After Refisi Bab 1-3
After Refisi Bab 1-3
Disusun Oleh :
Muhammad Farid Aufa
Muhammad Yusuf Kurniawan
MAN 2 KUDUS
2023
BAB I
PENDAHULUAN
2. Bagaimana asal usul dari pesta lomban (tradisi larung kepala kerbau) yang di
lakukan masyarakat setiap tahun?
4. Apa manfaat dari Tradisi Larung kepala kerbau yang dilaksanakan di Jepara?
Tujuan penelitian
1. Untuk mengetahui asal usul dari pesta lomban (tradisi larung kepala kerbau)
yang di lakukan masyarakat setiap tahun.
Manfaat penelitian
Teoretis
Praktis
Tradisi Larung Kepala Kerbau, juga dikenal sebagai Sedekah Laut, adalah
sebuah ritual keagamaan yang telah dilakukan secara turun temurun oleh masyarakat
pesisir di berbagai wilayah di Indonesia. Ritual ini melibatkan penyelenggaraan
upacara yang melibatkan kepala kerbau yang dikorbankan dan dibawa ke laut,
diiringi dengan doa-doa dan berbagai tarian adat. Tradisi ini memiliki tujuan yang
mendalam, yaitu untuk berdamai dengan alam dan menghormati roh-roh yang
dianggap mengendalikan hasil laut. Sebagai ilustrasi, Wijaya et al. (2019)
menggambarkan tradisi Sedekah Laut di desa pesisir Pantai Timur Pulau Bali sebagai
bentuk pemujaan kepada Dewa Baruna, dewa air dalam agama Hindu, yang dianggap
melindungi nelayan dan memberikan berkah dalam penangkapan ikan.
Seperti yang diungkapkan oleh Smith (2018) dalam penelitiannya tentang budaya dan
lingkungan, budaya memiliki kemampuan untuk membentuk perilaku manusia
terhadap alam. Tradisi seperti Sedekah Laut adalah contoh konkret dari bagaimana
budaya lokal dapat menjadi alat penting untuk menjaga keseimbangan ekosistem laut.
Tradisi Larung Kepala Kerbau juga memiliki akar dalam agama-agama tradisional
yang dianut oleh masyarakat pesisir Indonesia. Agama-agama ini mengajarkan
prinsip-prinsip keharmonisan dengan alam dan roh-roh yang dianggap bersemayam di
alam. Upacara-upacara keagamaan seperti Sedekah Laut bertujuan untuk
menghormati dan merayakan alam, serta memohon rahmat dan berkah dari entitas
spiritual yang terkait dengan alam.
Sebagai contoh, Darmawan (2017) dalam penelitiannya tentang agama dan
lingkungan di Indonesia mencatat bahwa tradisi Sedekah Laut adalah manifestasi dari
keyakinan akan hubungan yang mendalam antara manusia, alam, dan entitas spiritual
yang dianggap mengendalikan laut dan sumber daya laut.
Penelusuran sejarah tradisi ini menunjukkan bahwa tradisi Larung Kepala Kerbau
berasal dari tradisi agama Hindu-Buddha yang diwariskan oleh leluhur masyarakat
pesisir Indonesia. Tradisi ini telah mengalami transformasi seiring dengan
perkembangan budaya dan agama di wilayah tersebut, tetapi akar agama dan budaya
tetap menjadi bagian integral dari upacara ini.
Menurut penelitian dari Pranowo (2016), tradisi ini dapat ditelusuri kembali ke
periode Kerajaan Majapahit di Pulau Jawa. Hal ini menunjukkan bahwa tradisi
Larung Kepala Kerbau memiliki sejarah panjang yang menghubungkan masa lalu
dengan praktiknya saat ini.
Dalam beberapa tahun terakhir, tradisi Larung Kepala Kerbau mengalami perubahan
dalam hal pelaksanaan dan maknanya. Sebagian besar perubahan ini terkait dengan
dampak modernisasi dan urbanisasi yang memengaruhi masyarakat pesisir.
Perubahan tersebut termasuk peningkatan dalam jumlah peserta dan turis yang
menghadiri upacara ini, serta beberapa perubahan dalam pelaksanaan upacara.
Namun, ini juga menimbulkan beberapa pertanyaan tentang dampaknya terhadap
lingkungan dan kelestarian budaya.
Menurut penelitian oleh Setiawan et al. (2020), upacara Sedekah Laut dapat
memberikan kontribusi nyata terhadap pelestarian ekosistem laut dengan
meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya menjaga keberlanjutan
sumber daya laut.
Tradisi ini juga berperan dalam pendidikan dan peningkatan kesadaran lingkungan.
Ketika masyarakat dan generasi muda terlibat dalam upacara ini, mereka belajar
mengenai pentingnya menjaga lingkungan dan menjalin keseimbangan dengan alam.
Sebagai contoh, penelitian kualitatif sebelumnya oleh Wardani et al. (2021) yang
membahas tradisi keagamaan di Jepara menunjukkan bahwa pendekatan ini efektif
dalam menggali pemahaman mendalam tentang nilai-nilai keagamaan dan budaya
dalam konteks masyarakat setempat.
Lokasi penelitian adalah Kota Jepara, Jawa Tengah. Kota ini terpilih karena memiliki
keberlanjutan tradisi Larung Kepala Kerbau dan karena kekayaan budaya serta nilai-
nilai lokal yang dapat memberikan wawasan mendalam tentang hubungan antara
masyarakat dan lingkungan di kota.
Subjek penelitian mencakup anggota masyarakat setempat yang secara aktif terlibat
dalam pelaksanaan Tradisi Larung Kepala Kerbau di Kota Jepara. Subjek melibatkan
tokoh adat, pemimpin masyarakat, nelayan, dan generasi muda. Pemilihan subjek
penelitian menggunakan pendekatan purposive sampling untuk memastikan informan
memiliki pengetahuan dan pengalaman yang relevan terkait tradisi ini di konteks
kota.
Penelitian terdahulu oleh Sutarto (2019) yang melibatkan subjek serupa dalam studi
keagamaan di Jawa Tengah dapat memberikan panduan terkait proses pemilihan
subjek dan mendapatkan perspektif yang kaya dari partisipan kunci.
2. Observasi Partisipatif: Peneliti akan turut serta dalam upacara Sedekah Laut
di Kota Jepara untuk mengamati secara langsung pelaksanaan tradisi dan
memahami dinamika sosial serta lingkungan kota yang dapat mempengaruhi
tradisi ini.Studi observasional sebelumnya oleh Wibowo et al. (2017) dapat
memberikan inspirasi tentang teknik observasi partisipatif dan bagaimana
mengintegrasikan pemahaman mendalam tentang konteks keagamaan dalam
upacara adat.