperoleh suatu kondisi ruang yang nyaman, segar
dan bersih.
4. Variable Speed Drive yang selanjutnya disingkat VSD adalah adalah peralatan yang mengatur kecepatan putaran fan atau
pompa agar sesuai dengan kebutuhan
5. Coefficient of Performance yang selanjutnya disingkat COP adalah koefisien kinerja pendinginan yakni angka perbandingan
antara laju aliran kalor yang diserap oleh sistem pendinginan dengan laju aliran energi yang dimasukkan ke dalam sistem
tersebut.
6. Zona Perimeter Pencahayaan adalah daerah sejauh 1,5 (satu koma lima) dikalikan tinggi rata-rata antar lantai dari dinding
terluar dan/atau pada daerah bukaan di mana sinar pencahayaan alami dapat masuk.
7. Sensor Foto Elektrik adalah suatu alat atau perangkat yang digunakan untuk mengukur tingkat pencahayaan.
KETENTUAN UMUM

8. Sensor Gerak adalah adalah suatu alat atau perangkat yang digunakan untuk mendeteksi adanya gerakan manusia
dan/atau benda-benda lainnya.
9. Light Power Density yang selanjutnya disingkat LPD adalah daya yang dibutuhkan untuk menerangi satu area tertentu
(W/m2).
10. Sistem Kontrol Otomatis atau Building Management System yang selanjutnya disingkat BMS adalah sistem yang
melakukan kontrol dan monitor kondisi peralatan pada bangunan.
11. Ventilasi mekanis adalah adalah proses untuk mencatu udara segar ke dalam bangunan gedung dalam jumlah yang
sesuai kebutuhan dengan menggunakan perangkat mekanik.
12. Zona Termal adalah satu area dalam gedung yang memiliki karateristik beban termal yang tertentu atau yang sama
sehingga memerlukan kontrol yang terpisah, di mana pada perencanaan sistem pengkondisian udara, zona termal dalam
bangunan dapat dibagi atas zona perimeter dan zona internal.
13. Ruangan parkir tertutup adalah area pada bangunan yang digunakan untuk fungsi parkir kendaraan yang tidak memiliki
bukaan ke udara luar atau berhubungan dengan ruang luar pada sisi-sisinya, kecuali jalan masuk dan keluar kendaraan.
14. Window to Wall Ratio yang selanjutnya disingkat WWR adalah nilai yang diperoleh dari hasil perbandingan antara luas
seluruh jendela pada dinding bangunan dengan luas keseluruhan dinding selubung bangunan yang memisahkan bagian
eksterior dengan bagian interior.
15. Laju aliran (Flow rate) adalah jumlah volume cairan yang bergerak dalam suatu waktu tertentu.
TERIMAKASIH

DINAS PENATAAN RUANG KOTA SEMARANG

Anda mungkin juga menyukai