Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

PSIKOLOGI INDUSTRI
MANAJEMEN STRES KERJA

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah psikologi industri


dosen pengampu: Fitriani Halik, S.Pd, M.Pd

Disususn oleh :

Eman Ardy Wijaya 2290474005


Qurrata Ayyun 2290474014
Umar Mustapa 2290474015

PROGRAM STUDI TEKNIK GRAFIKA

JURUSAN TEKNIK GRAFIKA

POLITEKNIK NEGERI MEDIA KREATIF

PSDKU MAKASSAR

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmatNya sehingga makalah
ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih
terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik
pikiran maupun materinya.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa
pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Makassar, 9 Oktober 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................................1
A. Latar Belakang.............................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................................................2
C. Tujuan..........................................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................................................3
A. Pengertian Stres Kerja.................................................................................................................3
B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Stres Kerja...........................................................................4
C. Dampak Stres Kerja.....................................................................................................................6
D. Model Stres..................................................................................................................................7
E. Coping Strategies (Strategi Mengelola Stres)..............................................................................8
F. Strategi Manajemen Stres Kerja..................................................................................................9
BAB III PENUTUP...............................................................................................................................16
A. KESIMPULAN..........................................................................................................................16
B. SARAN......................................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................................17

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sering kita jumpai didalam kehidupan sehari-hari beberapa orang yang
mengalami stres, baik dalam kehidupan sosial maupun dilingkungan kerja. Pekerjaan
yang terlalu sulit serta keadaan sekitar yang monoton juga akan dapat menyebabkan
stres dalam bekerja di beberapa Perusahaan.
Masalah Stres kerja di dalam kehidupan organisasi perusahaan menjadi gejala
yang penting diamati sejak mulai timbulnya tuntutan untuk efisien di dalam
pekerjaan. Akibat adanya stres kerja tersebut yaitu orang menjadi nervous, merasakan
kecemasan yang kronis, peningkatan ketegangan pada emosi, proses beriikir dan
kondisi fisik individu. Selain itu, sebagai hasil dari adanya stres kerja karyawan
mengalami beberapa gejala stres yang dapat mengancam dan mengganggu
pelaksanaan kerja mereka, seperti : mudah marah dan agresi, tidak dapat relaks, emosi
yang tidak stabil, sikap tidak mau bekerja sama, perasaan tidak mampu terlibat, dan
kesulitan alam masalah tidur.
Banyak juga orang yang kurang menyadari gejala timbulnya stres tersebut
dalam kehidupannya padahal apabila kita mengetahui lebih dini mengenai gejala stres
tersebut kita dapat mencegahnya. Upaya pencegahan ini dapat dilakukan dengan
maksud agar terjaminnya keamanan dan kenyamanaan dalam bekerja. Apabila
seseorang sedang yang mengalami stres dan melakukan pekerjaan itu, maka akan
mengganggu keamanan dan kenyamanaan dalam bekerja.
Untuk menjaga keamanan dan kenyamanaan kerja tersebut psikologi
seseorang juga harus stabil agar terjadi hubungan yang harmonis antara faktor
kejiwaan serta kondisi yang terjadi. Jadi kita harus memperhatikan secara lebih baik
lingkungan yang dapat mempengaruhi psikologi (kejiwaan) seseorang sehingga stres
dapat diminimalisir. Namun tidak dapat disangkal bahwa stres dalam bekerja pasti
akan terjadi pada setiap individu karyawan. Mereka mengalami stres karena
dipengaruhi dari pekerjaan itu sendiri maupun lingkungan tempat dimana karyawan
tersebut bekerja. Seseorang yang mengalami stres dalam bekerja tidak akan mampu
menyelesaikan pekerjaannya dengan baik. Peran perusahaan disini muncul untuk
memperhatikan setiap kondisi kejiwaan (stres) yang dialami oleh karyawannya.

1
Dalam hal ini perusahaan harus menanganinya dengan baik bagi karyawan tersebut
serta tidak mengurangi kinerja karyawannya.
Melihat masalah stres yang sering terjadi serta bagaimana penangannya yang
baik kami akan membahasanya dalam makalah ini agar kita bisa mengetahui
bagaimana stres dan penanggulangannya serta pencegahan stres itu terutama dalam
lingkungan kerja. Secara lebih jelas mengenai stres dan stres kerja akan kami bahas
pada berikutnya.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan kami bahas dalam penulisan makalah ini antara
lain:
1. Apa yang dimaksud dengan stres dan stres kerja?
2. Apa saja gejala stres, penyebab stres dan dampaknya?
3. Bagaimana strategi manajemen stres kerja?
4. Bagaimana cara mencegah dan mengurangi stres yang terjadi?

C. Tujuan
Adapun beberapa tujuan yang ingin kami sampaikan dalam penulisan makalah ini
adalah:
1. Untuk lebih mengerti mengenai stres dan stres kerja.
2. Untuk mengetahui apa saja gejala-gejala stres, penyebab stres dan dampak
yang dapat ditimbulkan oleh stres tersebut.
3. Untuk mengetahui strategi manajemen stres kerja.
4. Agar kita tahu bagaimana cara mencegah stress.

2
BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian Stres Kerja
Berikut ini adalah pendapat para ahli tentang pengertian stres kerja. Marc J.
Scharbracq (2003), mengatakan stres kerja sebagai sebuah respon terhadap hilangnya
kendali terhadap kinerja kita. Selanjutnya stres kerja diartikan sebagai tekanan yang
terjadi ketika kita harus mengerjakan sesuatu yang tidak ingin kita kerjakan. S. Sauter
et. al. seperti dikutip Rae Andre (2008) berpendapat bahwa stres kerja adalah respon
fisik dan emosional berbahaya yang terjadi ketika persyaratan pekerjaan tidak sesuai
kemampuan pekerja, sumber daya, atau kebutuhan. Menurut Slocum/Hellriegel
(2009), mengatakan bahwa stres kerja adalah suatu masalah umum dan mahal di
tempat kerja, yang menyentuh beberapa pekerja . Menurut Richard L. Daft (2010)
mengatakan stres kerja yaitu seperti kesulitan, ketidaknyamanan, melelahkan dan
bahkan menakutkan.
Menurut Ivancevich dan Matteson, seperti dikutip oleh Luthans (2011),
mengatakan bahwa stres kerja didefinisikan sebagai sebuah respon adaptif (tanggapan
penyesuaian) dimediasi oleh perbedaan individu dan atau proses psikologi, sebagai
akibat dari aksi lingkungan, situasi atau peristiwa yang menyebabkan tuntutan fisik
dan atau psikologi secara berlebihan terhadap seseorang. Sedangkan Beehr and
Newman seperti dikutip oleh Luthans (2011) mengartikan stres kerja sebagai sebuah
kondisi yang terjadi sebagai hasil interaksi antara pegawai dengan pekerjaan mereka
dan dikarakteristikan atau ditandai oleh perubahan manusia yang memaksa mereka
untuk menyimpang dari fungsi normal mereka.
Berdasarkan uraian konsep stres kerja di atas dapat penulis sintesakan bahwa
stres kerja adalah respon adaptif seseorang terhadap tuntutan fisik dan atau psikologi
terhadapnya sebagai akibat dari interaksinya dengan pekerjaan dan lingkungan
kerjanya dengan indikator (1) tekanan (2) kesulitan (3) ketidaknyamanan (4)
kelelahan (5) ketakutan.

3
B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Stres Kerja
Ross dan Altmaier (1994) menjelaskan bahwa terdapat beberapa faktor yang dapat
menyebabkan munculnya stres kerja pada individu, yaitu faktor individual dan faktor
tempat kerja.
1. Faktor Individual
Pengalaman seseorang di tempat kerja akan dipengaruhi oleh karakter kepribadian
yang dimilikinya. Ross dan Almeier (1994) menjelasakan bahwa dalam faktor
individual ini terdapat dua karakteristik kepribadian yang berpengaruh yaitu pola
tingkah laku tipe A dan perasaan kotrol terhadap diri (sense of control). Selain itu
faktor gender juga akan dihas dalam faktor individual, meskipun hal tersebut tidak
termasuk ke dalam karakteristik kepribadian individu.
a. Pola tingkah laku tipe A
Memiliki karakteristik yang dicirikan lewat beberapa komponen, yaitu 1).
Perasaan mengenai kepentingan waktu (sense of time), dimana individu selali
terdorong untuk melakukan lebih dari satu aktifitas dalam waktu bersamaan, tidak
sabar, atau berbicara dengan cepat. 2). Adanya dorongan agresif yang bertujuan
untuk mencapai suatu hal dan mengabaikan perasaan orang lain serta memiliki
sikap kompetitif. 3). Tingginya Hostilitas, dimana individu umumnya memilik
kecurigaan dan mudah marah terhadap orang lain, individu memiliki kepribadian
tipe A akan rentan untuk mengalami stres kerja karena cara pandang mereka
terhadap dunia, misalnya marah akan penapaian yang diperoleh orang lain, tidak
suka didukung oleh rekan kerja atau kesulitan untuk menyesuaikan tingkah
lakunya dengan kondisi pekerjaannya.
b. Kendali Diri (sense of control)
Kontol merujuk pada persepsi yang dimiliki individu bahwa tindakannya akan
berujung pada hasil tertentu, yang umumnya dianggap penting bagi individu
tersebut. Persepsi kotrol yang dimiliki individu umumnya berlawanan dengan
kontrol aktual, dimana terkadang seseorang akan memiliki prediksi yang terlalu
tinggi (overestimate) terhadap kontrol diri, atau sebaliknya (tidak ada kontrol diri
individu). Abramson (dalam Ross & Almaier, 1994) menambahkan individu
dapat mendistribusikan kurangnya kontrol yang dimilikanya ke dalam faktor
internal atau eksternal. Jika kurangnya kontrol muncul pada faktol intrnal, seperti
kurangnya kemampuan, maka perasaan tidak berdaya atau rendahnya self esteem

4
akan muncul. Sedangkan jika hal tersebut muncul dari eksternal, misalnya
oranglain, maka perasaan ketidakberdayaan tersebut tidak akan berdampak
sebesar faktor internal.
c. Gender
Terkait dengan perubahan peran wanita dalam lingkungan dan pekerjaan,
dimana pola hidup saat ini seringkali menuntut wanita untuk bertanggung jawan
terhadap keluarga maupun pekerjaannya secara bersamaan(Smith, dalam Ross &
Almaier, 1994). Stess pekerjaan dapat berkaitan degan peran ganda yang
dijalankan wanita, konflik dengan tanggung jawab rumah tangga, atau
kemungkinan pelecehan seksual dalam tempat kerja.
2. Faktor Tempat Kerja
a. Karakteristik peran
Tekanan terkait dengan peran ini muncul ketika epspektasi dan keinginan yang
dimilik bertabrakan dengan ekspektasi dan tuntutan organisasi. Menurut Ross dan
Altmaier (1994),terdapat empat karakteristik peran yang menyebabkan stres kerja
yaitu: 1) Ambiguitas peran (role ambiguity), dimana adanya informasi yang
kurang jelas mengenai bagaimana individu seharusnya melaksanakan tugasnya.
2) Peran yang terlalu berat (role overload), yang muncul ketika individu tidak
mampu menyelesaikan pekerjaannya, baik ia tidak memiliki waktu yang cukup
ataupun ketika individu tidak memiliki ketrampilan yang cukup untuk
menyelesaikan pekerjaan. 3) Peran yang terlalu ringan (role underload) yang
muncul ketika sseorang memiliki kemampuan yang lebi besar dibandingkan
peran yang dimilikinya. Hal ini juga disebut oleh Greenberg (2002) dimana salah
satu Stessor yang dimiliki oleh pekerja adalah kurangnya partisipasi yang dimiliki
individu. Partisipasi disini termasuk proses pengambilan keputusan, keterlibatan
dalam isue-isue yang dimiliki perusahaan peasaan terancamterkait dengan
pekerjaan dan perasaan mengenai self esteem. 4)Konflik peran (role conflict)
yang muncul ketika kepatuhan terhadap salah satu peran yang dimiliki
menjadikan kepatuhan terhadap peran lainnya menjadi sulit untuk dilaksanakan.
b. Karakteristik Pekerjaan
Terdapat empat karakteristik pekerjaan mengenai stress kerja yaitu: 1)
kecepetan kerja, 2) pengulangan kerja, 3) Pekerjaan dengan shift, 4) Atribut
tugas.

5
c. Hubungan Interpersonal
Dapat mempengaruhi stres kerja yang dimiliki seseorang. Terdapat 3
hubungan interpersonal yaitu hubungan denga rekan kerja/kelompok, hubungan
dengan atasan, ataupun hubungan dengan klien/pengguna jasa. Ketika individu
memiliki hubungan yang kurang baik dengan rekan kerja, maka mereka
cenderung menyalahkan strs kerja yang dimilikinya terhadap rekan kerjanya
tersebut.
d. Struktur organisasi
Terdapat bebrapa hal dari struktur organisasi yang dapat mempengaruhi stres
kerja individu, yaitu struktur organisasi (bagaimana individu terlibat dalam
pengambilan keputusan terkait dengan pekerjaan mereka), posisi dalam
organisasi, kultur organisasi dan teritori organisasi.
e. Managemen Sumber Daya
Beberapa hal yang dapat berpotensi menimbulkan stres kerja individu adalah
pada awal masuk tempat kerja diman persepsi mengenai tempat kerja berbeda
dengan keadaan aktual. Selain itu hal lain yang dapat mepengaruhi adalah terkait
training yang didapatkan individu, membangun dan memeprtahankan karier,
umpan balik terhadap performa, reward, ketidak jelasan pekerjaaan dimasa
mendatang serta trasisi karier.
f. Kualitas Fisik dan Teknologi
Beberapa sumber stres terkai kualitas fisik organisasi adalah faktor
pencahayaan, bising, suhu udara, getaran, polusi dan faktor ergonomis.

C. Dampak Stres Kerja


Stranks (2005) menyebutkan bahwa terdapat empat dampak dari stres terhadap
individu dan mencakup beberapa area, yaitu:
1. Emosional : termasuk kelelahan, kesemasan dan kurangnya motivasi.
2. Kognitif : Mengakibatkan peningkatan potensi individu untuk melakukan
kesalahan, bahkan dapat menyebabkan kecelakaan kerja.
3. Tingkah Laku : Perubahan pada perilaku berdampak pada memburuknya mengabil
keputusan, absensi dan konsumsi makanan atau alkohol yang berlebihan.
4. Fisiologis : individu mengeluhkan kesehatannnya yang diasosiasikan dengan sakit
kepala atau sakit dan nyeri umum. Hal ini memicu naiknya tekanan darah,
berkurangnya daya tahan tubuh, kondisi kulit dan gangguan pencernaan.

6
D. Model Stres
Pekerjaan merupakan bagian utama dari kehidupan para pekerja. Aktifitas
pekerjaan dan non pekerjaan saling bergantungan. Faktor pekerjaan dan non
pekerjaan semua berpotensi sebagai stresor. Hal ini dapat dilihat dari model stres yang
dibuat oleh Ivancevich, Konopaske dan Matteson. Model ini dirancang untuk
mengilustrasikan hubungan antara stresor organisasi, stres, dan hasil.

Stresor Hasil

Tingkat Individual
Psikologis yang berkaitan
• Tuntutan pekerjaan Problem dengan sikap
• Konflik peran
• Pengendalian lingkungan yang Focused • Kepuasan kerja
Coping • Komitmen organisasional
dirasakan
• Keterlibatan dgn pekerjaan
• Hubungan dengan supervisor’
• Kepercayaan diri
• Beban kerja
Emotion • Kepenatan
focused • Emosi
Penilaian • Depresi
Tingkat Kelompok Kognitif
Stress yang coping
• Perilaku manajerial dirasakan
• Kurangnya kekompakan Keperilakuan
• Konflik dalam kelompok • Ketidakhadiran
• Perbedaan status • Turnover
• Kinerja Kecelakaan
• Penyalahgunaan substansi
Tingkat Organisasi
• Kebudayaan Perbedaan Individual
• Struktur Kognitif
• Keturunan, usia,
• Teknologi • Pengambilan keputusan yang
• Pengenalan dan perubahan kemampuan pribadi, jenis buruk
dalam kondisi kerja kelamin,dukungan sosial, ciri • Kurang konsentrasi
kepribadian, pekerjaan • Mudah lupa
Ekstraorganissional
• Keluarga Kesehatan Fisik
• Ekonomi • Sistem kardiovaskuler
• Waktu yang berubah • Sistem kekebalan
• Polusi,panas, kepadatan, udara • Sistem muskuloskeletal
• Sistem gastrointestinal

Dari model stres tersebut gejala perilaku yang dihasilkan oleh stres kerja adalah
ketidakhadiran dan pergantian pegawai. Gejala kognitif yang dihasilkan oleh stres
kerja seperti salah dalam mengambil keputusan, kurang konsentrasi dalam bekerja
dan mudah tersinggung, apatis dan frustasi. Sedangkan gejala fisiologis yang
dihasilkan oleh stres kerja seperti naiknya tekanan darah dan penyakit jantung
koroner.
Model tersebut menyatakan bahwa hubungan antara stres dan hasil (individu dan
organisasi) tidak selalu secara langsung, demikian juga dengan hubungan antara
stresor dan stres. Hubungan ini mungkin dipengaruhi oleh moderator stres. Perbedaan
individu seperti usia, mekanisme dukungan sosial, dan kepribadian diperkenalkan

7
sebagai moderator potensial. Moderator adalah suatu atribut berharga yang
mempengaruhi sifat suatu hubungan. Sementara sejumlah moderator merupakan hal
sangat penting. Dalam model stres ini, terkonsentrasi pada tiga moderator yang
mewakili yaitu kepribadian tipe A, perilaku, dan dukungan sosial.
Menurut Colquitt, LePine, Wesson (2011) menerangkan tentang bagaimana
seseorang menilai dan menghadapi stres, dalam teori mereka yaitu Transactional
Theory of Stress. Dalam teori transaksional stres menerangkan bagaimana stresor
diterima dan dinilai oleh seseorang dan bagaimana orang itu memberi respon atas
penerimaan dan penilaian terhadap stresor tersebut. Teori Transaksional Stres tersebut
menerangkan bagaimana stresor yang positif (challenge stressor) maupun negatif
(hindran stressor) diterima dan dinilai oleh seseorang. Ketika seseorang pertama kali
bertemu stresor, proses penilaian dasar akan terjadi. Seseorang akan
mempertimbangkan apakah sebuah tuntutan menyebabkan mereka stres? Dan jika
menyebabkan stres, lalu mereka mempertimbangkan akibat stres terhadap tujuan
pribadinya dan kesejahteraan mereka. Selanjutnya mereka akan berpikir apa yang
seharusnya mereka lakukan (Secondary appraisel).
Menurut teori transaksional stres, setelah seseorang menyadari bahwa stresor
menimbulkan stres padanya maka mereka kemudian berpikir apa yang seharusnya
dilakukan untuk mengatasi stres tersebut? Mereka seharusnya melakukan coping.
Menurut Folkman et.al. yang dikutip oleh Colquitt, LePine, Wesson (2011)
berpendapat bahwa coping merupakan perilaku dan pemikiran yang digunakan oleh
seseorang untuk mengelola tuntutan yang menimbulkan stres yang sedang
dihadapinya dan emosi yang timbul sebagai akibat dari tuntutan yang menimbulkan
stres tersebut.

E. Coping Strategies (Strategi Mengelola Stres)


Strategi apa yang harus kita lakukan untuk mengatasi stres kerja ? Berikut ini
adalah Coping Strategies yang dapat dijadikan acuan untuk mengelola stres bagi
individu.

Problem Focused Emotion Focused


Behavioral Methods Bekerja lebih keras, Terlibat dalam alternatif
Mencari Kegiatan, Mencari
Bantuan, Mendapatkan dukungan, Melampiaskan
Sumber daya tambahan kemarahan
Cognitif Methods Menyusun strategi Menghindari,

8
Motivasi diri menjauhkan,
Mengubah Prioritas dan mengabaikan,
Mencari positif dalam
menilai kembali negative

Menurut Colquitt, LePine, Wesson (2011) pada dasarnya strategi coping terbagi
menjadi dua dimensi yaitu dimensi pertama adalah metode coping dan metode kedua
adalah fokus coping. Dalam metode coping ada dua pendekatan yaitu metode perilaku
dan metode kognitif. Metode perilaku adalah kegiatan fisik yang digunakan untuk
mengatasi situasi stres. Sebagai contoh, untuk mengatasi stres kerja yang berupa
beban kerja yang berat, diatasi dengan bekerja lebih keras. Tetapi ada pula yang
mengatasinya dengan pulang cepat atau datang terlambat. Sedangkan metode kognitif
adalah pemikiran yang digunakan untuk mengatasi stres. Contohnya, seorang pekerja
yang ketika menghadapi stres karena volume kerja tinggi, dia mengatasinya dengan
berpikir untuk membuat strategi bekerja yang efisien.
Dalam strategi coping ada dua fokus coping yaitu fokus pada problem dan fokus
pada emosi. Fokus pada problem meliputi perilaku dan pemikiran yang ditujukan
untuk mengatasi stres. Contoh dari coping fokus dalam problem adalah ketika seorang
pekerja menghadapi pekerjaan dalam waktu terbatas, maka mereka akan berpikir
untuk membuat strategi bekerja efisien dan berperilaku bekerja keras. Sedangkan
fokus pada emosi adalah berbagai cara orang untuk mengelola emosi yang
ditimbulkan oleh stres yang dialaminya. Contohnya ketika seorang pekerja sedang
mengalami stres, maka dia mengatasinya dengan menghindari situasi stres tersebut,
atau diatasi dengan berpikir bahwa stres itu merupakan tantangan dan kesempatan.
Strategi itu ditujukan untuk mengurangi atau bahkan menghilangkan akibat negatif
dari stres tersebu.

F. Strategi Manajemen Stres Kerja


Stres dalam pekerjaan dapat dicegah timbulnya dan dapat dihadapi tanpa
memperoleh dampaknya yang negatif. Manajemen stres lebih daripada sekedar
mengatasinya, yakni betajar menanggulanginya secara adaplif dan efektif. Hampir
sama pentingnya untuk mengetahui apa yang tidak boleh dilakukan dan apa yang
harus dicoba. Sebagian para pengidap stres di tempat kerja akibat persaingan, sering
melampiaskan dengan cara bekerja lebih keras yang berlebihan. Ini bukanlah cara
efektif yang bahkan tidak menghasilkan apa-apa untuk memecahkan sebab dari stres,

9
justru akan menambah masalah lebih jauh. Sebelum masuk ke cara-cara yang lebih
spesifik untuk mengatasi stressor tertentu, harus diperhitungkan beberapa pedoman
umum untuk memacu perubahan dan penaggulangan. Pemahaman prinsip dasar,
menjadi bagian penting agar seseorang mampu merancang solusi terhadap masalah
yang muncul terutama yang berkait dengan penyebab stres dalam hubungannya di
tempat kerja. Dalam hubungannya dengan tempat kerja, stres dapat timbul pada
beberapa tingkat, berjajar dari ketidakmampuan bekerja dengan baik dalam peranan
tertentu karena kesalahpahaman atasan atau bawahan. Atau bahkan dari sebab tidak
adanya ketrampilan (khususnya ketrampilan manajemen) hingga sekedar tidak
menyukai seseorang dengan siapa harus bekerja secara dekat (Margiati, 1999:76).
Dari sudut pandang organisasi, manajemen mungkin tidak khawatir jika
karyawannya mengalami stres yang ringan. Karena pada tingkat stres tertentu akan
memberikan akibat positif, hal ini akan mendesak mereka untuk melakukan tugas
lebih baik. Tetapi pada tingkat stres yang tinggi atau ringan yang berkepanjangan
akan membuat menurunnya kinerja karyawan.
Stres ringan mungkin akan memberikan keuntungan bagi organisasi, tetapi dari
sudut pandang individu hal tersebut bukan merupakan hal yang diinginkan. Maka
manajemen mungkin akan berpikir untuk memberikan tugas yang menyertakan stres
ringan bagi karyawan untuk memberikan dorongan bagi karyawan, namun sebaliknya
itu akan dirasakan sebagai tekanan oleh karyawan. Maka diperlukan pendekatan yang
tepat dalam mengelola stres, ada dua pendekatan yaitu pendekatan individu dan
pendekatan organisasi.
Dalam pendekatan individual seorang karyawan dapat berusaha sendiri untuk
mengurangi level stresnya. Strategi yang bersifat individual yang cukup efektif yaitu:
pengelolaan waktu, latihan fisik, latihan relaksasi dan dukungan sosial. Dengan
pengelolaan waktu yang baik maka seorang karyawan dapat menyelesaikan tugas
dengan baik, tanpa adanya tuntutan kerja yang tergesa-gesa. Dengan latihan fisik
dapat meningkatkan kondisi tubuh agar lebih prima sehingga mampu menghadapi
tuntutan tugas yang berat. Selain itu untuk mengurangi stres yang dihadapi pekerja
perlu dilakukan kegiatan-kegiatan santai. Dan sebagai strategi terakhir untuk
mengurangi stres adalah dengan mengumpulkan sahabat, kolega, keluarga yang akan
dapat memberikan dukungan dan saran-saran bagi dirinya.
Dari pendekatan organisasional dapat dilihat bahwa beberapa penyebab stres
adalah tuntutan dari tugas dan peran serta struktur organisasi yang semuanya

10
dikendalikan oleh manajemen, sehingga faktor-faktor itu dapat diubah. Oleh karena
itu strategi-strategi yang mungkin digunakan oleh manajemen untuk mengatasi stres
karyawannya adalah melalui seleksi dan penempatan, penetapan tujuan, redesain
pekerjaan, pengambilan keputusan partisipatif, komunikasi organisasional dan
program kesejahteraan. Melalui strategi tersebut akan menyebabkan karyawan
memperoleh pekerjaan sesuai dengan kemampuannya dan mereka bekerja untuk
tujuan yang mereka inginkan serta adanya hbungan interpersonal yang sehat serta
perawatan terhadap kondisi fisik dan mental.
1. Cara Mencegah dan Teknik Pengurangan Stres
Dalam mengatasi stres terdapat banyak teknik yang dapat dipergunakan untuk
pengurangan stress yang terjadi. Empat pendekatan yang paling sering digunakan
adalah relaksasi otot, biofeedback, meditasi dan restrukturisasi kognitif yang
semuanya membantu para karyawan mengatasi stress yang berkaitan dengan
pekerjaan.
a. Relaksasi Otot
Sebutan persamaan yang umum dari berbagai teknik relaksasi otot adalah
pernafasan yang lambat dan dalam suatu usaha yang sadar untuk memulihkan
ketegangan otot. Diantara berbagai teknik yang tersedia, relaksasi progresif
kontinjensi adalah yang paling sering digunakan. Tehnik ini terdiri atas
menenangkan dan mengendurkan otot secara berulang-ulang yang diawali dari
kaki dan terus meningkat ke muka. Relaksasi dicapai dengan berkonsentrasi pada
kehangatan dan ketenangan yang berkaitan dengan otot yang dirileksasikan.
b. Bio feedback
Dalam bio feedback, perubahan kecil yang muncul dalam tubuh atau otak di
deteksi, di perkuat dan di tunjukkan kepada orang tersebut. Peran potensial dari
biofeedback sebagai teknik manajemen stress individu dapat di lihat dari fungsi
tubuh hingga tekanan tertentu yang di kendalikan secara sukarela atau sadar.
Potensi biofeedback adalah kemampuannya untuk membantu relaksasi dan
mempertahankan fungsi tubuh pada keadaan nonstress. Salah satu keunggulan
tehnik biofeedback di bandingkan dengan tehnik nonbiofeedback adalah bahwa
tehnik ini memberikan data yang tepat mengenai fungsi tubuh. Pelatihan
biofeedback telah bermanfaat dalam mengurangi kegelisahan, menurunkan
keasaman lambung, mengendalikan tekanan dan migren, dan secara umum
mengurangi manifestasi fisiologis negative dari stress.

11
c. Meditasi
Meditasi mengaktifkan suatu respons relaksasi dengan mengarahkan ulang
pemikiran seseorang jauh dari dirinya sendiri. Respon relaksasi adalah kebalikan
fisiologis dan psikologis dari respons stress berperang atau lari. Herbert benson
menganalisis banyak program meditasi dan mendapatkan suatu respons relaksasi
empat langkah. Keempat langkah tersebut adalah :
1.) Menemukan suatu lingkungan yang tenang.
2.) Menggunakan suatu perangkat mental seperti suatu kata tang penuh dengan
kesan yang menyenangkan untuk mengubah fikiran dari pikiran yang
berorientasi secara eksternal.
3.) Mengabaikan pemikiran yang mengganggu dengan bersandar pada suatu
sikap yang pasif.
4.) Mengasumsikan suatu posisi yang nyaman
Maharishi Mahes Yogi mendefinisikan meditasi transcendental sebagai
mengalihkan perhatian ke tingkat pemikiran yang lebih dalam hingga masuk
ke tingkat pemikiran yang paling dalam dan mencapai sumber dari
pemikiran. Tidak semua orang yang bermeditasi mengalami hasil yang
positif, akan tetapi sejumlah besar orang melaporkan meditasi sebagai hal
yang efektif dalam mengelola stress.

d. Restrukturisasi kognitif
Alasan yang mendasari beberapa pendekatan individual dalam manajemen
stress di kenal sebagai restrukturisasi kognitif, adalah respons seseorang terhadap
stressor menggunakan sarana proses kognitif, atau pemikiran. Asumsi dasar dari
teknik ini adalah bahwa pikiran orang dalam bentuk ekspektasi, keyakinan dan
asumsi merupakan label yang mereka terapkan pada situasi, dan label ini
menimbulkan respons emosional terhadap situasi. Teknik kognitif dari
manajemen stress berfokus pada mengubah label atau kognisi sehingga orang
tersebut menilai situasi secara berbeda. Semua teknik kognitif memiliki tujuan
yang serupa yaitu untuk membantu orang memperoleh lebuh banyak kendali atas
reaksi mereka terhadap stressor dengan memodifikasi rasionalisasi mereka.
Selain teknik pengurangan stres di atas ada beberapa kiat lagi yang dapat
digunakan. Agar stres tidak berkelanjutan, adapun beberapa kiat yang di
kemukakan oleh Alex:

12
1) Sediakan waktu rileks
Menurut penelitian, stres yang berhubungan dengan pekerjaan dimulai
sejak pagi, sebelum Anda berangkat kerja. Daripada memikirkan beban
pekerjaan (tapi tidak ada solusinya), lebih baik digunakan waktu Anda yang
terbatas tersebut untuk melakukan relaksasi seperti meditasi dan yoga.
Teknik pernapasan adalah teknik relaksasi yang paling mudah untuk
dilakukan. Caranya dengan menarik nafas dalam-dalam, lalu hembuskan
sampai tak ada lagi udara yang tersisa di paru-paru. Lakukan minimal 3x
sampai membayangkan beban Anda berkurang.
2) Bersikap lebih asertif
Kebanyakan masalah pekerjaan berpangkal dari kurangnya kesempatan
untuk membuat perubahan atau keputusan. Karenanya, bicarakan dengan
atasan tentang tugas Anda dan tanggungjawab tambahan yang ingin Anda
pegang. Dengan demikian, Anda bisa menentukan pekerjaan yang bisa Anda
lakukan dengan cara kerja seperti yang diinginkan perusahaan.
3) Bekerja lebih efisien
Selalu kekuragan waktu untuk menyelesaikan tugas bisa jadi buka
disebabkan tugas yang berlebihan, melainkan menyangkut waktu dan cara
mengerjakannya. Alex memberikan contoh seorang wartawan yang produktif
di waktu malam akan merasa tertekan jika memaksakan diri menulis di
waktu siang hari. Untuk mengatasinya, sebaiknya pekerjaan dibagi. Siang
hari membuat outline dan mencari bahan, malam hari menyelesaikan tulisan.
Untuk bekerja secara lebih efisien. Anda juga harus trampil menentukan
prioritas. Adanya urutan prioritas dapat membantu Anda mengatur strategi.
4) Tingkatkan energi dengan tidur
“Ketika lelah, Anda lebih mudah merasa stres karena hal-hal yang
sepele,” demikian tulis Camile Anthony dalam “The Art of Napping at
Work” (1999). Kesalahan juga akan membuat perhatian Anda menurun
sehingga mudah melakukan kesalahan. Dalam keadaan demikian, Alex
menganjurkan agar tidur. Tidur 15 menit di tengah waktu kerja akan sama
manfaatnya dengan tidur malam 3 jam. Anda bisa memanfaatkan mushola
kantor (tentu saja di luar waktu shalat) atau mobil Anda untuk tidur. Jangan
lupa pasang alarm agar tidak tidur terlalu lama. Jika keduanya tidak tersedia,
meja kerja Anda bisa jadi pilihan terakhir. Yang penting, tingkatkan energi

13
segera jika sudah merasa terlalu lelah. Tidur selama 30 menit atau kurang,
menurut Anthony akan meningkatkan mood dan rasa humor sehingga
memperbaiki hubungan Anda dengan rekan kerja. Anthony menganjurkan
agar membatasi tidur selama 30 menit saja agar tidak sampai tertidur
nyenyak, yang akan membuat Anda lebih lelah ketika bangun.
5) Atur lingkungan kerja
Bagaimana kondisi kerja Anda? Apakah meja kerja Anda berantakan
atau ruangan kerja selalu dipenuhi asap rokok? Hati-hati karena hal-hal yang
tampaknya sepele tersebut karena dapat mempengaruhi performa kerja
sekaligus kesehatan Anda. Jika tidak memungkinkan mengubah lingkungan
kerja secara besar-besaran, ada baiknya Anda memulainya dari meja Anda.
Dalam feng shui, seni tata ruang dari Tiongkok, tempat kerja yang teratur
menunjukkan pikiran yang teratur. Jaga lingkungan kerja, terutama maja, dari
tumpukan kertas atau file. Simpan kertas-kertas Anda dalam map dan dalam
kotak file atau laci file. Anda juga bisa mencegah stres dengan mengubah
letak kursi sehingga bisa mengetahui siapa yang akan masuk ke ruangan
Anda. Jika memungkinkan pindahkan meja sehingga Anda dapat bekerja
dengan cahaya alami dari luar (matahari).
6) Kembangkan pola hidup sehat
Pola hidup sehat merupakan kunci untuk bebas stres. Pilihlah makanan
dan minuman yang bisa menurunkan stres yaitu makanan yang banyak
mengandung vitamin B kompleks seperti kacang-kacangan dan padi-padian.
Kurangi makanan berlemak dan perbanyak makan buah dan sayur.Berolah
raga secara teratur. Olah raga yang cukup tidak saja menyehatkan badan tapi
juga memperbesar kapasitas badan tapi juga memperbesar kapasitas paru-
paru sehingga mampu menampung oksigen yang lebih besar. Dengan kadar
oksigen tinggal di dalam darah yang kemudian akan diedarkan ke seluruh
tubuh Anda akan berpikir lebih jenuh.
7) Tingkatkan ketrampilan
Tidak ada kata terlambat untuk mempelajari ketrampilan baru. Jika
Anda merasa kurang mampu berkomunikasi, Anda bisa mempelajarinya
melalui buku-buku atau latihan kepemimpinan yang sering diadakan di kota-
kota. Jika Anda mempunyai minat terhadap komputer, kembangkan minat

14
Anda. Peningkatan ketrampilan akan membuat Anda menjadi karyawan yang
lebih berharga.
8) Lupakan pekerjaan saat libur
Membawa laptop saat liburan keluarga? Tinggalkan saja kebisaan itu.
Liburan sebaiknya benar-benar digunakan untuk istirahat. Berlibur atau
santai bukan berarti membuang waktu. Selain mmeberikan energi tambahan
yang akan membuat Anda lebih kreatif, berlibur bersama akan mempererat
hubungan Anda dengan keluarga.
9) Pekerjaan bukan segalanya
Bekerja memang penting. Dengan sekaligus mendapat lahan untuk
aktualisasi diri. Tapi di luar pekerjaan, masih banyak kegiatan lain yang
dapat menimbulkan perasaan berguna bagi Anda. Dengan mengikuti kegiatan
di luar pekerjaan, stres Anda di tempat pekerjaan akan berkurang. Anda
dapat menyakinkan diri bahwa walaupun Anda tidak bisa memperbaiki
keadaan di tempat kerja, Anda bisa mengendalikan hal-hal penting lainnya
dalam kehidupan Anda. Perasaan mampu mengendalikan kehidupan Anda
sendiri adalah harta tak ternilai.

15
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Stres merupakan suatu kondisi yang dinamis saat seorang individu dihadapkan
pada peluang, tuntutan, atau sumber daya yang terkait dengan apa yang dihasratkan
oleh individu itu dan yang hasilnya dipandang tidak pasti dan penting.
Stres kerja terdapat dua hal yaitu stres yang memberikan respon bersifat sehat,
positif, dan konstruktif (bersifat membangun). Kedua stres yang memberikan respon
bersifat tidak sehat, negatif, dan destruktif (bersifat merusak). Stres kerja yang
berlebihan akan menyebabkan karyawan tersebut frustasi dan dapat menurunkan
prestasinya, sehingga perlu dimotovasi agar karyawan di perusahaan berprestasi
dalam bekerja.
Stres kerja banyak sekali gejalanya antara lain gejala psikologis, gejala fisiologis
dan gejala perilaku dan stres kerja juga akan menimbulkan dampak terhadap kinerja
karyawan yaitu menurunnya gairah kerja, kecemasan yang tinggi, frustrasi dan
sebagainya, Oleh karena itu, perlu adanya strategi manajemen stres kerja dan
pencegahanya yaitu Strategi yang bersifat individual yang cukup efektif yaitu:
pengelolaan waktu, latihan fisik, latihan relaksasi dan dukungan sosial. Serta
pencegahannya yaitu ada empat pendekatan yang paling sering digunakan adalah
relaksasi otot, biofeedback, meditasi dan restrukturisasi kognitif yang semuanya
membantu para karyawan mengatasi stress yang berkaitan dengan pekerjaan.

B. SARAN
Dengan tersusunnya makalah ini, penulis berharap makalah ini dapat memberikan
manfaat untuk pembaca mengenai pandangan terhadap mata kuliah Pendidikan
pancasila. Penulis menganjurkan agar makalah ini dapat menjadi referensi bacaan atau
penulisan bagi yang lain, Penulisan makalah ini tidak akan terlepas dari kesalahan
baik yang disengaja atau tidak disengaja. Oleh karena itu, penulis menerima kritik dan
saran dari pembaca pada kesempatan berikutnya.

16
DAFTAR PUSTAKA

https://id.scribd.com/document/351156440/Makalah-Manajemen-Stres-Kerja

17

Anda mungkin juga menyukai