Anda di halaman 1dari 8

FORM A

LaPoran Pelaksanaan
Naskah Radioffv/ seni
Kegiatan Menyusun Materi ernyrtuiran P;dr;i;; Dalam Bentuk
BudaYa Pertuniukan

1. Penyuluh Pertanian
200501 1 002
Dr. Gunawan, STP,MSi/19761216
a. Nama dan NIP
Penata TK.l /llld
b. PangkaUGolongan
PenYuiuh Pertanian Muda
c. Jabatan Jawa Timur
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
d. Unit Kerja
i) DIPA 2021
Dasar Pelaksanaan 2021
2.
ii il#Kerla Penyuluh Pertanian Tahun

pertanian dalam
Menyusun materi penyuluhan
'
3. Nama Kegiatan
;*;itk Naskah naOionvt Seni
BudaYa
Kehilangan
Fertunpfan dengan iudul Menurunkan
Panen Padi
HasiiSaat Panei Dan Pasca

dalam
4. Tujuan Kegiatan
: Sebagai materi penyuluhan .qtt?llun
Radio/TV/
;;ill media etet<troni't< berupa Naskah
Seni BudaYa Pertuniukan

5. Pelaksanaan Kegiatan
April2021
a. Waktu Pelaksanaan
Malang
b. TemPaUlokasi
c. Peserta
Naskah (terlamPir)
6. HasilPekeriaan

Malang, APril 2021


Mengetahui,
Penyuluh Pertanian,
Kasubbag Tata Usaha,
\
{.f
tsl
t\
,,.=.rtr-
f{
Dr. Gunawan'STP'MSi
' NiPJ9761216 200501 1 002
NASKAH SIARAN RADIO PERTANIAN WONOCOLO

JUDUL : MENURUNKAN KEHILANGAN HASIL SAAT


PANEN DAN PASCA PANEN PADI
PENULIS : GUNAWAN
BENTUK NASKAH : DIALOG
WAKTU : 30 MENIT

PEMBUKAAN : Instrumen gending Pembukaan Siaran Teknik Pertanian.


Tune in …… Tune off

PENYIAR : Saudara pendengar bapak dan ibu Petani dan anggota Kelompok tani,
selamat bertemu lagi dalam acara teknik pertanian yang
diselenggarakan oleh Radio Pertanian Wonocolo (RPW), Surabaya,
kali ini akan disampaikan tentang MENURUNKAN
KEHILANGAN HASIL SAAT PANEN DAN PASCA PANEN
PADI. selamat mengikuti acara ini.

LANJUTAN : Instrumen gending Siaran Teknik Pertanian. Tune in ……………


Tune off

PENYIAR : Saudara pendengar telah hadir di tengah-tengah kita Penyuluh


Pertanian BPTP JAWA TIMUR yang akan berbincang-bincang
dengan kita semua seputar teknologi inovasi pertanian, Selamat pagi
Pak

PENYULUH : Selamat Pagi... salah sehat untuk semua pendengar dimanapun


berada.

PENYIAR : Kira-kira apa yang melatar belakangi pentingnya penanganan pasca


panen yang baik dan benar, Pak?
PENYULUH : Memang masalah ini perlu mendapat perhatian kita semua karena
menurut data tahun 2019 kehilangan hasil mencapai 12%. Hal ini
sangat memprihatinkan kita , karena hal ini bila terus dibiarkan akan
menggangu ketahanan pangan kita. Penerapan teknis pasca panen
yang kurang tepat, mulai saat pemanenan, perontokan, pembersihan,
pengeringan, penyimpanan, pengangkutan dan penggilingan akan
mengakibatkan kehilangan kuantitatif (susut bobot) dan kehilangan
kualitas (Susut mutu). Sejalan dengan kemajuan teknologi,
kehilangan hasil dapat ditekan. dialog berikut ini akan membuka
wawasan penanganan pasca panen secara efektif yang dapat
menekan kehilangan hasil .

PENYIAR : Bagaimana sistim pemanen yang dilakukan petani kita pada


umumnya Pak?

PENYULUH : Sistem pemanenan di Indonesia yang berkembang saat ini yaitu


sistim keroyokan dimana jumlah pemanen tidak terbatas, sistim
ceblokan dimana pemanen dengan jumlah terbatas dan orang lain
tidak boleh ikut. Sebaiknya sistim pemanenan sistim kelompok
dimana pemanen terbatas dan dipimpin ketua pemanen. Dengan
sistim kroyokan, karena tidak ada pembagian tugas yang jelas hingga
banyak bulir padi yang tercecer atau hilang pada saat memotong, saat
mengangkut dari lahan ke tempat pengumpul dan pada tempat
pengumpulan, bila tidak dialasi terpal.
Dalam sistim pemanenan padi, pemanenan dan perontokan padi
merupakan satu kesatuan. Perontokan bertujuan melepas butir-butir
gabah dari malainya.Pada umumnya di Indonesia perontokan
padi dilakukan dengan cara diiles/diinjak, di pukul/gedig,
banting/gebot dan menggunakan power treasher/pedhal treaser. Cara
perontokan yang salah dapat menyebabkan kehilangan hasil.

PENYIAR : Lantas, bisa dijelaskan apa penyebab kehilangan hasil saat panen
padi dan bagaimana cara menyelesaikannya, Pak?

PENYULUH : Untuk mengurangi kehilangan hasil pada saat panen dan pasca panen
padi ada beberapa hal yang perlu mendapatkan perhatian atau
menjadi inti pokok kehilangan hasil antara lain :
1. Penggunaan alat panen yang masih tradisional
Tidak dapat dipungkiri bahwa peralatan panen yang masih
tradisional menjadikan kehilangan hasil saat pemanenan semakin
banyak. Sebagai contoh adalah penggunaan perontok padi dengan
batu atau kayu menjadikan banyaknya bulir gabah terbuang karena
kerasnya benturan dengan batu dan ketika tidak bersih maka gabah
juga ikut terbuang ke belakang pada saat mengayunkan ikatan padi
ke dua kalinya. Untuk mengatasi hal tersebut diperlukan alas yang
cukup luas untuk lokasi perontokan gabah dan pemberian penutup
pada bagian depan dan samping untuk menghindari gabah yang
terbuang jauh karena benturan yang keras.
Untuk mengganti peralatan yang masih tradisional menjadi lebih
maju diperlukan modal yang cukup besar. Untuk alat dengan
menggunakan mesin harganya Rp.2.500.000 – Rp.3.000.000, untuk
petani dengan luasan lahan yang kecil hal tersebut sangatlah mahal
karena keuntungan dari usahataninya juga kecil. Selain itu
pertimbangan yang lain adalah pola tanam yang dilakukan, lahan
yang bisa ditanami padi sampai dua kali dalam satu tahun tentu lebih
membutuhkan peralatan perontok padi dibandingkan pola tanam padi
satu kali dalam satu tahun.
2. Pemanenan dengan cara borongan
Untuk menghemat waktu dan tenaga petani biasanya melakukan
panen dengan cara borongan, pemanenan dengan rombongan tenaga
kerjanya yang jumlahnya sangat banyak. Dalam hal waktu tentu saja
akan lebih cepat bahkan dalam produktivitas tenaga juga akan
semakin meningkat. Tetapi hal tersebut juga memberikan
permasalahan tersendiri, karena yang dikejar adalah jumlah panenan
maka kadang hal-hal yang menyangkut kehilangan hasil
dikesampingkan untuk memburu cepat dalam panen. Semakin cepat
maka akan ada waktu untuk melakukan panen di tempat yang lain
yang berimplikasi pada pendapatan tukang borongan tersebut.
Tanpa melakukan panen secara borongan biasanya banyak pencari
jerami khususnya di desa dengan populasi ternak sapi yang tinggi
ikut membantu dalam pemanenan mulai dari pemotongan padi,
pengangkutan hingga perontokan. Yang di bawa pulang adalah
jeraminya untuk pakan ternak. Para pencari jerami terkadang kurang
hati-hati dalam pengangutan ke lokasi perontokan hingga perontokan
gabahnya, sehingga banyak bulir gabah yang terjatuh bahkan ada
pula yang jeraminya tidak benar-benar bersih atau masih ada gabah
yang tertinggal. Bagi pencari jerami hal tersebut bukan suatu
permasalahan tetapi bagi petani hal tersebut merupakan suatu
permasalahan karena kehilangan hasilnya semakin banyak.

PENYIAR : Baiklah Pak kita tahan sebentar penjelasannya... saudara pendengar


para pecinta Radio Pertanian Wonocolo dimanapun anda berada..
kita rehat sejenak sambil mendengarkan irungan lagu berikut ini

SELINGAN : LAGU CAMPURSARI JAWA TIMURAN FADE IN (5


Menit).........FADE OUT (Lagu sampai habis)

PENYIAR : Saudara pendengar... kita lanjutkan obrolan terkait dengan


bagaimana cara menurunkan kehilangan hasil saat panen padi...
Silahkan dilanjutkan Pak penjelansannya!

PENYULUH : Baiklah saya lanjutkan penjelasannya sebagai berikut:


3. Panen tidak tepat waktu
Pemanenan dilakukan setelah sebagian besar (90-95%) gabah telah
bernas dan menguning. Panen tepat pada waktunya sangat penting,
terlalu awal akan banyak gabah hampa sedang jika panen terlambat
mak akan banyak gabah yang rontok dan gabah patah waktu digiling.
Panen yang tidak tepat waktu dapat meningkatkan kehilangan hasil
panen.
Gabah yang hampa menyebabkan penurunan hasil, ketika di jemur
maka akan mendapatkan gabah yang “gabuk” dengan jumlah yang
lebih banyak, maka sangat penting untuk melakukan pemanenan
tepat pada waktunnya. Ada sebagian petani yang masih memanen
padinya dalam kondisi masih hijau karena terkendala pakan terutama
yang bertani dan beternak, karena sedikitnya sumber pakan dan
sulitnya mendapatkan sumber pakan yang diakibatkan jumlah
populasi ternak yang banyak tidak diimbangi luasan sumber pakan
sehingga sumber cepat habis. Petani melakukan pemanenan ketika
padi masih hijau, selain intuk mencukupi kebutuhan pakan
pemanenan pada padi yang masih hijau dimaksudkan agar ternak
lebih lahap dalam makan. Jerami padi yang masih hijau membuat
ternak semakin suka makan, ini sangat menyenangkan hati petani
ketika melihat ternaknya makan, tetapi dilain sisi karena hal tersebut
hasil panennya malah menurun. Perlu dilakukan suatu pelatihan
pengawetan pakan melalui fermentasi maupun dikeringkan dan
pencarian sumber pakan alternatif lainnya sehingga petani tidak
terburu-buru untuk melakukan panen.
Tanam terlambat juga membuat petani memanen padinya lebih awal,
karena takut adanya serangan hama seperti burung pipit. Karena itu
penting untuk melakukan penanaman secara serempak dengan umur
bibit yang seragam antara 7-21 HSS (hari setelah sebar) sehingga
dapat dicegah panen lebih awal dan mengurangi kerugian dari
serangan hama. Biasanya di desa masyarakat masih percaya dengan
tanggal dan hari baik sehingga terkadang padi yang sudah siap panen
tidak segera di panen sehingga kualitas gabahnya menjadi rendah
karena ketika di giling akan mudah patah berasnya.
Panen padi yang terlambat membuat gabah mudah rontok sehingga
bisa terjadi meningkatnya kehilangan hasil panen karena gabah
rontok ketika pengangkutan maupun penumpukan sementara. Gabah
yang terlalu kering membuat mudah patah ketika di giling, sehingga
terjadi penurunan kualitas gabah dan hasil karena banyak gabah yang
menjadi menir dan bekatul.
4. Perontokan gabah di rumah (hasil panen jatuh saat pengangkutan)
Perontokan gabah di rumah dengan cara membawa padi sedikit demi
sedikit ke rumah kemudian di rontokkan di rumah. Cara ini biasa
saya lakukan karena kebutuhan pakan untuk ternak, jika melakukan
perontokan di lahan atau panen langsung di lahan maka tidak aka
nada jerami padi yang tersisa karena diminta oleh petani atau
peternak lain.
5. Varietas padi mudah rontok
Ada beberapa varietas padi yang mudah rontok, yang saya tahu
antara lain mikongga serta varietas lokal seperti unggul dan pandan
wangi. Varietas yang lain juga ada bisa dilihat pada diskripsi varietas
sub tingkat kerontokan. Tingkat kerontokan yang tinggi bisa
berkaibat mudah jatuhnya bulir gabah terutama karena adanya
sentuhan, baik itu karena di tumpuk dulu di pematang atau karena
bersentuhan engan tubuh petani dan alat pemotong padi. Varietas
padi yang mudah rontok perlu mendapat perhatian khusus terutama
saat pengangkutan ke lokasi perontokan harus di berikan alas dengan
karung ataupun terpal sehingga jika gabah jatuh akan tertampung di
alas tersebut.
6. Penumpukan sebelum panen
Penumpukan yang terlalu lama membuat gabah lepas dengan
sendirinya sehingga jika tidak segera dirontokkan dengan alat
perontok padi maka banyak bulir gabah yang jatuh. Untuk itu
penumpukan padi harus dilakukan setelah di potong dan diberikan
alas dibawahnya dengan luasan yang cukup. Perontokan dilakukan
sebaiknya maksimal 1-2 hari setelah panen, dan gabah dari hasil
perontokan harus segera dibersihkan dan dijemur.
7. Rice milling machine (RMU) yang berusia tua
Mesin penggiling yang sudah berusia tua yang tidak dirawat dengan
baik akan menyebabkan kehilangan hasil panen, terutama jumlah
beras yang jadi akan berkurang, sebaliknya jumlah bekatul atau
menirnya semakin bertambah. Hal tersebut tentu akan merugikan
petani karena yang dijual bukan bekatul dan menirnya tetapi
berasnya, sedangkan bekatul dan menir menjadi milik
penggilingannya. Untuk mengatisipasi hal tersebut perlu melakukan
survey tempat-tempat penggilingan dan membanding-bandingkan
hasil gilingnya sehingga bisa memilih tempat penggilingan yang
tepat.

PENYIAR : Baiklah saya kira sangat jelas penjelasannya.. Demikianlah Saudara


Pendengar, telah disampaikan penyebab kehilangan hasil saat panen
padi dan bagaimana cara menyelesaikannya. Terima kasih kami
sampaikan kepada Penyuluh Pertanian BPTP Jatim.. salam sehat
semuanya.. kita berjumpa di lain waktu dengan topik-topik yang
lebih menarik.. Salam

PENUTUP : Instrumen gending Penutupan Siaran Teknik Pertanian. Tune in


…………… Tune off

Anda mungkin juga menyukai