Anda di halaman 1dari 2

NAMA : RAMA KHOIRUL AMAR

NIM : 2000024078

KEMUHAMMADIYAHAN KELAS D

RIVIEW VIDEO YOUTUBE SATU ABAD KEMUHAMMADIYAHAN

Satu abad adalah perjalanan panjang. Kini, Muhammadiyah telah melewatinya. Penandanya ialah
Muktamar Satu Abad di Yogyakarta dan Milad Muhammadiyah Satu abad yang baru berlalu. Muktamar
dan Milad Satu Abad merupakan perhelatan akbar yang krusial, karena ia menjadi cermin tentang
perlunya "gerakan tajdid" sebagai identitas dakwah Muhammadiyah untuk direvitalisasi. Revitalisasi
(baca: tajdid) gerakan dakwah sangat mendesak agar organisasi Islam ini tidak berkubang dalam
kontinuitas tanpa perubahan. Tujuannya ialah agar Muhammadiyah keluar dari cangkangnya, yakni
kejumudan dakwah yang terperangkap dalam rutinitas amal usaha minus kreativitas dan inovasi,
baik dalam aspek pemikiran maupun praksis.

Abad kedua merupakan batu ujian bagi Muhammadiyah. Apakah Muhammadiyah mampu
membangkitkan kembali elan vital sebagai gerakan dakwah pembaruan, atau justru makin memfosil
dan lapuk dimakan ganasnya pergulatan ideologi dan pemikiran. Meski Rasulullah Muhammad
pernah memprediksi bahwa setiap seratus tahun akan muncul mujadid baru yang gigih memperbarui
agamanya (man yujaddidu laha dinaha), boleh jadi peluang ini dimanfaatkan oleh gerakan dakwah
Islam lainnya.

Refleksi atas perjalanan sejarah selama seabad Muhammadiyah, perlu disambut dengan penuh
harap. Karena itu, tulisan ini bermaksud meneropong pergeseran-pergeseran paradigma dalam
gerakan dakwah Muhammadiyah sejak awal berdiri hingga awal abad 21.Berupaya mengajukan
percikan pemikiran alternatif untuk mendayung kembali gerakan tajdid sesuai dengan semangat
zamannya (zeigeist) dan epistemenya.

Pertama, Muhammadiyah memberi dasar dalam pendidikan modern. Sejak awal Muhammadiyah
memang mengfokuskan perjuangannya dalam dua hal, pendidikan dan kesehatan. Dua hal ini adalah
pilar penting dalam kehidupan manusia. Jika kesehatan membangun manusia dari segi fisik-jasmaniyah,
maka pendidikan mengisi ranah jiwa-ruhaniyah. Dan terbukti, saat ini Muhammadiyah telah memiliki
sistem pendidikan dan kesehatan yang luar biasa maju. Berbagai lembaga pendidikan mulai PAUD
sampai Perguruan Tinggi yang dikelola oleh Muhammadiyah menjada lembaga yang favorit dan
berkualitas. Demikian juga dalam bidang kesehatan.

Kedua, Muhammadiyah dalam perjalanan sejarahnya, semakin hari semakin menunjukkan watak
inklusifitas. Pada masa-masa kelahirannya, Muhammadiyah memang memiliki misi puritanisme, gerakan
pemurnian. Kelahiran Muhammadiyah dimulai dari kritisisme sang pencerah terhadap realitas
keberagamaan lingkungan sekitar, yang lebih diwarnai dengan praktek animisme dan dinamisme.
Perkenalan sang tokoh dengan ajaran Islam di Timur Tengah saat beliau haji, menegaskan kembali akan
gerakan pemurnian "wahabime" yang dibawanya. Sehingga hal ini kemudian kerap kali bersinggungan
dengan beberapa organisasi Islam tradisionalis.Konflik Muhammadiyah-NU sering kali terjadi hanya
karena perbedaan praktik keagamaan, seperti jumlah rakaat tarawih, qunut, tahlil, ziarah kubur, yang
berakhir pada stigma bid'ah. Namun kenyataan tersebut saat ini mulai luntur. Muhammadiyah
tampaknya mulai bersifat inklusif dan permisif terhadap perbedaan. Bahkan ada beberapa orang
muhammadiyah yang kemudian melakukan tahlil, ziarah kubur, dan sebagainya. Ini tampaknya menjadi
corak baru keberagamaan Muhammadiyah, di mana toleransi menjadi paradigma dalam bermasyarakat.
Ini menurut penulis adalah sebuah pencerahan yang luar biasa.

Ketiga, Muhammadiyah semakin kritis terhadap realitas kebangsaan. Akhir-akhir ini Muhammadiyah
sebagai sebuah organisasi memiliki respons yang kritis terhadap problematika negara. Melalui ketua
umumnya, Muhammadiyah berkali-kali melakukan kritik terhadap kebijakan negara. Mulai dari isu
kebohongan publik pemerintah sampai gugatan Migas ke meja Mahkamah Konstitusi, yang akhirnya
berhasil dikabulkan.

Anda mungkin juga menyukai