Disusun Oleh :
Kelompok I
Di kalangan para ahli administrasi Negara tidak ada kesepakatan mengenai cara pendekatan
yang mana yang paling baik dan paling tepat yang dapat digunakan dalam administrasi
Negara. Meuries Spiers, secara praktis mengajukan tiga bentuk pendekatan yang dapat
diklasifikasikan sebagai berikut:
Lain halnya dengan Robert Presthus, ia memandang administrasi Negara sebagai satu
aktivitas manusia yang berkaitan dengan pengaturan manusia dan barang yang diperlukan
untuk mencapai tujuan-tujuan kolektif, yang melibatkan berbagai macam ilmu-ilmu sosial.
Tetapi Presthus bersifat skepstis terhadap kemampuan untuk menyajikan perspektif studi
administrasi negara, kecuali dengan melacak latar belakang sejarahnya yang berada dalam
lingkup ilmu politik. Pernyataan yang sering kali diletakkan bersifat legal, historis dan
normatif. Dalam perkembangan waktu, berbagai pendekatan yang berlaku menurut Robert
Presthus, yaitu sebagai berikut:
Begitu pula Thomas J. Devy, pendekatan yang dipergunakan dalam administrasi Negara tidak
secara otomatis menunjukkan adanya pembagian waktu secara kronologis. Akan tetapi ia
hendak menekankan bahwa setiap cara pendekatan mempunyai penekanan sendiri-sendiri
yang dalam pengembangan selanjutnya cenderung terjadi pembauran diantara berbagai cara
pendekatan berikut:
1. Pendekatan manajerial
2. Pendekatan psikologis
3. Pendekatan politis
4. Pendekatan sosiologis
Selanjutnya oleh C.L. Sharna berpendapat bahwa untuk membahas administrasi Negara
sebagai suatu bidang studi, dapat dilakukan dengan melalui enam cara pendekatan, yang
terdiri dari:
Pendekatan ini memandang administrasi sebagai suatu proses kerja yang dipergunakan untuk
mencapai tujuan-tujuan usaha. Pendekatan ini berkembang dari analisis logis terhadap
aktivitas-aktivitas manusia, yang sebenarnya merupakan sesuatu yang esensial dalam upaya
memanfaatkan sumber-sumber daya manusiawi dan materi dengan tujuan untuk mencapai
hasil-hasil yang diharapkan. Aktivitas-aktivitas ini, kemudian dianalisa, dibersihkan dan
diorganisasikan, serta menerapkan berbagai sub-sub proses dari proses administrasi.
Kerangka konseptual ini merupakan satu terapan universal yang dapat terlihat pada setiap
aktivitas kelompok dan dapat dipergunakan untuk meraih tujuantujuan sesuatu organisasi
atau usaha, baik secara keseluruhan maupun bagian. Konsep administrasi melibatkan
pencapaian tujuan-tujuan usaha yang telah diterapkan melalui penggunaan yang berarti dari
segala sumber manusia dan materi.
2. Pendekatan Empiris
Pendekatan empiris ini juga dikenal sebagai pendekatan pengalaman, karena keteguhannya
dalam memusatkan diri pada studi terhadap pengalaman-pengalaman, yang dimaksudkan
untuk memahami dan menjelaskangejala-gejala administrasi.
Dilihat dari segi prosedurnya, pendekatan empiris menunjukkan adanya persamaan dengan
pendekatan proses administrasi. Juga terdapat persamaan yang sangat denkat dengan
pendekatan operasional dan pendekatan pengalaman.
Faktor kemanusiaan adalah penggerak utama aktivitas yang diorganisasikan. Karena itu
pemahaman mengenai perilaku manusia dapat membawa kita pada inti dari administrasi.
Dalam perkembangan pendekatan perilaku manusia, ilmu-ilmu perilaku (behavioral sciences)
telah memberikan sumbangan yang besar, yaitu khususnya psikologi. Sumbangan yang telah
diberikannya yaitu berupa peninjauan teori, metode tehnik dan orientasi.
Pendekatan ini berargumentasi bahwa individual dan kelompok dalam rangka mewujudkan
tujuan-tujuan organisasinya hanya mungkin terjadi/tercapai, jika prinsip-prinsip psikologis
diterapkan. Hal yang menarik dari pendekatan perilaku ini adalah disatu pihak ada pengakuan
akan perilaku manusia sebagai faktor identik, manusia sebagai elemen esensial dari
administrasi. Sebagian ahli mengatakan, bahwa hubungan-hubungan manusia sebagai satu
seni adalah yang harus dikuasai oleh setiap administrator. Selain itu juga ada yang
menjabarkan, bahwa kepemimpinan dan administrsi adalah merupakan materi bahasan yang
sama, dan sebagian ahli yang lain memandang administrasi sebagai bidang yang amat erat
hubungannya dengan psikologi sosial.
Pendekatan perilaku ini mengungkapkan tentang pentingya arti aspek manusia sebagai
elemen utama administrasi. Dengan demikian pendekatan ini dapat memberikan sumbangan
yang berarti kepada pengetahuan administrasi. konsep-konsep mengenai hubungan manusia,
motivasi dan kepemimpinan adalah sebagian contoh dari besarnya pengaruh psikologi dalam
perkembangan teori administrasi.
Pendekatan ini melihat administrasi sebagai suatu sistem sosial, yakni sistem dari jalinan
hubungan kultural. Dengan menggunakan konsep-konsep sosiologi, pendekatan ini berusaha
untuk mengidentifikasi berbagai kelompok sosial, menemukan hubungan kultural dan untuk
mengintegrasikannya kedalam satu sistem sosial. Pendekatan ini mengakui bahwa manusia
dan lingkungannya dipengaruhi oleh batas-batas biologis, fisik dan sosial yang dapat diatasi
hanya dengan realisasi tujuan organisasi menawarkan peluang terbaik bagi kerjasama.
Pendekatan ini sering kali dikacaukan dengan pendekatan perilaku. Hal ini mungkin karena
kedua pendekatan mengangkat inspirasinya dari penelitian-penelitian ilmu-ilmu perilaku
sosial sekarang bertolak dari kerangka konsepsual yang dibangun oleh pendekatan perilaku.
Berbagai hal yang dapat kita anggap sebagai sumbangsih pendekatan ini, yaitu antara lain
berupa pengakuan organisasi sebagai satu organisasi sosial, kesadaran akan dasar-dasar
institusional dari otoritas administrasi, peranan organisasi informal dalam perwujudan tujuan-
tujuan organisasi, pengetahuan mengenai faktor-faktor pendukung organisasi, organisasi,
pemahaman akan perilaku kelompok dalam sistem sosial dan suata pandangan tentang
kewajiban sosial dari administrasi. Haruslah diakui, bahwa penemuan-penemuan sosiologis
telah menyumbang dalam usaha untuk menciptakan efektifitas administrasi, namun demikian
tidaklah boleh kita beranggapan bahwa administrasi dan sosiologi kedua-duanya sama.
5. Pendekatan Matematik
Pendekatan ini menganggap bahwa administarsi adalah satu proses logis. Dengan demikian,
dapat dinyatakan dalam teminologi simbol-simbol matematika. Tujuannya adalah agar fungsi
administrasi dapat menerapkan proses dan model-model matematik yang dapat dipergunakan
untuk meramal hasil. Pendekatan ini telah memberikan konstribusi penting di bidang
administrasi industri, khususnya dengan penerapan dari “operation”, “research” dan “linear
programming”. Kegunaan yang dapat diperoleh dari pendekatan matematik antara lain :
tuntutan untuk berfikir teratur, tuntutannya akan penentuan masalah secara tepat,desakannya
akan pengukuran hasil, kemampuannya untuk menangani masalah yang kompleks secara
mudah dan keberhasilannya untuk mengurangi elemen subjektif dalam/dari administrasi.
Untuk tidak mengecilkan adanya nilai dalam administrasi matematik haruslah diterima/diakui
sebagai salah satu alat administrasi, bukan sebagai satu paham administrasi. Matematik dapat
menawarkan banyak kemungkinan melalui keahlihan dan tehnik untuk memperbaiki praktek-
praktek administrasi. Walaupun kegunaannya sangat berarti, namun matematik jangan
diterima sebagai satu-satunya sarana yang dapat mengatasi totalitas bidang administrasi.
Haruslah difahami bahwa matematik paling banyak diterapkan pada aspek-aspek
administrasi, tetapi tidak pada halhal yang berkenaan dengan aspek kemanusiaan.
Pendekatan ini menilai, bahwa pembuatan keputusan sebagai fungsi nyata dari administrasi.
Keputusan merupakan metode rasional dan untuk memilih sesuatu tindakan berdasarkan
alternatif-alternatif yang memungkinkan. Sebenarnya, tidak ada kesepakatan teori keputusan
harus berkaitan dengan apa. Ada beberapa ahli teori keputusan memusatkan perhatiannya
pada keputusan itu sendiri, sedang yang lainnya lagi memusatkan perhatiannya pada proses
pembuatan keputusan. Selanjutnya, sebagian orang mempelajari keputusan dalam pengertian
rasional ekonomiknya, yang lain membahas kekuatan-kekuatan yang mempengaruhi
pembuatan keputusan, sedan sisanya berkeinginan untuk melakukan evaluasi terhadap faktor-
faktor yang mewarnai pembuatan keputusan.
Pendekatan teori keputusan telah berkembang dari wilayah ekonomi, dan secara jelas
mendemostrasikan dampak dari teoriteori ekonomi pada perkembangannya ketika pendekatan
teori keputusan mempergunakan berbagai konsep ekonomi seperti penggunaan marginal dan
perilaku ekonomi yang tidak pasti. Namun dalam hal ini, pendekatan matematik juga
mempunyai pengaruh, dalam arti penggunaan model-model dalam pembuatan
keputusan.
Pada mulanya pendekatan teori keputusan semata-mata hendak melakukan evaluasi terhadap
alternatif-alternatif dalam memilih seperangkat tindakan. Namun akhirnya, ia mulai
membahas semua aktivitas oerganisasi, melalui pendekatan perbuatan keputusan. Rupanya,
hal inilah yang telah memperluas lingkup pendekatan ini, yang sekarang meliputi organisasi
secara utuh.
Adalah benar, bahwa pembuatan keputusan merupakan karakteristik administrasi dan
merupakan fungsi vital dari dan untuk mencerna adminiostrasi hanya sebagai pembuatan
keputusan saja, tanpa melalui/memilih implementasinya. Kita harus mengakuisumbangsih
teori keputusan terhadap pemikiran administrasi,akan tetapi ia secara sendirian tak akan dapat
menjalankan semua aspek administrasi.
Aneta, Asna. 2012. “Perkembangan Teori Administrasi Negara.” Jurnal Inovasi 9(1):6–14.
1. Teori deskriptif eksplanatif, atau diskripsi struktur bertingkat dan berbagai hubungan
dengan lingkungannya.
Teori ini memberikan penjelasan secara abstrak realitas administrasi negara, baik dalam
bentuk konsep, proposisi atau hukum. Contoh adalah konsep hirarkhi dari organisasi formal.
Konsep tersebut menjelaskan ciri umum dari organisasi formal. Konsep tersebut menjelaskan
ciri umum dari organisasi formal, yaitu adanya penjenjangan dalam struktur organisasi.
Konsep yang sederhana seperti hirarkhi ini bisa berkembang menjadi rumit, misalnya teori
yang menjelaskan secara deskriptif multihirarkhi dalam mekanisme kerja organisasi publik
kurang jelas dijelaskan sebagai orang yang berada dipucuk hirarkhi suatu organisasi dan
secara eksklusif bekerja dalam struktur internal tersebut, karena disamping organisasi yang
dipimpinnya, ia juga harus berhubungan dengan organisasi atau kelompok-kelompok sosial
lain/politik lain yang juga memiliki hirarkhi sendiri. Dalam hal ini manajer suatu organisasi
lebih cocok dijelaskan sebagai broker yang senantiasa harus bernegosiasi menjembatani
kepentingan-kepentingan organisasi dengan kepentingan-kepentingan lain di luar organisasi
yang dipimpinnya.
Pada dasarnya teori deskriptif eksplanatif menjawab dua pertanyaan teori deskriptif, yaitu apa
dan mengapa atau apa berhubungan dengan apa. Pertanyaan apa, menuntut jawaban
deskriptif mengenai satu realitas tertentu yang dijelaskan secara abstrak ke dalam satu konsep
tertentu misalnya, hirarkhi organisasi formal, hirarkhi kebutuhan, organisasi formal, konflik
peranan, ketidakjelasan peranan, semangat kerja dan lain-lain.
Pertanyaan mengapa atau apa berhubungan dengan apa menuntut jawaban eksplanatif atau
diagnostik mengenai keterkaitan antara satu konsep abstrak tertentu dengan konsep abstrak
lainnya. Misalnya konflik peranan berhubungan dengan tipe kegiatan, apakah departemental
atau koordinatif, artinya kegiatan yang bersifat departemental (dilaksanakan hanya oleh satu
departemen) cenderung kurang menimbulkan konflik peranan diantara pengambil keputusan
dan pelaksana, dibanding jika kegiatan tersebut dilaksanakan secara koordinatif (melibatkan
banyak departemen).
Hubungan satu kosep dengan lainnya dapat lebih kompleks dari sekedar hubungan kausal
antara dua variabel (variabel pengaruh dan variable terpengaruh). Hubungan antar banyak
variabel dapat bersifat timbal balik atau sistemik Misalnya, Model keterkaitan ketidak-
mampuan Administratif, yang menjelaskan secara abstrak lingkaran setan dari sejumlah
banyak variabel baik yang bersifat internal maupun eksternal yang secara sistemik
berhubungan dengan ketidakmampuan administratif.
2. Teori normatif, atau nilai-nilai yang menjadi tujuan bidang ini, alternatif keputusan yang
seharusnya diambil oleh penyelenggara administrasi negara (praktisi) dan apa yang
seharusnya dikaji dan dianjurkan kepada para pelaksana kebijakan.
Teori normatif bertujuan menjelaskan situasi administrasi masa mendatang secara prospektif.
Termasuk dalam teori ini adalah Utopi, misalnya masyarakat yang adil dan makmur
berdasarkan Pancasila atau keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera. Teori normatif juga
dapat dikembangkan dengan merumuskan kriteria-kriteria normatif yang lebih spesifik,
seperti efisiensi, efektivitas, responsibilitas, akuntabilitas, ekonomi, semangat kerja pegawai,
desentralisasi, partisipasi, inovasi dan sebagainya. Teori normative memberikan rekomendasi
kearah mana suatu realitas harus dikembangkan atau perlu diubah dengan menawarkan
kriteria-kriteria normatif tertentu.
Permasalahan dalam teori normatif adalah bahwa kriteria-kriteria yang ditawarkan tidaklah
selalu saling mendukung, akan tetapi dalam beberapa hal saling bertentangan. Misalnya
penekanan pada efisiensi dapat mengorbankan perataan penekanan pada sentralisasi juga
dapat mengorbankan akuntabilitas dan inovasi (terutama dari bawah).
3. Teori asumtif, pemahaman yang benar terhadap realitas seorang administrator, suatu teori
yang tidak mengambil asumsi model setan maupun model malaikat birokrat.
Teori asumtif menekankan pada prakondisi atau anggapan adanya suatu realitas sosial dibalik
teori atau proposisi yang hendak dibangun. Teori X dan Y dari McGregor adalah salah satu
contoh dari teori Asumtif. Dalam teori tersebut dikemukakan dua jenis asumsi yang
berlawanan tentang sifat manusia. Teori X berasumsi bahwa pada dasarnya manusia bersifat
malas dan senang menghindari pekerjaan jika memungkinkan. Sementara teori Y berasumsi
sebaliknya, yaitu bahwa manusia memiliki kemauan untuk bekerja dan memiliki kemampuan
untuk mengontrol dirinya dalam mengemban tanggung jawab yang dibebankan kepadanya.
4. Teori instrumental, atau peningkatan teknik-teknik manajerial dalam rangka efisien dan
efektivitas pencapaian tujuan negara.
Pertanyaan pokok yang dijawab pada teori ini adalah bagaimana dan kapan. Teori
Instrumental merupakan tindak lanjut (maka) dari proposisi jika karena. Misalnya jika sistem
adminstrasi berlangsung secara begini dan begitu karena ini dan itu, jika desentralisasi dapat
meningkatkan efektivitas birokrasi. Jika manusia dan institusinya sudah siap atau dapat
disiapkan pada perubahan sistem administrasi ke arah desentralisasi yang lebih besar, maka
strategi, teknik dan alat-alat apa yang dikembangkan untuk menunjangnya. Teori-teori
administrasi negara yang dikemukakan di atas oleh para ahli, banyak tertuju pada peran
pemerintah dan dukungan rakyat terhadap masalah-masalah yang dihadapi publik.
Pada pengertian tersebut di atas peranan masyarakat sangat menentukan dalam mengatasi
masalah-masalah publik. Dengan kedudukan negara yang mempunyai keterbatasan terutama
dari segi biaya untuk memenuhi segala kebutuhan publik, maka peranan masyarakat (swasta)
sangat menentukan. Dewasa ini peranan swasta semakin banyak terlihat pada bidang-bidang
yang tadinya dimonopoli oleh negara seperti transportasi, pendidikan, perumahan, dan lain-
lain.
Walaupun demikian peranan pemerintah tetap memegang posisi sentral dalam pemenuhan
dan penanganan masalah-masalah publik. Negara adalah merupakan lembaga formal yang
memiliki mandat (dengan asumsi bahwa mekanisme demokratis berlangsung) dari rakyat
melalui cara-cara tertentu yang dapat dibenarkan oleh hukum yang berlaku untuk memenuhi
kepentingan publik. Karena itu Administrasi Negara secara lebih khusus dapat dijelaskan
sebagai apa yang dilakukan oleh pemerintah, terutama lembaga eksekutifnya, didalam
memecahkan masalah-masalah kemasyarakatan.
La Ode Syaiful Islamy Hisamuddin, S., Andriani, R., & Sos, S. (2023). Perkembangan Teori
Administrasi Publik. Deepublish.
Paradigma pertama, Birokrasi Klasik: folus pengamatan paradigma ini adalah stuktur (desain)
organisasi dan fungsi prinsip manajemen, sedangkan yang menjadi lokus adalah berbagai
jenis organisasi baik pemerintahan maupun bisnis. Nilai pokok yang ingin diwujudkan adalah
efisiensi, efektivitas, ekonomi dan rasionalitas. Tolak utama paradigma ini antara lain: Weber:
Bureaucracy, (1922), Wilson: The Study of Public Administration (1887), Taylor: Scientific
Management, (1912) serta Gulick dan Urwick: Papers on the Science of Administration,
(1937).
Paradigma kedua, Birokrasi Neo-Klasik. Nilai yang dianut dan ingin dicapai paradigma ini
adalah serupa dengan paradigma, tetapi yang merupakan lokus dan fokusnya berbeda. Lokus
dari paradigma ini adalah “keputusan” yang dihasilkan oleh Birokrasi pemerintahan,
sedangkan fokusnya adalah “proses pengambilan keputusan” dengan perhatian khusus
kepada penerapan ilmu perilaku, ilmu manajemen, analisis sistem dan penelitian operasi.
Teoritis pendukung paradigma ini antara lain adalah Simon: Administration Behavior (1948),
Cyer dan March: A Behavioral Theory of the Firm, (1963).
Paradigma Keempat, Hubungan Kemanusiaan: inti yang mendasari paradigma ini adalah
keikutsertaan dalam pengambilan keputusan, minimasi perbedaan dan status dan hubungan
antar pribadi, keterbukaan, aktualisasi diri dan optimasi tingkat kepuasan, fokus dari
paradigma ini adalah “dimensi – dimensi kemanusiaan” dan aspeksosial dalam tiap jenis
organisasi ataupun birokrasi. Diantara para teoritis yang cukup berpengaruh dalam paradigma
ini adalah Rennis Likert, The Human Organization: Its Management and Value (1967), dan
Daniel Katz dan Robertkhan the Social Psychology of Organization (1966),
pengembangannya meliputi sensitivity training group dynamic, &organization devolopment.
Paradigma Kelima, Pilihan Publik. Fokus dari administrasi negara menurut paradgima ini tak
lepas dari politik. Sedangkan fokusnya adalah pilihan – pilihan untuk melayanni kepentingan
publik akan barang dan jasa yang harus diberikan oleh sejumlah organisasi yang kompleks.
Tokoh paradigma pilihan publik ini antaralain: Ostrom (1973), Buchanan (1962) dan Tullock
(1968).
Paradigma Keenam, Administrasi Negara Baru. Fokus dari administrasi negara baru meliputi
usaha untuk mengorganisasikan, menggambarkan, mendesain, ataupun membuat organisasi
dapat berjalan ke arah dan dengan mewujudkan nilai – nilai kemanusiaan secara maksimal
yang dilaksanakan dengan menggambarkan sistem desentraliasi dan organisasi – organisasi
demokratis yang responsif dan mengundang partisipasi serta dapat memberikan secara
merata jasa – jasa yang diperlukan masyarakat. Karakteristik administrasi negara baru,
menurut Frederickson, menolak bahwa para administrator dan teori administrasi bersifat
netral atau bebas nilai dan nilai – nilai sebagaimana dianut dalam berbagai paradigma
tersebut di atas adalah relevan sekalipun terkadang bertentangan satu sama lain. Misalnya
kemudian, penyesuaian politik dan administrasi bagaimana yang harus dilakukan untuk
mendorong tercapainya nilai – nilai tersebut.
Mas, Prof, Roro Lilik, M. Husni Tamrin, M. Kp, dan U. D. Mentari. 2022. Pengantar ilmu
administrasi negara. Hal : 17-22
Administrasi muncul sebagai fenomena sosial dalam 3 dasa warsa terakhir ini dan telah
menarik perhatian para sarjana dari berbagai macam lapang studi. Para sarjana tersebut
berusaha untuk memformulasikan bingkai konsepsual guna menjelaskan fenomena
administrasi, akan tetapi perbedaan titik pandang merupakan penghambat utama di dalam
mencapai kesatuan pendapat. Penjelasan mereka dapat dianalogikan dengan gambaran 6
orang buta yang ingin menerangkan tentang seekor gajah. Setiap titik pandang mempunyai
unsur kebenaran, akan tetapi penjelasannya tidak menunjukkan suatu kebenaran yang
menyeluruh. Pekerjaan intelektual tersebut lebih baik dipandang sebagai suatu hampiran yang
berbeda guna mengembangkan teori administrasi yang sistematis dan komprehensif.
Beberapa madzab pemikiran atau hampiran tersebut adalah:
Aliran ini memandang administrasi sebagai suatu proses kerjasama untuk mencapai tujuan
organisasi. Hampiran ini berkembang dari analisis logis tentang kegiatan mental terutama
dalam penggunaan sumber-sumber manusia dan material untuk mencapai tujuan yang
diinginkan. Kegiatan ini diidentifikasikan, dianalisis dan diorganisir dan setelah itu
diciptakan serangkaian sub proses administrasi. Bingkai konsepsual yang berupa sub
administrasi ini mempunyai aplikasi yang universal dalam setiap kegiatan kelompok dan
dapat dipakai untuk mencapai tujuan organisasi baik secara keseluruhan maupun secara
fragmenter. Sekalipun ada perbedaan mengenai klasifikasi sub proses administrasi, namun ide
pokoknya adalah sama. Menurut aliran ini, konsep administrasi meliputi semua usaha yang
menggunakan sumber manusia dan material secara bijaksana guna mencapai tujuan
organisasi.
Hampiran yang dipakai oleh aliran ini disebut juga sebagai operational, sebab pada
hakekatnya aliran ini berusaha menganalisis berbagai macam kegiatan administrator guna
mengidentifikasikan fungsi yang mendasar dari administrasi dan kemudian mendeduksikan
prinsip-prinsip yang fundamental. Para praktisi dan sarjana bidang business sangat
bertanggungjawab di dalam mengembangkan dan menyebarluaskan pemikiran-pemikiran
aliran proses administrasi, dan Henry Fayol, Oliver Sheldon, dan Ralph C. Davis dapat
dianggap sebagai tokoh utamanya. Para proponent aliran ini menyadari akan pentingnya
disiplin lain bagi hampirannya. Mereka sangat yakin bahwa verifikasi teori meliputi
penelitian akan menyebabkan penyempurnaan praktik administrasi. Akhir-akhir ini aliran ini
telah banyak mendapat kritik, dan kemudian muncul aliran baru yang akan menggantikan
tempatnya.
Aliran ini, yang menempatkan aspek manusia sebagai unsur yang sangat penting dalam
pencapaian tujuan organisasi, telah memberikan andil yang sangat berarti bagi ilmu
administrasi. Konsep-konsep seperti human relation, leadership, dan sebagainya, menjadi
konsep yang mapan dan berakar dalam teori administrasi berkat jasa aliran ini. Sesungguhpun
begitu anggapan yang mengatakan bahwa perilaku manusia merupakan unsur yang paling
penting dan seluas bidang administrasi dapat disamakan dengan membesar-besarkan salah
satu unsur dalam satu kesatuan.
Aliran ini memandang administrasi sebagai suatu sistem sosial, suatu sistem hubungan intra
kultural. Dengan menggunakan konsep-konsep sosiologi, aliran ini berusaha
mengidentifikasikan berbagai macam kelompok sosial dalam suatu organisasi, mencari
hubungan kulturalnya dan mengintegrasikannya ke dalam suatu sistem sosial. Aliran ini yakin
dan percaya bahwa manusia dan lingkungannya mempunyai keterbatasan-keterbatasan
biologis, fisik, dan sosial yang hanya dapat diatasi dengan jalan kerjasama. Organisasi formal
di mana orang-orang dapat berkomunikasi satu sama lain dan berkehendak untuk mencapai
tujuan organisasi, merupakan wahana yang memberikan kesempatan emas untuk
bekerjasama.
Aliran ini sering dijumbuhkan dengan aliran Human Behaviour. Sebab kedua aliran ini
memperoleh inspirasi dari hasil penelitian ilmu perilaku. Penelitian dan publikasi ilmiah di
bidang teori organisasi dan sistem sosial berasal dari bingkai pemikiran aliran ini.
Sumbangan penting dari aliran ini antara lain adalah pengakuannya terhadap organisasi
sebagai organisme sosial, kesadarannya akan dasar-dasar institusional, pengakuan akan
peranan organisasi informal di dalam merealisasikan tujuan organisasi, pengetahuannya
tentang faktor-faktor yang dapat melestarikan organisasi, pemahamannya akan perilaku
kelompok dalam sistem sosial, dan pengetahuannya yang mendalam tentang tanggung jawab
sosial administrasi. Tak dapat disangkal bahwa penemuanpenemuan sosiologi telah
memberikan sumbangan yang tidak sedikit kepada efektifitas organisasi. Namun adalah salah
besar jika kita menganggap bahwa antara administrasi dan sosiologi adalah sama.
Aliran ini percaya bahwa administrasi merupakan proses yang logis, dan oleh karenanya
dapat diekspresikan ke dalam bentuk-bentuk simbol hubungan matematis. Para proponent
aliran ini beranggapan bahwa fungsi administrasi adalah menciptakan model. Selain itu aliran
ini beranggapan bahwa proses matematis dapat dipakai sebagai alat untuk meramalkan hasil
pada masa yang akan datang. Aliran ini telah memberikan sumbangan yang berarti bagi
administrasi industri terutama dengan operation research dan linear programmingnya.
Keunggulan dari aliran ini adalah tuntutannya akan cara berfikir yang teratur, penetapan
masalah secara tepat, tuntutannya akan penggunaan metode berfikir yang sistematis,
keranjingannya terhadap hasil yang dapat diukur, kemampuannya untuk memecahkan
masalah dengan mudah dan kesuksesannya di dalam menghilangkan unsur subyektivitas
dalam administrasi.
Awalnya aliran ini hanya mengevaluasi berbagai macam alternative dari sesuatu tindakan.
Tetapi lama kelamaan ia mulai menguji setiap kegiatan organisasi melalui pendekatan
decision making. Dan akhirnya memperluas bidang lingkupnya. Decision making merupakan
ciri dari administrasi dan merupakan fungsi yang sangat penting dalam suatu organisasi.
Akan tetapi sulit menerima bahwa administrasi sebagai decision making tanpa adanya
implementasi. Tidak ada satu orang pun yang mengingkari sumbangan aliran ini terhadap
administrasi, namun aliran ini belum mampu menjelaskan secara tuntas seluruh aspek
administrasi.