Anda di halaman 1dari 21

PBL 1 BLOK 6.

4 KELOMPOK 2
INFORMASI 1
Initial Visit:
MC, kepala keluarga, 53 tahun, datang untuk kunjungan pertama kali ke Dokter Keluarga (DK)
guna periksa keluhan perut kembung. Perut kembung disertai nyeri ulu hati, anoreksia dan
penurunan berat badan. MC menyampaikan bahwa selama 2 tahun terakhir telah memiliki
keluhan perut kembung disertai nyeri perut bagian atas serta nyeri ulu hati yang dirasakan
memberat sejak beberapa bulan terakhir ini. Rasa nyerinya sering membatasi aktivitas kerja MC
dan dapat mencapai setinggi 10/10 dari skala nyeri. Nyeri seperti terbakar dan terkadang
menjalar ke atas sampai dada bagian bawah. Selain itu terasa penuh di perut bagian atas, merasa
cepat kenyang, mual.
MC mengaku bahwa sejak beberapa bulan ini, mengalami penurunan nafsu makan yang
signifikan, dengan makan atau puasa nyeri justru terasa bertambah. Makanan pedas dan
minuman jeruk umumnya memperberat keluhannya. Keluhan tidak mereda dengan Buang Air
Besar. MC kuatir dengan penurunan berat badannya sejak beberapa bulan terakhir, sekitar 20 Kg.
Dia mengatakan bahwa 12 – 18 bulan yang lalu, berat badannya sekitar 70 Kg dan dia
mengaitkan kehilangan berat badannya karena ketidakmampuannya untuk makan akibat nyeri
perut tersebut.

A. BATASAN MASALAH
1. Identitas : MC, laki-laki, 53 tahun.
2. Keluhan utama : Perut kembung
3. Onset : 2 tahun yang lalu
4. Kronologis : Nyeri seperti terbakar dan terkadang menjalar sampai ke atas ke
dada bagian bawah
5. Kualitas : Makin memberat, membatasi aktivitas, nyeri dengan skala nyeri
10/10
6. Faktor memperberat : Makan pedas dan minum jeruk
7. Gejala penyerta : Nyeri ulu hati, Anoreksia, nyeri perut bagian atas, nyeri lambung,
berat badan turun, mual dan merasa cepat kenyang

B. ANALISIS MASALAH
1. Jelaskan diagnostic holistic pada kasus tersebut!
2. Apakah yang dimaksud dengan central value of family medicine
3. Apakah yang dimaksud dengan family dinamic
4. Empat prinsip pokok pendekatan kedokteran keluarga

C. PEMBAHASAN
1. Diagnostik Holistik dari Informasi 1
a. Aspek Personal
Keluhan Utama: perut kembung
Keluhan Penyerta: perut atas penuh, mual, cepat kenyang, anoreksia, penurunan berat
badan
Idea: ingin berobat
Concern: nyeri, membatasi aktivitas, skala 10/10
Anxiety: kuatir dengan penurunan berat badan (sudah turun kurang lebih 20 kg)
Expected: ingin sembuh
b. Aspek Klinis
Diagnosis: Dyspepsia
Diagnosis Banding: gastritis, ulkus peptikum, GERD
c. Faktor Internal
- jenis kelamin laki-laki
- usia 53 tahun
d. Faktor Eksternal: berdasarkan informasi 1 belum bisa dianalisis faktor eksternalnya
karena butuh informasi lanjutan
e. Skala Fungsi Sosial:
Kategori 4. Karena dalam kasus dikatakaan nyeri tersebut sering membatasi aktivitas
kerja, namun, bisa digali lagi aktivitas seperti apakah yg terbatasi.

INFORMASI 2
Diagnostik Holistik
a. Aspek Personal
Keluhan Utama: perut kembung
Keluhan Penyerta: perut atas penuh, mual, cepat kenyang, anoreksia, penurunan berat
badan
Idea: ingin berobat
Concern: nyeri, membatasi aktivitas, skala 10/10
Anxiety: kuatir dengan penurunan berat badan (sudah turun kurang lebih 20 kg)
Expected: ingin sembuh
b. Aspek Klinis
Diagnosis:
- Dyspepsia
Dispepsia sendiri masih dibagi menjadi dispepsia organik/ bila ditemukan lesi
mukosa pada pemeriksaan endoskopi dan dispepsia fungsional/ bila tidak
ditemukan lesi mukosa. Contoh dispepsia fungsional ada postprandial distress
syndrome dan epigastric pain syndrome.
Diagnosis Banding: gastritis, ulkus peptikum, GERD
- Gastritis pada kasus gastritis karena penyebabnya luka yang mengakibatkan
inflamasi sering disertai demam, luka di pencernaan.

c. Faktor Risiko Internal


1) Usia Tn. MC 53 tahun.
2) Jenis kelamin laki-laki.
3) Nutrisi kurang karena nafsu makan yang turun akibat dari nyeri perutnya.
4) Adanya riwayat alergi musiman sedang pada pasien.
5) Adanya stress.
6) Adanya family genetic cancer (ayah meninggal karena kanker lambung)
7) Perilaku pasien adalah minum ibuprofen / NSAID sekali setahun dan minum
8) Antacid 20 – 30 tablet sehari
d. Faktor Risiko Eksternal
1) Pasien tinggal dalam rumah kontrakan 5 x 9 bersama adik perempuan, isteri dan
keempat anaknya, sehingga dapat dikatan kondisi rumah tidak sehat.
2) Extended family (tinggal bersama adik perempuannya yang bukan bagian dari
keluarga inti).
3) APGAR keluarga dari Tn. Mc adalah 3 (Unhealthy familiy)
4) Hubungan antara adik perempuan dengan isterinya kurang harmonis.
5) Tingkat ekonomi kurang karena pasien bekerja sebagai kepala koki di restoran
e. Skor APGAR Keluarga MC
Apgar keluarga tn MC adalah 3, yang berarti keluarga MC sama sekali tidak sehat
dalam arti sangat membutuhkan banyak perbaikan untuk lebih meningkatkan
hubungan antar anggota keluarga.

2. Central Value of Family Medicine


Central Value of FM: nilai sentral kedokteran keluarga
Patient-centered care: Cari tahu alasan kedatangan pasien Perhatikan Ideas, Concern,
Expectation, Anxiety (ICEA)
Pendekatan holistik: terdiri dari disease-centered dan patient-centered
Mampu menangani masalah kesehatan
Mencakup seluruh spektrum usia
Tidak hanya di ruang konsultasi tapi sedia setiap pasien membutuhkan

3. Family Dinamic
Family dinamik adalah interaksi & hubungan antar individu (anggota keluarga) dalan
keluarga yang dapat mencerminkan & memengaruhi kesehatan tiap individu dalam
keluaraga, baik kesehatan fisik, kesehatan mental, dan spiritual.
Dalam kedokteran keluarga/family medicine, penting untuk memahami family Dinamic
keluarga pasien karena dapat membantu dalam penegakan diagnosis & mengetahui faktor
yang memengaruhi penyembuhan/penanganan.
Dalam menilai Family Dinamic dapat menggunakan --> Familly Assessment Tools.
Family Assessment Tools meliputi:
- Family genogram
- Family life cycle
- Family map
- Family life line
- Family APGAR score
- Family SCREEM score

4. Empat prinsip pokok pendekatan kedokteran keluarga


1) Primer
Pelayanan yang bersifat primer artinya hanya melayani sebatas dokter pelayanan
primer. Layanan kesehatan terdiri dari tiga tingkatan, yaitu primer (dokter praktek
umum), sekunder (dokter spesialis), dan tersier (tim dokter). Karena berada di tingkat
primer, seorang dokter praktik umum sekaligus dokter keluarga harus bisa menjadi
tempat kontak pertama pasien. Seorang dokter keluarga harus mau menerima semua
pasien dengan berbagai latar belakang

2) Personal
Pelayanan yang bersifat personal (invidual) bukan keluarga. Setiap pasien yang diobati
adalah makhluk individu sekaligus makhluk sosial. Untuk menangani makhluk
individu, dokter harus bisa menjaga kerahasiaan. Sementara sebagai makhluk sosial,
pasien harus disikapi sebagai bagian dari lingkaran teman atau keluarganya sendiri.

3) Komperhensif
Yang dimaksud layanan komperhensif adalah kemampuan promotif, memberi
informasi tentang pencegahan (preventif), diagnosis, pengobatan (kuratif) dan
rehabilitatif (pemeliharaan kesehatan ). Termasuk mengendalikan penyakit kronis dan
kecacatan melalui penilaian risiko. Kalau seorang pasien cacat, dokter harus bisa
melakukan rehabilitasi agar pasien bisa beraktivitas kembalii sesuai potensi yang ada.

4) Kontinu
The continuity of care atau kesinambungan pelayanan. Jangan sampai seseorang itu
dilayani oleh banyak dokter, sehingga mengulang pelayanan lagi, pemeriksaan lagi,
obatnya jadi double-double dan seterusnya. Demikian pula Dokter Keluarga akan
mengontrol, dalam tanda kutip tindakan spesialistis, mana yang perlu dan mana yang
tidak. Dokter keluarga harus memberikan pelayanan secara berkala dan
berkesinambungan. Misal, sejak pasien ditangani sampai seterusnya. Atau, dimulai
dari usia balita hingga lanjut usia. Ini berlaku bagi seluruh anggota keluarga yang ia
tangani.

INFORMASI 3

 Karena dari pf hanya terdapat epigastric pain mungkin bisa jadi dispepsia fungsional.
 Interpretasi Info 3:
- Tampak kurus: Berhubungan dengan nyeri kronik hilang timbul. Kurus karena kurang intake
makanan.
- Demam (-): menyingkirkan gastritis
- Tekanan darah dbn: tidak ada gangguan hemodinamik
- HR dbn
- RR dbn
- Nyeri epigastric (+): nyeri epigastrik tanpa temuan kelainan struktural mengarah pada dispepsia
fungsional
- Pem. feses dbn: menyingkirkan kemungkinan ulkus peptikum
- dll dbn
 Dx: Dispepsia Fungsional
SASBEL
a. Sebutkan dan jelaskan assessment tools untuk menilai Family Dynamic!
1. Family Genogram:
Genogram keluarga : grafik yang menggambarkan anatomi/struktur keluarga, termasuk :
pohon keluarga, grafik fungsional, rasa sakit keluarga/riwayat

2. Family life cycle:


Siklus hidup keluarga : dokter dengan memahami perkembangan keluarga dapat
membentuk
hipotesis yang baik tentang permasalahan yang sedang dialami pasien, dan dapat
membantu
anggota keluarga menyiapkan diri dari masalah dan membantu memecahkannya. Siklus
hidup
keluarga konsepnya dibuat menjadi tahapan – tahapan (Duvall, 1977)

3. Family map:
Peta keluarga : menggambarkan sistem keluarga, pola interaksi & hubungan, batas
generasi,
konflik/persekutuan

4. Family life line:


Jalur hidup keluarga : menggambarkan secara kronologis stress kehidupan / kejadian
klinis &
pemecahannya (bagaimana mereka mengatasi)

5. Family APGAR (Adaptability, Partnership, Growth,Affection, Resolve):


APGAR keluarga ( Adaptasi, Kemitraan, Pertumbuhan, Kasih Sayang, Kebersamaan ) :
alat
screening untuk disfungsi keluarga, kepuasan individu mengenai hubungan kekeluargaan

6. Family SCREEM (Social, Cultural, Religious, Economic, Educational, Medical):


SCREEM keluarga ( Sosial, Kultural, Religi, Ekonomi, Edukasi, Medis ) :
menggambarkan
ketersediaan sumber, penilaian kapasitas keluarga dalam berpartisipasi pada ketentuan
pelayanan kesehatan atau mengatasi krisis
b. Jelaskan kriteria rumah sehat!

Rumah adalah struktur fisik terdiri dari ruangan, halaman dan area sekitarnya yang digunakan
sebagai tempat tinggal dan sarana pembinaan keluarga (UU RI No. 4 Tahun 1992). Menurut WHO,
rumah adalah struktur fisik atau bangunan untuk tempat berlindung, dimana lingkungan berguna
untuk kesehatan jasmani dan rohani serta keadaan sosialnya baik demi kesehatan keluarga dan
individu. (Komisi WHO Mengenai Kesehatan dan Lingkungan, 2001).

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa rumah sehat adalah bangunan tempat berlindung dan
beristirahat serta sebagai sarana pembinaan keluarga yang menumbuhkan kehidupan sehat secara
fisik, mental dan sosial, sehingga seluruh anggota keluarga dapat bekerja secara produktif. Oleh
karena itu, keberadaan perumahan yang sehat, aman, serasi, teratur sangat diperlukan agar fungsi
dan kegunaan rumah dapat terpenuhi dengan baik.

Kriteria Rumah Sehat Menurut Winslow dan APHA

Permukiman sehat dirumuskan sebagai suatu tempat untuk tinggal secara permanen. Berfungsi
sebagai tempat untuk bermukim, beristirahat, berekreasi (bersantai) dan sebagai tempat berlindung
dari pengaruh lingkungan yang memenuhi persyaratan fisiologis, psikologis, dan bebas dari
penularan penyakit.

Rumusan yang dikeluarkan oleh American Public Health Association (APHA), syarat rumah sehat
harus memenuhi kriteria sebagai berikut

1. Memenuhi kebutuhan fisiologis. Antara lain, pencahayaan, penghawaan dan ruang gerak yang
cukup, terhindar dari kebisingan yang mengganggu. 
2. Memenuhi kebutuhan psikologis. Antara lain, privacy yang cukup, komunikasi yang sehat antar
anggota keluarga dan penghuni rumah. 
3. Memenuhi persyaratan pencegahan penularan penyakit antarpenghuni rumah, yaitu dengan
penyediaan air bersih, pengelolaan tinja dan air limbah rumah tangga, bebas vektor penyakit dan
tikus, kepadatan hunian yang berlebihan, cukup sinar matahari pagi, terlindungnya makanan dan
minuman dari pencemaran, disamping pencahayaan dan penghawaan yang cukup. 
4. Memenuhi persyaratan pencegahan terjadinya kecelakaan, baik yang timbul karena keadaan luar
maupun dalam rumah antara lain persyaratan garis sempadan jalan, konstruksi yang tidak
mudah roboh, tidak mudah terbakar, dan tidak cenderung membuat penghuninya jatuh
tergelincir.

2.Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 829/Menkes/SK/VII/1999

Ketentuan persyaratan kesehatan rumah tinggal adalah sebagai berikut:

a. Bahan-bahanbangunan 
Tidak terbuat dari bahan yang dapat melepaskan zat yang dapat membahayakan kesehatan,
antara lain:

(1) Debu total kurang dari 150 mg per meter persegi;


(2) Asbestos kurang dari 0,5 serat per kubik, per 24 jam;
(3) Timbal (Pb) kurang dari 300 mg per kg bahan;
(4) Tidak terbuat dari bahan yang dapat menjadi tumbuh dan berkembangnya
mikroorganisme patogen.
b. Komponen dan penataan ruangan
1.Lantai kedap air dan mudah dibersihkan;
2.Dinding rumah memiliki ventilasi, di kamar mandi dan kamar cuci kedap air dan mudah
dibersihkan;
3.Langit-langit rumah mudah dibersihkan dan tidak rawan kecelakaan;
4.Bumbungan rumah 10 m dan ada penangkal petir;
5.Ruang ditata sesuai dengan fungsi dan peruntukannya;
6.Dapur harus memiliki sarana pembuangan asap
c. Pencahayaan 
Pencahayaan alam dan/atau buatan langsung maupun tidak langsung dapat menerangi seluruh
ruangan dengan intensitas penerangan minimal 60 lux dan tidak menyilaukan mata.

d. Kualitas udara

1. Suhu udara nyaman, antara 18 – 30 oC;


2. Kelembaban udara, antara 40 – 70 %;
3. Gas SO2 kurang dari 0,10 ppm per 24 jam;
4. Pertukaran udara 5 kali 3 per menit untuk setiap penghuni;
5. Gas CO kurang dari 100 ppm per 8 jam;
6. Gas formaldehid kurang dari 120 mg per meter kubik.
e. Ventilasi
Luas lubang ventilasi alamiah yang permanen minimal 10% luas lantai.

f. Vektor penyakit

Tidak ada lalat, nyamuk ataupun tikus yang bersarang di dalam rumah.

g. Penyediaan air

1. Tersedia sarana penyediaan air bersih dengan kapasitas minimal 60 liter per orang setiap hari;
2. Kualitas air harus memenuhi persyaratan kesehatan air bersih dan/atau air minum menurut
Permenkes 416 tahun 1990 dan Kepmenkes 907 tahun 2002.
h. Pembuangan Limbah

1. Limbah cair yang berasal rumah tangga tidak mencemari sumber air, tidak menimbulkan bau,
dan tidak mencemari permukaan tanah; 
2. Limbah padat harus dikelola dengan baik agar tidak menimbulkan bau, tidak mencemari
permukaan tanah dan air tanah.
i. Kepadatanhunian
Luas kamar tidur minimal 8 meter persegi, dan dianjurkan tidak untuk lebih dari 2 orang tidur.

3. Menurut Ditjen Cipta Karya, 1997

Komponen yang harus dimiliki rumah sehat adalah:

1. Pondasi yang kuat guna meneruskan beban bangunan ke tanah dasar, memberi kestabilan
bangunan, dan merupakan konstruksi penghubung antara bagunan dengan tanah; 
2. Lantai kedap air dan tidak lembab, tinggi minimum 10 cm dari pekarangan dan 25 cm dari badan
jalan, bahan kedap air, untuk rumah panggung dapat terbuat dari papan atau anyaman bambu; 
3. Memiliki jendela dan pintu yang berfungsi sebagai ventilasi dan masuknya sinar matahari dengan
luas minimum 10% luas lantai;
4. Dinding rumah kedap air yang berfungsi untuk mendukung atau menyangga atap, menahan
angin dan air hujan, melindungi dari panas dan debu dari luar, serta menjaga kerahasiaan
(privacy) penghuninya; 
5. Langit-langit untuk menahan dan menyerap panas terik matahari, minimum 2,4 m dari lantai, bisa
dari bahan papan, anyaman bambu, tripleks atau gipsum;
6. Atap rumah yang berfungsi sebagai penahan panas sinar matahari serta melindunhi masuknya
debu,angin dan air hujan

4. Bentuk – bentuk keluarga :


Adapun Tipe – tipe keluarga menurut suprajinto,2004 :

1. Keluarga inti ( Nuclear family )


Adalah suatu keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anak.
2. Keluarga besar ( Exstended family )
Adalah keluarga inti ditambah   dengan  sanak saudara, misalnya nenek, kakek,
keponakan, saudara sepupu, paman, atau bibi.
3. Keluarga bentukan kembali (dyadic family)
Adalah keluarga baru yang terbentuk dari pasangan yang telah bercerai atau kehilangan
pasangannya
4. Orang tua tunggal (single parent family)
yaitu keluarga yang terdiri dari salah satu orang tua dengan anak-anaknya akibat
perceraian atau ditinggal pasangannya,
5. Ibu dengan anak tanpa perkawinan yang sah (the unmarried teenage mother)
6. Orang dewasa laki-laki atau perempuan yang tinggal sendiri tanpa pernah menikah (the
single adult living alone)
7. Keluarga dengan anak tanpa pernikahan sebelumnya (the non marital heterosecual
cohabiting family)
8. Keluarga yang dibentuk oleh pasangan yang berjenis kelamin sama (gay and lesbian
family).

Adapun tipe keluarga menurut pembagian tradisional dan non tradisional yaitu :
A. Tipe keluarga tradisional
1. The Nuclear family (Keluarga inti) yaitu keluarga yang terdiri dari suami istri dan anak
(kandung atau angkat).
2. The dyad family , suatu rumah tangga yang terdiri dari suami stri tanpa anak.
3. Keluarga usila, Keluarga terdiri dari suami dan istri yang sudah
usia lanjut, sedangkan anak sudah memisahkan diri.
4. The childless, Keluarga tanpa anak karena telambat menikah, bisa disebabkan karena
mengejar karir atau pendidikan.
5. The Extended family , keluarga yang terdiri dari keluarga inti ditambah keluarga lain,
seperti paman, bibi, kakek, nenek dan lain- lain.
6. “Single parent” yaitu keluarga yang terdiri dari satu orang tua dengan anak(kandung
atau angkat). Kondisi ini dapat disebabkan oleh perceraian atau kematian).
7. Commuter family, kedua orang tua bekerja diluar kota, dan bisa berkumpul pada hari
minggu atau libur saja.
8. Multigeneration family, Beberapa generasi atau kelompok umur yang tinggal bersama
dalam satu rumah.
9. Kin-network family, beberapa keluarga yang tinggal bersama atau saling berdekatan
dan menggunakan barang-barang pelayanan seperti dapur, sumur yang sama.
10. Blended family, keluarga yang dibentuk dari janda atau duda dan membesarkan anak
dari perkawinan sebelumnya.
11. Single adult living alone” yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari satu orang dewasa
(Masjoer,2007).

B. Tipe keluarga non tradisional


1. The unmarried teenage mother, Keluarga yang terdiri dari satu orang dewasa terutama
ibu dengan anak dari hubungan tanpa nikah.
2. The Step parent family, keluarga dengan orang tua tiri.
3. Commune family, yaitu lebih satu keluarga tanpa pertalian darah yang hidup serumah.
4. The non marrital heterosexual cohabiting family, keluarga yang hidup bersama,
berganti-ganti pasangan tanpa nikah.
5. Gay and lesbian family, seorang yang mempunyai persamaan sex tinggal dalam satu
rumah sebagaimana pasangan suami istri.
6. Cohabitating couple, orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan perkawinan
karena alasan tertentu.
7. Group marriage family, beberapa orang dewasa yang telah merasa saling menikah,
berbagi sesuatu termasuk sex dan membesarkan anak.
8. Group network family, beberapa keluarga inti yang dibatasi oleh norma dan aturan,
hidup berdekatan dan saling menggunakan barang yang sama dan bertanggung jawab
membesarkan anak.
9. Foster family, keluarga yang menerima anak yang tidak ada hubungan saudara untuk
waktu sementara.
10. Homeless family, keluarga yang terbentuk tanpa perlindungan yang permanen karena
keadaan ekonomi atau problem kesehatan mental.
11. Gang, Keluarga yang destruktif dari orang-orang muda yang mencari ikatan emosional,
berkembang dalam kekerasan dan kriminal (Mansjoer,2007).

c. Jelaskan mengapa penting seorang DLP menelusuri factor risiko yang dapat
mempengaruhi kondisi sehat-sakit individu pasien!

1. Dokter Keluarga
Pelayanan dokter keluarga adalah pelayanan kedokteran yang menyeluruh yang memusatkan
pelayanan kepada keluarga sebagai suatu unit, dimana tanggung jawab dokter terhadap pelayanan
kesehatan tidak dibatasi oleh golongan umur atau jenis kelamin pasien juga tidak boleh organ tubuh
atau jenis penyakit tertentu. Dokter keluarga adalah dokter yang dapat memberikan pelayanan
kesehatan yang berorientasi komunitas dengan titik berat kepada keluarga, ia tidak hanya
memandang penderita sebagai individu yang sakit tetapi sebagai bagian dari unit keluarga dan tidak
hanya menanti secara pasif tetapi bila perlu aktif mengunjungi penderita atau keluarganya (IDI,1982).

llmu kedokteran keluarga adalah ilmu yang mencakup seluruh spektrum ilmu kedokteran tingkat yang
orientasinya adalah untuk memberikan pelayanan kesehatan tingkat pertama yang berkesinambungan
dan menyeluruh kepada satu kesatuan individu, keluarga dan masyarakat dengan memperhatikan
faktor faktor lingkungan, ekonomi dan sosial budaya (IDI, 1983).

Tugas Dokter Keluarga:

1. Menyelenggarakan pelayanan primer secara paripurna menyuruh, dan bermutu guna penapisan
untuk pelayanan spesialistik yang diperlukan,
2. Mendiagnosis secara cepat dan memberikan terapi secara cepat dan tepat,
3. Memberikan pelayanan kedokteran secara aktif kepada pasien pada saat sehat dan sakit,
4. Memberikan pelayanan kedokteran kepada individu dan keluarganya,
5. Membina keluarga pasien untuk berpartisipasi dalam upaya peningkatan taraf kesehatan,
pencegahan penyakit, pengobatan dan rehabilitasi,
6. Menangani penyakit akut dan kronik,
7. Melakukan tindakan tahap awal kasus berat agar siap dikirim ke RS,
8. Tetap bertanggung-jawab atas pasien yang dirujukan ke Dokter Spesialis atau dirawat di RS,
9. Memantau pasien yang telah dirujuk atau di konsultasikan,
10. Bertindak sebagai mitra, penasihat dan konsultan bagi pasiennya,
11. Mengkordinasikan pelayanan yang diperlukan untuk kepentingan pasien,
12. Menyelenggarakan rekam Medis yang memenuhi standar,
13. Melakukan penelitian untuk mengembang ilmu kedokteran secara umum dan ilmu kedokteran
keluarga secara khusus.

Praktek dokter keluarga

Bentuk praktek dokter keluarga yang dimaksud secara umum dapat dibedakan atas tiga macam :

1. Pelayanan dokter keluarga sebagai bagian dari pelayanan rumah sakit (hospital based) pada
bentuk pelayanan dokter keluarga diselenggarakan di rumah sakit. Untuk ini dibentuklah suatu unit
khusus yang diserahkan tanggung jawab menyelenggarakan pelayanan dokter keluarga. Unit khusus
ini dikenal dengan nama bagian dokter keluarga (departement of family medicine), semua pasien baru
yang berkunjung ke rumah sakit, diwajibkan melalui bagian khusus ini. Apabila pasien tersebut
ternyata membutuhkan pelayanan spesialistis, baru kemudian dirujuk kebagian lain yang ada dirumah
sakit.
2. Pelayanan dokter keluarga dilaksanakan oleh klinik dokter keluarga (family clinic)
Pada bentuk ini sarana yang menyelenggarakan pelayanan dokter keluarga adalah suatu klinik yang
didirikan secara khusus yang disebut dengan nama klinik dokter keluarga (family clinic/center). Pada
dasarnya klinik dokter keluarga ini ada dua macam. Pertama, klinik keluarga mandiri (free-standing
family clinic). Kedua, merupakan bagian dari rumah sakit tetapi didirikan diluar komplek rumah sakit
(satelite family clinic). Di luar negeri klinik dokter keluarga satelit ini mulai banyak didirikan. Salah satu
tujuannya adalah untuk menopang pelayanan dan juga penghasilan rumah sakit. Terlepas apakah
klinik dokter keluarga tersebut adalah suatu klinik mandiri atau hanya merupakan klinik satelit dari
rumah sakit, lazimnya klinik dokter keluarga tersebut menjalin hubungan kerja sama yang erat dengan
rumah sakit. Pasien yang memerlukan pelayanan rawat inap akan dirawat sendiri atau dirujuk ke
rumah sakit kerja sama tersebut. Klinik dokter keluarga ini dapat diselenggarakan secara sendiri (solo
practice) atau bersama-sama dalam satu kelompok (group practice). Dari dua bentuk klinik dokter
keluarga ini, yang paling dianjurkan adalah klinik dokter keluarga yang dikelola secara berkelompok.
Biasanya merupakan gabungan dari 2 sampai 3 orang dokter keluarga. Pada klinik dokter keluarga
berkelompok ini diterapkan suatu sistem manajernen yang sama. Dalam arti para dokter yang
tergabung dalam klinik dokter keluarga tersebut secara bersama-sama membeli dan memakai alat-
alat praktek yang sama. Untuk kemudian menyelenggarakan pelayanan dokter keluarga yang dikelola
oleh satu sistem manajemen keuangan, manajemen personalia serta manajemen sistem informasi
yang sama pula. (Clark,1971) :

3. Pelayanan dokter keluarga dilaksanakan melalui praktek dokter keluarga (family practice)
Pada bentuk ini sarana yang menyelenggarakan pelayanan dokter keluarga adalah praktek dokter
keluarga. Pada dasarnya bentuk pelayanan dokter keluarga ini sama dengan pelayanan dokter
keluarga yang diselenggarakan melalui klinik dokter keluarga. Disini para dokter yang
menyelenggarakan praktek, rnenerapkan prinsip-prinsip pelayanan dokter keluarga pada pelayanan
kedokteran yang diselenggarakanya. Praktek dokter keluarga tersebut dapat dibedaka pula atas dua
macam. Pertama, praktek dokter keluarga yang diselenggarakan sendiri (solo practice). Kedua
praktek dokter keluarga yang diselenggarakan secara berkelompok (group practice) (Sudjoko,1996).

Pelayanan pada praktek dokter keluarga


Pelayanan yang diselenggarakan pada praktek dokter keluarga banyak macamnya. Secara umum dapat
dibedakan atas tiga macam :

1. Menyelenggarakan pelayanan rawat jalan


Pada bentuk ini, pelayanan yang diselenggarakan pada praktek dokter keluarga hanya pelayanan
rawat jalan saja. Dokter yang menyelenggarakan praktek dokter keluarga tersebut tidak melakukan
pelayanan kunjungan dan perawatan pasien di rumah atau pelayanan rawat inap di rumah sakit.
Semua pasien yang membutuhkan pertolongan diharuskan datang ke tempat praktek dokter
keluarga. Jika kebetulan pasien tersebut memerlukan pelayanan rawat inap, pasien tersebut dirujuk
ke rumah sakit.

2. Menyelenggarakan pelayanan rawat jalan, kunjungan dan perawatan pasien dirumah.


Pada bentuk ini, pelayanan yang diselenggarakan pada praktek dokter keluarga mencakup
pelayanan rawat jalan serta pelayanan kunjungan dan perawatan pasien di rumah. Pelayanan bentuk
ini lazimnya dilaksanakan oleh dokter keluarga yang tidak mempunyai akses dengan rumah sakit.

3. Menyelenggarakan pelayanan rawat jalan, kunjungan dan perawatan pasien di rumah, serta
pelayanan rawat inap di rumah sakit.
Pada bentuk ini, pelayanan yang diselenggarakan pada praktek dokter keluarga telah mencakup
pelayanan rawat jalan, kunjungan dan perawatan pasien di rumah, serta perawatan rawat inap di
rumah sakit. Pelayanan bentuk ini lazimnya diselenggarakan oleh dokter keluarga yang telah berhasil
menjalin kerja sama dengan rumah sakit terdekat dan rumah sakit tersebut memberi kesempatan
kepada dokter keluarga untuk merawat sendiri pasiennya di rumah sakit. Tentu saja penerapan dari
ketiga bentuk pelayanan dokter keluarga ini tidak sama antara satu negara dengan negara lainnya,
dan bahkan dapat tidak sama antara satu daerah lainnya. Di Amerika Serikat misalnya, pelayanan
kunjungan dan perawatan pasien di rumah mulai jarang dilakukan. Penyebabnya adalah karena
mulai timbul kesadaran pada diri pasien tentang adanya perbedaan mutu pelayanan antara
kunjungan dan perawatan pasien di rumah dengan di tempat praktek. Pasien akhirnya lebih senang
mengunjungi tempat praktek dokter, karena telah tersedia berbagai peralatan kedokteran yang
dibutuhkan. Di beberapa negara lainnya, terutama di daerah pedesaan, karena dokter keluarga tidak
mempunyai akses dengan rumah sakit, maka dokter keluarga tersebut hanya menyelenggarakan
pelayanan rawat jalan saja. Pelayanan rawat inap dirujuk sertakan sepenuhnya kepada dokter yang
bekerja dirumah sakit. Tetapi pengaturan rujukan untuk pelayanan rawat inap tersebut, tetap
dilakukan oleh dokter keluarga. Dokter keluarga memberikan bantuan sepenuhnya, dan bahkan turut
mencarikan tempat perawatan dan jika perlu turut mengantarkannya ke rumah sakit. Sekalipun
pelayanan yang diselenggarakan pada praktek dokter keluarga tidak sama, perlulah diingatkan
bahwa orientasi pelayanan dokter keluarga yang diselenggarakan tetap tidak boleh berbeda.
Orientasi pelayanan dokter keluarga bukan sekedar menyembuhkan penyakit, tetapi diarahkan pada
upaya pencegahan penyakit. Atau jika tindakan penyembuhan yang dilakukan, maka
pelaksanaannya, kecuali harus mempertimbangkan keadaan pasien sebagai manusia seutuhnya,
juga harus mempertimbangkan pula keadaan sosial ekonomi keluarga dan lingkungannya. Praktek
dokter keluarga tidak menangani keluhan pasien atau bagian anggota badan yang sakit saja, tetapi
individu pasien secara keseluruhan. Kesamaan lain yang ditemukan adalah pada ruang lingkup
masalah kesehatan yang ditangani. Praktek dokter keluarga melayani seluruh anggota keluarga dan
semua masalah kesehatan yang ditemukan pada keluarga. Untuk dapat menyelenggarakan
pelayanan yang seperti ini dibutuhkan pelbagai pengetahuan danketerampilan yang luas. Karena
adanyan ciri yang seperti inilah ditemukan pihakpihak yang tidak sependapat bahwa dokter spesialis
dapat bertindak sebagai dokter keluarga. Oleh kalangan yang terakhir ini disebutkan bahwa dokter
keluarga harus memiliki pengetahuan dan keterampilan yang luas, yang mencakup pengetahuan dan
keterampilan beberapa dokter spesialis, dan karenanya tidak mungkin jika diselenggarakan oleh satu
dokter spesialis saja (Sulastomo,1984)
Dari uraian tentang orientasi serta ruang lingkup masalah kesepakatan yang ditangani pada praktek
dokter keluarga diatas, jelaslah bahwa pelayanan kedokteran yang diselenggarakan pada praktek
dokter keluarga memang agak berbeda dengan pelayanan kedokteran yang diselenggarakan oleh
dokter umum dan atau dokter spesialis. Pelayanan kedokteran yang diselenggarakan pada praktek
dokter keluarga pada umumnya :

a. lebih aktif dan bertanggung jawab


Karena pelayanan kedokteran yang diselenggarakan pada praktek dokter keluarga mengenal
pelayanan kunjungan dan atau perawatan pasien di rumah, bertanggung jawab mengatur pelayanan
rujukan dan konsultasi, dan bahkan, apabila memungkinkan, turut menangani pasien yang
memerlukan pelayanan rawat inap di rumah sakit, maka pelayanan kedokteran yang diselenggarakan
pada praktek dokter keluarga umunya lebih aktif dan bertanggung jawab dari pada dokter umum.

b. Lebih lengkap dan bervariasi


Karena praktek dokter keluarga menangani semua masalah kesehatan yang ditemukan pada semua
anggota keluarga, maka pelayanan dokter keluarga pada umumnya lebih lengkap dan bervariasi dari
pada dokter umum. Tidak mengherankan jika dengan pelayanan yang seperti ini, seperti yang
ditemukan di Amerika Serikat misalnya, praktek dokter keluarga dapat menyelesaikan tidak kurang
dari 95 % masalah kesehatan yang ditemukan pada pasien yang dating berobat.
c. Menangani penyakit pada stadium awal
Sekalipun praktek dokter keluarga dapat menangani pasien yang telah membutuhkan pelayanan
rawat inap, bukan selalu berarti praktek dokter keluarga sarna dengan dokter spesialis. Praktek
dokter keluarga hanya sesuai untuk penyakit -penyakit pada stadium awal saja. Sedangkan untuk
kasus yang telah lanjut atau yang telah terlalu spesialistik, karena memang telah berada diluar
wewenang dan tanggung jawab dokter keluarga, tetap dan harus dikonsultasikan dan atau dirujuk
kedokter spesialis. Seperti yang dikatakan oleh Malerich (1970), praktek dokter keluarga memang
sesuai untuk penyakit-penyakit yang masih dalam stadium dini atau yang bersifat umum saja. ‘The
family doctor cannot be expected to treat all problems as best possible, but he can be expected to
treat all common diseases as best possible’ (Sulastomo,1984)

d. Jelaskan mengenai “family as unit of care”!

5. Bentuk – bentuk keluarga :


Adapun Tipe – tipe keluarga menurut suprajinto,2004 :

9. Keluarga inti ( Nuclear family )


Adalah suatu keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anak.
10. Keluarga besar ( Exstended family )
Adalah keluarga inti ditambah   dengan  sanak saudara, misalnya nenek, kakek,
keponakan, saudara sepupu, paman, atau bibi.
11. Keluarga bentukan kembali (dyadic family)
Adalah keluarga baru yang terbentuk dari pasangan yang telah bercerai atau kehilangan
pasangannya
12. Orang tua tunggal (single parent family)
yaitu keluarga yang terdiri dari salah satu orang tua dengan anak-anaknya akibat
perceraian atau ditinggal pasangannya,
13. Ibu dengan anak tanpa perkawinan yang sah (the unmarried teenage mother)
14. Orang dewasa laki-laki atau perempuan yang tinggal sendiri tanpa pernah menikah (the
single adult living alone)
15. Keluarga dengan anak tanpa pernikahan sebelumnya (the non marital heterosecual
cohabiting family)
16. Keluarga yang dibentuk oleh pasangan yang berjenis kelamin sama (gay and lesbian
family).

Adapun tipe keluarga menurut pembagian tradisional dan non tradisional yaitu :
C. Tipe keluarga tradisional
12. The Nuclear family (Keluarga inti) yaitu keluarga yang terdiri dari suami istri dan anak
(kandung atau angkat).
13. The dyad family , suatu rumah tangga yang terdiri dari suami stri tanpa anak.
14. Keluarga usila, Keluarga terdiri dari suami dan istri yang sudah
usia lanjut, sedangkan anak sudah memisahkan diri.
15. The childless, Keluarga tanpa anak karena telambat menikah, bisa disebabkan karena
mengejar karir atau pendidikan.
16. The Extended family , keluarga yang terdiri dari keluarga inti ditambah keluarga lain,
seperti paman, bibi, kakek, nenek dan lain- lain.
17. “Single parent” yaitu keluarga yang terdiri dari satu orang tua dengan anak(kandung
atau angkat). Kondisi ini dapat disebabkan oleh perceraian atau kematian).
18. Commuter family, kedua orang tua bekerja diluar kota, dan bisa berkumpul pada hari
minggu atau libur saja.
19. Multigeneration family, Beberapa generasi atau kelompok umur yang tinggal bersama
dalam satu rumah.
20. Kin-network family, beberapa keluarga yang tinggal bersama atau saling berdekatan
dan menggunakan barang-barang pelayanan seperti dapur, sumur yang sama.
21. Blended family, keluarga yang dibentuk dari janda atau duda dan membesarkan anak
dari perkawinan sebelumnya.
22. Single adult living alone” yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari satu orang dewasa
(Masjoer,2007).
D. Tipe keluarga non tradisional
12. The unmarried teenage mother, Keluarga yang terdiri dari satu orang dewasa terutama
ibu dengan anak dari hubungan tanpa nikah.
13. The Step parent family, keluarga dengan orang tua tiri.
14. Commune family, yaitu lebih satu keluarga tanpa pertalian darah yang hidup serumah.
15. The non marrital heterosexual cohabiting family, keluarga yang hidup bersama,
berganti-ganti pasangan tanpa nikah.
16. Gay and lesbian family, seorang yang mempunyai persamaan sex tinggal dalam satu
rumah sebagaimana pasangan suami istri.
17. Cohabitating couple, orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan perkawinan
karena alasan tertentu.
18. Group marriage family, beberapa orang dewasa yang telah merasa saling menikah,
berbagi sesuatu termasuk sex dan membesarkan anak.
19. Group network family, beberapa keluarga inti yang dibatasi oleh norma dan aturan,
hidup berdekatan dan saling menggunakan barang yang sama dan bertanggung jawab
membesarkan anak.
20. Foster family, keluarga yang menerima anak yang tidak ada hubungan saudara untuk
waktu sementara.
21. Homeless family, keluarga yang terbentuk tanpa perlindungan yang permanen karena
keadaan ekonomi atau problem kesehatan mental.
22. Gang, Keluarga yang destruktif dari orang-orang muda yang mencari ikatan emosional,
berkembang dalam kekerasan dan kriminal (Mansjoer,2007).

 5. APGAR Score

Skor apgar merupakan alat screening untuk menilai disfungsi tiap individu yang capable dalam
hubungan keluarga. Kelima fungsi keluarga yang dinilai pada APGAR keluarga adalah

a. Adaptasi (Adaptation)
Tingkat kepuasan anggota keluarga dalam menerima bantuan yang diperlukannya dari
anggota keluarga lainnya.

b. Kemitraan (Partnership)
T i n g k a t k e p u a s a n a n g g o t a k e l u a r g a t e r h a d a p berkomunikasi, urun rembuk
dalam mengambil suatu keputusan d a n a t a u m e n y e l e s a i k a n s u a t u m a s a l a h
y a n g s e d a n g d i h a d a p i dengan anggota ke lua rga la inn ya

c. Pertumbuhan (Growth)
Tingkat kepuasan anggota keluarga terhadap kebebasan yang dibe rika n ke lua rga
da lam mematang kan pertu mbu han dan a t a u ke d e w a sa a n se t ia p a n g g o t a
ke lu a rg a .

d . Kasih sayang (Affection)


Tingkat kepuasan anggota keluarga terhadap kasih sayang serta interaksi emosional
yang berlangsung dalam keluarga.

e. Kebersamaan (Resolve)
T i n g k a t k e p u a s a n a n g g o t a k e l u a r g a t e r h a d a p ke b e rsa ma a n da la m
me mb ag i wa ktu , ke ka yaa n da n ru an g an ta r anggota keluarga (Azwar, 1997).

Penilaian dari 5 hal tersebut adalah:

0 = tidak pernah

1 = kadang-kadang

2 = selalu

Masing-masing anggota keluarga baik inti maupun extendate yang berada dalam satu rumah
terkecuali pembantu tidak dihitung karena bukan hubungan keluarga seperti pada pengertian di
atas.

Ada sepuluh skor dalam penilaian APGAR Keluarga :

Skor 7 - 10 berarti keluarga yang dinilai adalah sehat, dalam arti setiap anggota
keluarga saling mendukung satu sama lain.

Skor 4 - 6 be ra rt i ke lua rg a yan g d in ila i ad a lah ku ran g seh a t , da la m arti


hubungan antar anggota keluarga masih perlu untuk lebih di tingkatkan.

Skor 0 - 3 berarti keluarga yang dinilai sama sekali tidak sehat, dalam arti sangat
memerlukan banyak perbaikan untuk lebih meningkatkan hubungan antar anggota keluarga.

Keluarga Tn. MC memiliki skor APGAR Keluarga 3, yang berarti keluarga Tn. MC sama
sekali tidak sehat, dalam arti sangat membutuhkan banyak perbaikan untuk lebih meningkatkan
hubungan antar anggota keluarga (Azwar, 1997).

6. SCREEM Score
Merupakan cara penilaian dinamika keluarga untuk mengetahui adanya fungsi patologis atau
hambatan-hambatan dalam suatu keluarga.
Hambatan-hambatan tersebut antara lain:
1. Sosial
Mampu bersosialisasi atau tidak dengan masyarakat.
2. Culture
Misalnya pada orang desa yang masih mempercayai bahwa anak bayi kurang dari 40
hari tidak boleh dibawa keluar rumah, padahal harus diimunisasi. Adakah hal tentang
kebudayaan semacam itu dalam suatu keluarga untuk mendapatkan pelayanan
kesehatan. Jika ada berarti fungsi patologis culture positif.
3. Religion
Misalkan tentang KB IUD menurut islam IUD tidak boleh dipasang, kemudian apakah
dalam keluarga tersebut terdapat kepercayaan semacam itu atau tidak berkaitan dengan
tindakan kedokteran yang akan dilakukan. Jika ada, berarti fungsi patologis religion
positif (terhambat).
4. Education
Terutama pada keluarga yang mempunyai tingkat pendidikan rendah biasanya
cenderung ada hambatan untuk dilakukannya tindakan kedokteran.
5. Economic
Pada tingkat keluarga yang ekonominya rendah, maka tindakan usaha penyembuhan
pada pasien dari suatu keluarga biasanya terhambat. Oleh karenanya harus dinilai
apakah tingkat keluarga tersebut rendah, sedang, atau tinggi.
6. Medical
Adakah hambatan-hambatan yang dapat terjadi dalam mendapatkan pelayanan
kesehatan. Jika ada berarti fungsi patologis medicalnya positif. Misalnya, suatu keluarga
yang berpendidikan rendah, dan berperekonoian rendah pula yang mengalami
kesusahan dalam mengurus-ngurus jamkesmas untuk mendapat keringanan biaya
karena pendidikan yang rendah membuatnya lebih pusing mengurusnya. Contoh lain
bisa karena ketidakterjangkauan suatu keluarga dengan pelayanan kesehatan yang
dibutuhkan. Baik itu karena kondisi geografi yang buruk atau pun tidak adanya transport.

Penilaian skor SCREEM adalah hanya dengan melihat ada tidaknya hambatan pada bidang-
bidang tersebut, sehingga kita akan mengetahui adanya fungsi patologis pada suatu keluarga.
(Ghan Gl, 2005)

e. Jelaskan mengenai five level of prevention dari LEVEL and CLARK!

Pencegahan Penyakit
Pada dasarnya pencegahan suatu penyakit lebih murah dari pengobatan penyakit tersebut.
Proses pencegahan tersebut tidak dapat dipisahkan dari kondisi lingkungan dan sejarah terjadinya
penyakit. Dalam proses pencegahan, kita akan mengadakan deteksi dan intervensi pada penyebab
dan factor resiko dari penyakit. Arti pencegahan sendiri adalah mengadakan inhibisi terhadap
perkembangan suatu penyakit sebelum penyakit tersebut terjadi (Mukono, 2000).

Tingkat dari pencegahan penyakit adalah:

A. Pencegahan Primer
Tingkat pencegahan ini dapat dilakukan pada fase kepekaan dari sejarah alami suatu
penyakit. Pada kasus diatas maka pencegahan primer yang dapat digunakan salah satunya
ialah dengan cara meningkatkan perbaikan gizi masayarakat dan memperbaiki dari kondisi
rumah maupun lingkungan rumah ke arah yang lebih baik dan juga peran serta dari petugas
kesehatan dalam hal ini perlu dengan cara memberikan penyuluhan tentang prilaku hidup bersih
dan sehat (Mukono, 2000).
Disamping pecegahan primer yang sifatnya menyeluruh maka diperlukan juga pencegahan
primer yang sifatnya spesifik ( Spesific protections ). Yang paling sesuai dari pencegahan
spesifik pada kasus diatas ialah dengan pengaturan diet, jangan telat makan , makanan jangan
yang pedas maupun yang asam, makan secara teratur dengan makanan sehat dan bergizi,
hindari juga minum Kopi karena bias meningkatkan factor resiko dari dyspepsia.Disamping
pengaturan diet diatas perlu juga pada pasien ini untuk menghindari stress

B. Pencegahan Sekunder
Tingkat pencegahan ini dapat dilakukan pada fase preklinik dan klinik. Pencegahan sekunder
ialah mendiagnosis sedini mungkin apa yang diderita oleh pasien.

C. Pencegahan Tersier
Maksud dari pencegahan tersier adalah salah satu cara untuk menghindari dari kecacatan,
pada kasus ini di usahakan untuk segera dilakukan endoskopi karena ada indikasinya yaitu usia
diatas 45 tahun dan keluhan yang sudah lama ( Bazaldua, 1999 )

f. Bagaimana rencana penanganan komprehensif kasus Tn.MC?

A. Personal care

a. Medika mentosa

(1) Penghambat pompa asam (Proton Pump Inhibitor/ PPI) seperti omeprazol, lansoprazol, atau
pantoprazol
(2) Antikolinergik
(3) Antagonis Reseptor H2 seperti simetidin, ranitidin, famotidin, atau roksatidin.
(4) Sitoprotektif seperti misoprostol (PGE1) atau enprostil (PGE2).
b. Non medika mentosa
(1) Kurangi konsumsi antasid atau diganti dengan obat lain.
(2) Karena berat badan berkurang mesti dilakukan pengaturan pola makan
(3) Hindari makanan berlemak tinggi yang menghambat pengosongan isi lambung (coklat,
keju, dan lain-lain).
(4) Hindari makanan yang menimbulkan gas di lambung (kol, kubis, kentang, melon, semangka,
dan lain-lain).
(5) Hindari makanan yang terlalu pedas dan minuman dengan kadar caffeine dan alkohol
(6) Jauhi stress.
(7) Rencanakan untuk penegakan diagnosis definitif dengan peneriksaan endoskopi.

B. Family Care
(1) Penanganan terhadap konflik yang dialami oleh adik dan istri Tn. MC.

(2) Meminta istri Tn. MC untuk tidak menghidangkan masakan-makanan merangsang yang dapat
memperparah keadaan Tn. MC.

(3) Kontrol penggunaan jumlah obat seperti antacid oleh keluarga terutama istri.

(4) Memperbaiki psikologi dengan indikator kenaikan skor APGAR yaitu dengan menambah
intensitas kebersamaan, menghadapi permasalahan bersama, maupun saling berbagi kasih
sayang.

(5) Melakukan skrining anggota keluarga mengingat faktor resiko kanker kolon dari ayah Tn.
MC.

(6) Mengedukasi cara pengelolaan keuangan yang baik.


(7) Menggunakan skala prioritas dalam memecahkan masalah atau dalam memenuhi
kebutuhan (Sawaludin, 2005).

E. Local Comunity Care


(1) Edukasi mengenai kualitas rumah sehat, dan juga pentingnya menjaga
keharmonisan keluarga serta manfaatnya .
(2) Edukasi mengenai penyakit pada komunitas
(3) Dapat diberikan saran dalam pekerjaannya seperti rekomendasi untuk pindah ke bagian
yang tidak semakin mempreberat faktor risiko. (Ghan Gl, 2005)

Anda mungkin juga menyukai