Anda di halaman 1dari 21

JURNAL PRAKTIKUM DASAR-DASAR KIMIA ANALITIK

TITRASI PENETRALAN (ASIDI ALKALIMETRI)

OLEH:

MAISZHA CAHYADILIA

22030234098

KA22

PRODI PENDIDIKAN KIMIA

JURUSAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA


2023

I. Judul

Titrasi Penetralan Asidi - Alkalimetri

II. Tujuan

1. Menentukkan standarisasi larutan asam

2. Menentukkan konsentrasi HCl daei larutan NaOH yang sudah


distandarisasi

III. Tanggal dan Waktu Pelaksanaan

Kamis, 6 April 2023

Pukul (09.30 – 12.00)

IV. Tinjauan Pustaka

DASAR-DASAR KIMIA ANALITIK

Kimia analitik merupakan bagian dari ilmu kimia yang berkaitan dengan
pengembangan metode analitik yang sebelumnya telah ada atau
merancang metode baru untuk menghitung dan studi tentang
fenomena kimia. Selain itu, kimia analitik memiliki pengembangkan
metode analitis untuk memperluas cakupan sampel yang dapat
dianalisis sehingga dapat diterapkan pada sampel yang lebih kompleks,
konsentrasi dan waktu yang lebih kecil. Dengan kata lain, kimia analitik
meliputi penemuan dan penerapan konsep, prinsip dan strategi untuk
menentukan karakteristik spesies dan sistem kimia. Kimia analitik juga
dikenal sebagai cabang terkait kimia untuk mengetahui komponen,
komposisi, struktur atau sifat sebuah sistem perangkat keras. Maka
gunakanlah ilmu ini mempelajari, mengontrol, atau memprediksi
perilaku sistem material yang dipertimbangkan (Gohshi, 1991).

ANALISIS KUALITATIF DAN KUANTITATIF

Pada dasarnya konsep analisis kimia dapat dibagi menjadi 2 bagian


yaitu. Analisis Kualitatif yaitu analisis kimia yang berhubungan dengan
identifikasi suatu zat atau bahan yang tidak diketahui. Analisis
kualitatif berkaitan dengan identifikasi zat-zat kimia, yaitu mengenali
unsur atau senyawa apa yang terdapat dalam suatu sampel (Day dan
Underwood, 1999). Uji-uji kimia yang menggunakan teknologi
sederhana ini biasanya disebut dengan analisis klasik atau
konvensional. Sedangkan analisis yang menggunakan peralatan yang
lebih maju disebut dengan analisis modern atau instrumental.

Analisis Kuantitatif yaitu analisis kimia yang menyangkut penentuan


jumlah zat tertentu yang ada dalam suatu sampel (contoh). Sampel
atau analit merupakan zuatu zat yang belum diketahui komponen
penyusunnya (Underwood, 2001). Analisis kuantitatif berkaitan dengan
penetapan berapa banyak suatu zat tertentu yang terkandung dalam
suatu sampel. Zat yang ditetapkan tersebut yang seringkali dinyatakan
sebagai konstituen atau analit, menyusun sampel yang dianalisis. Jika
zat yang dianalisa (analit) tersebut menyusun lebih dari sekitar 1% dari
sampel, maka analit ini dianggap sebagai konstituen utama (Day dan
Underwood, 1999).

PENGGOLONGAN KIMIA ANALITIK

A) Berdasarkan sifat analisis terhadap komponen analitnya

1) Analisis Perkiraan (proximate analysis): banyaknya komponen


dalam sampel belum dapat dinyatakan dengan pasti hanya
memperkirakan saja yang diketahui.

2) Analisis Parsial (partial analysis): hanya sebagaian sampel yang


dianalisis sedangkan sebagian lainnya tidak dianalisis

3) Analisis Komponen Renik (trace constituent analysis): hanya


komponen mikro (renik) yang ditetapkan keberadaannya secara
kualitatif maupun kuantitatif.

4) Analisis Lengkap (complete analysis): bila keseluruhan komponen


penyususn sampel dianalisis sehingga diperoleh komponen
sesungguhnya dari komponen penyusun sampel.

B) Berdasarkan kuantitatas analit yang ingin ditetapkan

1) Analisis Makro dengan jumlah sampel ≥ 0,1 gram

2) Analisis Semi Mikro dengan jumlah sampel 0,01 – 0,1 gram

3) Analisis Mikro dengan jumlah sampel ≤ 0,01 gram

4) Analisis Ultra Mikro dengan jumlah sampel ≤ 0,001 gram

TAHAPAN-TAHAPAN DALAM ANALISIS KIMIA

1) Memformulasikan pertanyaan/permasalahan, yaitu menerjemahkan


permasalahan yang ada menjadi suatu pertanyaan yang spesifik yang
dapat dijawab/diselesaikan melalui perhitungan-perhitungan kimia.

2) Pemilihan prosedur, yaitu Kemungkinan terdapat beberapa prosedur


yang dapat diterapkan, salah satu prosedur dapat dipilih dengan
beberapa pertimbangan.

3) Pengambilan sampel, yaitu tahap ini adalah memilih sampel yang


representatif, yang dapat mewakili seluruh sampel (populasi) yang
akan dianalisis. Sampel dapat dibedakan menjadi sampel homogen
dan heterogen. Sampel homogen adalah sampel yang komposisinya
sama di bagian/tempat manapun. Sedangkan sampel heterogen
adalah sampel yang komposisinya di setiap bagian/tempat berbeda
satu sama lain.

4) Penyiapan sampel, yaitu dapat berupa pemisahan bahan- bahan


pengganggu atau isolasi komponen yang akan dianalisis. Pemisahanini
kadang diperlukan karena bahan- bahan pengganggu dimaksud dapat
ikut bereaksi atau mengganggu proses pengukuran.

5) Pengukuran, yaitu pada tahap ini dilakukan pengukuran konsentrasi.


Pengulangan juga perlu dilakukan untuk mendapatkan ketidakpastian
pengukuran dan mengantisipasi kesalahan (error) dalam pengukuran.

6) Pelaporan dan interpretasi hasil, yaitu hasil analisis perlu disajikan


dalam format yang mudah dipahami dan disesuaikan dengan
pembacanya. Kadang hasil analisis dibaca oleh orang-orang yang
khusus, namun kadang hasil tersebut ditujukan untuk khalayak umum.

7) Menarik kesimpulan, yaitu penarikan kesimpulan ini kadang


dilakukan tanpa melibatkan analis, misalnya oleh bagian produksi di
suatu pabrik untuk meningkatkan efisiensi produksi, atau oleh
pengambil kebijakan untuk mengeluarkan suatu keputusan. Oleh
karena itu, pelaporan dan interpretasi hasil harus dilakukan dengan
sebaik-baiknya agar tidak terjadi kesalahan persepsi.

TITRASI

Analisis volumetri atau titrimetri merupakan suatu analisis berdasarkan


pengukuran volume larutan dengan konsentrasi yang diketahui, yang
diperlukan untuk bereaksi dengan analit (zat yang akan ditentukan).
Analisis Volumetri memerlukan pengukuran dengan seksama volume
larutan yang bereaksi. Alat yang lazim digunakan dalam analisis ini
adalah labu ukur, buret, pipet dan gelas ukur Analilis volumetri sering
disebut juga dengan titrani. Titrasi merupakan suatu metode untuk
menentukan konsentrasi zat di dalam larutan. Titrasi dilakukan dengan
mereaksikan larutan dimana suatu volum larutan standar ditambahkan
ke dalam larutan yang telah diketahui konsentrasinya dengan tujuan
mengetahui komponen yang tidak dikenal (Brady, 2002). Dalam titrasi,
suatu larutan yang harus dinetralkan dimasukkan ke dalam wadah atau
tabung. Titik pada saat titrasi dimana indikator berubah warna
dinamakan titik akhir dari indikator. Oleh karena itu yang diperlukan
adalah memadankan titik akhir indikator yang perubahannya terjadi
selang pH yang meliputi pH sesuai dengan titik setara (Petrucci, 1987).

ASIDI-ALKALIMETRI

Terdapat dua jenis titrasi asam-basa, yaitu titrasi asidimetri dan titrasi
alkalimetri Asidimetri adalah satu metode kimia analisis kuantitatif
yang didasarkan pada prinsip titrasi asam-basa. Asidi-alkalimetri
berfungsi untuk menentukan kadar asam-basa dalam satu larutan
secara analisa volumetri, dalam suatu contoh dengan menggunakan
larutan baku asam yang sesuai. Asidi-alkalimetri termasuk reaksi
netralisasi yaitu reaksi antara ion hidrogen yang berasal dari asam
dengan ion hidroksida yang berasal dari basa untuk menghasilkan air
yang bersifat netral. Netralisasi dapat juga dikatakan sebagai reaksi
antara donor proton (asam) dengan penerima proton (basa), dalam
suatu contoh dengan larutan baku basa yang sesuai (Kleinfelter, 1980).

STANDARISASI

Standarisasi merupakan suatu proses yang digunakan untuk


menentukan secara teliti konsentrasi suatu larutan. Standarisasi dan
titrasi adalah dua proses yang berbeda dalam kimia. Standarisasi
adalah proses untuk menentukan secara teliti konsentrasi suatu
larutan dengan menggunakan larutan standar. Sedangkan titrasi
adalah proses untuk menentukan konsentrasi suatu larutan dengan
cara mereaksikan sedikit demi sedikit atau tetes demi tetes larutan
titran melalui buret ke dalam larutan sampel hingga mencapai titik
akhir titrasi. Dalam titrasi, larutan standar digunakan sebagai larutan
titran untuk menentukan konsentrasi larutan sampel. Meskipun
keduanya berbeda, titrasi sering digunakan sebagai metode
standarisasi dalam kimia.

TITRAN, TITRAT, DAN TITER

Titran atau titer adalah larutan yang digunakan untuk mentitrasi


(biasanya sudah diketahui secara pasti konsentrasinya). Dalam proses
titrasi suatu zat berfungsi sebagai titran dan yang lain sebagai titrat.
Titrat adalah larutan yang dititrasi untuk diketahui konsentrasi
komponen tertentu. Titik ekivalen adalah titik yg menyatakan
banyaknya titran secara kimia setara dengan banyaknya analit. Analit
adalah spesies (atom, unsur, ion, gugus, molekul) yang dianalisis atau
ditentukan konsentrasinya atau strukturnya (Padmaningrum, 2008).
ANALIT

Larutan analit adalah senyawa yang tidak diketahui konsentrasinya dan


biasanya disimpan di dalam erlenmeyer, sedangkan larutan standar
adalah larutan yang sudah diketahui konsentrasinya dan biasanya di
simpan dalam buret. Tidak semua zat/senyawa yang ada dalam
bentuk larutannya dapat ditentukan dengan metode titrasi (Seely,
2012).

TITIL EKUIVALEN DAN TITIK AKHIR TITRASI

Keadaan ekuivalen ( artinya secara stoikiometri titrant dan titer tepat


habis bereaksi) yang biasanya ditandai dengan berubahnya warna
indikator. Keadaan ini disebut sebagai “titik ekuivalen”, yaitu titik
dimana konsentrasi asam sama dengan konsentrasi basa atau titik
dimana jumlah basa yang ditambahkan sama dengan jumlah asam
yang dinetralkan. Volume pada jumlah reagen yang ditambahkan tepat
sama dengan yang diperlukan untuk bereaksi sempurna oleh zat yang
dianalisis disebut sebagai titik ekivalen (Khopkar, 1985).

[H+] = [OH-]

Sedangkan keadaan dimana titrasi dihentikan dengan cara melihat


perubahan warna indikator disebut sebagai “titik akhir titrasi”. Titik
akhir titrasi yaitu suatu peristiwa dimana indikator telah menunjukkan
warna dan titrasi harus dihentikan (Brady, 1987). Titik akhir titrasi ini
mendekati titik ekuivalen, tapi biasanya titik akhir titrasi melewati titik
ekuivalen. Oleh karena itu, titik akhir titrasi sering disebut juga sebagai
titik ekuivalen. Pada saat titik ekuivalen ini maka proses titrasi
dihentikan, kemudian catat volume titer yang diperlukan untuk
mencapai keadaan tersebut. Dengan menggunakan data volume titran,
volume dan konsentrasi titer maka bisa dihitung konsentrasi titran
tersebut (Pramono,2012).

LARUTAN STANDAR

Larutan standar merupakan larutan yang telah diketahui


konsentrasinya. Terdapat dua macam larutan standar yaitu larutan
standar primer dan larutan standar sekunder. Berikut penjelasan lebih
lanjut macam-macam larutan standar:

a. Larutan Standar Primer

Larutan standar primer adalah larutan standar yang dipersiapkan


dengan menimbang dan melarutkan suatu zat tertentu dengan
kemurnian tinggi (konsentrasi diketahui dari massa - volum larutan).
Larutan standar primer merupakan larutan dimana kadarnya dapat
diketahui secara langsung dari hasil penimbangan. Adapun syarat-
syarat larutan standar primer adalah mudah diperoleh dalam bentuk
murni, mempunyai kemurnian tinggi, mempunyai rumus molekul yang
pasti, tidak mengalami perubahan saat penimbangan, dan mempunyai
berat ekuivalen yang tinggi agar kesalahan penimbangan dapat
diabaikan.

b. Larutan Standar Sekunder

Larutan standar sekunder adalah larutan standar yang dipersiapkan


dengan menimbang dan melarutkan suatu zat tertentu dengan
kemurnian relatif rendah sehingga konsentrasi diketahui dari hasil
standardisasi (Day Underwood, 1999). Larutan standar sekunder
merupakan larutan dimana konsentrasinya ditentukan dengan cara
pembakuan (Harjadi, 1987).

INDIKATOR LARUTAN

Indikator merupakan suatu senyawa organik kompleks dalam bentuk


basa atau asam yang dapat berada dalam keadaan dua warna yang
berbeda dan dapat berubah warna dari satu bentuk ke bentuk lainnya
pada pH tertentu. Apabila suatu zat dapat memberikan perubahan
warna sampel pada saat terjadinya perubahan konsentrasi hydrogen
atau perubahan pH maka zat tersebut dapat disebut sebagai indikator
titrasi asam-basa. Indikator yang digunakan dalam titrasi asam-basa
adalah indikator yang perubahan warnanya dipengaruhi oleh pH.
Penambahan indikator diusahakan sedikit demi sedikit mungkin dan
umum dua hingga tiga tetes. Untuk memperoleh ketepatan hasil titrasi
maka titik akhir dititrasi dipilih sedikit mungkin dengan titik ekuivalen.
Hal ini dapat dilakukan dengan memilih indikator yang tepat dan sesuai
dengan titrasi yang akan dilakukan. Keadaan dimana titrasi dihentikan
dengan cara memilih perubahan warna indikator disebut dengan titik
akhir titrasi (Chang, 2004).

Dalam memililih indikator terdapat petunjuk pemilihan indikator, yaitu

1. Gunakan 3 tetes larutan indikator kecuali dinyatakan lain.

2. Jika asam kuat dititrasi dengan basa kuat, atau basa kuat dititrasi
dengan asam kuat dapat digunakan jingga metil, merah metil atau
fenolptalin

3. Jika asam lemah dititrasi dengan basa kuat digunakan indikator


fenolftalin

4. Jika basa lemah dititrasi dengan asam kuat digunakan indikator


merah metil

5. Basa lemah jangan dititrasi dengan asam lemah atau sebaliknya,


karena tidak ada indikator yang dapat menunjukkan titik
akhir yang jelas

Indikator asam-basa secara garis besar dapat diklasifikasikan dalam


tiga golongan:

a) indikator ftalein dan indikator sulfoftalein

b) indikator azo

c) indikator trifenilmetana (Khopkar, 1985)

d)

V. Alat dan Bahan

 Alat Ukuran Jumlah


1) Gelas ukur 1 liter 1
2) Batang pengaduk - 1
3) Botol timbang - 1
4) Labu ukur 250 mL 1
5) Buret - 1
6) Buret khusus basa - 1
7) Pipet seukuran - 1
8) Erlemenyer 250 mL 1
9) Kertas putih - 1
10) Botol cuci - 1
11)Gelas piala/ gelas beaker - 1
12)Gelas ukur - 1
13)Kaca ukur - 1
14)Botol dan sumbat karet - 1
15)Statif dan klem - 1
16)Neraca analitik - 1
17)Botol semprot - 1

 Bahan Ukuran Jumlah


1) Air suling - 500 mL
2) HCl 0,1 N Secukupnya
3) HCl pekat -
Secukupnya
4) Na2CO3 - 1,3 gram
5) Indicator metal jingga - Secukupnya
6) Indicator pp - Secukupnya
7) Indicator metal merah - Secukupnya
8) Garam boraks murni (AR/PA -
Secukupnya
9) NaOH - Secukupnya
10)H2C2O4 . 2H2O - Secukupnya
11)H2O2C4 - Secukupnya
VI. Alur Percobaan
A. Pembuatan dan penentuan (standarisasi) larutan asam

1. Pembuatan larutan asam klorida ± 0,1 N


HCl Pekat

1. Dituang sebanyak ± 9 mL kedalam gelas ukur 1


liter

2. Ditambah 500 mL air suling

3. Ditambah sampai tanda batas

4. Diaduk

HCl 0,1 N

2. Penentuan larutan asam klorida 0,1 N

a) Dengan natrium karbonat (Na2CO3) anhidrat sebagai baku

Standarisasi HCl
HCl 0,1 N 5 mL
1. Dibilas sampai bersih buret yang sudah
disiapkan dengan 5 mL larutan HCl sampai 3 kali.

2. Diisi buret dengan larutan HCl sampai 2-3 cm


diatas titik nol.

3. Dibuka kran perlahan-lahan agar tidak ada


gelembung

4. Diturunkan larutan sampai titik nol, jika terlanjur


melewati angka nol, tidak perlu diisi lagi tetapi
langsung dibaca posisi minikusnya sampai
ketelitian 0,01 mL.

5. Dicatat angkanya.

HCl Pada Buret


Padatan

1. Ditimbang sebanyak ± 1,3 gr dengan botol


timbang

2. Dipindahkan dalam labu ukur ukuran 250 mL

3. Dilarutkan dengan air suling

4. Diencerkan sampai tanda batas

5. Dikocok labu ukur agar tercampur dengan baik


Larutan baku Na2CO3

6. Diambil 25 mL dengan pipet

7. Dimasukkan dalam erlemenyer 250 mL

8. Ditambahkan 25 mL air suling

9. Ditambahkan 3 tetes indikator metil jingga

10. Diletakkan erlemenyer dibawah buret

11. Diberi kertas putih dibawahnya

12. Dilakukan titrasi dengan membuka kran buret

13. Digoyangkan atau diputar bagian leher


erlemenyer secara konstan

14. Dilanjutkan penambahan asam sampai metil


jingga berwarna kuning muda

Larutan Na2CO3 berwarna kuning

15. Dicuci dinding erlemenyer dengan air suling dari


botol cuci

16. Dititrasi dengan HCl pada buret yang telah


disiapkan sampai warna metil jingga menjadi
jingga atau sedikit merah muda dan hentikan
Larutan berwarna sedikit merah
titrasi

17. Dibaca dan dicatat angka buret

18. Dihitung volume HCl yang digunakan

19. Diulangi titrasi sebanyak 3 kali dengan memipet


larutan Na2CO3 dengan volume yang sama

20. Dihitung konsentrasi rata-rata larutan HCl

konsentrasi rata-rata larutan HCl


b) Dengan natrium tetra borat dihidrat atau borak sebagai
bahan baku

Boraks murni

1. Ditimbang 4,7 – 4,8 gr boraks murni

2. Dipindahkan kedalam labu ukur 250 mL

3. Dilarutkan dan diencerkan sampai tanda batas

4. Dikocok sampai kecampur dengan baik

Larutan boraks

25 mL larutan boraks

1. ditambahkan 25 mL larutan boraks

2. Ditambahkan 25 mL air suling dan 2-3 tetes indikator


metil merah

3. Dititrasi
4. Dihentikan setelahterjadi perubahan

Metil merah berwarna


5. Dicuci dinding erlemenyer dengan air suling

6. Dititrasi Kembali dengan penambahan asam setetes


demi setetes

Metil merah menjadi sedikit merah

7. Dicatat dan dihitung volume asam

Volume
8. Diulang sebanyak 3 kali

9. Dihitung konsentrasi

Konsentrasi
B. Pembuatan dan penentuan (standarisasi) larutan basa

1. Pembuatan larutan NaOH ± 0,1 N

a. Cara Pertama
NaOH

1. Ditimbang ± 4,2 gram NaOH dalam kaca arloji

2. Dilarutkan dengan air suling yang sudah didihkan

3. Diencerkan sampai volume 1 liter

4. Dikocok agar tercampur sempurna

5. Disimpan dalam botol dengan sumbat karet

Larutan NaOH

b. Cara kedua

NaOH

1. Dilarutkan 50 gram NaOH dsalam 50 mL air suling

2. Dibiarkan hingga larutan bagian atas menjadi jernih

3. Diambil 6,5 mL larutan NaOH pekat

4. Diencerkan dengan air yang sudah didihkan sampai


volume 1 liter

5. Disimpan dalam botol dengan sumbat karet

Larutan NaOH
2. Penentuan (standarisasi) larutan NaOH ± 0,1 N

a) Dengan asam oksalat sebagai baku

Larutan NaOH
Larutan Baku Asam Oksalat

1. Buret dibilas menggunakan 1. Dipipet sebanyak 10


mL

larutan NaOH 2. Dimasukkan ke erlemenyer

2. NaOH dimasukkan kedalam buret 250 mL

sampai melebihi titik mol 3. Ditambahkan 3 tetes indikator

3. Kran dibuka perlahan PP

4. NaOH diturunkan sampai titik nol

5. Catat angkanya

1. Dititrasi hingga terjadi perubahan warna indikator

2. Dibaca dan dicatat angka pada buret diawal dan


akhir

3. Diulangi 3 kali

4. Dihitung konsentrasi rata-rata NaOH

Hasil
b) Dengan larutan standar HCl 0,1 N

Larutan NaOH
Larutan HCl

1. Buret dibilas menggunakan 1. Dipipet sebanyak 10


mL

larutan NaOH 2. Dimasukkan ke erlemenyer

2. NaOH dimasukkan kedalam buret 250 mL

sampai melebihi titik mol 3. Ditambahkan 3 tetes indikator

3. Kran dibuka perlahan PP

4. NaOH diturunkan sampai titik nol

5. Catat angkanya

6. Dititrasi hingga terjadi perubahan warna indikator

7. Dibaca dan dicatat angka pada buret diawal dan


akhir

8. Diulangi 3 kali
9. Dihitung konsentrasi rata-rata NaOH

Hasil

VII. Daftar Pustaka


AG.Suyono, Sri Sukmawati, Pramono. 2012.Pertimbangan Dalam
Membeli
Produk Barang Maupun Jasa. Intidayu Press. Jakarta.
A. L. Underwood, R. A. (2002). Dalam Analisis Kimia Kuantitatif Edisi
Keenam. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Brady, E. James, Kimia Universitas Asas dan Struktur, Jilid 1, edisi 5,
Jakarta:
Binarupa Aksara, 1999.
Brady N.C and Weil RR. 2002. The Nature and Properties of Soils 10th
ed,
Macmillan Newyork., pp. 960.
Chang, Raymond. 2004. Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti Edisi Ketiga
Jilid 1.
Jakarta: Erlangga.
Chang, R. (2005). Dalam Kimia Dasar: Konsep-konsep Inti Jilid 2 Edisi
Ketiga.
Jakarta: : Erlangga.
Chem. Keenan, K. d. (1984). Dalam Kimia untuk Universitas Edisi
Keenam
Jilid 2. Jakarta: : Erlangga.
Day, R.A. dan Underwood, A.L., 1999, Analisis Kimia Kuantitatif, Edisi
Keenam, Erlangga, Jakarta.
Day, R.A and Underwood, A.L (2001) Analisis Kimia Kuantitatif edisi ke
6.
Alih bahasa oleh Dr.Ir.Iis Sopyan,M.Eng. editor Hiliarius
Wibi.H.,S.T dan Lemeda Simarmata,S.T.Penerbit: Erlangga,
Jakarta.
Gohshi, Y. (1991.) Instrumentation Chemistry - a Versatile Strategy.
Trend
Anal.
Harjadi, W. 1986. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Edisi Pertama. Jakarta :
Penerbit
PT Gramedia.
Keenan, C.W., Kleinfelter, D.C., dan Wood, J.H., 1980, Ilmu Kimia Untuk
Universitas, Jilid I, Edisi Keenam, Erlangga, Jakarta.
Khopkar, S. 1985. Basic Concept of Analytical Chemistry New York.
New
York : Wiley Eastern Limited, 1985.
Padmaningrum, R.T. 2008. Titrasi Iodimetri. Makalah, FMIPA – UNY,
Yogyakarta. Prosiding Seminar Nasional Kimia dan
Pembelajarannya. 2017. Jurusan Kimia FMIPA, Universitas
Negeri
Malang.
Petrucci, Ralph H., (1987), Kimia Dasar (Prinsip dan Terapan Modern
Edisi
keempat jilid 1, Erlangga, Jakarta
Seeley, R. R.; Philip T.; & T. D. Stephens. 2008. Anatomy & Physiology
8th
Edition. New York: McGraw-Hill.
Svehla, G. V. (1985). Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan
Semi
mikro. Jakarta: PT. Kalman Media Pustaka.
Vogel. Dalam Analisis Anorganik Kualitatif (Bahasa Indonesia). Jakarta:
PT.
Kalman Media Pustaka.
Vogel. (edisi ke 5). analisis anorganik kualitatif makro dan semimikro.
Jakarta:
PT Kalman Media Pusaka. .
Yusnidar, Y. (2019). Dalam Belajar Mudah Kimia Analisis. . EduCenter
Indonesia.
Yusuf, Y. (2019). Dalam BUKU AJAR KIMIA ANALISIS. Jakarta::
EduCenter Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai