Anda di halaman 1dari 2

RESUME ARTIKEL

KAJIAN FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM DALAM RUANG LINGKUP METAFISIKA

Anggota Kelompok :

1. Ahsanu Zakiyya (2110110004)

2. Berliana Alfia Turrohmaniah (2110110008)

3. Angga Mahardika Putra (2110110009)

(Persoalan Pendidikan Islam dalam Aktualisasi Kehidupan : Tameng Moralitas Bangsa)

Kata Kunci : Pendidikan, Filsafat Islam, Moral.

Filsafat Pendidikan Islam merupakan kajian filosofis mengenai berbagai masalah pendidikan yang
berlandaskan ajaran Islam. Filsafat Pendidikan Islam adalah filsafat tentang pendidikan Islam, dan dapat
diartikan juga sebagai filsafat menurut Islam. Filsafat Islam dengan demikian senantiasa mengkaji filsafat
pendidikan yang berlandaskan atau setidak-tidaknya dijiwai ajaran Islam. Persoalan pendidikan dalam
kajian filsafat Islam pada ranah metafisika dibagi ke dalam tiga kategorisasi persoalan khusus, yaitu
persoalan pendidikan pada aspek antropologi/sosiologi, kosmologi, dan teologi. Artikel ini lebih fokus
membahas filsafat pada sisi antropologi, sehingga pembahasannya akan lebih spesifik dan terperinci.

Pembahasan antropologi pada artikel ini berpusat kepada hakikat manusia, hakikat realitas, dan hakikat
kepercayaan akan Tuhan. Pertama, hakikat manusia menurut beberapa pandangan para ahli :

1. Pandangan Martin Buber

Martin Buber mengatakan bahwa pada hakikatnya manusia tidak bisa disebut ini atau itu. Menurutnya
manusia adalah sebuah eksistensi atau keberadaan yang memiliki potensi namun dibatasi oleh
kesemestaan alam. Namun keterbatasan ini hanya bersifat faktual bukan esensial sehingga apa yang
akan dilakukannya tidak dapat diprediksi.

2. Pandangan Behavioristik

Pada dasarnya kelompok Behavioristik menganggap manusia sebagai makhluk yang reaktif dan tingkah
lakunya dikendalikan oleh faktor-faktor dari luar dirinya, yaitu lingkungannya. Lingkungan merupakan
faktor dominan yang mengikat hubungan individu.
Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa manusia adalah makhluk Tuhan yang kemungkinan
menjadi baik atau buruk. Lingkungan adalah penentu tingkah laku manusia dan tingkah laku itu
merupakan kemampuan yang dipelajari.

Kedua, mengenai hakikat realitas menurut Plato bahwa realitas adalah idea. Yaitu sesuatu yang bersifat
rohani bukan duniawi atau ragawi. Karena menurutnya, tidak ada yang abadi di dunia ragawi ini.

Ketiga, hakikat kepercayaan akan Tuhan diyakini sebagai Dzat Maha Tinggi Yang Nyata dan Esa, pencipta
Yang Maha Kuat dan Maha Tau, Yang Abadi, penentu takdir dan hakim bagi semesta alam sehingga
manusia memiliki potensi untuk menerima agama, iman dan tauhid serta berprilaku suci. Dalam
pertumbuhannya manusia itu sendirilah yang harus berupaya mengarahkan fitrah tersebut kepada iman
atau tauhid melalui pendidikan, pergaulan dan lingkungan yang adaptif. Fitrah dengan sendirinya
memerlukan aktualisasi atau pengembangan lebih lanjut. Hakikat dari penciptaan manusia adalah agar
manusia menjadi pengabdi Allah yang setia. Untuk mencapai tujuan itu, Allah Swt sebagai Sang Maha
Pencipta telah melengkapi manusia dengan berbagai potensi. Apabila potensi tersebut dikembangkan
dan dikelola secara optimal sesuai dengan petunjuk dan ketentuan Allah Swt, maka dapat dipastikan
manusia akan menjadi khalifah yang arif dan bijaksana dalam mengatur kekhalifahan di bumi.

Cabang utama dalam aspek kajian ilmu antropologi yaitu antropologi fisik dan antropologi budaya.
Antropologi fisik secara garis besar membahas perkembangan fisik atau perilaku manusia, yaitu cara
manusia beradaptasi pada lingkungannya. Sedangkan antropologi budaya mencakup lingkup bagaimana
seseorang dalam berpikir dan bertindak dalam suatu kelompok masyarakat secara khusus. Dalam
antropologi aspek kebudayaan terdiri dari keberagaman bangsa, nilai, dan norma, adat-istiadat, dan
tradisi kebudayaan.

Analisis hubungan metafisika dalam filsafat pendidikan Islam pada artikel ini yaitu mengenai absurditas
pola perilaku orang terdidik tetapi perilakunya korupsi. Artikel ini menggunakan filsafat pendidikan
Islam: mencoba menjabarkan apa sebenarnya landasan filosofis pendidikan dalam tinjauan Islam,
dan pentingnya keutuhan bangsa sekaligus menyelamatkannya dari bahaya krisis moral yang sudah
merajalela. Output pendidikan yang melenceng dari moral dan perilaku yang melanggar norma
ternyata tidak sedikit. Misi suci pendidikan berbalik menista akal budi yang merupakan pemberian
Tuhan dilambungkan, namun sayang perbaikan fisik tidak dibarengi pendalaman pendidikan
“penampakan” fisik pohon itu tidak ditopang akar kuat yang menghujam.

Anda mungkin juga menyukai