Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH KEMUHAMMADIYAHAN

TANTANGAN DAKWAH DAN TAJDID MUHAMMADIYAH

DISUSUN OLEH :

1. BAGAS TUNJUNG A C (K100180233)


2. SHOFI NURMALISA A (K100180234)
3. ALIFTA ARRUM P (K100180235)
4. FATHIA FAIZANA R (K100180236)

KELAS : E

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2020
BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Islam telah berkembang sejak abad 6 Masehi. Dalam perkembangannya, Islam


telah mengalami pasang surut mulai dari penolakan secara tegas yang berakhir dengan
peperangan hingga penyusupan ideologi baru dalam Islam. Di Indonesia sendiri,
Islam telah dimusuhi oleh pihak penjajah di zaman kolonial. Berbagai peperangan
telah terjadi atas nama agama melawan kolonial Belanda yang memusuhi Islam,
seperti Perang Padri dan Perang Aceh. Meski begitu, kedudukan Islam di Indonesia
kini telah kuat semenjak kemerdekaan Indonesia diproklamasikan.

Dan tentu saja, tantangan Islam tidak berhenti disitu. Berbagai ideologi baru
telah banyak menyusupi Islam yang jelas bertentangan dengan kemurnian Islam.
Dalam ideologi berbagai corak tantangan yang dihadapkan bersifat ekstrem dari corak
yang tradisional-konservatif hingga liberal-sekuler. selain itu, dinamika perubahan
sosial merupakan tantangan tersendiri yang perlu diperhatikan.

Muhammadiyah, dimana memiliki tujuan untuk memurnikan Islam, tentu


merupakan tantangan tersendiri dalam menyelesaikan permasalahan yang timbul di
masyarakat. Tantangan ini tentu wajib dijawab. Baik dijawab secara reaktif maupun
proaktif, keduanya dapat menghasilkan hasil yang berbeda. Dan diantara keduanya,
manakah langkah yang tepat? Apakah langkah proaktif yang dibentuk dapat
menyelesaikan dan mengungguli tantangan yang ada? Diharapkan dibentuknya
makalah ini dapat membuat saudara mengerti langkah-langkah Muhammadiyah dalam
menyelesaikan tantangan yang ada.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana tantangan dakwah yang dihadapi Muhammadiyah ?
2. Bagaimana tantangan tajdid yang dihadapi Muhammadiyah dan
penyelesaiannya?
C. TUJUAN
1. Mengetahui bagaimana tantangan dakwah yang dihadapi Muhammadiyah .
2. Mengetahui bagaimana tantangan tajdid yang dihadapi Muhammadiyah dan
penyelesaiannya.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Tantangan Dakwah Muhammadiyah

Tantangan menurut KBBI ialah “ hal atau objek yang menggugah tekad untuk
meningkatkan kemampuan mengatasi masalah”. Tantangan juga berati “cara
menghadapi musuh serta objek untuk ditanggulangi”. karenanya, dikatakan
Muhammadiyah menghadapi tantangan, maka sikap yang dikedepankan bukanlah
sekedar reaksi atas aksi pihak lain. Tetapi tidak kalah pentingnya bagaimana
menghadapi aksi itu dengan aksi yang lebih unggul, sehingga masalah yang
menghadang dapat tertanggulangi dan pihak lain dapat diungguli. Itulah yang disebut
dakwah lil-muwajadah (dakwah yang menghadapi tantangan secara proaktif), yang
berbeda dari dakwah lil-mu‟aradhah ( dakwah melawan tantangan secara reaktif). Dua
model menyikapi tantangan itu akan melahirkan proses dan produk yang berbeda,
yang bagi Muhammadiyah tentu lebih utama yang dakwah lil-muwajadah (dakwah
yang menghadapi tantangan secara proaktif).

Kini sering ditemukan berbagai tantangan Muhammadiyah seperti mekarnya


misi agama lain, gerakan-gerakan Islam yang masuk ke dalam komunitas
Muhammadiyah, meluasnya budaya asing yang serba sekuler dan liberal, serta
berbagai tantangan lain yang kompleks.Dalam pemikiran juga dihadapkan tantangan
yang bersifat ekstrem dari corak yang cenderung serba tradisional-konservatif hingga
liberal-sekuler, yang tidak jarang menimbulkan prokontra pada umat Islam. Demikian
pula dengan dinamika perubahan sosial yang dihadapi masyarakat Indonesia di
berbagai bidang kehidupan. Masih banyak tantangan dalam wujud masalah-masalah
krusial umat, bangsa,dan kemanusiaan universal sebagaimana terangkum dalam isu-
isu strategis hasil muktamar satu abad.

Muhammadiyah menegaskan identitas dirinya sebagai gerakan Islam yang


bergerak dalam dakwah amar makruf dan nahi munkar. Muhammadiyah sejak
berdirinya bahkan telah berkiprah dalam dakwah multiaspek dan bercorak pembaruan.
Saat itu apa yang dilakukan Muhammadiyah belum dilakukan bahkan banyak
ditentang oleh golongan Islam lain. Dakwah di bidang penyiaran Islam (tabligh),
pendidikan, kesehatan, pelayanan sosial, pengorganisasian zakat, pengorganisasian
haji, dakwah pemberdayaan masyarakat, gerakan perempuan muslimah melalui
„Aisyiyah, dan berbagai aspek dakwah lainnya merupakan terobosan baru yang luar
biasa dan berdampak luas bagi kemajuan umat dan masyarakat Indonesia.

Kini dakwah Muhammadiyah telah berusia satu abad dan memasuki abad
kedua. Tantangan dakwah Muhammadiyah sangat kompleks. Masyarakat dan
kebudayaan tradisional masih melekat dalam kehidupan masyarakat Indonesia.
Golongan tradisional masih banyak dikungkung oleh cara berpikir yang jumud, tidak
rasional, emosional, dan tidak jarang ditandai alam pikiran mistis seperti klenik,
takhayul, bidah, dan khurafat. Pada saat yang sama kehidupan modern juga tak kalah
agresif yang ditandai alam pikiran serba rasional, bebas, sekuler, dan mekarnya
budaya populer. Dualisme alam pikiran tersebut sedang bergumul dalam kehidupan
masyarakat Indonesia, yang masih akan berlanjut hingga sampai kapan dalam proses
perubahan sosial di negeri ini.

Berbagai masalah yang dihadapi gerakan-gerakan dakwah Islam pun


kompleks terutama yang menyangkut kondisi kehidupan umat Islam sendiri. Umat
Islam mayoritas masih belum sepenuhnnya mempraktikkan ajaran Islam yang benar
sebagaimana tuntunan Al-Qur‟an dan As-Sunnah. Sementara masalah krusial seperti
kemiskinan, kesulitan lapangan kerja, kebodohan, lemah penguasaan IPTEK,
keterasingan budaya, dan berbagai masalah pelik lainnya yang membuat posisi umat
tetap marginal di berbagai bidang kehidupan. Akibatnya meskipun umat Islam
mayoritas di negeri ini secara kualitas masih minoritas dan lebih menjadi objek atau
maf’ul bih dalam banyak aspek kehidupan.

Menurut Cliffrod Gertz (1983), 65% porsi umat islam di Indonesia berbasis
budaya abangan serta 35% sisanya berbasis budaya santri. Sementara itu umat
mayoritas tersebut meskipun mengalami konvergensi dan pergeseran, malah tidak
tergarap secara spesifik sesuai alam pikiran dan hidup mereka. Masalah dari strategi
Muhammadiyah untuk berdakwah baik untuk komunitas santri atau komunitas
abangan adalah ketinggalan zaman. Salah satu metode yang Muhammadiyah terapkan
adalah metode bermuhasabah diri secara elegan ketimbang berbangga dalam serba
keterbatasan dan ketertinggalan untuk kemudian dilakukan perubahan dan pembaruan
dakwah baik dalam ranah bi-lisan maupun bi-hal.

Model-model dakwah komunitas dengan basis Gerakan Jamaah dan Dakwah


Jamaah yang dimodifikasi dapat dikembangkan. Berbagai amal usaha dapat
disinergikan dengan pengembangan dakwah komunitas itu. Demikian pula dengan
ikhtiar melakukan berbagai inovasi atas dakwah yang selama ini, baik dalam bentuk
tabligh maupun dakwah bil-hal lainnya, termasuk revitalisasi bermacam amal usaha
unggulan. Model pemberdayaan masyarakat yang dilakukan Majelis Pemberdayaan
Masyarakat (MPM) termasuk terobosan bagi Muhammadiyah, lebih-lebih jika
dikembangkan dengan pengembangan usaha-usaha ekonomi mikro kecil dan
menengah sebagaimana dilakukan „Aisyiyah.

Jika dakwah Muhammadiyah masih bersifat serba verbal, baik bi-lisan


maupun bil-hal, maka dakwahna akan ketinggalan dari gerakan-gerakan Islam lain
dan misi agama lain. Disinilah pentingnya merumuskan strategi baru yang lebih
akurat, aktual, dan kontekstual dalam dakwah Muhammadiyah. Setiap bentuk
reaksioner atau sekedar meluapkan kecemasan dan kegundahan secara verbal tanpa
disertai langkah-langkah strategis maka sampai kapanpun dakwah Muhammadiyah
akan ketinggalan. Apalagi apabila para pelaku dakwahnya bersikap elitis, miskin
wawasan, serta tidak mengakar ke bawah maupun menembus ke atas di tengah
perasaan bangga paling sibuk berdakwah.

B. Tantangan Tajdid

Muhammadiyah menegaskan dalam AD Muhammadiyah pasal 4 ayat 1 bahwa


Muhammadiyahadalh gerakan Islam, dakwah amar makruf nahi munkar dan Tajdid,
bersumber pada Al-quran an as-sunnah. Tajdid menjadi bagian dari sifat
Muhammadiyah baik dari kader hingga pemimpinnya. bahkan, sejarah
Muhammadiyah merupakan suatu tajdid dimana oleh masyarakat luas dan peneliti
menyebutnya sebagai gerakan reformis dan modernis. Meski Muhammadiyah sendiri
menyebutnya sebagai gerakan Islam yang berkemajuan. Keduanya tetap memiliki
makna yang sama yaitu pembaruan (tajdid).

Dalam Musyawarah Nasional Tarjih, Muhammadiyah mengartikan tajdid


dalam dua arti yaitu purifikasi (pemurnian) dan dinamisasi (pengembangan). Tarjih
bahkan memaknai tajdid dengan pengembangan manhaj tarjih melalui tiga
pendekatan yaitu bayani, burhani, dan irfani dalam memahami Islam. Karena konsep
tajdid ini sudah cukup lengkap, tantangannya kini adalah mengaktualisasikan tajdid
dalam kehidupan dan pengembangan wawasan pemikiran sejalan jiwa ajaran Islam.

Tantangan Muhammadiyah yaitu realitas kehidupan yang meniscayakan


tajdid. Pertama, berbagai pemikiran Islam yang muncul dari corak tekstual hingga
kontekstual, dari karakter yang konservatif hingga progresif, hingga sekuler-liberal
yang merujuk pada mazhab pemikiran sejenis. Kemajemukan pemikiran ini telah
menimbulkan polarisasi yang tajam. Meski penggunaan istilah tersebut dapat
diperdebatkan, konflik pemahaman Islam telah terjadi dan menjadi tantangan krusial
umat.

Kedua, kehidupan pasca-modern dengan beragam pemikiran globalisme, hak


asasi manusia, demokrasi dan pluralisme semakin meluas dan menjadi realitas
kehidupan dengan berbagai kecenderungan yang kompleks. Hal ini dapat
menimbulkan paradoks yang mengatasnamakan lokalisme, sukuisme dan orientasi
piramodial yang menambah kerumitan dalam tatanan sistem sosial-budaya.

Kedua masalah ini telah termuat dalam keputusan Muktamar Satu Abad
tentang Isu-isu Startegis, dimana hal yang penting bagi Muhammadiyah adalah
bagaimana melakukan penghadapan sartegi transformasi (perubahan ke arah yang
progresif) berdasarkan pemikiran tajdid yang dimiliki. Dengan demikian dapat
membangun kekuatan Islam sesuai karakternya sekaligus menjadi pelaku sejarah yang
mengarahkan kehidupan kontemporer dengan pemikiran Islam alternatif. Hal ini
mencerminkan sifat tajdid dimana pemikiran yang dilakukan diintensifkan tanpa
menimbulkan kecemasan sosial dan didukung oleh berbagai Perguruan Tinggi
Muhammadiyah. Kuncinya adalah mengerahkan segala kemampuan untuk
menyelesaikan tantangan tersebut secara kolektif dan sistemik. “Sesungguhnya Allah
menyukai orang yang berperang di jalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-
akan mereka seperti bangunan yang tersusun kokoh.” (Ash-Shaff : 4)
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
● Metode yang digunakan Muhammadiyah untuk menyikapi tantangan adalah dakwah
lil-muwajadah (dakwah yang menghadapi tantangan secara proaktif).
● Tantanngan dakwah yang dihadapi Muhammadiyah sangat kompleks terutama
yang berhubungan dengan kondisi kehidupan umat Islam
● Salah satu metode yang Muhammadiyah terapkan adalah bermuhasabah diri
secara elegan ketimbang berbangga dalam serba keterbatasan dan
ketertinggalan untuk kemudian dilakukan perubahan dan pembaruan dakwah
baik dalam ranah bi-lisan maupun bi-hal.
● Tajdid merupakan sifat yang mengidentitaskan sebagai Muhammadiyah.
● Sikap tajdid berarti dapat menyelesaikan tantangan tanpa menimbulkan
kecemasan sosial dan dapat diterima oleh petinggi Muhammadiyah.
● Kunci sikap tajdid adalah dapat menggerakkan seluruh kemampuan secara
kolektif dan sistemik.

Anda mungkin juga menyukai