Anda di halaman 1dari 38

PEMANFAATAN MEDIA PEMBELAJARAN KANTONG

BILANGAN UNTUK MENINGKATKAN PROSES DAN


HASIL KEMAMPUAN MENGHITUNG PENJUMLAHAN
SISWA PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS
II SEKOLAH DASAR NEGERI CILEUNYI 04 BANDUNG

TITA PARTINI
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR
UNIVERSITAS TERBUKA
Email: titapartini074@gmail.com
ABSTRAK

Penggunaan Media Kantong Bilangan pada Pembelajaran Matematika


tentang Penjumlahan untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas II Sekolah
Dasar Negeri Cileunyi 04 Kec. Cileunyi. Tujuan, untuk memperbaiki kekurangan
pada guru dan nilai hasil belajar siswa dengan menggunakan kantong bilangan
pada pembelajaran Matematika tentang pengurangan. Metode deskriptif.
Bentuk, Penelitian Tindakan Kelas yang bersifat kolaboratif, subjek penelitian
guru selaku peneliti dan siswa kelas II Sekolah Dasar Negeri Cileunyi 04 Kec.
Cileunyi.
Data yang dikumpulkan adalah data skor kemampuan guru
merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, dan nilai hasil
belajar siswa. Teknik pengumpul data, teknik observasi langsung dan teknik
pengukuran. Alat pengumpul data, lembar observasi dan tes tertulis kemampuan
siswa mengurang. Hasil penelitian ini adalah skor kemampuan guru
merencanakan pembelajaran pada siklus I adalah2,36. Pada siklus II adalah
3,55. Pada siklus III adalah 4. Skor kemampuan guru melaksanakan
pembelajaran pada siklus I adalah 3,02. Pada siklus II adalah 3,54. Pada siklus
III adalah 4. Dan nilai belajar siswa pada siklus I adalah 54. Pada siklus II
adalah 67,6. Pada siklus III adalah 82. Nilai belajar siswa meningkat, yaitu.Hal
ini membuktikan bahwa penggunaan media kantong bilangan pada
pembelajaran Matematika dapat meningkatkan hasil belajar siswa di kelas II
Sekolah Dasar Negeri Cileunyi 04 Kec. Cileunyi.
Kata Kunci: Pemanfaatan Media Kantong Bilangan, Matematika Penjumlahan
Hasil Belajar
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Perkembangan dunia pendidikan dan ilmu pengetahuan dewasa ini


menuntut kualitas guru yang semakin baik, menghadapi hal tersebut guru
harus profesional. Untuk meningkatkan kualitas guru diantaranya melalui
peningkatan dalam proses belajar mengajar di sekolah. Pada proses belajar
mengajar di sekolah terjadi interaksi antara berbagai komponen pengajaran,
yang terdiri dari guru, siswa dan materi pelajaran. Interaksi antara ketiga
komponen utama tersebut melibatkan berbagai sarana prasarana seperti
metode, media, dan penataan suasana belajar yang mendukung, sehingga
terciptanya tujuan pembelajaran yang diharapkan.
Guru harus memiliki kemampuan dalam merencanakan dan
melaksanakan proses pembelajaran yang baik. Oleh karena itu guru dituntut
untuk dapat memilih metode, strategi atau pendekatan pembelajaran yang
tepat agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Dalam proses pembelajaran
siswa bisa belajar menemukan sendiri dan peka terhadap masalah-masalah
yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Kepekaan terhadap masalah
akan timbul jika siswa dihadapkan pada situasi yang memerlukan
pemecahaan. Siswa sebagai pengambil insentif dalam menentukan sesuatu
mempunyai keberanian untuk mengajukan pertanyaan dan merespon
masalah. Peran guru mendorong siswa untuk memahami masalah yang
dihadapi dan berupaya mencari cara penyelesainya dengan baik.
Matematika merupakan suatu bahan kajian yang memiliki objek
abstrak dan dibangun melalui proses penalaran deduktif, yaitu kebenaran
suatu konsep diperoleh sebagai akibat logis dari kebenaran sebelumnya
sudah diterima, sehingga keterkaitan antar konsep dalam matematika
bersifat sangat kuat dan jelas. Pembelajaran matematika tidak juga tidak lagi
mengutamakan pada penyerapan melalui pencapaian informasi, tetapi lebih
mengutamakan pada pengembangan kemampuan dan pemrosesan informasi.
Untuk itu aktivitas peserta didik perlu ditingkatkan melalui latihan-latihan
atau tugas matematika dengan bekerja kelompok kecil dan menjelaskan ide-
ide kepada orang lain. (Hartoyo, 2000: 24).
Langkah-langkah tersebut memerlukan partisipasi aktif dari siswa.
Untuk itu perlu ada metode pembelajaran yang melibatkan siswa secara
langsung dalam pembelajaran. Adapun metode yang dimaksud adalah
metode pembelajaan kooperatif. Pembelajaran kooperatif adalah suatu
pengajaran yang melibatkan siswa bekerja dalam kelompok-kelompok untuk
menetapkan tujuan bersama. Felder, (1994: 2).
Dengan kurangnya kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal
penjumlahan bilangan sampai 500 tanpa teknik menyimpan dan dengan
teknik menyimpan , maka akan berakibat, siswa dalam menyelesaikan
permasalahan yang berhubungan dengan penjumlahan akan mengalami
masalah. Tujuan mengajar matematika adalah agar pengetahuan matematika
yang disampaikan kepada anak dapat dipahami oleh anak. Dengan demikian
akan diketahui bahwa cara mengajar yang baik akan menghasilkan hasil
belajar yang baik pula.Dari permasalahan tersebut, perlu adanya suatu
penelitian untuk mengatasinya, yaitu dengan menerapkan suatu strategi
pembelajaran yang tepat agar dapat meningkatkan hasil belajar dan aktivitas
siswa untuk menyelesaikan soal penjumlaha.n bilangan sampai 500 tanpa
teknik menyimpan dan dengan teknik menyimpan. Dalam penelitian ini akan
diterapkan menggunakan alat peraga kantong bilangan.
Pendidikan Nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan
mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman
dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur,
memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani,
kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab dalam
kehidupan kemasyarakatan dan kebangsaan. Pasal 3 Undang-Undang Nomor
20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menegaskan bahwa
tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik
agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan
menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Ketercapaian tujuan pendidikan di atas ditentukan oleh ketercapaian


kompetensi inti, kompetensi dasar, indicator dan tujuan pembelajaran. Di
samping itu ketercapaian tujuan pendidikan juga ditentukan oleh paktor
pendidik, peserta didik, ketersediaan fasilitas belajar, lingkungan sekolah
serta penggunaan model dan metode pembelajaran. Penggunan model dan
metode pembelajaran secara tepat sangat menentukan partisifasi, efektifitas,
hasil dan keterlibtan peserta didik dalam pembelajaran yang dilakukan serta
hasil belajar peserta didik.

TABEL I.I
DATA HASIL PENILAIAN HARIAN SUB TEMA IV KELAS II
SEMESTER GANJIL

PENILAIAN HARIAN KE-1


NO. NAMA SISWA
MTK KD 3… B.INDO PPKN
KD 3… KD 3…
1. A. Haji Iqro A 90 88 89
2. Akalil Zafiro S 80 84 83
3. Andika Permana 60 65 68
4. Aprilia Ainun H 80 82 83
5. Aqiwl Satria 80 84 83
6. Aqilanafia 80 83 86
7. Azara Futri R 80 82 83
8. Azkia Nur M 80 84 83
9. Dara Aulia 40 52 55
10. I Ratu Ubaya K 60 62 63
11. M. Alby Luthfy F 40 62 61
12. Mila Nurmillati 80 83 86
13. M. Indra Lukman 40 62 63
14. M. Sabil 40 66 65
15. M. Danny F 80 83 86
PENILAIAN HARIAN KE-1
NO. NAMA SISWA
MTK KD 3… B.INDO PPKN
KD 3… KD 3…
16 M. Raka Mahardika 80 82 83
17 Nabila Rahma 80 84 83
18 Naufal Dary A 80 83 86
19 Qiana Revalia A 60 65 66
20 Qirey Yanda P 60 64 63
21 Raden Alfarez F 60 63 66
22 Rafi Rizki R 80 82 83
23 Randika 60 64 63
24 Rhaka Pramaditya A 60 63 66
25 Ririn Nur Julia 40 60 61
26 Salma Rahmawati 40 65 64
27 Sillva Aresta 80 83 86
28 Syalwa Dwi Pebriani 60 62 63
29 Syaqila Novianty F 40 60 59
30 Syuci Ajilla 60 65 68
31 Tifanni Zaila Meylani 60 65 66
32 Zara Nadia 60 68 67
33 Azzahra Putri F 60 66 69
34 Ahmad Haryawan 60 62 63
35 Meyka Nur Angganis 40 65 64
36 Meysha Nurkhafina 60 77 80
37 Ulfah Nabilah 60 75 76
Nilai rata-rata 63,50 70,66 71,71

Keterangan: KKM mata Pelajaran 72


Didasarkan pada nilai rata-rata penilaian harian pada Kompetensi Dasar
pada mata pelajaran Matematika, nampaknya masih banyak peserta didik
memiliki nilai dibawah KKM sebanyak 62 %, Nilai sama dengan KKM 0 .% dan
nilai diatas KKM sebanyak 38 %.
Sesuai hasil wawancara dan refleksi dengan siswa yang nilainya dibawah
KKM maka dapat disimpukan faktor penyebab rendahnya hasil penilaian harian
peserta didik pada Kompetensi dasar tersebut karena faktor kurangnya motivasi
dan minat siswa dalam kegiatan pembelajaran.
B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang yang sudah diuraikan diatas dan juga


penemuan-penemuan dilapangan maka dapat dirumuskan masalah penelitian
sebagai berikut:
1. Rumusan Umum
Bagaimana meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika
materi penjumlahan melalui pemanfaatan media pembelajaran kantong
bilangan
2. Rumusan Khusus
1. Bagaimana meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran
matematika materi penjumlahan melalui RPP yang memanfaatkan media
pembelajaran kantong bilangan?
2. Bagaimana meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran
matematika materi penjumlahan melalui langkah-langkah menggunakan
media pembelajaran kantong bilangan?
3. Bagaimana meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran
matematika materi penjumlahan melalui model menggunakan media
pembelajaran kantong bilangan?

C. TUJUAN PENELITIAN
Didasarkan pada rumusan masalah di atas, maka dapat dibuat tujuan
penelitian sebagai berikut :
1. Tujuan Penelitian Umum
Meningkatkan proses dan hasil kemampuan menghitung penjumlahan
melalui alat bantu kantong bilangan pada siswa kelas II SDN Cileunyi 04.
2. Tujuan Penelitian Khusus
a. Mendeskripsikan konsep mengurutkan bilangan dengan alat bantu
kantong bilangan
b. Mendeskripsikan aktivitas dan hasil belajar siswa dengan menggunakan
alat peraga kantong bilangan pada pembelajaran penjumlahan di kelas II
SDN Cileunyi 04
c. MEndeskripsikan aktivitas dan hasil belajar siswa dengan menggunakan
alat peraga kantong bilangan pada pembelajaran penjumlahan di kelas II
SDN Cileunyi 04

D. MANFAAT HASIL PENELITIAN

Semua penelitian pasti diharapkan dapat memberikan manfaat bagi

peneliti maupun bagi objek yang diteliti dan untuk penelitian ini, secara umum

diharapkan dapat memberikan manfaat bagi siswa, guru dan juga untuk

pembelajaran Matematika

Manfaat secara khusus yaitu :

1. Bagi siswa diharapkan dengan menggunakan alat bantu kantung bilangan

dapat memberikan suasana baru dan lebih bermakna sehingga proses dan

hasil dapat meningkat sesuai dengan yang diharapakan dan untuk lebih

jauhnya dengan menggunakan model ini diharapkan siswa dapat lebih

mengenal dan memahami tentang penjumlahan.

2. Bagi guru diharapkan dengan menggunakan alat bantu kantung bilangan

dapat memberikan pengalaman baru dalam proses mengajar dan juga

meningkatakan keprofesioanlisan guru, karena seperti yang diketahui bahwa

seorang guru dituntut menguasai 8 keterampilan mengajar yang salah

satunya yaitu mengadakan vareasi dalam pembelajaran.


3. Bagi sekolah dapat memberikan masukan yang positif, sebab ada upaya

dalam peningkatan proses pembelajaran dan mutu pendidikan.

BAB II
LANDASAN TEORI
A. LANDASAN TEORI
a. Media Pembelajaran Kantong Bilangan

Pengertian Media Pembelajaran Kata media menurut Azhar Arsyad 1996:


berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti „tengah‟, „perantara‟
atau „pengantar‟. Dalam bahasa Arab, media diartikan sebagai perantara atau
pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan. Hamidjodjo dalam
Latuheru dalam Azhar Arsyad 1996 mengemukakan bahwa media adalah semua
bentuk perantara yang digunakan oleh manusia untuk menyampaikan atau
menyebar ide, gagasan, atau pendapat sehingga dapat sampai kepada penerima
yang akan dituju. Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
media merupakan perantara yang digunakan untuk menyampaikan pesan dari
pengirim pesan kepada penerima pesan yang dituju. Selanjutnya Briggs dalam
Arief S. Sadiman 2009:6 berpendapat bahwa media pembelajaran adalah alat
yang secara fisik dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar.
Wina Sanjaya 2011:205 mengemukakan bahwa media merupakan
komponen dalam komunikasi yaitu pembawa pesan isimateri pelajaran dari
komunikator menuju komunikan. Proses pembelajaran sebagai proses
komunikasi tidak dapat terlaksana dengan optimal tanpa adanya media karena
media lah yang menjadi komponen komunikasi. Komunikator yang dimaksud
adalah guru, sedangkan komunikan adalah siswa. Berdasarkan paparan para ahli
tentang media pembelajaran di 9 atas, dapat disimpulkan bahwa media
pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyajikan dan
menyalurkan pesan isimateri pembelajaran dari komunikator guru ke komunikan
siswa sehingga dapat merangsang siswa untuk belajar.
Manfaat Media Manfaat penggunaan media pembelajaran di dalam
proses belajar mengajar menurut Azhar Arsyad 1996: 27 adalah sebagai berikut:
a. Media pembelajaran dapat memperjelas penyajian pesan dan informasi
sehingga dapat memperlancar dan meningkatkan proses dan hasil belajar.
b. Media pembelajaran dapat meningkatkan dan mengarahkan perhatian anak
sehingga dapat menimbulkan motivasi belajar, interaksi yang lebih langsung
antara siswa dan lingkungannya, dan kemungkinan siswa untuk belajar sendiri
sesuai dengan kemampuan dan minatnya.
c. Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan indera, ruang dan waktu.
d. Media pembelajaran dapat memberikan kesamaan pengalaman kepada siswa
tentang peristiwa-peristiwa di lingkungan, serta memungkinkan terjadinya
interaksi langsung dari guru, masyarakat, dan lingkungannya misalnya
melalui karyawisata, kunjungan-kunjungan ke museum atau kebun binatang.
Sementara itu Arief S. Sadiman, dkk 2009: 17 menyatakan media
pendidikan memiliki fungsi sebagai berikut:
a. Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistis
b. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera.
c. Penggunaan media pendidikan secara tepat dan bervariasi dapat mengatasi
sikap pasif peserta didik.
d. Membantu guru dalam mengatasi kesulitan guru, yaitu dengan
kemampuannya: memberikan perangsang yang sama, mempersamakan
pengalaman, menimbulkan persepsi yang sama.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa fungsi
media pembelajaran antara lain:
a. Memperjelas penyajian informasi sehingga tidak terlalu bersifat verbalism.
b. Mendorong siswa untuk belajar aktif sehingga termotivasi dalam belajar.
c. Mendorong adanya interaksi antara siswa dan guru.
d. Dapat mengamati kesulitan belajar yang dialami siswa.
e. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera.
Prinsip Pemilihan Media Dari segi teori belajar, berbagai kondisi dan
prinsip psikologis yang perlu mendapat pertimbangan dalam pemilihan dan
penggunaan media sebagai berikut Azhar Arsyad, 1996:72-74 :
a. Motivasi, media untuk melahirkan minat belajar siswa karena pengalaman
yang akan dialami siswa harus relevan dan bermakna bagi siswa itu sendiri.
b. Perbedaan individual, siswa belajar dengan cara dan tingkat kecepatan
berbeda-beda sehingga tingkat kecepatan penyajian informasi melalui media
harus berdasarkan kepada tingkat pemahaman.
c. Tujuan pembelajaran, tujuan ini akan menentukan bagian isi yang mana yang
harus mendapatkan perhatian pokok dalam media pembelajaran.
d. Organisasi isi, pembelajaran akan mudah jika isi, prosedur dan keterampilan
yang akan dipelajari diatur e dalam urutan-urutan.
e. Persiapan sebelum mengajar, ketika merancang materi pelajaran, perhatian
harus ditujukan kepada sifat dan tingkat persiapan siswa.
f. Emosi, media pembelajaran menghasilkan respons emosional sehingga
perhatian khusus terhadap elemen-elemen rancangan media sangat diperlukan
jika hasil yang diinginkan berkaitan dengan pengetahuan dan sikap.
g. Partisipasi, partisipasi aktif siswa lebih baik daripada mendengarkan dan
menonton secara pasif.
h. Umpan balik, hasil belajar akan meningkat jika siswa diinformasikan
kemajuan hasil belajarnya.
i. Penguatan
j. Latihan dan pengulangan
k. Penerapan Seperti yang telah diuraikan di atas, maka dalam pemilihan media
harus sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, praktis, dapat dipindahkan dan
dibawa kemana-mana dengan mudah, tepat untuk mendukung isi 12
pembelajaran, dan yang paling penting guru dapat terampil menggunakannya.
Apapun media yang digunakan, seorang guru harus terampil
menggunakan dalam pembelajaran karena nilai dan manfaat media amat
ditentukan oleh guru dalam menggunakannya. 4. Jenis Media Media
pembelajaran memiliki ciri utama yaitu dapat membawa pesan atau informasi
kepada siswa sebagai penerima. Terdapat tiga jenis media menurut Wina Sanjaya
2011:211 sebagai berikut :
a. Media auditif, media yang hanya dapat didengar saja, atau media yang hanya
memiliki unsur suara seperti radio atau rekaman suara.
b. Media visual, media yang hanya dapat dilihat saja tidak termasuk unsur suara.
Media yang memperlihatkan rupa dan bentuk. Media visual terbagi atas 2
yaitu visual 2 dimensi dan visual 3 dimensi. Contoh media yang masuk dalam
media ini meliputi film slide, foto, transparansi, lukisan, gambar, dan berbagai
bentuk bahan cetak.
c. Media audiovisual, jenis media yang selain mengandung unsur suara juga
mengandung unsur ambar yang dapat dilihat. Pemilihan media yang tepat
dapat membantu proses belajar mengajar khususnya dalam pembelajaran
matematika materi penjumlahan secara bersusun.
Media pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran penjumlahan
secara bersusun salah satunya yaitu media kantong bilangan. Media kantong
bilangan termasuk kedalam jenis media visual yaitu visual 3 13 dimensi.
Penggunaan media kantong bilangan diharapkan mampu meningkatkan minat
belajar siswa sehingga hasil belajar siswa meningkat pula.

B. KERANGKA BERPIKIR
Media Kantong Bilangan
Pengertian media kantong bilangan Menurut Dwi Yuniarto 2012
Kantong bilangan merupakan suatu alat sederhana yang ditujukan untuk
mempermudah siswa dalam memahami materi operasi hitung dalam matematika.
Media ini berbentuk segi empat dengan beberapa kotak yang menempel atau
disebut kantong bilangan. Kantong bilangan tersebut digunakan untuk penentu
nilai suatu bilangan. Sedangkan sedotan pada media ini digunakan sebagai
penentu jumlah suatu bilangan. Apabila satu sedotan diletakkan pada kantong
yang bernilai tempat ribuan, maka nilai satu sedotan tersebut adalah seribu.
Begitu juga apabila sedotan tersebut diletakkan pada kantong nilai tempat
ratusan maka sedotan tersebut bernilai seratus dan seterusnya. Media ini dapat
membantu siswa kelas 1 dalam menkonkretkan konsep penjumlahan dalam
materi ini penjumlahan secara bersusun. Raharjo dalam Martianti Narore dalam
Siti Zulaichah 2014 mengemukakan bahwa kantong bilangan merupakan media
konkret berupa kantong-kantong yang diisi dengan lidi atau sedotan, di mana
untuk satuan sedotan tidak diikat, sedangkan untuk 1 puluhan terdiri dari 10
lidisedotan yang diikat menggunakan karet gelang. Kantong-kantong tersebut
ditempel 14 pada sebuah bidang datar sesuai nilai tempat dan digunakan untuk
mencari hasil penjumlahan melalui peragaan. Sejalan dengan pernyataan di atas,
Heruman 2007 : 08 menjelaskan bahwa kantong bilangan dibuat berbentuk
kantong-kantong sebagai tempat penyimpanan dan menempel pada selembar
kain atau kertas. Kantong tersebut menyimbolkan nilai tempat pada suatu
bilangan. Sedangkan sedotan sendiri digunakan sebagai pengisi kantong-kantong
yang tersedia sebagai indikator jumlah bilangan yang akan dihitung. Kantong
bilangan dirancang untuk memudahkan siswa dalam pembelajaran matematika,
khususnya pada penjumlahan. Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan
bahwa media kantong bilangan adalah sebuah alat pembelajaran yang
memanfaatkan prinsip nilai tempat untuk mengajarkan materi penjumlahan yang
berbentuk kantong. Dengan kata lain, katong bilangan adalah sebuah media
pembelajaran matematika yang berbentuk kantong-kantong yang menunjukkan
nilai tempat suatu bilangan. Media dibuat dari bahan kertas atau kantong plastik
transparan dan dibentuk sesuai dengan urutan nilai tempat. Kantong bilangan
merupakan media pembelajaran yang digunakan untuk penjumlahan secara
bersusun baik dalam teknik menyimpan maupun tidak menyimpan. Dengan
menggunakan kantong bilangan sebagai media pembelajaran matematika dalam
pokok bahasan penjumlahan secara bersusun mempermudah siswa dalam
menguasai konsep serta mempermudah guru dalam menyampaikan materi
penjumlahan secara bersusun.
Fungsi Media Kantong Bilangan Kantong bilangan berfungsi
sebagai penentu nilai tempat suatu bilangan, yaitu satuan, puluhan, ratusan, dan
ribuan. Dengan adanya pengelompokan nilai suatu bilangan, maka memudahkan
siswa dalam melakukan operasi hitung baik penjumlahan maupun pengurangan.
Heruman 2007:19 juga menyebutkan fungsi penggunaan kantong bilangan
sebagai berikut : 1 Sebagai media dalam pembelajaran matematika, khususnya
pada operasi hitung matematika. 2 Sebagai salah satu sumber belajar matematika
pada operasi bilangan. 3 Sebagai motivasi belajar bagi siswa karena ditampilkan
dengan media yang sederhana tetapi menarik. Dengan demikian manfaat
penggunaan media kantong bilangan dalam pembelajaran yaitu 1 Meningkatkan
minat dan mendorong siswa lebih memperhatikan pelajaran, 2 Lebih
memusatkan perhatian siswa, 3 Memindahkan suatu pemikiran kedalam situasi
yang nyata dan sesungguhnya. Dengan menggunakan alat media kantong
bilangan serta melalui penyampaian materi yang menarik dari guru, diharapkan
siswa dapat lebih termotivasi dalam proses belajar dan lebih jelas memberikan
pelajaran sehingga tidak terjadi pengetahuan yang verbalisme.
Kelebihan dan Kekurangan Media Kantong Bilangan 1 Kelebihan
16 Kelebihan penggunaan kantong bilangan menurut Martianti Narore dalam Siti
Zulaichah 2014 yaitu menkonkretkan konsep yang dipelajari. Kantong bilangan
merupakan media 3 dimensi yang memberikan gambaran proses konkret dalam
pembelajaran, gambaran nyata ini diperoleh dari pengoperasian yang dilakukan
menggunakan kantong-kantong dan sedotan yang dijadikan bentuk konkret dari
simbol matematika. Berdasarkan hal tersebut diharapkan anak akan lebih mudah
dalam memahami konsep. Media kantong bilangan dibuat berdasarkan
keefektifan media, salah satunya yaitu media kantong bilangan dibuat
berdasarkan konsep nyata pengoperasian penjumlahan. Dwi Yuniarto 2012
menyampaikan kelebihan penggunaan media kantong bilangan sebagai berikut :
a Membantu guru untuk menyampaikan materi pembelajaran dengan lebih
menarik.
b Membantu guru untuk bisa menyampaikan suatu konsep pembelajaran yang
abstrak menjadi sebuah situasi yang nyata.
c Memantapkan pengetahuan siswa dalam memahami nilai tempat suatu
bilangan.
d Membantu siswa untuk menyelesaikan masalah operasi hitung dengan cara
yang sistematis. Setelah diperoleh media pembelajaran berupa media kantong
bilangan diharapkan siswa mampu belajar dengan mudah dan cepat, untuk itu
siswa diberikan media konkret, agar bisa membantu dalam proses belajar
berhitung dengan baik .
Kekurangan
Kelemahan media pembelajaran Kantong Bilangan yaitu Tidak
bisa digunakan dalam pembelajaran operasi hitung yang melibatkan bilangan
negatif maupun desimal. Media Kantong Bilangan yang Digunakan Media
kantong bilangan yang digunakan dalam penelitian yaitu model dari Heruman.
Menurut Heruman 2007:7 ada serangkaian kegiatan yang merupakan langkah-
langkah pemberian konsep matematika yang benar, yang terdiri atas penanaman
konsep, pemahaman konsep, dan pembinaan keterampilan. Pemberian konsep ini
dilakukan melalui alat peraga atau media yang sederhana, tetapi tepat pada
sasaran sehingga konsep tersebut akan lebih cepat dipahami dan dimengerti oleh
siswa. Berikut pemahaman konsep penjumlahan bersusun pendek dan panjang
menggunakan media kantong bilangan : 1 Beberapa kantong plastik transparan
sebagai saku penyimpan yang diletakkan pada selembar kain kertas. 2 Sedotan
limun atau lidi. Untuk lebih jelasnya, gambar media kantong bilangan dapat
dilihat pada gambar berikut ini : 18 - Bersusun pendek Tiap 10 biji sedotan diikat
untuk menyatakan satu puluhan Nilai tempat satuan Nilai tempat puluhan 19 -
Bersusun panjang Tiap 10 biji sedotan diikat untuk menyatakan satu puluhan
Penggunaan media pembelajaran Kantong Bilangan sangatlah mudah, yaitu
hanya dengan memasukkan sedotan sesuai dengan nilai angka yang akan kita
hitung kemudian masukkan atau ambil sedotan lagi sesuai dengan nilai angka
yang digunakan sebagai angka penambah, pengurang, pengali ataupun
pembaginya. Agar lebih jelas lagi, berikut prosedur penggunaan media
pembelajaran Kantong Bilangan dalam pembelajaran: Kantong soal Kantong
menyimpan Kantong nilai satuan Kantong nilai puluhan Kantong hasil Kain
kertas 20 a. Persiapkan sedotan dan kantong bilangan yang akan digunakan
untuk melakukan operasi hitung. b. Letakkan sedotan sesuai dengan nilai
tempatnya, misalnya 14 berarti 4 sedotan berada pada kantong satuan dan 1 ikat
10 sedotan berada pada kantong puluhan. c. Lakukan operasi hitung
penjumlahan, pengurangan, penjumlahan ataupun pembagian dengan
menambahkan sedotan ataupun mengurangi sedotan yang ada dalam kantong
sesuai dengan angka penjumlah atau pengurangnya. d. Sedotan yang masih ada
dalam kantong merupakan hasil operasi hitung yang dilakukan. e. Hitung jumlah
sedotan yang masih ada dalam kantong bilangan sesuai dengan nilai tempatnya.
f. Jika dalam satu kantong terdapat lebih dari sepuluh sedotan, maka ambil
sepuluh sedotan pada kantong tersebut, kemudian tambahkan satu ikat 10
sedotan pada kantong nilai yang bernilai tempat lebih besar yang ada di
sampingnya. Dengan langkah penggunaan media kantong bilangan yang mudah,
diharapkan dapat membantu siswa dalam pembelajaran matematika khususnya
materi penjumlahan secara bersusun. e. Pengaruh penggunaan media kantong
bilangan terhadap hasil belajar siswa Pembelajaran matematika penjumlahan
secara bersusun bukan merupakan topik yang mudah untuk diajarkan pada siswa,
akan tetapi dalam 21 mengajarkan topik tersebut guru harus menggunakan media
pembelajaran yang tepat dan benar, agar siswa dapat membangun dan
menemukan sendiri penyelesaiannya. Penjumlahan secara bersusun
membutuhkan media yang konkret agar siswa lebih mudah memahami konsep
penjumlahan secara bersusun dan lebih mudah dalam mengerjakan soal.
Penggunaan media konkret dalam proses pembelajaran disesuaikan dengan tahap
perkembangan anak. Menurut Piaget dalam Asri Budiningsih, 2005:39 anak pada
jenjang sekolah dasar atau pada kisaran antara 7 sampai 11 tahun berada pada
tahap operasional konkret. Pada tahap ini siswa memiliki kecakapan berpikir
logis, akan tetapi hanya dengan benda-benda bersifat konkret. Berdasarkan hal
tersebut, penggunaan media kantong bilangan yang memiliki keunggulan dalam
menkonkretkan operasi penjumlahan secara bersusun mampu mengatasi masalah
anak yang kesulitan dalam memahami konsep matematika penjumlahan secara
bersusun. Sehingga saat anak sudah memahami konsep, kemampuan anak dalam
pembelajaran matematika tentang penjumlahan secara bersusun dapat meningkat.
Media kantong bilangan selain sebagai mengkonkretkan operasi hitung dengan
membedakan nilai tempat bilangan tetapi juga memiliki fungsi lain yang
mempengaruhi hasil belajar siswa. Menurut Heruman 2007:19 menyebutkan
fungsi penggunaan kantong bilangan sebagai berikut : 1 Sebagai media dalam
pembelajaran matematika, khususnya pada operasi hitung matematika, 2 Sebagai
salah satu sumber belajar matematika pada operasi bilangan, 3 Sebagai motivasi
belajar bagi siswa karena ditampilkan 22 dengan media yang sederhana tetapi
menarik. Kantong bilangan merupakan media 3 dimensi yang memberikan
gambaran proses konkret dalam pembelajaran, gambaran nyata ini diperoleh dari
pengoperasian yang dilakukan menggunakan kantong-kantong dan sedotan yang
dijadikan bentuk konkret dari simbol matematika. Dengan gambaran nyata dari
media kantong bilangan diharapkan mampu mempengaruhi kondisi anak
sehingga mampu meningkatkan motivasi anak dan pemahaman anak. Perpaduan
penjelasan di atas diharapkan mampu memudahkan anak dalam memahami
konsep penjumlahan secara bersusun dan pada gilirannya dapat meningkatkan
hasil belajar matematika siswa tentang penjumlahan secara bersusun.

C. HIPOTESIS TINDAKAN
Untuk memudahkan pencapaian tujuan penelitian dibutuhkan sebuah
hipotesis.Hipotesis adalah perumusan jawaban sementara terhadap suatu soal,
yang dimaksudkan suatu tuntutan sementara dalam penyelidikan untuk mencari
jawaban yang sebenarnya.Hipotesis-hipotesis ini dijabarkan atau ditarik dari
postulat-postulat dan hipotesis tersebut tidak selalu merupakan jawaban yang
dianggap mutlak atau harus dapat dibenarkan oleh penyidik. (Surachmad, 1982 :
39).
Hipotesis penelitian tindakan kelas ini dapat dijabarkan sebagai berikut:
“Pemanfaatan Media Pembelajaran Kantong Bilangan Untuk Meningkatkan
Proses Dan Hasil Kemampuan Menghitung Penjumlahan Siswa Pada
Pembelajaran Matematika Di Kelas II Sekolah Dasar Negeri Cileunyi 04
Bandung”.
BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN

A. LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN

1. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan Mei 2022. Dan
penyusunan laporan pada awal Bulan Juli 2022. Penelitian ini dilakukan
sebanyak 2 siklus. Setiap siklus terdiri dari 1 pertemuan dan satu kali
evaluasi pada masing-masing siklusnya.

Siklus I dilaksanakan 1 kali pertemuan dan 1 kali evaluasi.


Membahas tentang “penjumlahan dua angka” menggunakan alat bantu
kantung bilangan. dan evaluasi dilaksanakan tanggal 22 April 2022.

Siklus II dilaksanakan 1 kali pertemuan dan 1 kali evaluasi. Pada


tanggal 26 April 2022 yang meneliti tentang “ mengenal penjumlahan sampai
dengan 500”, dan evaluasi dilaksanakan tanggal 29 April 2022.

2. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian dilaksanakan di kelas 2 Sekolah Dasar Negeri Cileunyi 04
Kecamtan Cileunyi Kabupaten Bandung.
B. SUBJEK PENELITIAN

Yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas 2 Sekolah
Dasar Negeri Cileunyi 04 di Kecamatan Cileunyi Kabupaten Bandung. Berjumlah 34
peserta didik yang terdiri dari jumlah laki-laki 19 orang dan jumlah peserta didik
perempuan ada 15 orang. Objek dalam penelitian ini adalah hasil belajar matematika di
kelas 2 SDN Cileunyi 04 khususnya pada pokok bahasan penjumlahan.
C. METODE PENELITIAN
1. Model Penelitian
Penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan kelas.
Penelitian tindakan kelas merupakan salah satu strategi penyelesaian
masalah yang memanfaatkan tindakan konkret dan proses pengembangan
keterampilan dalam mendeteksi dan menyelesaikan suatu masala
2. Populasi dan Sampel
 Populasi meliputi kelas 2 berjumlah 37 orang
 Sampel berjumlah 20 orang kelas 2
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. HASIL PENELITIAN

1. Hasil Penelitian Siklus I


Siklus I dilaksanakan 1 kali pertemuan dan 1 kali evaluasi.
Dilaksanakan tanggal 22 April 2022 tentang “penjumlahan dua angka”
dan evaluasi dilaksanakan tanggal 22 April 2022. Hasil tindakan siklus I
berupa hasil observasi tentang mengenal penjumlahan yang hasilnya
bilangan dua angka dengan penjumlahan berulang dapat dijabarkan ke dalam
tabel berikut ini;

Tabel 4.1

Kegiatan Belajar Siklus I

Pokok Proses Kegiatan Temuan


Tindakan
Bahasan Pembelajaran Esensial
1 Penjumlahan Proses pembelajaran yang Beberapa
dan dilakukan adalah peserta didik
Pengurangan menunjukan gambar peraga kurang tertib
dua bilangan jumlah lambang bilangan dalam
hasil penjumlahan, mengerjakan
kemudian peserta didik contoh soal
menanggapi alat peraga yang diberikan
yang disajikan dan pendidik di
memperagakannya di depan depan kelas.
kelas sebagai pola
demonstrasi yang
ditunjukan peserta didik.
Peserta didik diberi lembar
evaluasi yang kemudian
mendiskusikannya dengan
teman sebangku.
Menyuruh salah satu teman
sebangku sebagai
perwakilan dari masing-
masing kelompok untuk
membacakan hasil kerjanya
berupa fakta penjumlahan.
Fakta Setiap perwakilan
2 Penjunlahan menyampaikan hasil
bilangan kerjanya. Kelompok
lainnya menanggapi dengan
mengajukan pertanyaan dan
kelompok lainnya
mempresentasikan
menjawab pertanyaan yang
diajukan temannya
Evaluasi Siswa mengerjakan soal
evaluasi tentang
3
penjumlahan sebagai fakta
penjumlahan berulang

Kemudian kegiatan mengajar yang dilakukan Peneliti membuka


pelajaran dengan menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai,
memberikan apersepsi berupa “ penjumlahan “. Pertanyaan yang diajukan
adalah :
1) Berapakah hasil dari 10 +12 ?
2) 11 x 22 sama dengan ….
3) 14 + 14 sama dengan ….
Selanjutnya peneliti menuliskan pokok bahasan yang akan
dipelajari di papan tulis.Setelah membuka pelajaran peneliti mengadakan
tanya jawab dengan siswa untuk mengetahui pengetahuan awal siswa dan
mengaitkan dengan materi yang akan diajarkan. Berdasarkan pengamatan,
siswa telah memiliki pengetahuan awal tentang penjumlahan.

Setelah mengadakan apersepsi peneliti menjelaskan tujuan


pembelajaran yang akan dipelajarinya, kemudian guru Menunjukan gambar
tentang bola dan kelereng jumlah lambang bilangan hasil penjumlahan.
Siswa menanggapi macam-macam gambar bola dan kelereng bilangan
hasil penjumlahan yang ditunjukan oleh guru. Peserta didik mengamati
tentang gambar penjumlahan, maju ke depan untuk menunjukan konsep
penjumlahan sebagai penjumlahan yang berulang. Peserta didik maju ke
depan untuk mencoba beberapa soal yang diberikan guru, sementara
peserta didik yang lain turut memperhatikannya. Kemudian
gurumenyimpulkan pelajaran yang dilakukan oleh siswa dan guru.Peneliti
membagikan lembar evaluasi sebagai tes akhir yang dikerjakan secara
individu. Nilai yang diperoleh dari tes akhir mencapai rata-rata 68,38. Nilai
hasil evaluasi yang diperoleh siswa dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 4.2
Daftar Nilai Tes Akhir Siswa Siklus I

Nomor Nama Siswa Nilai Keterangan


1 A. Haji Iqro A 70
2 Akalil Zafiro S 45
3 Andika Permana 75
4 Aprilia Ainun H 70
5 Aqiwl Satria 80
6 Aqilanafia 70
7 Azara Futri R 55
8 Azkia Nur M 75
9 Dara Aulia 70
10 I Ratu Ubaya K 55
11 M. Alby Luthfy F 75
Jumlah siswa
12 Mila Nurmillati 50
34 orang.
13 M. Indra Lukman 75
Laki-laki 19
14 M. Sabil 50
Perempuan 15
15 M. Danny F 70
KKM: 60
16 M. Raka Mahardika 55
17 Nabila Rahma 75
18 Naufal Dary A 80
19 Qiana Revalia A 75
20 Qirey Yanda P 90
21 Raden Alfarez F 75
22 Rafi Rizki R 75
23 Randika 70
24 Rhaka Pramaditya A 75
25 Ririn Nur Julia 75
26 Salma Rahmawati 80
27 Sillva Aresta 70
28 Syalwa Dwi Pebriani 60
29 Syaqila Novianty F 45
30 Syuci Ajilla 60
31 Tifanni Zaila Meylani 65
32 Zara Nadia 60
33 Azzahra Putri F 75
34 Ahmad Haryawan 80
35 Meyka Nur Angganis 45
36 Meysha Nurkhafina 60
37 Ulfah Nabilah 65
Jumlah 2325
Rata-rata 68,38
Ketuntasan Belajar 79,42%

Grafik 4.1

Perkembangan Nilai Siklus I

siklus I
80
78
76
74 siklus I
72 79.42
70
68
66 68.38
64
62
rata-rata Nilai ketuntasan belajar

Berdasarkan hasil pengamatan terhadap data dan proses


pembelajaran yangdilakukan, tampak beberapa hasil yang ditunjukan siswa
pada sikuls I. dalam hal ini peneliti mendapatkan beberapa temuan yang
menarik untuk diteliti lebih lanjut.

1) Pertama : pemahaman konsep awal mengenai penjumlahan terhadap


penjumlahan berulang. Dari serangkaian kegiatan belajar mengajar yang
dilaksanakan, siswa terlibat langsung mulai dari penjelasan materi,
penyampaian tujuan pembelajaran, mendemonstrasikan hasil pembelajaran,
tanyajawab sampai pada tahap penyimpulan hasil belajar. Sehingga
siswa memiliki pengalaman belajar yang menarik, hal ini dapat
memudahkan siswa dalam memahami konsep yang diajarkan. Terlihat
dari hasil pembelajaran, dari 36 siswa putaran pertama banyak siswa yang
berani ke depan untuk mendemonstrasikan hasil pekerjaaanya, pada tahap
selanjutnya situasi kelas menjadi lebih variatif dan tidak kaku. Ini
menunjukkan bahwa sebagian besar siswa dapat memahami konsep yang
diajarkan, dan hanya beberapa orang siswa saja yang belum memahami
konsep.
2) Kedua : aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung.Siswa
tampak aktif dalam mengikuti pembelajaran ketika dilibatkan langsung
dalam memecahkan masalah penjumlahan dengan menggunakan alat
peraga yang dipajang di papan tulis. Hal inidisebabkan karena siswa
media pembelajaran yang digunakan mampu menarik minat siswa untuk
belajar matematika. Pembelajaran menjadi lebih hidup, terlihat dari
perhatian dan hasil yang dityunjukan siswa meningkat.
3) Ketiga mengenai hasil belajar siswa setelah mengikuti proses
pembelajaran.
Hasil belajar siswa dapat dilihat dari hasil tes evaluasi yang
dilakukan pada akhirpembelajaran secara individu. Dari hasil tes
evaluasi yang diperoleh siswa, pada umumnyasiswa dapat menjawab soal
dengan benar. Hasil rata-rata 68,38 menunjukan hasil yang sangat
memuaskan. Karena mampu melebihi KKM yang ditetapkan yakni 65.
Hanya ada 7 orang atau 20,58 % dari jumlah seluruh siswa yang masih
mendapat nilai dibawah 60.
Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan peneliti, terlihat bahwa
sebagian besar siswa mampu memahami konsep yang diajarkan dan
terbukti dari hasil belajar yang ditunjukannya.Dalam pembelajaran
siklus I ini peneliti menggunakan alat peraga berupa beberapa gambar
benda konkret untuk menterjemahkan konsep penjumlahan sebagai
penjumlahan yang berulang.
Aktivitas siswa terlihat mulai dari awal pembelajaran sampai
akhir pembelajaran terus meningkat.Meskipun di awal-awal
pembelajaran masih terlihat canggung dan enggan untuk menyampaikan
pendapatnya.Di awal pembelajaran siswa cenderung menjawab dengan
menanyakan pada temannya, hal ini disebabkan karena siswa tidak terbiasa
belajar dengan metode demonstrasi. Untuk itu guru harus menjelaskan
kepada siswa bagaimana cara yang baik dan benar. Hasil belajar siswa
pada siklus I ini baik, dilihat dari nilai hasil evaluasi yang mencapai nilai
rata-rata 68,38. Dengan jumlah siswa 27 orang atau hampir 79,42 %
mendapat nilai di atas 60.

2. Hasil Penelitian Siklus II


Siklus II dilaksanakan 1 kali pertemuan dan 1 kali evaluasi.
Pertemuan Pertama tanggal 26 April 2022 yang meneliti tentang “ mengenal
penjumlahan sampai dengan 100”. Tanggal 28 Maret 2013 membahas
tentang “mengenal penjumlahan sampai dengan 500”, dan evaluasi
dilaksanakan tanggal 26 April 2022.Kegiatan pembelajaran pada siklus II
dilaksanakan berdasarkan hasil analisis darisiklus I. Penelitian tindakan
kelas dilanjutkan dengan mengenal penjumlahan sampai dengan 500
yang dapat dijelaskan sebagai berikut ;
Tabel 4.3

Kegiatan Siklus II

Tindakan Pokok Bahasan Proses Kegiatan Pembelajaran Temuan Esensial


Menunjukan gambar tentang
Mengenal
boneka dan ikan sebagai
1 penjumlahan sampai
jumlah lambang bilangan hasil
500
penjumlahan
Memberikan penjelasanBeberapa orang
tentang proses faktasiswa masih belum
penjumlahan sebagaifokus untuk
penjumlahan berulang. bertanyajawab
diawal-awal
Memberi kesempatan kepada pembelajaran siklus
peserta didik untuk bertanya II ini. Namun
Menyuruh salah satu teman kejadiannya tidak
sebangku sebagai perwakilan berlangsung lama.
Menjelaskan fakta dari masing-masing kelompok
2 untuk membacakan hasil
dasar penjumlhanan
kerjanya

Bertanya tentang proses fakta


penjumlahan sebagai
penjumlahan berulang,
kemudian mendiskusikan
dengan teman sebangkunya
tentang fakta penjumlahan
sebagai penjumlahan berulang
yang ada pada lembar kerja
Evaluasi dari Siswa mengerjakan soal
evaluasi tentang operasi
3 pertemuan siklus 1
penjumlahan sebagi fakta
dan 2 penjumlahan berulang
Peneliti membuka pelajaran dengan menyampaikan tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai, memberikan apersepsi tentang “
penjumlahan sampai dengan 500“
Pertanyaan yang diajukan adalah :

1) Berapakah hasil dari 4 + 4 + 4 + 4?


2) Jadi 14 + 24 adalah …
Siswa menanggapi macam-macam gambar boneka dan ikan yang
ditunjukan oleh guru. Peserta didik mengamati tentang fakta
penjumlahan, maju ke depan untuk mengamati tentang gambar boneka
dan ikan sebagai konsep penjumlahan.Peserta didik maju ke depan untuk
mencoba beberapa soal yang diberikan guru, sementara peserta didik yang
lain turut memperhatikannya.
Peneliti memberikan kesempatan kepada siswa untuk menanyakan
hal-hal yang belum di mengerti, Kemudian dengan dipandu peneliti siswa
mengerjakan tugas dengan metode demonstrasi. Setelah siswa yang bertanya
merasa puas, dengan penjelasan peneliti, maka peneliti melanjutkan dengan
membagikan lembar evaluasi (tes akhir) secara individu.Kemudian
gurumenyimpulkan pelajaran yang dilakukan oleh siswa dan guru.
Siswa mengerjakan lembar evaluasi (tes akhir).Setelah semua siswa
selesai mengerjakan tes akhir peneliti bersama siswa membahas soal tes
akhir.Di akhir pembelajaran peneliti bersama-sama dengan siswa
menyimpulkan pelajaran mengenai penjumlahan sampai dengan nilai
100.Untuk menindak lanjuti kegiatan pembelajaran, peneliti memberikan
pekerjaan rumah dan peneliti menutup pelajaran.Perolehan nilai tes akhir yang
dikerjakan secara individu dapat dilihat dan tabel di bawah ini.

Tabel 4.4
Daftar Nilai Tes Akhir Siswa Siklus II

Nomor Nama Siswa Nilai Keterangan


1 A. Haji Iqro A 90 Jumlah siswa
2 Akalil Zafiro S 60 34orang.
3 Andika Permana 75 Laki-laki 19
4 Aprilia Ainun H 85 Perempuan 15
5 Aqiwl Satria 80 KKM: 60
6 Aqilanafia 85
7 Azara Futri R 60
8 Azkia Nur M 100
9 Dara Aulia 100
10 I Ratu Ubaya K 60
11 M. Alby Luthfy F 100
12 Mila Nurmillati 60
13 M. Indra Lukman 75
14 M. Sabil 75
15 M. Danny F 80
16 M. Raka Mahardika 70
17 Nabila Rahma 100
18 Naufal Dary A 50
19 Qiana Revalia A 85
20 Qirey Yanda P 90
21 Raden Alfarez F 100
22 Rafi Rizki R 75
23 Randika 80
24 Rhaka Pramaditya A 80
25 Ririn Nur Julia 95
26 Salma Rahmawati 90
27 Sillva Aresta 70
28 Syalwa Dwi Pebriani 100
29 Syaqila Novianty F 55
30 Syuci Ajilla 75
31 Tifanni Zaila Meylani 60
32 Zara Nadia 70
33 Azzahra Putri F 60
34 Ahmad Haryawan 90
35 Meyka Nur Angganis 75
36 Meysha Nurkhafina 80
37 Ulfah Nabilah 80
Jumlah 2680
Rata-rata 78,82
Ketuntasan Belajar 94,2%

siklus II
95

90

85 siklus II
94.2
80
78.82
75

70
rata-rata Nilai ketuntasan belajar

Grafik 4.2

Perkembangan Nilai Siklus II


Berdasarkan hasil pengamatan terhadap data dan proses
pembelajaran yangdilakukan pada siklus II, seperti halnya siklus I tampak
beberapa hasil yang ditunjukan seperti tergambar di bawah ini ;
1) Pertama : pemahaman konsep awal mengenai fakta penjumlahan, pada
umumnya siswa dapat memahami konsep sejak awal, meskipun
prosentase yang ditunjukan masih kurang baik. Sehingga ketika siswa
menentukan hasil akhir dari penjumlahan dari tabel yang diberikan
hampir50% siswa tidak dapat, mengerjakannya dengan benar.
2) Kedua mengenai aktivitas siswa pada siklus II. Dari awal sampai akhir
pembelajaran siswa terlibat langsung, mulai dari memperhatikan
penjelasan guru sampai pada menyimpulkan materipenjumlahan sampai
dengan nilai 100. Aktivitas siswa jelas terlihat sehingga pembelajaran kali
ini sangat menyenangkan dan tidak membosankan.
3) Ketiga mengenai hasil belajar siswa setelah mengikuti pembelajaran
pada siklus I hasil pembelajaransiswa pada siklus II ini lebihbaik bila
dibandingkan dengan perolehan sebelumnya. Hal ini dapat dilihat dari
nilai yang diperolehpada tes akhir, dengan nilai rata-rata sebesar
78,82.
Dari hasil analisis di atas, peneliti melakukan refleksi pada proses
belajar mengajaryang dilakukan sebagai berikut:

Pada siklus II ini siswa dapat memahami konsep yang diajarkan


mengenai penjumlahan sampai dengan hasil 100, Namun sebagian siswa
masih ada yang mendapat nilai dibawah 60 (2 orang atau 5,8%) berarti yang
sudah tuntas sebesar 94,2%,sehingga untuk menentukan hasil akhir
penjumlahan dengan nilai 100 sebagianbesar siswa dapat melakukannya
dengan tepat dan benar.

Seluruh siswa terlihat aktif dalam mengikuti proses pembelajaran


dari awal sampai akhir pembelajaran. Hanya perolehan nilai pada siklus II
ini baik bila dibandingkan dengan tindakan-tindakan pada siklus I. Ini
terlihat dari nilai yang diperoleh siswa dalam tes akhir pada siklus II ini,
dengan nilai rata-rata sebesar 78,82. Refleksi pada siklus II ini oleh peneliti
akandijadikan pedoman sebagai bahan untuk penelitian selanjutnya pada mata
pelajaran yang sama maupun pada mata pelajaran yang lainnya.

B. PEMBAHASAN

Tabel 4.5

Hasil Belajar Siklus I dan Siklus II

Indikator Siklus I Siklus II


Rata-rata 68,38 78,82
Ketuntasan Belajar 79,42% 94,2%

100 94.2

90
79.42 78.82
80
70 63.38

60
50 rata-rata Nilai
Ketuntasan Belajar
40
30
20
10
0
Siklus I Siklus II

Grafik 4.3

Perkembangan Nilai Siklus I dan II

Dari kesimpulan yang terlihat pada tabel tersebut, dapat dijelaskan


bahwa perkembangan hasil belajar siklus I dan II bahwa ada peningkatan
hasil belajar dari siklus I sebesar 68,38 menjadi siklus II 78,82. Ini
menunjukan bahwa dengan metode demonstrasi mampu meningkatkan hasil
belajar dan kemampuan siswa pada materi penjumlahan.

Seluruh siswa terlihat aktif mengikuti proses pembelajaran dari awal


sampai akhir pembelajaran selama tindakan. Selain itu, diperoleh
peningkatan hasil belajar dari siklus I ke siklus II. Hal ini terlihat dari
perkembangan hasil belajar siklus I dan II bahwa ada peningkatan hasil
belajar dari siklus I sebesar 68,38 menjadi siklus II 78,82. Ini menunjukan
bahwa dengan alat bantu kantung bilangan mampu meningkatkan hasil
belajar dan kemampuan siswa pada materi penjumlahan.

Begitupun ketuntasan belajar. Pada siklus I Hanya ada 7 orang atau 20,58
% dari jumlah seluruh siswa yang masih mendapat nilai dibawah 60. Dengan
jumlah siswa 27 orang atau 79,42 % mendapat nilai di atas 60. Pada siklus II
terjadi peningkatan dimana siswa dapat memahami konsep yang diajarkan
mengenai penjumlahan sampai dengan hasil 100. Namun sebagian siswa
masih ada yang mendapat nilai dibawah 60 (2 orang atau 5,8%),sehingga
untuk menentukan hasil akhir penjumlahan dengan nilai 100 sebagianbesar
siswa dapat melakukannya dengan tepat dan benar.

Apabila dibandingkan hasil tindakan dengan nilai pra siklus, maka terjadi
peningkatan yang baik. Hal ini terlihat dari ketuntasan belajar pada pra siklus ,
baru terkuasai 43 % dari jumlah siswa 36 orang, atau 57 % dibawah nilai
KKM atau 19 orang yang mendapat nilai di bawah KKM dan 15 orang yang
mendapat nilai di atas KKM. Dan hasil setelah tindakan (siklus I dan siklus
II) diperoleh tinggal 2 siswa atau sebesar 5,8% yang belum tuntas dan 94,2%
telah tuntas.

Dari hasil penelitian dan pembahasan sebagaimana telah diuraikan di


atas, maka ternyata penggunaan metode demonstrasi dapat meningkatkan
hasil belajar matematika tentang penjumlahan bilangan yang hasilnya bilangan
dua angka pada siswa kelas II SD Negeri Cileunyi 04 Kecamatan Cileunyi
Kabupaten Bandung. Dan telah mampu menjawab hipotesis yang diajukan.
F. ALAT PENGUMPUL DATA

a. OBSERVASI
1. Observasi dilakukan
Meningkatkan proses dan hasil kemampuan menghitung
penjumlahan melalui alat bantu kantong bilangan pada siswa
kelas II Sekolah Dasar Negeri Cileunyi 04 Bandung.

2. Observasi dilakukan terhadap guru dalam langkah-langkah


penggunaan media pembelajaran kontong bilangan pada siswa
kelas II SD Cileunyi 04 Bandung
b. WAWANCARA
Wawancara dilakukan terhadap pemahaman siswa dalam materi
penjumlahan teknik menjumlah

c. TES TERTULIS
Tes tertulis dilakukan untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa
dalam materi penjumlahan

 Pre Tes
 Post Tes
BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. SIMPULAN

Dari serangkaian hasil penelitian yang dilaksanakan di atas tentang


Pemanfaatan Media Pembelajaran Kantong Bilangan Untuk Meningkatkan
Proses Dan Hasil Kemampuan Menghitung Penjumlahan Siswa Pada
Pembelajaran Matematika Di Kelas II Sekolah Dasar Negeri Cileunyi 04
Bandung, peneliti dapat menyimpulkanbahwa: terjadi kenaikan yang baik dari
hasil belajar siswa dimana hasil belajar siklus I yaitu 68,38 meningkat menjadi
78,82 pada siklus II. Dari segi ketuntasan belajar, apabila dibandingkan hasil
tindakan dengan nilai pra siklus, maka terjadi peningkatan yang baik. Hal ini terlihat
dari ketuntasan belajar pada pra siklus , baru terkuasai 43 % dari jumlah siswa 36
orang, atau 57 % dibawah nilai KKM atau 19 orang yang mendapat nilai di
bawah KKM dan 15 orang yang mendapat nilai di atas KKM. Dan hasil setelah
tindakan (siklus I dan siklus II) diperoleh tinggal 2 siswa atau sebesar 5,8% yang
belum tuntas. Karena itu, ternyata penggunaan metode demonstrasi dapat
meningkatkan hasil belajar matematika tentang perkalian bilangan yang hasilnya
bilangan dua angka pada siswa kelas II SDN Cileunyi 04 Kecamatan Cileunyi
Kabupaten Bandung. Dan telah mampu menjawab hipotesis yang diajukan.

B. SARAN

Berdasarkankesimpulan di atas, dalam rangka perbaikan tindakan


pembelajaran, serta meningkatkan berbagai aspek pembelajaran, baik dalam proses
maupun hasil pembelajaran. Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua pihak
yang terlibat dalam peningkatan kualitas pendidikan. Untuk itu peneliti
memberikan saran bagi:

1. Bagi Guru.
Dalam mengajarkan matematika, guru hendaknya mampu memberikan
pembelajaran matematika dengan berbagai variasi mengajar yang sesuai
dengan tahapan perkembangan belajar peserta didiknya. Guru juga harus
menggunakan pendekatan pembelajaran matematika yang tepat, agar
pembelajaran yang dilakukan menjadi bermakna bagi siswa dan siswa akan
merasa tertarik untuk mengikuti pembelajaran.
2. Bagi Sekolah.
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangsih dalam inovasi
pembelajaran di kelas.Diharapkan setiap sekolah dapat berinovasi dalam setiap
penyampaian materi pembelajarannya. Sehingga dana yang disediakan oleh
pemerintah berupa BOS mampu tepat sasaran dan meningkatkan hasil belajar
siswa secara optimal. Hasil penelitian ini dapat dijadikan evaluasi dan
introspeksi bagi guru maupun bagi kepala sekolah mengenai kegiatan
pembelajaran yang telah dan akan dilaksanakan. Hasil penelitian ini
diharapkan dapat memberikan masukan bagi guru-guru SD terutama guru
kelas 2, mengenai metode pembelajaran matematika yang inovatif guna
meningkatkan pemahaman konsep, aktivitas belajar dan hasil belajar siswa.
DAFTAR PUSTAKA

Abdul majid. 2014. Pembelajaran tematik terpadu. Bandung: PT Remaja


Rosdakarya.

Antonius Cahya Prihandoko. 2006. Memahami Konsep Matematika Secara


Benar dan Menyajikannya dengan Menarik. Jakarta: Depdiknas.

Asri Budiningsih. 2005. Belajar dan pembelajaran. Jakarta: PT Rineka cipta.

Arief S. Sadiman, dkk. 2009. Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan,


dan Pemanfaatannya. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Azhar Arsyad. 1996. Media Pembelajaran. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Dwi Yuniarto. 2012. Peningkatan Hasil Belajar Siswa Menggunakan Media


Sedotan (Drinking Straws) dan Kantong Bilangan pada Pembelajaran
Matematika dengan Materi Operasi Hitung Campur Kelas IV di SD N 1
Kandangan.

Hamdani. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: CV Pustaka Setia.

Heruman. 2007. Model Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar. Bandung :


Karya Offset.

Nana Sudjana. 2008. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT


Remaja Rosdakarya.

Ngalim Purwanto. 2006. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran.


Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Purwanto. 2008. Evaluasi Hasil Belajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Anda mungkin juga menyukai