Salah satu tujuan kegiatan pembelajaran adalah untuk mencapai hasil belajar
yang telah ditetapkan. Hasil belajar dijadikan sebagai salah satu indikator
keberhasilan proses pembelajaran yang telah dilaksanakan, melalui hasil belajar dapat
diketahui sejauh mana keberhasilan dari proses pembelajaran, sehingga dapat menjadi
acuan atau tolok ukur untuk proses pembelajaran selanjutnya. Proses pembelajaran
dikatakan berhasil apabila hasil belajar sudah sesuai dengan tujuan pembelajaran
yang telah ditetapkan.
Pondasi utama pembelajaran yang baik adalah konstruktivisme. Bertitik tolak
pada proposisi konstruktivisme dikembangkan berbagai model pembelajaran yaitu
model pembelajaran langsung, pembelajaran kooperatif dan pembelajaran berbasis
masalah. Aplikasi model pembelajaran berhubungan erat dengan pendekatan
pembelajaran. Pendekatan yang cocok untuk pembelajaran berbasis konstruktivisme
adalah kontekstual.
Pengenalan seseorang terhadap hasil atau kemajuan belajarnya adalah penting,
karena dengan mengetahui hasilhasil yang sudah dicapai maka siswa akan lebih
berusaha meningkatkan hasil belajarnya. Sehingga dengan demikian peningkatan
hasil belajar dapat lebih optimal karena siswa tersebut merasa termotivasi untuk
meningkatkan hasil belajar yang telah diraih sebelumnya. Hasil belajar dapat dilihat
dari terjadinya perubahan hasil masukan pribadi berupa motivasi dan harapan untuk
berhasil Masukan itu berupa rancangan dan pengelolaan motivasional yang tidak
berpengaruh langsung terhadap besarnya usaha yang dicurahkan oleh siswa untuk
mencapai tujuan belajar. Perubahan itu terjadi pada seseorang dalam disposisi atau
kecakapan manusia yang berupa penguasaan ilmu pengetahuan dan keterampilan
1
yang diperoleh melalui usaha yang sungguhsungguh dilakukan dalam satu waktu
tertentu atau dalam waktu yang relatif lama. Hasil belajar yang diharapkan biasanya
berupa prestasi belajar yang baik atau optimal. Namun dalam pencapaian hasil belajar
yang baik masih saja mengalami kesulitan dan prestasi yang didapat belum dapat
dicapai secara optimal. Dalam peningkatan hasil belajar siswa dipengaruhi oleh
banyak faktor, salah satunya yakni motivasi untuk belajar (Priansa, 2015; 6).
Dari uraian diatas tergambar bahwa ada empat masalah pokok yang sangat
penting, dimana dapat dijadikan pedoman untuk pelaksanaan kegiatan belajar
mengajar yang berhasil dan sesuai dengan tujuan atau standar yang diinginkan. Pada
masalah nomor tiga telah disebutkan bahwa salah satu point penting dalam proses
belajar mengajar ialah menentukan suatu prosedur, metode dan teknik yang dianggap
paling efektif dalam pelaksanaan pembelajaran tertentu. oleh karena itu penulis akan
meneliti salah satu model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL)
yang akan diterapkan pada peserta didik kelas X SMK Negeri 2 Pekanbaru . Dimana
dalam model pembelajaran tersebut telah menyangkut beberapa aspek penting yang
ada pada dasar strategi belajar mengajar ekonomi kewirausahaan yang baik.
2
Cara pengemasan pengalaman belajar yang dirancang guru sangat
berpengaruh terhadap kebermaknaan pengalaman bagi siswa. Melalui landasan
filosofi konstruktivisme, Contextual Teaching and Learning (CTL) menjadi alternatif
strategi belajar yang baru. Melalui strategi Contextual Teaching and Learning (CTL),
siswa diharapkan belajar melalui “mengalami” bukan “menghafal” sehingga proses
pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan
mengalami, bukan mentransfer pengetahuan dari guru ke siswa.
3
menghubungkan isi pelajaran dengan lingkungan. Pendekatan Contextual Teaching
and Learning (CTL) adalah pendekatan pembelajaran yang menekankan pada
keterkaitan siswa dalam aktivitas penting yang membantu mereka mengaitkan
pelajaran akademis dengan konteks kehidupan nyata yang mereka hadapi.
Tabel 01. Daftar Nilai Ujian Tertulis Semester X.1 SMK Negeri 2 Pekanbaru
Nilai Ujian
No Nama Siswa Jumlah Nilai
Soal Soal
Objektif Essay
1 Aditya Laksana 68 16 84
2 Artika Sari 64 14 78
3 Atika Safitri 50 10 60
4 Bintang S. 70 14 84
5 Chindi APS 58 14 72
6 Damar S 40 11 51
7 Daniyah SM 58 15 73
8 Delon Jutanto S 80 15 95
9 Dhio F 40 7 47
10 Dita M 58 12 70
11 Filsi C 66 13 79
12 Fransiska O.G 66 15 81
13 Jelita M 58 18 76
14 Jiskaris N 60 18 78
15 Leni S 60 18 78
4
16 M. Fatrhir 52 14 66
17 Mariana E. 70 17 87
18 Nabillah H 64 18 82
19 Natasya 78 16 94
20 Nesa Rism Nanda 72 15 87
21 Nuralif 44 13 57
22 Nuurl Fadli 42 10 52
23 Putri M 60 16 76
24 Salsabila N 60 12 72
25 Tengku Gavin 48 11 59
26 Witri W 60 13 73
27 Yolanda M 58 12 70
28 Yosi Aprianti 64 11 75
29 Zahra Deputri W 76 9 85
30 Zevanya Lovinta 56 11 67
Sumber: SMK Negeri 2 Pekanbaru, 2021
Berdasarkan data di atas, terdapat 13 orang siswa dari 30 orang siswa yang
belum mencapai KKM dalam pembelajaran ekonomi kewirausahaan. Berdasarkan
wawancara dengan guru mata pelajaran ekonomi di kelas X SMK Negeri 2
Pekanbaru, diketahui bahwa hasil belajar siswa pada mata pelajaran ekonomi kelas X
masih banyak siswa yang memiliki hasil belajar yang rendah. Pada kenyataannya,
yang terjadi di SMK Negeri 2 Pekanbaru tidak sesuai yang diharapkan. Di kelas X
yang berjumlah siswa yang terbagi dalam 3 kelas, banyak permasalahan yang terjadi
khususnya dalam proses pembelajaran. Sesuai data awal yang diperoleh dari SMK
Negeri 2 Pekanbaru, bahwa dari jumlah 118 siswa terdapat 80% siswa yang nilainya
tidak memenuhi standar ketuntasan pada mata pelajaran ekonomi. Di mana standar
ketuntasannya rata- rata 75. Hal ini terjadi karena adanya faktor-faktor yang
mempengaruhi rendahnya hasil belajar, karena diakibatkan jika dalam proses
pembelajaran berlangsung siswa lebih memilih untuk tidak masuk kelas pada jam
pertama mata pelajaran.
Alasan terlambat karena jarak rumah yang jauh dengan sekolah, serta ada
beberapa siswa juga yang sering terlambat karena sebelum berangkat ke sekolah
harus membantu orang tuanya karena keadaanekonomi. Selain itu, ada beberapa
5
siswa yang sering bolos atau berada di luar kelas pada saat pembelajaran berlangsung.
Hal ini disebabkan sebagian siswa yang tidak mengerjakan tugas yang diberikan guru
sehinggga mereka takut masuk di dalam kelas, dengan alasan takut akan dihukum,
dan merasa bosan di dalam kelas. Sebagian siswa lain juga sering bolos dengan
alasan merasa bosan dengan mata pelajaran ekonomi maupun ada pengaruh teman
dari luar sekolah. Kurang memperhatikan guru pada saat mengajar, baik siswa laki-
laki maupun perempuan.Hal ini terjadi karena adanya pengaruh faktor dari dalam diri
siswa maupun dari luar sehingga mereka mengesampingkan belajar. Akibatnya siswa
yang sering melakukan hal ini akan ketinggalan materi pelajaran, sehingga hasil
evaluasi tidak mencapai nilai ketuntasan yang sudah ditentukan. Faktor-faktor yang
menyebabkan nilai siswa diatas secara umum disebabkan oleh rendahnya motivasi
belajar.
Pembelajaran ekonomi kewirausahaan di kelas X SMK Negeri 2 Pekanbaru
sudah berjalan baik dan menyenangkan namun terdapat permasalahan yang
mengakibatkan hasil belajar siswa tersebut rendah. Pembelajaran masih terpusat pada
guru sehingga aktivitas belajar siswa kelas X masih kurang. Akibatnya siswa kurang
termotivasi untuk belajar ekonomi kewirausahaan.
Dalam motivasi belajar terkandung adanya cita-cita atau aspirasi siswa, ini
diharapkan siswa mendapat motivasi belajar sehingga mengerti dengan apa yang
6
menjadi tujuan dalam belajar. Disamping itu, keadaan siswa yang baik dalam belajar
akan menyebabkan siswa tersebut bersemangat dalam belajar dan mampu
menyelesaikan tugas dengan baik, kebalikan dengan siswa yang sedang sakit, ia tidak
mempunyai gairah dalam belajar (Priansa, 2015; 6).
Motivasi belajar pada siswa dapat menjadi lemah, lemahnya motivasi atau
tiadanya motivasi belajar akan melemahkan kegiatan, sehingga mutu hasil belajar
akan menjadi rendah. Oleh karena itu, motivasi belajar pada diri siswa perlu
diperkuat terus menerus. Dengan tujuan agar siswa memiliki motivasi belajar yang
kuat, sehingga hasil belajar yang diraihnyapun dapat optimal. Motivasi belajar yang
dimiliki siswa-siswa dalam setiap kegiatan pembelajaran sangat berperan untuk
meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran tertentu. Siswa-siswa tersebut
akan dapat memahami apa yang dipelajari dan dikuasai serta tersimpan dalam jangka
waktu yang lama. Siswa menghargai apa yang telah dipelajari hingga merasakan
kegunaannya didalam kehidupan sehari-hari ditengah-tengah masyarakat.
Siswa yang memiliki motivasi untuk berhasil akan bekerja lebih keras
daripada orang yang memiliki motivasi untuk tidak gagal. Dengan demikian siswa
yang memiliki motivasi untuk berhasil harus diberi pekerjaan yang menantang dan
sebaliknya jika siswa yang memiliki motivasi untuk tidak gagal sebaiknya diberi
pekerjaan yang kira-kira dapat dikerjakan dengan hasil yang baik (Donni Juni
7
Priansa, 2015; 14). Apabila motif atau motivasi belajar timbul setiap kali belajar,
besar kemungkinan hasil belajarnya meningkat. Banyak bakat siswa tidak
berkembang karena tidak memiliki motif yang sesuai dengan bakatnya itu. Apabila
siswa itu memperoleh motif sesuai dengan bakat yang dimilikinya itu, maka lepaslah
tenaga yang luar biasa sehingga tercapai hasil-hasil belajar yeng semula tidak
terduga.
Kedua, adalah penelitian yang dilakukan oleh Sugiarti dan Patta Bundu (2014)
tentang contextual chemistry model based learning environment(pkkbl) to improve
student learning outcomes and academic honesty for junior high school pada materi
kesetimbangan kimia memberikan persentase ketuntasan hasil belajar siswa sebesar
82,19 %.
8
Selain itu, Puspitasari (2010) melakukan penelitian mengenai pengaruh
pembelajaran kontekstual terhadap hasil belajar kimia pada konsep sistem koloid di
kelas XI SMA Muhammadiyah 25 Pamulang menunjukkan pengaruh pembelajaran
kontekstual terhadap hasil belajar di kelas.
C. Rumusan Masalah
D. Tujuan Penelitian
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
9
motivasi belajar ekonomi kewirusahaan pada siswa kelas X SMK Negeri 2
Pekanbaru.
2. Manfaat Praktis
F. Definisi Operasional
Beberapa definisi stilah dari variabel penelitian yang diteliti adalah sebagai
berikut:
1. Belajar adalah perubahan yang relatif permanen dalam perilaku atau potensi
perilaku sebagai hasil dari pengalaman atau latihan yang diperkuat. Belajar
merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respons (Hamalik,
2015 : 25).
2. Pembelajarn adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur
manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling
mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran (Hamalik, 2015 : 36 ).
3. Metode pembelajaran adalah acuan pembelajaran yang secara sistematis
dilaksanakan berdasarkan pola-pola pelajaran tertentu. Model pembelajaran
tersusun atas beberapa komponen yaitu fokus, sintaks, sistem sosial, dan
sistem pendukung (Prastowo, 2013: 68).
4. Metode contextual teaching and learning (CTL) adalah suatu konsepsi yang
membantu guru mengaitkan konten mata pelajaran dengan situasi dunia nyata
10
dan memotivasi siswa membuat hubungan antara pengetahuan dan
penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga, warga
Negara dan tenaga kerja (Trianto, 2010:104).
5. Nilai atau hasil belajar adalah kemapuan-kemampuan yang dimiliki oleh
siswa setelah menerima pengalaman belajar (Kompri, 2017:42).
6. Motivasi belajar adalah dorongan dari dalam dan luar yang ada pada peserta
didik yang sedang belajar untuk melakukan perubahan tingkah laku, pada
umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang mendukung (Uno,
2013:23).
7. Pembelajaran ekonomi kewirausahaan adalah kompetensi kewirausahaan pada
mata pelajaran ekonomi.
G. Kajian Teori
1. Motivasi Belajar
a. Pengertian Motivasi
Menurut Uno (2013:23) motivasi belajar adalah dorongan dari dalam dan luar
yang ada pada peserta didik yang sedang belajar untuk melakukan perubahan tingkah
laku, pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang mendukung.
Menurut Kodijah (2014:151) motif merupakan dorongan untuk berprilaku,
seedangkan pengarahan perilaku dapat dilakukan oleh diri sendiri atau orang lain.
Sedangkan menurut Djaali (2013:101) motivasi adalah keadaan yang ada pada diri
seseorang sebagai pendorong untuk melakukan aktivitas tertentu guna pencapaian
suatu tujuan.
Menurut Sani (2015:49) motivasi belajar adalah segala sesuatu yang dapat
memotivasi siswa atau individu untuk belajar. Tanpa motivasi belajar, seorang
peserta didik tidak akan belajar dan akhirnya tidak akan mencapai hasil belajar yang
maksimal. Motivasi juga dapt dikatakan sebagai penggerak dalam diri peserta didik
yang menimbulkan kegiatan belajar yang menjamin kelangsungan dari kegiatan
11
belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang diinginkan
dapat tercapai (Sardiman, 2011:75).
12
2. Metode Contextual Teaching and Learning (CTL)
a. Pengertian Contextual Teaching and Learning
Pendekatan Kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL)
merupakan suatu konsepsi yang membantu guru mengaitkan konten mata pelajaran
dengan situasi dunia nyata dan memotivasi siswa membuat hubungan antara
pengetahuan dan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga,
warga Negara dan tenaga kerja (Trianto, 2010:104).
Berdasarkan Suprijono (2009:85-88), menyatakan bahwa penerapan
pendekatan Contextual Teaching And Learning (CTL) memiliki tujuh komponen
utama, yaitu:
1) Konstruktivisme (constructivism)
2) Menemukan (inquiry)
3) Bertanya (questioning)
4) Masyarakat-belajar (learning community)
5) Pemodelan (modeling)
6) Refleksi (reflection), dan
7) Penilaian autentik (authentic assesment).
Beberapa pendapat di atas menyatakan bahwa pembelajaran dengan
pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan konsep
pembelajaran yang membantu guru untuk menciptakan proses pembelajaran yang
bermakna. Komponen-komponen pembelajaran yang ditawarkan dalam pendekatan
Contextual Teaching and Learning sangat membantu guru mengaktifkan siswa dalam
belajar. Keaktifan siswa dalam setiap pembelajaran diharapkan mampu untuk
memaknai apa manfaat belajar bagi mereka, sehingga siswa menemukan minat
mereka dalam pembelajaran.
13
lebih banyak berurusan dengan strategi daripada memberi informasi. Tugas guru
adalah mengelola kelas agar kelas menjadi kondusif untuk belajar siswa. Jadi
pengetahuan atau keterampilan itu ditemukan sendiri oleh siswa bukan terpusat hanya
pada guru”. Pembelajaran kontekstual menuntut siswa untuk lebih kreatif sehingga
mampu menggali informasi yang terkait dengan pembelajaran secara mandiri.
Karakteristik dalam pembelajaran yang menggunakan CTL dapat mempraktikkan
pengetahuan dan pengalaman, artinya pengetahuan yang diperoleh dalam proses
pembelajaran harus dapat diaplikasikan dalam kehidupan siswa sehingga tampak
adanya perubahan perilaku siswa.
c. Peran Guru dan Siswa dalam Contextual Teaching and Learning (CTL)
Setiap guru dalam proses pembelajaran kontekstual perlu memahami tipe
belajar dalam dunia siswa, guru perlu menyesuaikan gaya mengajar terhadap gaya
belajar siswa. Sanjaya (2006 : 263) terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan
bagi setiap guru dan siswa dalam menggunakan pendekatan CTL, antara lain :
1) Siswa dalam pembelajaran kontekstual dipandang sebagai individu yang
sedang berkembang. Kemampuan belajar seseorang akan dipengaruhi oleh
tingkat perkembangan dan keleluasan pengalaman yang dimilikinya. Anak
bukanlah orang dewasa dalam bentuk kecil, melainkan organisme yang
sedang berada dalam tahap-tahap perkembangan. Kemampuan belajar akan
sangat ditentukan oleh tingkat perkembangan dan pengalaman mereka.
Dengan demikian peran guru bukanlah sebagai instruktur atau „‟penguasa‟‟
yang memaksakan kehendak, melainkan guru adalah pembimbing siswa agar
mereka dapat belajar sesuai dengan tahap perkembangannya
2) Setiap anak memiliki kecenderungan untuk belajar hal-hal yang baru dan
memecahkan setiap persoalan yang menantang. Dengan demikian guru
berperan dalam memilih bahan-bahan belajar yang dianggap penting untuk
dipelajari oleh siswa
14
3) Belajar bagi siswa adalah proses mencari keterkaitan atau keterhubungan
antara hal-hal yang baru dengan hal-hal yang sudah diketahui. Dengan
demikian peran guru adalah membantu agar setiap siswa mempu
menemukan keterkaitan antara pengalaman baru dengan pengalaman
sebelumnya
4) Belajar bagi anak adalah proses penyempurnaan skema yang telah ada
(asimilasi) atau proses pembentukan skema baru (akomodasi), dengan
demikian tugas guru adalah memfasilitasi (mempermudah) agar anak
mampu melakukan proses asimilasi dan proses akomodasi.
15
Berdasarkan Center for Occupational Research and Development (CORD)
yang dikutip Suprijono (2009:84) menyampaikan lima strategi bagi pendidik dalam
rangka penerapan pembelajaran kontekstual, yang disingkat dengan REACT, yaitu:
1) Relating, belajar dikaitkan dengan konteks pengalaman kehidupan nyata.
Konteks merupakan kerangka kerja yang dirancang guru untuk membantu
peserta didik agar yang dipelajari bermakna
2) Experiencing, belajar adalah kegiatan “mengalami”, siswa berproses secara
aktif dengan hal yang dipelajari dan berupaya melakukan eksplorasi
terhadap hal yang dikaji, berusaha menemukan dan menciptakan hal baru
dari apa yang dipelajarinya.
3) Applying, belajar menekan kepada proses mendemonstrasikan pengetahuan
yang dimiliki dalam konteks dan pemanfaatannya
4) Cooperating, belajar merupakan proses kolaboratif dan kooperatif melalui
belajar berkelompok, komunikasi interpersonal atau hubungan
intersubjektif
5) Transferring, belajar menekankan pada terwujudnya kemampuan
memanfaatkan pengetahuan dalam situasi atau konteks baru.
a. Pengertian Belajar
Belajar merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan kita karena
belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu
perubahan perilaku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya
sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Tanpa belajar seseorang tidak
mungkin dapat mengembangkan potensi dirinya dengan baik secara maksimal dan
tanpa belajar seseorang juga sulit menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi. Selain
itu belajar adalah salah satu kebutuhan manusia karena dengan belajar seseorang akan
dapat meningkatkan pengetahuan, ketrampilan serta sikap yang semuanya itu dapat
16
berguna bagi dirinya maupun dalam kehidupan masyarakat. Dari belajar seseorang
akan dapat melakukan sesuatu yang tidak dapat dilakukan sebelumnya karena belajar
sesungguhnya juga adalah perubahan tingkah laku atau kecakapan manusia.
Belajar merupakan suatu kebutuhan bagi setiap orang, karena mereka dapat
mengetahui dan menemukan suatu pengalaman. Belajar bukan semata-mata
mengumpulkan atau menghafalkan fakta-fakta yang terjadi dalam bentuk informasi
atau materi pelajaran. Dalam proses pengajaran, unsur proses belajar memegang
peranan yang penting/vital. Mengajar adalah proses membimbing kegiatan belajar,
dan kegiatan mengajar hanya bermakna bila terjadi kegiatan belajar siswa. Oleh
karena itu, adalah penting sekali bagi setiap guru memahami sebaik-baiknya tentang
proses belajar siswa, agar ia dapat memberikan bimbingan dan menyediakan
lingkungan belajar yang tepat dan serasi bagi siswa.
Menurut Sardiman (2016 : 21) Belajar adalah berubah dalam hal ini yang di
maksudkan belajar berarti usaha mengubah tingkah laku. Jadi belajar akan membawa
suatu perubahan pada individu-individu yang belajar. Menurut Slameto (dalam
Suryani dan Agung 2012 : 35) belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan oleh
17
seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya dalam berinteraksi dengan lingkungannya.
Hamiyah dan Jauhar (2014: 4) yang menyatakan bahwa belajar adalah suatu
proses perubahan perilaku atau pribadi seseorang berdasarkan pengalamannya
berinteraksi dengan lingkungannya yang ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti
perubahan pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku, keterampilan,
kecakapan, kebiasaan, serta perubahan aspek-aspek lain yang ada pada individu yang
belajar. Menurut Klein (dalam Suprihatiningrum, 2013: 14), belajar didefinisikan
sebagai hasil proses eksperimental dalam perubahan tingkah laku yang relatif
permanen yang tidak dapat diucapkan dengan pernyataan sesaat.
b. Pengertian Pembelajaran
Pendidikan, latihan, pembelajaran,teknologi pendidikan, istilah-istilah tersebut
masing-masing memiliki pengertian sendiri-sendiri, berbeda tetapi berhubungan erat.
Pendidikan lebih menitikberatkan pada pembentukan dan pengembangan
kepribadian, jadi mengandung pengertian yang lebih luas sedangkan latihan
(training) lebih menekankan pada pembentukan keterampilan (skill).
18
Ketercapaian tujuan dapat di cek atau di kontrol sejauh mana tujuan itu telah
tercapai. Itu sebabnya, suatu sistem pengajaran selalu mengalami dan mengikuti tiga
tahap, yakni tahap analisis (menentukan dan merumuskan tujuan), tahap sintesis
(perencanaan proses yang akan ditempuh), dan tahap evaluasi (mentes tahap pertama
dan kedua).
19
dan sistematis dimana guru berinteraksi dengan pesrta didik dengan menggunakan
sumber belajar.
c. Tujuan Belajar
Menurut Suryani dan Agung (2012 : 39) tujuan belajar adalah komponen
pertama yang harus ditetapkan dalam proses pembelajaran karena berfungsi sebagai
indikator keberhasilan pembelajaran. Menurut Sardiman (2016) tujuan belajar itu
adalah ingin mendapatkan pengetahuan,keterampilan dan penanaman sikap mental
atau nilia-nilai. Menurut Hamalik (2015 : 85) Tujuan belajar adalah perangkat hasil
yang hendak dicapai setelah siswa melakukan kegiatan belajar.
Berdasarkan pendapat para ahli dan pakar di atas dapat disimpulkan bahwa
tujuan belajar adalah komponen pertama yang harus ditetapkan dalam proses
pembelajaran karena sebagai indikator keberhasilan yang diharapkan setelah siswa
mempelajari pelajaran.
20
1) Faktor personal
2) Faktor perilaku
3) Faktor lingkungan
e. Pengertian Mengajar
Suryani dan Agung (2012: 37). menyatakan bahwa mengajar adalah suatu
aktivitas dari guru dalam usaha mengorganisasi lingkungan yang berhubungan
dengan siswa, pengetahuan dan bahan pembelajaran sehingga menimbulkan proses
belajar mengajar yang efektif pada diri siswa. Menurut Usman (dalam Suryani dan
Agung 2012: 36) mengajar adalah suatu usaha mengorganisasi lingkungan dalam
hubungannya dengan siswa dan bahan pembelajaran sehingga menimbulkan proses
belajar mengajar pada diri siswa.
Berdasarkan pendapat para ahli dan pakar dapat disimpulkan bahwa mengajar
adalah suatu aktivitas mentransfer pengetahuan, ketrampilan dan nilainilai dari guru
dalam mengorganisasi lingkungan, siswa, pengetahuan dan bahan pembelajaran
sehingga menimbulkan proses belajar yang efektif pada diri siswa.
21
4. Model Pembelajaran
a. Pengertian Model Pembelajaran
Model pembelajaran sangat erat kaitannya dengan gaya belajar siswa dan
gaya mengajar guru. Melalui model pembelajaran, guru dapat membantu siswa untuk
mendapatkan informasi, keterampilan, cara berpikir, dan mengekpresikan idenya.
Prastowo (2013: 68) berpendapat bahwa model pembelajaran adalah acuan
pembelajaran yang secara sistematis dilaksanakan berdasarkan pola-pola pelajaran
tertentu. Model pembelajaran tersusun atas beberapa komponen yaitu fokus, sintaks,
sistem sosial, dan sistem pendukung.
Menurut Sani (2013: 89) model pembelajaran adalah kerangka konseptual
berupa pola prosedur sistematik yang dikembangkan berdasarkan teori dan digunakan
dalam mengorganisasikan proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan belajar.
Menurut Abdullah (2013: 89) model pembelajaran merupakan kerangka konseptual
berupa pola prosedur sistematik yang dikembangkan berdasarkan teori dan digunakan
dalam mengorganisasikan proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan belajar.
Lebih lanjut, Suprihatiningrum (2013: 145) mengemukakan bahwa model
pembelajaran merupakan suatu rancangan yang di dalamnya menggambarkan sebuah
proses pembelajaran yang dapat dilaksanakan oleh guru dalam mentransfer
pengetahuan maupun nilai-nilai kepada siswa. Menurut Hosnan (2014: 337).Model
adalah prosedur yang sistematis tentang pola belajar untuk mencapai tujuan belajar
serta sebagai pedoman bagi pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan
aktivitas pembelajaran. Sedangkan menurut pendapat Karwati dan Priansa (2014:
247), model merupakan kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman
dalam melakukan suatu kegiatan.
Trianto (2013: 22) mengungkapkan bahwa model pembelajaran adalah suatu
perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan
pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan
perangkatperangkat pembelajaran yang termasuk di dalamnya bukubuku, film-film,
komputer, kurikulum, dan lain-lain.
22
Pola dari suatu model pembelajaran adalah pola yang menggambarkan urutan
alur tahap-tahap keseluruhan yang pada umumnya disertai dengan serangkaian
kegiatan pembelajaran (Trianto, 2013: 24). Pola dari suatu model pembelajaran
menunjukkan kegiatankegiatan apa yang harus dilakukan oleh guru atau siswa.
Berdasarkan beberapa pendapat yang telah dikemukakan para ahli, peneliti
menyimpulkan bahwa model pembelajaran adalah suatu pola pembelajaran yang
tergambar dari awal hingga akhir kegiatan pembelajaran yang tersusun secara
sistematis dan digunakan sebagai pedoman untuk merencanakan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Ciri utama
dari model pembelajaran adalah adanya tahapan atau sintaks pembelajaran.
5. Hasil Belajar
a. Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar seringkali digunakan sebagai ukuran untuk mengetahui seberapa
jauh seseorang menguasai bahan yang sudah diajarkan. Secara sederhana, yang
dimaksud dengan hasil belajar siswa adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah
melalui kegiatan belajar.
Kompri (2017:42) menyatakan Hasil belajar adalah kemapuan-kemampuan
yang dimiliki oleh siswa setelah menerima pengalaman belajar. Putu (2015:3)
menyatakan Hasil belajar adalah kemampuan yang dicapai siswa setelah
menyelesaikan pembelajaran. Jumanto (2017:64) menyatakan Hasil belajar adalah
perilaku yang diperoleh seseorang berkat pengalaman belajar dan latihan.
Berdasarkan dari uraian di atas disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan
tingkah laku peserta didik yang terjadi setelah mengikuti pembelajaran. Perubahan
tersebut meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotorik yang hasilnya dituangkan
dalam bentuk angka atau nilai.
23
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Untuk meraih prestasi belajar yang baik banyak sekali faktor yang perlu
diperhatikan. Djamarah dalam (Syafaruddin dkk, 2019:80) menyatakan bahwa faktor-
faktor yang mempengaruhi hasil belajar digolongkan menjadi tiga kelompok yaitu:
faktor stimulus, faktor metode mengajar, dan faktor individu. Dijabarkan sebagai
berikut:
1. Faktor stimulus Faktor stimulus adalah segala hal di luar individu yang
merangsang untuk mengadakan interaksi atau perubahan, penegasan serta
suasana lingkungan eksternal yang diterima
2. Faktor metode mengajar Metode mengajar guru sangat mempengaruhi
terhadap belajar siswa, dengan kata lain metode yang dipakai guru sangat
menentukan dalam mencapai prestasi belajar siswa
3. Faktor individu Faktor individu sangat besar sekali pengaruhnya terhadap
kegiatan belajar siswa, bahwa pertumbuhan dan usia seiring dengan
pertumbuhan dan perkembangannya. Semakin dewasa individu semakin
meningkat pula kematangan berbagai fungsi fisiologisnya.
Kedua, adalah penelitian yang dilakukan oleh Sugiarti dan Patta Bundu
(2014:112) tentang contextual chemistry model based learning environment (pkkbl)
to improve student learning outcomes and academic honesty for junior high school
24
pada materi kesetimbangan kimia memberikan persentase ketuntasan hasil belajar
siswa sebesar 82,19 %.
I. Kerangka Berfikir
Proses pembelajaran di kelas, agar dapat diserap oleh siswa dengan baik dan
memperoleh hasil belajar yang optimal, guru harus dapat menentukan metode
pembelajaran yang tepat. Metode yang sering diterapkan oleh guru mata pelajaran
ekonomi kewirausahaan adalah metode konvensional atau metode ceramah tanpa
variasi. Mengaplikasikan ekonomi kewirausahaan yang selama ini dianggap sebagai
mata diklat kurang bermanfaat, karena siswa tidak terbiasa berfikir kritis, analitis,
argumentatif.
25
Untuk itu perlu adanya pendekatan kontekstual guna memberdayakan siswa dalam
pembelajaran ekonomi kewirausahaan. Pokok bahasan Mengidentifikasi proses
ekonomi kewirausahaan dengan menggunakan pendekatan CTL karena belajar pada
hakekatnya adalah menangkap pengetahuan dari kenyataan, oleh karena itu
pengetahuan yang diperoleh memiliki makna (Real World Learning).
Penelitian ini terbagi menjadi dua siklus, yang masing-masing siklus terdapat
tahapan-tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi, yang tiap
akhir siklus dilakukan evaluasi pada masing-masing siswa. Penerapan metode CTL
pada pokok bahasan ekonomi kewirausahaan ini diharapkan dapat membantu siswa
untuk mencapai standar ketuntasan belajar. Pencapaian ketuntasan ini dapat dilihat
dari hasil belajar yang dicapai siswa dalam pokok bahasan ekonomi kewirausahaan
J. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
26
data atau informasi yang bermanfaat dalam meningkatkan mutu suatu hal
yang menarik minat dan penting bagi peneliti
2. Tindakan- menunjuk pada sesuatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan
dengan tujuan tertentu. Dalam penelitan berbentuk rangkaian siklus
kegiatan untuk siswa
3. Kelas- dalam hal ini tidak terikat pada pengertian ruang kelas, tetapi
dalam pengertian yang lebih spesifik. Seperti yang sudah lama dikenal
dalam bidang pendidikan dan pengajaran, yang dimaksud dengan istilah
kelas adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama, menerima
pelajaran yang sama dari guru yang sama pula.
27
3. Data dan Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah siswa SMK SMK Negeri 2 Pekanbaru
Jurusan Ekonomi kewirausahaan. Dalam penelitian tindakan kelas ini, ada dua jenis
data yang dapat dikumpulkan oleh peneliti, yaitu : berupa lembar pengamatan. Data
ini digunakan untuk mengetahui keaktifan guru dan siswa selama jalannya penelitian.
Pada penelitian ini digunakan metode deskriptif dengan membandingkan hasil belajar
siswa sebelum tindakan dengan hasil belajar siswa sesudah tindakan. Data dapat
dihitung sebagai berikut:
1. Merekapitulasi nilai ulangan harian sebelum dilakukan tindakan dan nilai tes
diakhir siklus I dan siklus II.
28
2. Menghitung nilai rerata atau persentase hasil belajar siswa sebelum tindakan
dengan hasil belajar sesudah tindakan pada siklus I dan siklus II untuk
mengetahui adanya peningkatan hasil belajar.
3. Menghitung nilai Data tentang hasil belajar kognitif siswa
4. Menghitung nilai Data Observasi.
6. Prosedur Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dua siklus, setiap siklus merupakan alur suatu
proses kegiatan penelitian. Suharsimi (2009:117) ”kegiatan pokok pelaksanaan
penelitian tindakan kelas meliputi empat tahap yaitu : (1) perencanaan, (2)
pelaksanaan, (3) pengamatan, (4) refleksi”. Hasil dari refleksi pada siklus I jika
terlihat adanya kekurang sempurnaan, maka dilakukan siklus II untuk
menyempurnakan siklus I. Adapun prosedur dalam penelitian ini dapat dijelaskan
sebagai berikut :
1. Persiapan
Kegiatan yang dilakukan adalah :
a) Mempersiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran pada pokok bahasan
dengan pendekatan CTL
b) Meminta bantuan guru untuk mengajar
c) Mempersiapkan bahan pengajaran sebelum bertemu siswa, menyiapkan
sumber belajar, dan bahan tugas untuk siswa
d) Menyusun tugas siswa
e) Membuat instrument
f) Menyusun pembentukan kelompok diskusi
g) Membuat lembar pengamatan untuk mengamati keaktifan siswa dan kinerja
guru dalam pembelajaran ekonomi kewirausahaan.
29
2. Langkah-langkah penelitian
Pelaksanaan tindakan ini dilakukan dua siklus yaitu :
Siklus I
1. Perencanaan
1) Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran sebagai pedoman dalam proses
pembelajaran
2) Meminta bantuan guru untuk mengajar
3) Menyiapkan tugas yang akan dikerjakan siswa dalam proses pembelajaran
dengan menggunakan CTL
4) Menyusun alat evaluasi untuk mengetahui hasil belajar siswa dalam
pembelajaran dengan pendekatan CTL
5) Membuat lembar observasi untuk siswa
6) Menyusun kelompok belajar siswa.
2. Pelaksanaan
1) Guru menjelaskan rencana pelaksanaan pembelajaran CTL pada pokok
bahasan ekonomi kewirausahaan
2) Guru menggali pengetahuan awal siswa tentang ekonomi kewirausahaan
3) Guru membagi siswa dalam kelompok
4) Guru memberikan permasalahan kepada siswa yang akan dipraktikkan sendiri
oleh siswa, bersama dengan teman kelompoknya siswa diharapkan
menemukan sendiri dengan pengalaman dan pengetahuan yang dimilikinya,
dilanjutkan dengan menarik kesimpulan sementara
5) Mempresentasikan hasil kesimpulan sementara, kemudian melakukan diskusi
klasikal untuk memberikan evaluasi kepada siswa
6) Mengembangkan rasa ingin tahu siswa dengan mengembangkan teknik
bertanya
7) Bersama dengan guru menarik kesimpulan
8) Penutup yaitu menutup dari semua kegiatan yang telah dilaksanakan
9) Guru melakukan penilaian yang sebenarnya.
30
3. Pengamatan/observasi
Pada tahap ini aktivitas guru dan siswa dalam proses pembelajaran dipantau
untuk mengetahui kemampuan afektif dan psikomotorik siswa dan lembar observasi
guru untuk mengamati kinerja guru.
4. Refleksi
Pada tahap ini guru menganalisis hasil tes, hasil pengamatan aktivitas siswa
dan kinerja guru untuk penyempurnaan pada siklus selanjutnya
Siklus II
Siklus II merupakan penyempurnaan dari siklus I, sehingga kekurangan dalam
siklus I diperbaiki dalam siklus II, sedangkan kelebihan dalam siklus I untuk tetap
dipertahankan. Langkah-langkah dalam siklus II mulai dari kegiatan perencanaan,
pelaksanaan dan pengamatan pada dasarnya sama dengan siklus I.
Perbedaan siklus I dan siklus II ada pada refleksi. Refleksi pada siklus II
menggunakan instrumen soal yang berbeda dengan siklus I. Hasil tes pada siklus II
selanjutnya dilakukan perbandingan dengan hasil belajar yang diperoleh pada siklus I
baik mengenai pencapaian skor maupun ketuntasan hasil belajar siswa.
31
DAFTAR PUSTAKA
Hamiyah, N. Dan M. Jauhar. (2014). Strategi Belajar-Mengajar di Kelas. Jakarta:
Prestasi Pustaka.
giarti dan Patta Bundu. (2014). Penilaian Keterampilan Proses dan Sikap
Ilmiah.dalamPembelajaran Sains. Jakarta : Depdiknas.
Hosnan. (2014). Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad 21.
Bogor : Ghalia Indonesia.
32
Prawira, Purwa Atmaja,. (2013). Psikologi Pendidikan dalam Prespektif Baru.
Jakarta: Ar-Ruzz Media.
Sardiman. ( 2007). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja. Grafindo
Persada.
Sardiman. (2016). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : PT. Raja
Grafindo.
Sardiman. (2014). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. . Jakarta: Rajawali. Pers.
33
Suryani, Nunuk dan Leo Agung. (2012). Strategi Belajar Mengajar . Yogyakarta:
Ombak.
Suryani, Nunuk dan Leo Agung. (2012). Strategi Belajar Mengajar. Yogyakarta:
Ombak.
Suwarti, dkk. (2011). Upaya Peningkatan Kemampuan Menulis Teks Berita Siswa
Kelas 8 Pada SMPN 1 Bringin Melalui Model Pembelajaran Kontekstual
Berbasis Lingkungan . Jurnal Penelitian Humaniora Volume 12 Nomor 1, 74-
90.
Syafaruddin, Syarqawi, & Siahaan. (2019). Dasar- Dasar Bimbingan dan Konseling.
Medan: Perdana Publishing.
Uno, Hamzah. ( 2013 ). Teori Motivasi dan Pengukurannya. Jakarta: Bumi Aksara.
34