Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

MANAGEMENT STRES KERJA

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas


Mata Kuliah Isu Mutakhir
Dosen Pengampu : Susilawati, S.KM, M.Kes
Disusun Oleh : Kelompok 8
Dea Ayu Tri Wulandari 0801203216
Elza Rachma Fadillah 0801203317
Monica Amelia Dias 0801203312
Nabila Audria 0801203196
Zelsy Casandra N. 0801203085

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA MEDAN
2023

pg. 1 Makalah Management Stress Kerja Kelompok 8


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah SWT tuhan yang Maha Esa, karena saya
masih diberikan kesehatan dan kesempatan sehingga saya dapat menyelesaikan makalah
dengan judul “ Management Stress Kerja ”

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Makalah ini masih belum sempurna dan
masih banyak kekurangan. Oleh sebab itu penulis berharap untuk mendapatkan bimbingan
yang lebih dari para dosen untuk dapat memberikan kritik dan saran agar dapat
menyempurnakan penulisan Makalah untuk kedepannya agar menjadi tulisan yang sempurna
sehingga bermanfaat untuk para pihak yang membacanya.

Penulis juga menyadari bahwa dalam penulisan Makalah ini masih belum sempurna.
Maka dari itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran serta bimbingan dari para dosen
demi penyempurnaan di masa - masa yang akan datang. Penulis juga berharap semoga
Makalah ini dapat memberikan informasi serta mempunyai nilai manfaat bagi semua pihak.

Medan, 30 Maret 2023

Kelompok 8

pg. 2 Makalah Management Stress Kerja Kelompok 8


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................................2
BAB I....................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.................................................................................................................................4
A.Latar Belakang...............................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah.........................................................................................................................4
C. Tujuan Penulisan...........................................................................................................................5
D. Manfaat Penulisan........................................................................................................................5
BAB II...................................................................................................................................................6
PEMBAHASAN...................................................................................................................................6
A. Pengertian Stres Kerja..................................................................................................................6
B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Stres Kerja.............................................................................6
C. Dampak Stres Kerja......................................................................................................................8
D. Model Stres...................................................................................................................................9
E. Coping Strategies (Strategi Mengelola Stres)..............................................................................10
F. Manajemen stres atau cara mengatasi stress.................................................................................11
G. Strategi Manajemen Stres Kerja..................................................................................................13
BAB III............................................................................................................................................15
PENUTUP.......................................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................16

pg. 3 Makalah Management Stress Kerja Kelompok 8


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sering kita jumpai didalam kehidupan sehari-hari beberapa orang yang mengalami
stres, baik dalam kehidupan sosial maupun dilingkungan kerja. Pekerjaan yang terlalu sulit
serta keadaan sekitar yang monoton juga akan dapat menyebabkan stres dalam bekerja di
beberapa Perusahaan. Masalah Stres kerja di dalam kehidupan organisasi perusahaan menjadi
gejala yang penting diamati sejak mulai timbulnya tuntutan untuk efisien di dalam pekerjaan.
Akibat adanya stres kerja tersebut yaitu orang menjadi nervous, merasakan kecemasan yang
kronis, peningkatan ketegangan pada emosi, proses beriikir dan kondisi fisik individu. Selain
itu, sebagai hasil dari adanya stres kerja karyawan mengalami beberapa gejala stres yang
dapat mengancam dan mengganggu pelaksanaan kerja mereka, seperti : mudah marah dan
agresi, tidak dapat relaks, emosi yang tidak stabil, sikap tidak mau bekerja sama, perasaan
tidak mampu terlibat, dan kesulitan alam masalah tidur.
Banyak juga orang yang kurang menyadari gejala timbulnya stres tersebut dalam
kehidupannya padahal apabila kita mengetahui lebih dini mengenai gejala stres tersebut kita
dapat mencegahnya. Upaya pencegahan ini dapat dilakukan dengan maksud agar terjaminnya
keamanan dan kenyamanaan dalam bekerja. Apabila seseorang sedang yang mengalami stres
dan melakukan pekerjaan itu, maka akan mengganggu keamanan dan kenyamanaan dalam
bekerja.
Untuk menjaga keamanan dan kenyamanaan kerja tersebut psikologi seseorang juga
harus stabil agar terjadi hubungan yang harmonis antara faktor kejiwaan serta kondisi yang
terjadi. Jadi kita harus memperhatikan secara lebih baik lingkungan yang dapat
mempengaruhi psikologi (kejiwaan) seseorang sehingga stres dapat diminimalisir. Namun
tidak dapat disangkal bahwa stres dalam bekerja pasti akan terjadi pada setiap individu
karyawan. Mereka mengalami stres karena dipengaruhi dari pekerjaan itu sendiri maupun
lingkungan tempat dimana karyawan tersebut bekerja. Seseorang yang mengalami stres
dalam bekerja tidak akan mampu menyelesaikan pekerjaannya dengan baik. Peran
perusahaan disini muncul untuk memperhatikan setiap kondisi kejiwaan (stres) yang dialami
oleh karyawannya. Dalam hal ini perusahaan harus menanganinya dengan baik bagi
karyawan tersebut serta tidak mengurangi kinerja karyawannya.
Melihat masalah stres yang sering terjadi serta bagaimana penangannya yang baik
kami akan membahasanya dalam makalah ini agar kita bisa mengetahui bagaimana stres dan
penanggulangannya serta pencegahan stres itu terutama dalam lingkungan kerja. Secara lebih
jelas mengenai stres dan stres kerja akan kami bahas pada berikutnya.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan kami bahas dalam penulisan makalah ini antara lain:
 Apa yang dimaksud dengan stres dan stres kerja?
 Apa saja gejala stres, penyebab stres dan dampaknya?
 Bagaimana strategi manajemen stres kerja?
 Bagaimana cara mencegah dan mengurangi stres yang terjadi?

pg. 4 Makalah Management Stress Kerja Kelompok 8


C. Tujuan Penulisan
Adapun beberapa tujuan yang ingin kami sampaikan dalam penulisan makalah ini adalah:
 Untuk lebih mengerti mengenai stres dan stres kerja.
 Untuk mengetahui apa saja gejala-gejala stres, penyebab stres dan
 dampak yang dapat ditimbulkan oleh stres tersebut .
 Untuk mengetahui strategi manajemen stres kerja
 Agar kita tahu bagaimana cara mencegah stres.
D. Manfaat Penulisan
Diharapkan agar mahasiswa/i atau perusahaan yang berkepentingan mengetahui
pengertian, jenis-jenis, gejala-gejala, dan penyebab stres kerja, serta mampu membuat strategi
manajemen stres kerja dan cara menanggulanginya.

pg. 5 Makalah Management Stress Kerja Kelompok 8


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Stres Kerja


Berikut ini adalah pendapat para ahli tentang pengertian stres kerja. Marc J.
Scharbracq (2003), mengatakan stres kerja sebagai sebuah respon terhadap hilangnya kendali
terhadap kinerja kita. Selanjutnya stres kerja diartikan sebagai tekanan yang terjadi ketika
kita harus mengerjakan sesuatu yang tidak ingin kita kerjakan. S. Sauter et. al. seperti dikutip
Rae Andre (2008) berpendapat bahwa stres kerja adalah respon fisik dan emosional
berbahaya yang terjadi ketika persyaratan pekerjaan tidak sesuai kemampuan pekerja, sumber
daya, atau kebutuhan. Menurut Slocum/Hellriegel (2009), mengatakan bahwa stres kerja
adalah suatu masalah umum dan mahal di tempat kerja, yang menyentuh beberapa pekerja .
Menurut Richard L. Daft (2010) mengatakan stres kerja yaitu seperti kesulitan,
ketidaknyamanan, melelahkan dan bahkan menakutkan.
Menurut Ivancevich dan Matteson, seperti dikutip oleh Luthans (2011), mengatakan
bahwa stres kerja didefinisikan sebagai sebuah respon adaptif (tanggapan penyesuaian)
dimediasi oleh perbedaan individu dan atau proses psikologi, sebagai akibat dari aksi
lingkungan, situasi atau peristiwa yang menyebabkan tuntutan fisik dan atau psikologi secara
berlebihan terhadap seseorang. Sedangkan Beehr and Newman seperti dikutip oleh Luthans
(2011) mengartikan stres kerja sebagai sebuah kondisi yang terjadi sebagai hasil interaksi
antara pegawai dengan pekerjaan mereka dan dikarakteristikan atau ditandai oleh perubahan
manusia yang memaksa mereka untuk menyimpang dari fungsi normal mereka.
Berdasarkan uraian konsep stres kerja di atas dapat penulis sintesakan bahwa stres
kerja adalah respon adaptif seseorang terhadap tuntutan fisik dan atau psikologi terhadapnya
sebagai akibat dari interaksinya dengan pekerjaan dan lingkungan kerjanya dengan indikator
(1) tekanan (2) kesulitan (3) ketidaknyamanan (4) kelelahan (5) ketakutan.

B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Stres Kerja


Ross dan Altmaier (1994) menjelaskan bahwa terdapat beberapa faktor yang dapat
menyebabkan munculnya stres kerja pada individu, yaitu faktor individual dan faktor tempat
kerja.
1. Faktor Individual
Pengalaman seseorang di tempat kerja akan dipengaruhi oleh karakter kepribadian yang
dimilikinya. Ross dan Almeier (1994) menjelasakan bahwa dalam faktor individual ini
terdapat dua karakteristik kepribadian yang berpengaruh yaitu pola tingkah laku tipe A dan
perasaan kotrol terhadap diri (sense of control). Selain itu faktor gender juga akan dibahas
dalam faktor individual, meskipun hal tersebut tidak termasuk ke dalam karakteristik
kepribadian individu.
a. Pola tingkah laku tipe A
Memiliki karakteristik yang dicirikan lewat beberapa komponen, yaitu :

pg. 6 Makalah Management Stress Kerja Kelompok 8


 Perasaan mengenai kepentingan waktu (sense of time), dimana individu selali
terdorong untuk melakukan lebih dari satu aktifitas dalam waktu bersamaan, tidak
sabar, atau berbicara dengan cepat.
 Adanya dorongan agresif yang bertujuan untuk mencapai suatu hal dan mengabaikan
perasaan orang lain serta memiliki sikap kompetitif.
 Tingginya Hostilitas, dimana individu umumnya memilik kecurigaan dan mudah
marah terhadap orang lain, individu memiliki kepribadian tipe A akan rentan untuk
mengalami stres kerja karena cara pandang mereka terhadap dunia, misalnya marah
akan penapaian yang diperoleh orang lain, tidak suka didukung oleh rekan kerja atau
kesulitan untuk menyesuaikan tingkah lakunya dengan kondisi pekerjaannya.
b. Kendali Diri (sense of control)
Kontol merujuk pada persepsi yang dimiliki individu bahwa tindakannya akan berujung pada
hasil tertentu, yang umumnya dianggap penting bagi individu tersebut. Persepsi kotrol yang
dimiliki individu umumnya berlawanan dengan kontrol aktual, dimana terkadang seseorang
akan memiliki prediksi yang terlalu tinggi (overestimate) terhadap kontrol diri, atau
sebaliknya (tidak ada kontrol diri individu). Abramson (dalam Ross & Almaier, 1994)
menambahkan individu dapat mendistribusikan kurangnya kontrol yang dimilikanya ke
dalam faktor internal atau eksternal. Jika kurangnya kontrol muncul pada faktol intrnal,
seperti kurangnya kemampuan, maka perasaan tidak berdaya atau rendahnya self esteem akan
muncul. Sedangkan jika hal tersebut muncul dari eksternal, misalnya oranglain, maka
perasaan ketidakberdayaan tersebut tidak akan berdampak sebesar faktor internal.
c. Gender
Terkait dengan perubahan peran wanita dalam lingkungan dan pekerjaan, dimana pola hidup
saat ini seringkali menuntut wanita untuk bertanggung jawan terhadap keluarga maupun
pekerjaannya secara bersamaan(Smith, dalam Ross & Almaier, 1994). Stess pekerjaan dapat
berkaitan degan peran ganda yang dijalankan wanita, konflik dengan tanggung jawab rumah
tangga, atau kemungkinan pelecehan seksual dalam tempat kerja.
2. Faktor Tempat Kerja
a. Karakteristik peran
Tekanan terkait dengan peran ini muncul ketika ekspektasi dan keinginan yang dimilik
bertabrakan dengan ekspektasi dan tuntutan organisasi. Menurut Ross dan Altmaier
(1994),terdapat empat karakteristik peran yang menyebabkan stres kerja yaitu:
 Ambiguitas peran (role ambiguity), dimana adanya informasi yang kurang jelas
mengenai bagaimana individu seharusnya melaksanakan tugasnya.
 Peran yang terlalu berat (role overload), yang muncul ketika individu tidak mampu
menyelesaikan pekerjaannya, baik ia tidak memiliki waktu yang cukup ataupun ketika
individu tidak memiliki ketrampilan yang cukup untuk menyelesaikan pekerjaan.
 Peran yang terlalu ringan (role underload) yang muncul ketika sseorang memiliki
kemampuan yang lebi besar dibandingkan peran yang dimilikinya. Hal ini juga
disebut oleh Greenberg (2002) dimana salah satu Stessor yang dimiliki oleh pekerja
adalah kurangnya partisipasi yang dimiliki individu. Partisipasi disini termasuk proses

pg. 7 Makalah Management Stress Kerja Kelompok 8


pengambilan keputusan, keterlibatan dalam isue-isue yang dimiliki perusahaan
peasaan terancamterkait dengan pekerjaan dan perasaan mengenai self esteem.
 Konflik peran (role conflict) yang muncul ketika kepatuhan terhadap salah satu peran
yang dimiliki menjadikan kepatuhan terhadap peran lainnya menjadi sulit
untuk dilaksanakan.
b. Karakteristik Pekerjaan
Terdapat empat karakteristik pekerjaan mengenai stress kerja yaitu:
 kecepetan kerja,
 pengulangan kerja,
 Pekerjaan dengan shift,
 Atribut tugas.
c. Hubungan Interpersonal
Dapat mempengaruhi stres kerja yang dimiliki seseorang. Terdapat 3 hubungan
interpersonal yaitu hubungan denga rekan kerja/kelompok, hubungan dengan atasan,
ataupun hubungan dengan klien/pengguna jasa. Ketika individu memiliki hubungan yang
kurang baik dengan rekan kerja, maka mereka cenderung menyalahkan strs kerja yang
dimilikinya terhadap rekan kerjanya tersebut.
d. Struktur organisasi
Terdapat bebrapa hal dari struktur organisasi yang dapat mempengaruhi stres kerja
individu, yaitu struktur organisasi (bagaimana individu terlibat dalam pengambilan
keputusan terkait dengan pekerjaan mereka), posisi dalam organisasi, kultur organisasi
dan teritori organisasi.
e. Managemen Sumber Daya
Beberapa hal yang dapat berpotensi menimbulkan stres kerja individu adalah pada awal
masuk tempat kerja diman persepsi mengenai tempat kerja berbeda dengan keadaan
aktual. Selain itu hal lain yang dapat mepengaruhi adalah terkait training yang didapatkan
individu, membangun dan memeprtahankan karier, umpan balik terhadap performa,
reward, ketidak jelasan pekerjaaan dimasa mendatang serta trasisi karier.
f. Kualitas Fisik dan Teknologi
Beberapa sumber stres terkait kualitas fisik organisasi adalah faktor pencahayaan, bising,
suhu udara, getaran, polusi dan faktor ergonomis.
C. Dampak Stres Kerja
Stranks (2005) menyebutkan bahwa terdapatempat dampak dari stres terhadap individu
dan mencakup beberapa area, yaitu:
 Emosional : termasuk kelelahan, kesemasan dan kurangnya motivasi.
 Kognitif : Mengakibatkan peningkatan potensi individu untuk melakukan
 kesalahan, bahkan dapat menyebabkan kecelakaan kerja.
 Tingkah Laku : Perubahan pada perilaku berdampak pada memburuknya mengabil
keputusan, absensi dan konsumsi makanan atau alkohol yang berlebihan.

pg. 8 Makalah Management Stress Kerja Kelompok 8


 Fisiologis : individu mengeluhkan kesehatannnya yang diasosiasikan dengan sakit
kepala atau sakit dan nyeri umum. Hal ini memicu naiknya tekanan darah,
berkurangnya daya tahan tubuh, kondisi kulit dan gangguan pencernaan.
D. Model Stres
Pekerjaan merupakan bagian utama dari kehidupan para pekerja. Aktifitas pekerjaan dan non
pekerjaan saling bergantungan. Faktor pekerjaan dan non pekerjaan semua berpotensi sebagai
stresor. Hal ini dapat dilihat dari model stres yang dibuat oleh Ivancevich, Konopaske dan
Matteson. Model ini dirancang untuk mengilustrasikan hubungan antara stresor organisasi,
stres, dan hasil.

Dari model stres tersebut gejala perilaku yang dihasilkan oleh stres kerja adalah
ketidakhadiran dan pergantian pegawai. Gejala kognitif yang dihasilkan oleh stres kerja
seperti salah dalam mengambil keputusan, kurang konsentrasi dalam bekerja dan mudah
tersinggung, apatis dan frustasi. Sedangkan gejala fisiologis yang dihasilkan oleh stres kerja
seperti naiknya tekanan darah dan penyakit jantung koroner.
Model tersebut menyatakan bahwa hubungan antara stres dan hasil (individu dan
organisasi) tidak selalu secara langsung, demikian juga dengan hubungan antara stresor dan
stres. Hubungan ini mungkin dipengaruhi oleh moderator stres. Perbedaan individu seperti
usia, mekanisme dukungan sosial, dan kepribadian diperkenalkan sebagai moderator
potensial. Moderator adalah suatu atribut berharga yang mempengaruhi sifat suatu hubungan.
Sementara sejumlah moderator merupakan hal sangat penting. Dalam model stres ini,

pg. 9 Makalah Management Stress Kerja Kelompok 8


terkonsentrasi pada tiga moderator yang mewakili yaitu kepribadian tipe A, perilaku, dan
dukungan sosial.
Menurut Colquitt, LePine, Wesson (2011) menerangkan tentang bagaimana seseorang
menilai dan menghadapi stres, dalam teori mereka yaitu Transactional Theory of Stress.
Dalam teori transaksional stres menerangkan bagaimana stresor diterima dan dinilai oleh
seseorang dan bagaimana orang itu memberi respon atas penerimaan dan penilaian terhadap
stresor tersebut. Teori Transaksional Stres tersebut menerangkan bagaimana stresor yang
positif (challenge stressor) maupun negatif (hindran stressor) diterima dan dinilai oleh
seseorang. Ketika seseorang pertama kali bertemu stresor, proses penilaian dasar akan terjadi.
Seseorang akan mempertimbangkan apakah sebuah tuntutan menyebabkan mereka stres? Dan
jika menyebabkan stres, lalu mereka mempertimbangkan akibat stres terhadap tujuan
pribadinya dan kesejahteraan mereka. Selanjutnya mereka akan berpikir apa yang seharusnya
mereka lakukan (Secondary appraisel).
Menurut teori transaksional stres, setelah seseorang menyadari bahwa stresor
menimbulkan stres padanya maka mereka kemudian berpikir apa yang seharusnya dilakukan
untuk mengatasi stres tersebut? Mereka seharusnya melakukan coping. Menurut Folkman
et.al. yang dikutip oleh Colquitt, LePine, Wesson (2011) berpendapat bahwa coping
merupakan perilaku dan pemikiran yang digunakan oleh seseorang untuk mengelola tuntutan
yang menimbulkan stres yang sedang dihadapinya dan emosi yang timbul sebagai akibat dari
tuntutan yang menimbulkan stres tersebut.
E. Coping Strategies (Strategi Mengelola Stres)
Strategi apa yang harus kita lakukan untuk mengatasi stres kerja ? Berikut ini adalah Coping
Strategies yang dapat dijadikan acuan untuk mengelola stres bagi individu.
Problem Focused Emotion Focused
Behavioral Methodes Bekerja lebih keras, Mencari
Terlibat dalam alternatif
Bantuan, Mendapatkan Kegiatan, Mencari
Sumber daya tambahan. dukungan,
Melampiaskan kemarahan.
Cognitif Methodes Menyusun strategi Motivasi Menghindari, menjauhkan,
diri Mengubah Prioritas. dan mengabaikan, Mencari
positif dalam
menilai kembali negative.

Menurut Colquitt, LePine, Wesson (2011) pada dasarnya strategi coping terbagi
menjadi dua dimensi yaitu dimensi pertama adalah metode coping dan metode kedua adalah
fokus coping. Dalam metode coping ada dua pendekatan yaitu metode perilaku dan metode
kognitif. Metode perilaku adalah kegiatan fisik yang digunakan untuk mengatasi situasi stres.
Sebagai contoh, untuk mengatasi stres kerja yang berupa beban kerja yang berat, diatasi
dengan bekerja lebih keras. Tetapi ada pula yang mengatasinya dengan pulang cepat atau
datang terlambat. Sedangkan metode kognitif adalah pemikiran yang digunakan untuk
mengatasi stres. Contohnya, seorang pekerja yang ketika menghadapi stres karena volume
kerja tinggi, dia mengatasinya dengan berpikir untuk membuat strategi bekerja yang efisien.
Dalam strategi coping ada dua fokus coping yaitu fokus pada problem dan fokus pada
emosi. Fokus pada problem meliputi perilaku dan pemikiran yang ditujukan untuk mengatasi

pg. 10 Makalah Management Stress Kerja Kelompok 8


stres. Contoh dari coping fokus dalam problem adalah ketika seorang pekerja menghadapi
pekerjaan dalam waktu terbatas, maka mereka akan berpikir untuk membuat strategi bekerja
efisien dan berperilaku bekerja keras. Sedangkan fokus pada emosi adalah berbagai cara
orang untuk mengelola emosi yang ditimbulkan oleh stres yang dialaminya. Contohnya
ketika seorang pekerja sedang mengalami stres, maka dia mengatasinya dengan menghindari
situasi stres tersebut, atau diatasi dengan berpikir bahwa stres itu merupakan tantangan dan
kesempatan. Strategi itu ditujukan untuk mengurangi atau bahkan menghilangkan akibat
negatif dari stres tersebut.
F. Manajemen stres atau cara mengatasi stress
Manajemen stress adalah kemampuan penggunaan sumber daya (manusia) secara
efektif untuk mengatasi gangguan atau kekacauan mental dan emosional yang muncul karena
tanggapan (respon). Tujuan dari manajemen stress itu sendiri adalah untuk memperbaiki
kualitas hidup individu itu agar menjadi lebih baik Ada dua pendekatan dalam manajemen
stres, yaitu:
1. Pendekatan Individual
a. Penerapan manajemen waktu
Pengaturan waktu yang sangat tepat akan menjamin seseorang tidak akan menjadi stres.
Dikarenakan setiap orang pastinya memiliki rasa lelah yang sangat besar dan perlukan
pembagian waktu untuk istirahat dan merelaksasikan tubuh dari kepadatan jadwal kerja. Pola
pembagian waktu yang baik antar waktu bekerja, beridah, dan waktu istirahat. Waktu bekerja
antara jam7 pagi sampai jam 6 sore, setelah itu kemungkinan daya tingkat kejenuhan
seseorang akan meningkat disaat itulah diperlukan istirahat yang cukup untuk
mengembalikan rasa lelah.
b. Penambahan waktu olah raga
Dalam tubuh manusia diperlukan olah raga yang dapat mengatur dan merangsang syaraf
motorik dan otot-otot sehingga membuat badan kita menjadi bugar. Ketahanan fisik yang
dimiliki pun akan semakin baik. Olah raga pun bisa dilakukan seminggu 3 kali atau 1 minggu
sekali. Bisa dengan joging di pagi atau di sore hari, cukup melakukan olah raga yang ringan.
c. Pelatihan relaksasi
Setelah melakukan kerja yang cukup padat dan banyak, tentunya membuat tubuh menjadi
lelah dan diperlukan relaksasi yang membantu menenangkan tubuh yang tegang menjadi
relaks. Merefresh otak yang sudah di pakai untuk bekerja setiap hari. Cara yang ampuh dalam
relaksasi bisa dengan mendengarkan musik atau menonton film sambil bersantai. Namun ada
juga yang malakukan meditasi atau yoga.
d. Perluasan jaringan dukungan social
Berhubungan dengan banyak orang memang sangat diperlukan. Selain dengan mempermudah
dalam pekerjaan, dengan memiliki banyak jaringan pertemanan juga bisa kita manfaatkkan
sebagai tempat berbagi dalam memecahkan masalah yang di alami. Terkadang setiap orang
hal seperti ini sangat diperlukan sekali. Karena itu manusia adalah makhluk sosial yang saling
membutuhkan.
2. Pendekatan Organisasional

pg. 11 Makalah Management Stress Kerja Kelompok 8


a. Menciptakan iklim organisasi yang mendukung.
Banyak organisasi besar saat ini cenderung memformulasi struktur birokratik yang tinggi
yang menyertakan infleksibel. Ini dapat membawa stres kerja yang sungguh-sungguh.
Strategi pengaturan mungkin membuat struktur lebih desentralisasi dan organik dengan
membuat keputusan partisipatif dan aliran keputusan ke atas. Perubahan struktur dan proses
struktural mungkin akan menciptakan iklim yang lebih mendukun bagi pekerja, memberikan
mereka lebih banyak kontrol terhadap pekerjaan mereka, dan mungkin akan mencegah atau
mengurangi stres kerja mereka.
b. Adanya penyeleksian personel dan penempatan kerja yang lebih baik.
Pada dasarnya kemampuan ilmun atau skill yang dimiliki oleh setiap orang mungkin akan
berbeda satu dengan yang lainnya. Penempatan kerja yang sesuai dengan keahlian sangat
menunjang sekali terselesaikannya suatu pekerjaan. Penyesuaiaan penempatan yang baik dan
penseleksian itu yang sangat diperluakan suatu perusahaan atau organisasi agar setiap tujuan
dapat tercapai dengan baik. Seperti halnya seorang petani yang tidak tahu bagaimana seorang
nelayan yang mencari ikan, tentunya akan kesulitan.
c. Mengurangi konflik dan mengklarifikasi peran organisasi
Konflik dalam sebuah organisasi mungkin adalah hal yang wajar dan mungkin sering juga
terjadi. Konflik apapun yang terjedi tentunya akan menimbulkan ketidak jelasan peran suatu
organisasi tersebut. Mengidentifikasi konflik penyebab stres itu sangat diperlukan guna
mengurangi atau mencegah stres itu sendiri. Setiap bagian yang dikerjakan membutuhkan
kejelasan atas setiap konflik sehingga ambisi itu tidak akan terjadi. Peran organisasi itu yang
bisa mengklarifikasikan suatu konflik yang terjadi sehingga terjadilah suatu kejelasan dan
bisa menegosiasikan konflik.
d. Penetapan tujuan yang realistis.
Setiap organisasi pastinya memiliki suatu tujuan yang pasti. Baik bersifat profit maupun non
profit. Namun tujuan organisasi itu harus juga bersifat real sesuai dengan kemampuan yang
dimiliki oleh organisasi tersebut. Kemampuan suatu organisasi dapat dilihat dari skill yang
dimiliki oleh setiap orang anggotanya. Dengan tujuan yang jelas dan pasti tentunya juga
sesuai dengan kemampuan anggotanya maka segala tujuan pasti akan tercapai pula. Namun
sebaliknya jika organisasi tidak bersikap realistis dan selalu menekan anggotanya tanpa
adanya kordinasi yang jelas stres itu akan timbul.
e. Pendesainan ulang pekerjaan.
Stres yang terjadi ketika bekerja itu kemungkinan terjadi karena faktor kerjaan yang sangat
berat dan menumpuk. Cara menyikapi dan mengatur program kerja yang baik adalah
membuat teknik cara pengerjaannya. Terkadang setiap orang mengerjakan pekerjaan yang
sulit terlebih dahulu dari pada yang mudah. Seseorang akan terasa malas dan enggan untuk
mengerjakan pekerjaannya ketika melihat tugas yang sudah menumpuk maka akan timbul
stres. Strategi yang dilakukan adalah melakukan penyusunan pekerjaan yang mudah terlebih
dahulu atau pekerjaan yang dapat dikerjakan terlebih dahulu. Sedikit demi sedikit pekerjaan
yang menumpuk pun akan terselesaikan. Dengan kata lain stres pun bisa dihindari dan bisa
dikurangi.

pg. 12 Makalah Management Stress Kerja Kelompok 8


f. Perbaikan dalam komunikasi organisasi.
Komunikasi itu sangatlah penting sekali dalam berorganisasi. Komunikasi dapat
mempermudah kerja seseorang terutama dalam team work. Sesama anggota yang tergabung
dalam satu kelompok selalu berkordinasi dan membicarakan program yang akan dilakukan.
Komunikasinya pun harus baik dan benar. Perbedaan cara kordinasi dan instruksi ke atasan
mau pun bawahan. Sering sekali terjadi kesalahan dan tidak mampu menempatkan posisi dan
jabatan sehingga terjadi kesalahan dalam mengkomunikasikan.
g. Membuat bimbingan konseling
Bimbingan konseling ini bisa dirasakan cukup dalam mengatasi stres. Konseling yang
dilakukan kepada psikolog yang lebih kompeten dalam masalah kejiwaan seseorang.
Psikologis seseorang terganggu sekali ketika stres itu menimpa. Rasa yang tidak tahan dan
ingin keluar dari tekanan-tekanan yang dirasakan tentunya akan menambah rasa stres yang
dihadapinya. Konseling dengan psikolog sedikitnya mungking bisa membantu keluar
dari tekanan stres.
G. Strategi Manajemen Stres Kerja
Stres dalam pekerjaan dapat dicegah timbulnya dan dapat dihadapi tanpa memperoleh
dampaknya yang negatif. Manajemen stres lebih daripada sekedar mengatasinya, yakni
betajar menanggulanginya secara adaplif dan efektif. Hampir sama pentingnya untuk
mengetahui apa yang tidak boleh dilakukan dan apa yang harus dicoba. Sebagian para
pengidap stres di tempat kerja akibat persaingan, sering melampiaskan dengan cara bekerja
lebih keras yang berlebihan. Ini bukanlah cara efektif yang bahkan tidak menghasilkan apa-
apa untuk memecahkan sebab dari stres, justru akan menambah masalah lebih jauh. Sebelum
masuk ke cara-cara yang lebih spesifik untuk mengatasi stressor tertentu, harus
diperhitungkan beberapa pedoman umum untuk memacu perubahan dan penaggulangan.
Pemahaman prinsip dasar, menjadi bagian penting agar seseorang mampu merancang solusi
terhadap masalah yang muncul terutama yang berkait dengan penyebab stres dalam
hubungannya di tempat kerja. Dalam hubungannya dengan tempat kerja, stres dapat timbul
pada beberapa tingkat, berjajar dari ketidakmampuan bekerja dengan baik dalam peranan
tertentu karena kesalahpahaman atasan atau bawahan. Atau bahkan dari sebab tidak adanya
ketrampilan (khususnya ketrampilan manajemen) hingga sekedar tidak menyukai seseorang
dengan siapa harus bekerja secara dekat (Margiati, 1999:76).
Dari sudut pandang organisasi, manajemen mungkin tidak khawatir jika karyawannya
mengalami stres yang ringan. Karena pada tingkat stres tertentu akan memberikan akibat
positif, hal ini akan mendesak mereka untuk melakukan tugas lebih baik. Tetapi pada tingkat
stres yang tinggi atau ringan yang berkepanjangan akan membuat menurunnya kinerja
karyawan. Stres ringan mungkin akan memberikan keuntungan bagi organisasi, tetapi dari
sudut pandang individu hal tersebut bukan merupakan hal yang diinginkan. Maka manajemen
mungkin akan berpikir untuk memberikan tugas yang menyertakan stres ringan bagi
karyawan untuk memberikan dorongan bagi karyawan, namun sebaliknya itu akan dirasakan
sebagai tekanan oleh karyawan. Maka diperlukan pendekatan yang tepat dalam mengelola
stres, ada dua pendekatan yaitu pendekatan individu dan pendekatan organisasi.
Dalam pendekatan individual seorang karyawan dapat berusaha sendiri untuk
mengurangi level stresnya. Strategi yang bersifat individual yang cukup efektif yaitu:

pg. 13 Makalah Management Stress Kerja Kelompok 8


pengelolaan waktu, latihan fisik, latihan relaksasi dan dukungan sosial. Dengan pengelolaan
waktu yang baik maka seorang karyawan dapat menyelesaikan tugas dengan baik, tanpa
adanya tuntutan kerja yang tergesa- gesa. Dengan latihan fisik dapat meningkatkan kondisi
tubuh agar lebih prima sehingga mampu menghadapi tuntutan tugas yang berat. Selain itu
untuk mengurangi stres yang dihadapi pekerja perlu dilakukan kegiatan-kegiatan santai. Dan
sebagai strategi terakhir untuk mengurangi stres adalah dengan mengumpulkan sahabat,
kolega, keluarga yang akan dapat memberikan dukungan dan saran-saran bagi dirinya.
Dari pendekatan organisasional dapat dilihat bahwa beberapa penyebab stres adalah
tuntutan dari tugas dan peran serta struktur organisasi yang semuanya dikendalikan oleh
manajemen, sehingga faktor-faktor itu dapat diubah. Oleh karena itu strategi-strategi yang
mungkin digunakan oleh manajemen untuk mengatasi stres karyawannya adalah melalui
seleksi dan penempatan, penetapan tujuan, redesain pekerjaan, pengambilan keputusan
partisipatif, komunikasi organisasional dan program kesejahteraan. Melalui strategi tersebut
akan menyebabkan karyawan memperoleh pekerjaan sesuai dengan kemampuannya dan
mereka bekerja untuk tujuan yang mereka inginkan serta adanya hubungan interpersonal
yang sehat serta perawatan terhadap kondisi fisik dan mental.

pg. 14 Makalah Management Stress Kerja Kelompok 8


BAB III
PENUTUP
Stres merupakan suatu kondisi yang dinamis saat seorang individu dihadapkan pada
peluang, tuntutan, atau sumber daya yang terkait dengan apa yang dihasratkan oleh individu
itu dan yang hasilnya dipandang tidak pasti dan penting. Stres kerja terdapat dua hal yaitu
stres yang memberikan respon bersifat sehat, positif, dan konstruktif (bersifat membangun).
Kedua stres yang memberikan respon bersifat tidak sehat, negatif, dan destruktif (bersifat
merusak).
Stres kerja yang berlebihan akan menyebabkan karyawan tersebut frustasi dan dapat
menurunkan prestasinya, sehingga perlu dimotovasi agar karyawan di perusahaan berprestasi
dalam bekerja. Stres kerja banyak sekali gejalanya antara lain gejala psikologis, gejala
fisiologis dan gejala perilaku dan stres kerja juga akan menimbulkan dampak terhadap kinerja
karyawan yaitu menurunnya gairah kerja, kecemasan yang tinggi, frustrasi dan sebagainya,
Oleh karena itu, perlu adanya strategi manajemen stres kerja dan pencegahanya yaitu
Strategi yang bersifat individual yang cukup efektif yaitu: pengelolaan waktu, latihan fisik,
latihan relaksasi dan dukungan sosial.

pg. 15 Makalah Management Stress Kerja Kelompok 8


DAFTAR PUSTAKA

Hawari,D.Manajemen Stres,Cemas dan Depresi. Cetakan kedua. Balai Penerbit FKUI,


Jakarta, 2001
Sunyoto, Danang. Perilaku Organisasional, CAPS, Jakarta,2013. Sunyoto, Danang.
Manajemen Sumber Daya Manusia, CAPS, Jakarta, 2012.
Rivai, Veithzal, Manajemen Sumber Daya Manusia untuk perusahaan. Jakarta. Raja
Grafindo. 2004.
Hawari,D.Manajemen Stres,Cemas dan Depresi. Cetakan kedua. Balai Penerbit FKUI,
Jakarta, 2001.
Hermita. Pengaruh Stres Kerja Terhadap Kinerja Karyawan PT. SemenTonasa (Persero)
Pangkep. Skripsi. Makassar, 2011.
Mondy R Wayne. Human Resources Management, Tenth Edition : Erlangga, 2008.
As’ad, Moh. Psikologi Industri : Edisi keempat. Yogyakarta : Liberty,2001.
Gaffar, Hulaifah. Pengaruh Stres Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Pada PT Bank
Mandiri, Tbk Kantor Wilayah X Makassar. Skripsi. Makassar,2012.

pg. 16 Makalah Management Stress Kerja Kelompok 8

Anda mungkin juga menyukai