Anda di halaman 1dari 2

TASAWUF DALAM KONSEP AHLUL SUNNAH WAL JAMAAH

Oleh : Ana Sherlina

Tasawuf secara etimologi berasal dari kata bahasa arab, yaitu Tashawwafa, Yatashawwafu,
selain dari kata tersebut ada yang menjelaskan bahwa tasawuf berasal dari kata Shuf yang artinya
bulu domba, maksudnya adalah bahwa penganut tasawuf ini hidupnya sederhana, tetapi berhati
mulia serta menjauhi pakaian sutra dan memakai kain dari bulu domba yang berbulu kasar atau
yang disebut dengan kain wol kasar. Yang mana pada waktu itu memakai kain wol kasar adalah
symbol kesederhanaan. Kata shuf tersebut juga diartikan dengan selembar bulu yang maksudnya
para Sufi dihadapan Allah merasa dirinya hanya bagaikan selembar bulu yang terpisah dari
kesatuannya yang tidak memiliki arti apa-apa.
Kata tasawuf juga berasal dari kata Shaff yang berarti barisan, makna kata shaff ini diartikan
kepada para jamaah yang selalu berada pada barisan terdepan ketika shalat, sebagaimana shalat
yang berada pada barisan terdepan maka akan mendapat kemuliaan dan pahala. Maka dari itu, orang
yang ketika shalat berada di barisan terdepan akan mendapatkan kemuliaan serta pahala dari Allah
SWT.
Tasawuf juga berasal dari kata shafa yangberarti jernih, bersih, atau suci, makna tersebut
sebagai nama dari mereka yang memiliki hati yang bersih atau suci, maksudnya adalah bahwa
mereka menyucikan dirinya dihadapan Allah SWT melalui latihan kerohanian yang amat dalam
yaitu dengan melatih dirinya untuk menjauhi segala sifat yang kotor sehingga mencapai kebersihan
dan kesucian pada hatinya.
Adapun yang mengatakan bahwa tasawuf berasal dari kata Shuffah yaitu serambi masjid
nabawi yang ditempati sebagian sahabat Rasulullah. Maknanya tersebut dilatar belakangi oleh
sekelompok sahabat yang hidup zuhud dan konsentrasi beribadah hanya kepada Allah SWT serta
menimba ilmu bersama Rasulullah yang menghuni masjid Nabawi. Sekelompok sahabat tersebut
adalah mereka yang ikut berpindah bersama Rasulullah dari Mekah ke Madinah dengan keadaan
mereka kehilangan harta dan dalam keadaan miskin.

Pemahaman Tasawuf dalam Ahlul Sunnah wal Jamaah


Ahlul Sunnah wal Jamaah, yang merupakan mayoritas umat Islam, memandang tasawuf
sebagai bagian integral dari agama mereka. Mereka mengakui bahwa tasawuf bukanlah suatu
bidang terpisah dari Islam, melainkan merupakan ekspresi mendalam dari ajaran-ajaran Al-Quran
dan Sunnah (tradisi Nabi Muhammad SAW). Dalam konsep ini, tasawuf tidak bertentangan dengan
hukum Islam (syariat), melainkan melengkapi dan mendukungnya. Tasawuf dalam manhaj
Ahlussunnah wal-jama‟ah difokuskan pada wacana akhlaq yang dirumuskan oleh Imam al- Ghozali
(450 H/1058 M), Yazid al-Busthomi (188-261 H/804-874 M) dan al-Junayd al-Baghdadi (297
M/910 M), serta ulama-ulama sufi yang sepaham.
Aswaja memiliki prinsip bahwa tujuan hidup adalah tercapainnya keseimbangan
kepentingan dunia akhirat dan selalu mendekatkan diri kepada Allah SWT. Untuk mendekatkan diri
kepada Allah, dapat dicapai melalui perjalanan spiritual, yang bertujuan untuk memperoleh hakikat
dan kesempurnaan hidup (insan kamil), namun hakikat yang diperoleh tidak boleh meninggalkan
garis-garis syariat yang ditetapkan Allah dalam al- Qur‟an dan sunnah Rasulullah SAW. Ini adalah
prinsip yang dipegangi oleh tasawuf Aswaja.
Ajaran tasawuf, khususnya yang menjadi kepercayaan Ahlusunnah Wal Jamaah yakni :

• Keikhlasan pengabdian kepada Allah sehingga memiliki jiwa yang bersih, tidak sombong,
selalu berhati-hati dan waspada. Tidak mudah puas dan selalu meningkatkan ibadah kepada
Allah SWT.
• Menyadari kelemahan sebagai manusia sehingga selalu menerima kegagalan dengan
kebersihan jiwa, lapang dada, selanjutnya berusaha atau berikhtiar dengan sungguh-sungguh
dan berserah diri semata-mata mendapat bimbingan dari ridho Allah.

Dengan demikian, tasawuf yang diikuti dan dikembangkan oleh kaum Aswaja An-
Nahdliyah adalah tasawuf moderat. Pengabdosian tasawuf demikian, memungkinkan umat Islam
secara individu mampu menjalin komunikasi dengan Tuhan dan secara sosial dapat melakukan
perbaikan ke arah perbaikan umat.

Anda mungkin juga menyukai