Sebuah perusahaan konstruksi di jawa Tengah (Kontraktor A) menerima kontrak untuk
membangun sebuah gedung perkantoran sesuai dengan spesifikasi dan jadwal yang telah ditentukan bersama dengan pihak pemberi kontrak (Pemberi Kontrak B). Namun, selama proses pembangunan, Kontraktor A mengalami keterlambatan yang signifikan dalam penyelesaian proyek tanpa alasan yang sah. Selain itu, hasil akhirnya tidak memenuhi standar kualitas yang dijanjikan dalam kontrak. Dalam hal ini, Pemberi Kontrak B dapat menganggap Kontraktor A melakukan wanprestasi. Pemberi Kontrak B, alhasil pemberi kontrak B mengalami kerugian finansial akibat keterlambatan proyek yang dilakukan Kontraktor A, dan hasil akhir yang tidak memuaskan dapat merugikan operasional Pemberi Kontrak B Penyelesaian kasus wanprestasi seperti ini dapat melibatkan negosiasi antara kedua belah pihak, atau bahkan dapat berlanjut ke proses hukum atau arbitrase, tergantung pada ketentuan kontrak dan sejauh mana pihak-pihak tersebut dapat mencapai kesepakatan untuk menyelesaikan sengketa tersebut.
Opini:
Pihak Pemberi Kontrak (Pemberi Kontrak B):
* Pemberi Kontrak B mungkin merasa bahwa keterlambatan dan hasil yang tidak memenuhi standar adalah pelanggaran serius terhadap kesepakatan yang telah dibuat. * Mereka mungkin menganggap bahwa mereka berhak mendapatkan kompensasi atas kerugian finansial yang mereka alami akibat keterlambatan proyek dan hasil akhir yang kurang memuaskan. Pihak Kontraktor (Kontraktor A): * Kontraktor A mungkin memiliki alasan atau penjelasan tertentu terkait keterlambatan dan hasil yang kurang memuaskan, seperti masalah teknis atau kendala yang tidak dapat dihindari. * Mereka mungkin berpendapat bahwa tindakan yang diambil sudah sesuai dengan kondisi yang dihadapi dan bahwa kontraktor telah berusaha sebaik mungkin untuk memenuhi kewajiban