Anda di halaman 1dari 18

KEPERAWATAN GERONTIK

DIAGNOSA KEPERAWATAN PADA LANSIA

DISUSUN OLEH : KELOMPOK 4

1. AHMAD RHOMADON (22.14201.12..P)


2. GITA RAHMAWATI (22.14201.92.20.P)
3. JUNIARTI (22.14201.92.18.P)
4. MELDA SEPTIANI (22.14201.92.16.P)
5. FAUZIANA DEWI PRATIWI (22.14201.92.29.P)
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
STIK BINA HUSADA
PALEMBANG 2022/2023

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta hidayah- Nya terutama nikmat
kesempatan dan kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Diagnosa
Keperawatan Pada Lansia. Makalah ini merupakan tugas mata kuliah Pendidikan Keperawatan
Gerontik, Program Studi Ilmu Keperawatan STIK Bina Husada Palembang. Selanjutnya penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dosen pembimbing mata kuliah
Keperawatan Gerontik dan kepada segenap pihak yang telah memberikan bimbingan serta arahan
selama penulisan makalah ini.
Akhirnya penulis menyadari bahwa banyak terdapat kekurangan- kekurangan dalam penulisan
makalah ini, maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Palembang, September 2023

Penuli
DIAGNOSA KEPERAWATAN PADA LANSIA

Diagnosis keperawatan adalah suatu penilaian klinis mengenai respons klien


terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya, baik yang
berlangsung aktual maupun potensial.

Diagnosis keperawatan bertujuan untuk mengidentifikasi respons klien individu,


keluarga, dan komunitas terhadap situasi yang berkaitan dengan kesehatan.

Klasifikasi Diagnosis Keperawatan

Klasifikasi diagnosis keperawatan pada buku SDKI mengadopsi klasifikasi diagnosis


keperawatan dari ICN (International Council of Nurses, 1994). Ada total 149
diagnosis keperawatan dalam SDKI, yang terbagi menjadi 5 kategori dan 14
subkategori.

5 kategori diagnosis keperawatan berdasarkan SDKI

1. Fisiologis
2. Psikologis
3. Perilaku
4. Relasional
5. Lingkungan

14 subkategori diagnosis keperawatan berdasarkan SDKI

1. Respirasi
2. Sirkulasi
3. Nutrisi dan cairan
4. Eliminasi
5. Aktivitas dan istirahat
6. Neurosensori
7. Reproduksi dan seksualitas
8. Nyeri dan kenyamanan
9. Integritas ego
10. Pertumbuhan dan perkembangan
11. Kebersihan diri
12. Penyuluhan dan pembelajaran
13. Interaksi sosial
14. Keamanan dan proteksi

Jenis Diagnosis Keperawatan

Diagnosis keperawatan dibagi menjadi dua jenis, yaitu: (1) diagnosis negatif; dan (2)
diagnosis positif. Diagnosis negatif dibagi kembali menjadi 2 jenis, yaitu diagnosis
aktual dan diagnosis risiko, sedangkan diagnosis positif adalah diagnosis promosi
Kesehatan.

Diagnosis Negatif

Diagnosis negatif adalah diagnosis yang menunjukkan bahwa klien dalam kondisi
sakit (aktual) atau beresiko mengalami sakit (risiko). Penegakkan diagnosis ini
mengarahkan kepada intervensi yang bersifat menyembuhkan (kuratif), pemulihan
(rehabilitatif), dan pencegahan (preventif)

Komponen Diagnosis Keperawatan

Komponen diagnosis keperawatan terdiri dari 2 yaitu: (1) masalah/problem; dan (2)
indikator diagnostik.

1.Masalah (problem)
Masalah merupakan label diagnosis keperawatan yang menggambarkan inti dari
respons pasien terhadap kondisi Kesehatan atau proses kehidupannya.

2.Indikator Diagnostik

Ada 3 jenis indikator diagnostik dalam Diagnosis keperawatan, yaitu: penyebab;


tanda dan gejala; dan faktor risiko.

*Penyebab

Penyebab adalah merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan status


kesehatan. Penyebab dalam diagnosis keperawatan dapat mencakup empat kategori,
antara lain: (1) fisiologis, biologis, atau psikologis; (2) efek terapi atau tindakan; (3)
situasional seperti lingkungan atau personal; dan (4) maturasional.

*Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala adalah data subyektif dan data obyektif yang diperoleh dari
pengkajian (anamnesis dan pemeriksaan fisik). Tanda dan gejala dikelompokkan
menjadi dua: (1) mayor; dan (2) minor.

Tanda dan gejala mayor wajib ditemukan sekitar 80-100% untuk validasi diagnosis,
sedangkan tanda dan gejala minor tidak perlu ditemukan, tetapi dapat mendukung
penegakkan diagnosis.

*Faktor Risiko

Faktor risiko adalah kondisi atau situasi yang dapat meningkatkan kerentanan klien
mengalami masalah kesehatan.

Proses penegakkan diagnosis keperawatan


Proses penegakkan diagnosis keperawatan berdasarkan SDKI terdiri dari 3 tahap,
yaitu:

1. Analisis data
2. Identifikasi masalah
3. Perumusan diagnosis

1.Analisis data

Analisis data dilakukan dengan membandingkan data-data (DS dan DO) yang telah
didapatkan dari hasil pengkajian dengan nilai-nilai normal, kemudian
mengidentifikasi tanda dan gejala yang bermakna.Tanda dan gejala yang bermakna
kemudian dikelompokkan berdasarkan pola kebutuhan dasar (lihat 14 kategori
diagnosis keperawatan diatas).

2.Identifikasi masalah

Langkah kedua adalah identifikasi masalah. Langkah ini dilakukan untuk menentukan
apakah masalah yang muncul merupakan masalah aktual, risiko, atau promosi
Kesehatan.

Perumusan diagnosis keperawatan

Setelah mengelompokkan data-data bermakna dan mengidentifikasi masalahnya.


Selanjutnya adalah merumuskan diagnosis keperawatan. Perumusan diagnosis
keperawatan berbeda antara diagnosis aktual, diagnosis risiko, dan diagnosis promosi
Kesehatan.
1.Diagnosis Keperawatan Aktual
Diagnosis berfokus pada masalah (diagnosis actual) adalah clinical
judgment yang menggambarkan respon yang tidak diinginkan klien terhadap
kondisi kesehatan atau proses kehidupan baik pada individu, keluarga,
kelompok, dam komunitas. Hal ini didukung oleh batasan karakteristik
kelompok data yang saling berhubungan.

Cara menulis diagnosis keperawatan aktual adalah dengan metode penulisan


3 bagian, yaitu:

[masalah] b.d [penyebab] d.d [tanda/gejala]

Contoh :
a. Deficit nutrisi
Penyebab:
1) Ketidakmampuan menelan makanan
2) Ketidakmampuan mencerna makanan
3) Peningkatan kebutuhan metabolisme
4) Faktor ekonomi (misal, finansial tidak mencukup)
5) Faktor psikologis (misal, stress, keengganan untuk makan)

Gejala tanda mayor


Subjektif: -
Objektif : berat badan menurun minimal 10% dibawah rentang
ideal
Gejala tanda minor
Subjektif :
- Cepat kenyang setelah makan
- Kram/ nyeri abdomen
- Nafsu makan menurun
Objektif :
- Bising usus hiepraktif
- Otot pengunyah lemah
- Otot menelan lemah
- Membrane mukosa pucat
- Sariawan
- Serum albumin turun
- Rambut rontok berlebihan
- Diare
b. Pola nafas tidak efektif
Penyebab :
1) Depresi pusat pernapasan
2) Hambatan upaya napas (mis, nyeri saat bernapas, kelemahan
otot pernapasan)
3) Deformitas dinding dada
4) Deformitas tulang dada
5) Gangguan neurologis
6) Imaturitas neurologis
7) Penurunan energy
8) Obesitas
9) Posisi tubuh yang menghambat ekspansi paru
10) Sindrom hipoventilasi
11) Kerusakan ineversi diafragma
12) Cedera pada medulla spinalis
13) Efek agen farmakologis

Gejala tanda mayor


Subjektif : dyspnea
Objektif:
- Penggunaan otot bantu pernapasan
- Fase ekspirasi memanjang
- Pola napas abnormal ( takipnea, bradipnea, hiperventilasi,
kusmaul, Cheyne-stokes)
Gejala tanda minor
Subjektif: ortopnea
Objektif:
- Pernapasan pursed- lip
- Pernapasan cuping hidung
- Diameter thoraks anterior- posterior meningkat
- Ventilasi semenit menurun
- Kapasitas vital menurun
- Tekanan ekspirasi menurunn
- Tekanan inspirasi menurun
- Eksursi dada berubah.
c. Gangguan pola tidur
Penyebab:
1) Hambatan lingkungan
2) Kurang kontrol tidur
3) Kurang privasi
4) Restraint fisik
5) Ketiadaaan teman tidur
6) Tidak familiar dengan peralatan tidur

Gejala dan tanda mayor


Subjektif:
- Mengeluh sulit tidur
- Mengeluh sering terjaga
- Mengeluh tidak puas tidur
- Mengeluh pola tidur berubah
- Mengeluh isitrahat tidak cukup
Objektif: -.
Gejala dan tanda minor.
Subjektif: mengeluh kemampuan beraktivitas menurun
Objektif: -

d. Nyeri akut
Penyebab :
1) Agen pencedera fisologis (mis, inflamasi, iskemia, neoplasma)
2) Agen pencedera kimiawi (mis, terbakar,bahan kimia, iritan)
3) Agen pencedera fisik (mis, abses, amputasi, terbakar, trauma,
latihan fisik berebihan)

Gejala dan tanda mayor


Subjektif: mengeluh nyeri
Objektif :
- Tampak meringis
- Bersikap protektif (mis, waspada, posisi menghindar nyeri)
- Gelisah
- Frekuensi nadi meningkat
- Sulit tidur
Gejala tanda minor.
Subjekti: -
Objektif:
- Tekanan darah meningkat
- Pola napas berubah
- Nafsu makan berubah
- Proses berpikir terganggu
- Menarik diri
- Berfokus pada diri sendiri
- Diaphoresis
2.Diagnosis Keperawatan Risiko atau Risiko Tinggi
Adalah clinical judgment yang menggambarkan kerentanan lansia sebagai
individu, keluarga, kelompok, dan komunitas yang memungkinkan
berkembangnya suatu respon yang tidak diinginkan klien terhadap kondisi
kesehatan/ proses kehidupannya. Setiap label dari diagnosis risiko diawali
dengan frase “ risiko”.
Cara menulis diagnosis keperawatan risiko adalah dengan metode penulisan 2
bagian, yaitu:

[masalah] d.d [faktor risiko]

Contoh :
a. Risiko ketidakseimbangan cairan
Faktor risiko:
1) Prosedur pembedahan mayor
2) Trauma/perdarahan
3) Luka bakar
4) Apheresis
5) Obstruksi intestinal
6) Peradangan pancreas
7) Penyakit ginjal dan kelenjar
8) Disfungsi intestinal
b. Risiko infeksi
Faktor risiko:
1) Penyakit kronis ( mis, diabetes mellitus)
2) Efek prosedur invasive
3) Malnutrisi
4) Peningkatan paparan organisme pathogen lingkungan
5) Ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer
6) Ketidakadekuatan pertahanan tubuh sekunder.
c. Risiko jatuh
Faktor risiko:
1) Usia > 65 tahun
2) Riwayat jatuh
3) Anggota gerak bawah prosthesis
4) Penggunaan alt bantu jalan
5) Perubahan fungsi kognitif
6) Lingkungan tidak aman
7) Kekuatan otot menurun
8) Gangguan pendengaran
9) Gangguan kesimbangan
10) Gangguan penglihatan
d. Risiko intoleransi aktifitas
Faktor risiko:
1) Gangguan sirkulasi
2) Ketidakbugaran status fisik
3) Riwayat intoleransi aktivitas sebelumnya
4) Gangguan pernapasan
e. Risiko distress spiritual
Faktor risiko:
1) Perubahan hidup
2) Perubahan lingkungan
3) Sakit kronis
4) Sakit fisik
5) Kecemasan
6) Depresi
7) Ketidakmampuan memaafkan
8) Kehilangan
9) Harga diri rendah
10) Hubungan buruk
11) Berpisah dengan sistem pendukung
12) Stress
3.Diagnosis Keperawatan Promosi Kesehatan
Adalah clinical judgment yang menggambarkan motivasi dan keiinginan
untuk meningkatkan kesejahteraan dan untuk mengaktualisasikan potensi
kesehatan pada individu, keluarga, kelompok, atau komunitas. Respon
dinyatakan dengan kesiapan meningkatkan perilaku kesehatan yang spesifik
dan dapat digunakan pada seluruh status kesehatan. Setiap label diagnosis
promosi kesehatan diawali dengan frase “ Kesiapan Meningkat”
Cara menulis diagnosis keperawatan promosi kesehatan adalah dengan
metode penulisan 2 bagian, yaitu:

[masalah] d.d [tanda/gejala]

Contoh:
a. Kesiapan peningkatan nutrisi
Gejala tanda mayaor:
Subjektif: mengekspreiskan keinginan untuk meningkatkan nutrisi
Objektif: makan teratur dan adekuat
Gejala tanda minor:
Subjektif: mengekspresikan pengetahuan tentang pilihan makanan dan
cairan yang sehat dan mengikuti standar asupan nutrisi yang tepat
Objektif: penyiapan dan penyimpanan makanan dan minuman yang
aman dan sikap tehadap makanan dan minuman sesuai dengan tujuan
kesehatan
b. Kesiapan peningkatan pengetahuan
Gejala tanda mayor:
Subjektif:
- Mengungkapakan minat dan belajar
- Menjelaskan pengetahuan tentang suatu topik
- Menggambarkan pengalaman sebelumnya yang sesuai dengan
topik

Objektif: perilaku sesuai dengan pengetahuan

c. Kesiapan peningkatan koping keluarga


Gejala tanda mayor
Subjektif :
- Anggota keluarga menetapkan tujuan untuk meningkatkan
gaya hidup sehat
- Anggota keluarga menetapkan sasaran untuk meningkatakan
kesehatan
Objektif : -
Gejala tanda minor
Subjektif:
- Anggota keluarga mengidentifikasi pengalaman yang
mengoptimalkan kesejahteraan
- Anggota keluarga berupaya menjelaskan dampak krisis
terhadap perkembangan
- Anggota keluarga mengungkapkan minat dalam membuat
kontak dengan orang lain yang mengalamu situasi yang sama.
Objektif : -
4.Diagnosis Keperawatan Sindrom
Adalah clinical judgment yang menggambarkan suatu kelompok diagnosis
keperawatan yang terjadi bersama, mengatasi masalah secara bersama, dan
melalui intervensi yang sama. Sebagai contoh adalah sindrom nyeri kronik
yang menggambarkan sindrom diagnosis nyeri kronik yang berdamapak
keluhan lainnya pada respon klien, keluhan tersebut biasanya diagnosis
gangguan pola tidur, isolasi sosial, kelelahan, atau gangguan mobilitas fisik.
Kategori diagnosis sindrom dapat ebrupa risiko atau masalah.
Contoh:
a. Sindrom kelelahan lansia
b. Sindrom tidak berguna
c. Sindrom pasca trauma
d. Sindrom kekerasan.

Rumusan Diagnosis Keperawatan

a. Diagnosis keperawatan gerontik untuk lansia sebagai individu:


1. Kategori actual contoh:
a) Fisik biologi meliputi:
1) Deficit nutrisi
2) Pola napas tidak efektif
3) Gangguan persepsi
4) Nyeri akut
5) Ganngguan pola tidur
6) Gangguan eliminasi urin
7) Ganggan mobilitas fisik
b) Psikologi sosial meliputi:
1) Gangguan interaksi sosial
2) Isolasi sosial
3) Depresi
4) Harga diri rendah situasional
5) Koping tidak efektif
6) Ansietas
c) Spiritual meliputi:
1) Reaksi berkabung atau berduka
2) Penolakan terhadap proses penuaan
3) Marah terhadap Tuhan
4) Perasaan tidak tenang
2. Kategori risiko contoh:
a) Risiko infeksi
b) Risiko intoleransi aktivitas
3. Promosi kesehatan contoh:
a) Kesiapan peningkatan nutrisi
b) Kesiapan peningkatan komunnikasi
c) Kesiapan penngkatan pembuatan keputusan
4. Sindrom
a) Sindrom pasca trauma
b) Sindrom kelelahan lansia
c) Sindrom tidak berguna
b. Diagnosis keperawatan gerontik untuk lansia sebagai keluarga
1) Kategori actual, contoh:
a) Ketidakefektifan manajemen terapeutik keluarga pada Bp.P
b) Gangguan proses keluarga Bp.S
2) Kategori risiko, contoh:
a) Risiko terjadinya disfungsi keluarga Bp.S
b) Risiko penurunan koping keluarga Bp.D
3) Promosi kesehatan, contoh:
a) Kesiapan meningkatkan komunikasi keluarga Bp.S
b) Kesiapan meningkatkan pembuatan keputusan keluarga
Bp.A
c. Diagnosis keperawatan gerontik untuk lansia dalam kelompok
1) Kategori actual, contoh
Gangguan aktivitas fisik pada kelompok lansia di Panti werdha
2) Kategori risiko, contoh
Risiko trauma fisik pada lansia pada kelompok lansia di RT 2
DAFTAR PUSTAKA

Manurung Sarida S, Ritonga Imelda Liana, Damanik Hamnonangan. 2020. Buku


Ajar Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: Deepublish

Aspiani, R. Y. (2014) Buku Ajar Asuhan Keperawatan Gerontik. 1st edn. Jakarta:
TIM.

Muhith, A. and Siyoto, S. (2016) Pendidikan Keperawatan Gerontik.


Yogyakarta: ANDI.

TIM PPNI, 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan


Pengurus Pusat PPNI.

Sunaryo et al. (2016) Asuhan Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: ANDI.

Anda mungkin juga menyukai