MULTICULTURAL CONSIDERATIONS IN MUSIC THERAPY RESEARCH
Disusun Oleh :
Ananda Putri A 21102189
Deviana Fellysa A 21102200 Ellen Rizkia C.D 21102201 Magdalena N.A 21102211 M. Qois Malkan 21102221 Sofia Intan Annur 21102233
Dosen Pengampu :
Fery Eka Prassetia, S.Kep., Ns., M.Kep
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS dr. SOEBANDI JEMBER 2023 Masyarakat kita menjadi lebih beragam dalam satu dekade terakhir, sebagaimana dibuktikan dengan masuknya imigran, kelompok multiras dan minoritas, serta meningkatnya kesenjangan usia antar generasi (Biro Referensi Populasi, 2015). Akibatnya, budaya telah dianggap sebagai konstruksi penting di kalangan peneliti. Dengan mengusulkan Terapi Musik yang Berpusat pada Budaya, Stige (2002) mendorong "semua terapis musik untuk lebih berpusat pada budaya dalam pekerjaan dan pemikiran mereka, bukan dengan memberi label pada pekerjaan mereka tetapi mengintegrasikan perspektif budaya dalam pemikiran mereka". Karena pandangan dunia kita mempengaruhi semua aspek terapi musik (Dileo, 2000; Wheeler & Baker, 2010), faktor budaya memberikan landasan yang signifikan untuk semua penelitian terapi musik. Kebudayaan adalah fenomena yang memiliki banyak segi dan dinamis yang dapat ditafsirkan dengan berbagai cara. Musik berpotensi berharga untuk peningkatan kesejahteraan dan kesehatan lansia. Terapi musik dan aktivitas terkait musik menumbuhkan kenikmatan, sosialisasi, kesejahteraan, dan peningkatan kesehatan mental pada orang lanjut usia. Lansia semakin rentan terhadap isolasi dan menderita patologi yang berkaitan dengan kesehatan mental. Terapis musik bekerja dengan lansia, terutama pada aktivitas pemeliharaan kesehatan, pencegahan penyakit, dan peningkatan kualitas hidup, yang merupakan tujuan utama intervensinya. Para lansia menari bersama dan interaksi antara terapis musik dan lansia berlangsung terus menerus bersama- sama. Ada dalam konteks situasi tertentu yang merembes ke dalam lingkungan sosial, biologis, efek fisik, psikologis, historis, dan praktis (Stige, 2002; Stige, Ansdell, Elefant, & Pavlicevic, 2010). Demikian pula musik juga dimainkan dalam konteks tertentu. Misalnya, dalam budaya Venda di Afrika Selatan, musik merupakan perpaduan seni dan tidak dapat dipisahkan dari nyanyian, tarian, dan bentuk seni lainnya. Dalam konteks ini, musik dialami dalam kehidupan sehari-hari sebagai tindakan komunitas. Sebaliknya, kebudayaan Barat lebih mudah ditampilkan secara terisolasi. Pertunjukan di konser, di mana musik dibagikan di panggung fisik. Pada akhirnya, budaya mempengaruhi cara orang memberikan makna pada fenomena seperti musik dan kesehatan. Dari perspektif ini, gaya musik dipandang berbeda dari satu budaya ke budaya lain, seperti halnya konsep kesehatan dan penyakit (Aigen, 2014; Moreno, 1988; Spector, 2012)