Energy Management
Oleh
Dr. Rusman Sinaga
Oleh
Dr. Rusman Sinaga
i
ii
PRAKATA
Puji dan Syukur kami panjatkan Kepada Tuhan yang Maha Esa, atas Berkat dan
Rahmatnya maka Diktat Kuliah dan atau Bahan Ajar Manajemen Energi ini dapat diselesaikan.
Bahan Ajar Manajemen Energi merupakan buku yang berisi bahan pengajaran matakuliah
manajemen energi dan khususnya manajemen energi listrik. Penyajian buku ini disederhanakan
sedemikian rupa sehingga para mahasiswa akan mudah mengerti setiap pembahasan materi
yang disajikan. Semua materi kuliah yang disajikan dalam Bahan Ajar ini diberikan pada
semester tujuh Program Studi Teknik Instalasi Listrik.
Bahan Ajar ini sangat bermanfaat dalam memahami tentang konsep energi, pengelolaan
energi, konsumsi energi listrik bangunan gedung, konsumsi energi listrik industri, konservasi
energi dan audit energi. Namun demikian, untuk melaksanakan proses audit energi Bahan Ajar
ini masih perlu didampingi oleh buku-buku lainnya seperti SNI6196:2011 tentang prosedur
audit energi pada bangunan gedung dan buku prosedur standard dan teknik audit energi di
industri.
Tanpa mengerjakan latihan yang telah disediakan pada Bahan Ajar ini maka pemahaman
manajemen energi tidak akan dapat dicapai secara maksimum. Untuk itu mahasiswa harus
melatih diri dalam mengerjakan tugas-tugas yang di instruksikan dalam Bahan Ajar ini, baik
tugas mandiri maupun tugas kelompok.
Penulis sangat mengharapkan kiranya mahasiswa yang telah menyelesaikan matakuliah
manajemen energi ini akan memiliki kompetensi ahli dalam bidang pengelolaan energi dan
audit energi, baik audit energi pada bangunan gedung maupun audit energi di industri, serta
mampu menjadi seorang manager energi. Dengan demikian kehadiran Bahan Ajar ini akan
berhasil guna bagi mahasiswa.
Akhirnya penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam menyelesaikan Bahan Ajar ini. Kiranya Bahan Ajar ini bermanfaat bagi kita semua.
iii
DAFTAR ISI
PENGESAHAN 2
PRAKATA 3
DAFTAR ISI 4
1. PENDAHULUAN 5
2. ENERGI 6
3. PENGELOLAAN ENERGI 12
4. KONSUMSI ENERGI LFISTRIK BANGUNAN GEDUNG 16
5. KONSUMSI ENERGI LISTRIK DI INDUSTRI 25
6. KONSERVASI DAN DIVERSIFIKASI ENERGI 33
7. AUDIT ENERGI 43
DAFTAR PUSTAKA 48
iv
1 PENDAHULUAN
1. Capaian Pembelajaran
Setelah mempelajari materi kuliah Manajemen Energi, mahasiswa Program Studi Teknik
Instalasi Listrik diharapkan mampu memahami tentang energi, pengelolaan energi, Intensitas
Konsumsi Energi (IKE) bangunan gedung, Intensitas Konsumsi Energi (IKE) Industri,
konservasi dan diversifikasi energi serta mampu melakukan studi Audit Energi baik pada
bangunan Gedung maupun pada industri
1
2 ENERGI
Kemampuan untuk Melakukan Kerja
Energi adalah kemampuan untuk melakukan kerja yang dapat berupa panas, cahaya,
mekanika, kimia, dan elektromagnetika. Sumber energi adalah sesuatu yang dapat
menghasilkan energi, baik secara langsung maupun melalui proses konversi atau transformasi.
Sedangkan sumberdaya energi adalah sumber daya alam yang dapat dimanfaatkan, baik sebagai
sumber energi maupun sebagai energi (UURI 30 2007) (PPRI 70 2009). Suyitno (2011)
menyatakan bahwa dalampengertian sehari-hari energi adalah kemampuan untuk melakukan
suatu pekerjaan.
1+∆𝑡 1+∆𝑡
E = ∫𝑡 𝑝(𝑡)𝑑𝑡 = ∫𝑡 𝑣(𝑡) 𝑖(𝑡)𝑑𝑡 (2.2)
Pada kasus di mana tegangan tidak berubah dari waktu ke waktu (kasus supply DC) dan
2
beban konstan, arus dan daya juga konstan, sedangkan integral dalam persamaan (2.2) menjadi
E = vi ∆t. Nilai-nilai ini sederhana untuk menghitung dan sangat informatif. Dalam rangkaian
DC, hukum Ohm dapat dipakai untuk menentukan besaran arus, tegangan atau tahanan bila
diantara besaran-besaran tersebut ada yang diketahui. Bila tegangan dan tahanan diketahui,
maka arus dapat dihitung dengan persamaan (2.3):
𝑉
V=IR jadi I = (2.3)
𝑅
P=IV (2.4)
Dimana P adalah daya listrik dalam satuan Watt, V adalah tegangan listrik dalam satuan Volt
dan I adalah arus listrik dalam satuan Amper. Dengan demikian pada rangkaian DC hanya
dikenal satu macam daya, tetapi dalam rangkaian AC, disebabkan oleh karakteristik dari
masing-masing beban, dikenal ada 3 macam daya yaitu 1)Daya aktif (daya nyata) adalah daya
yang terpakai secara efektif yang diukur dalam satuan Watt. 2) Daya reaktif merupakan daya
yang praktis tidak terpakai, dimana daya reaktif ini muncul disebabkan oleh karakteristik beban
induktor atau kapasitor, diukur dalam satuan Volt Ampere Reaktif (VAR). 3) Daya semu
Merupakan daya yang di bangkitkan, diukur dalam satuan Volt Ampere (VA) (Thearaja B.L
1984).
Novakovic dan Nasiri (2016) juga menjelaskan bahwa jika suplai gelombang tegangan
bolak balik (AC supply), persamaan untuk daya dan energi menjadi nilai yang berubah terhadap
waktu. Konsep Root Main Square (RMS), daya aktif (P), daya reaktif (Q), dan daya semu (S),
untuk tegangan dan arus pada sistem dapat dijelaskan oleh persamaan (2.5) dan (2.6), nilai-nilai
RMS didefinisikan oleh Persamaan (2.7) dan (2.8), daya aktif diberikan oleh persamaan (2.9),
daya reaktif oleh persamaan (2.10), dan daya semu pada persamaan (2.11).
3
1+𝑇 𝑉
Vrms = √𝑇1 ∫𝑡 𝑣(𝑡)2 𝑑𝑡 = 2.7)
√2
1+𝑇 𝐼
Irms = √𝑇1 ∫𝑡 𝑖(𝑡)2 𝑑𝑡 = (2.8)
√2
Elastisitas Energi
Elastisitas energi merupakan perbandingan pertumbuhan konsumsi energi terhadap
pertumbuhan produk atau keluaran (Δ konsumsi energi terhadap Δ produk atau keluaran).
Elastisitas energi listrik yakni perbandingan pertumbuhan konsumsi listrik dengan
pertumbuhan ekonomi. Semakin rendah angka elastisitas, semakin efisien pemanfaatan
energinya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa elastisitas energi merupakan
perbandingan antara pertumbuhan konsumsi intensitas energi terhadap Produk Domestik
Bruto (Gross Domestic Product/GDP), untuk memperhitungkan elastisitas energi regional
menggunakan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di daerah Propinsi dan atau
Kabupaten/Kota. Secara matematik dapat ditulis sepertpersamaan (2.12):
Dengan pertumbuhan ekonomi yang paling tinggi 5% per tahun dan pertumbuhan konsumsi
listrik6% per tahun, angka elastisitas energi Indonesia lebih dari 1, sedangkan rata-rata di
negara maju berada di angka 0.5. Pertumbuhan ekonominya dua kali lebih tinggi dari
pertumbuhan konsumsi listrik (Setiawan et al. 2009).
4
Sumber Energi Listrik
Undang-Undang Republik Indonesja Nomor 30 Tahun 2007 tentang Energi Pasal 1
menyatakan bahwa “Sumber energi adalah sesuatu yang dapat menghasilkan energi, baik secara
langsung maupun melalui proses konversi atau transformasi”. Dengan demikian, sumber energi
listrik adalah merupakan sesuatu yang dapat menghasilakan energi listrik melalui proses konversi
atau transformasi. UURI 30 (2007) juga menyatakan bahwa pengelolaan energi adalah
penyelenggaraan kegiatan penyediaan, pengusahaan, dan pemanfaatan energi serta penyediaan
cadangan strategis dan konservasi sumber daya energi. Konservasi sumber daya energi adalah
pengelolaan sumber daya energi yang menjamin pemanfaatannya dan persediaannya dengan tetap
memelihara dan meningkatkan kualitas nilai dan keanekaragamannya. Setiap kegiatan pengelolaan
energi wajib mengutamakan penggunaan teknologi yang ramah lingkungan dan memenuhi
ketentuan yang disyaratkan dalam peraturan perundang-undangan di bidang lingkungan hidup.
5
Marsudi (2011) juga menjelaskan bahwa pusat listrik adalah tempat dimana proses
pembangkitan tenaga listrik dilakukan. Jenis jenis pusat listrik sebagai berikut:
• Pusat Listrik Tenaga Uap (PLTU) dimana pusat listrik ini menggunakan bahan bakar batubara,
biomassa, sebagai sumber energi primer
• Pusat Listrik Tenaga Gas (PLTG) dimana pusat listrik ini menggunakan bahan bakar gas atau
minyak sebagai sumber energi primer,
• Pusat Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU) adalah pusat listrik ini merupakan kombinasi PLTG
dengan PLTU yang mempunyai Gas buang dari PLTG dimanfaatkan untukmenghasilkan uap
dalam ketel uap penghasil uap untuk penggerak turbin uap
• Pusat Listrik Tenaga Disel (PLTD), adalah pusat listrik menggunakan bahan bakar minyak
sebagai sumber energi primer
• Pusat Listrik Tenaga Air (PLTA) dimana pusat listrik ini menggunakan tenaga air sebagai sumber
energi primer
• Pusat Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP), adalah pusat listrik menggunakan panas bumi sebagai
sumber energi primer
• Pusat Listrik Tenaga Angin atau yang sering disebut dengan Pembangkit Listrik Tenaga Bayu
(PLTB), adalah pembangkit listrik menggunakan energi angin sebagai penggerak turbin angin
yang digunakan.
JPLN (2008) menyatakan bahwa Pusat Listrik Tenaga Surya (PLTS) atau sering disebut
dengan Pembangkit Listrik Tenaga Surya adalah pembangkit listrik menggunakan energi matahari
(surya) sebagai sumber energi primer yang dirubah menjadi energi listrik melalui sel surya dan
menggunakan batere atau akumulator untuk menyimpan energi listrik berdasarkan proses kimia
elektrolisa dimana arus yang dihasilkan ádalah arus searah dan diperlukan peralatan inverter intuk
merubah jika penggunaan arus bolak-balik. Menurut AA-ADB (2015) PLTS sering juga diartikan
sebagai Photovoltaik Atap (PV Atap), adalah suatu sistem pembangkit listrik tenaga photovoltaik
yang terhubung ke jaringan dan didistribusikan ke perumahan, komersial atau industri. Kapasitas
sistem PV individual dapat berkisar dari sistem rumah tangga kecil sebesar beberapa watt sampai
instalasi berskala besar multi MW melalui penggabungan banyak ruang atap atau areal tanah.
Disamping pusat-pusat pembangkit tersebut, terdapat beberapa pusat penyedian sumber energi
listrik yang pada dekade terakhir ini dikembangkan seperti Pusat Listrik Tenaga Mikro Hidro dan
Mini Hidro (PLTMH dan PLTM), menggunakan air yang memiliki debit yang relatif kecil sebagai
energi primer. Pusat Listrik Tenaga Mesin Gas (PLTMG), menggunakan gas yang disimpan sebagai
6
energi primer. Pusat Listrik Tenaga Surya On-Grid (PLTS On-Grid), menggunakan energi surya
sebagai energi primer terhubung dengan jaringan PLN. Pusat Listrik Tenaga Biomassa (PLTBm),
menggunakan biomassa sebagai sumber energi primer. Pusat Listrik Tenaga Biogas (PLTBg),
menggunakan biogas sebagai sumber energi primer (KESDM 2015).
Pembangkit Listrik Tenaga Hibrida (PLTH), merupakan suatu sistem Pembangkit Tenaga
Listrik (PTL) yang memadukan beberapa jenis PTL, seperti kombinasi antara PLTS, PLTB dan
PLTD atau disebut Pembangkit Listrik Tenaga Hibrid (PLTHSBD). PLTH yang memanfaatkan
suberdaya energi terbarukan merupakan salah satu langkah untuk memperkuat ketahanan energi
nasional (Nurrohim 2012).
Microgrid adalah merupakan penyedia sumber energi listrik yang menggabungkan sejumlah
pembangkit tenaga listrik yang saling terintegrasi malui sumber energi listrik jaringan setempat
yang dapat didistribusikan kepada beban lokal secara elastis dan dapat beroperasi secara paralel
dengan grid dalam mode satu lokasi beban atau satu pulau untuk memberikan tingkat keandalan
yang tinggi dan ketahanan terhadap gangguan jaringan. Sistem distribusi yang terintegrasi ini
memenuhi kebutuhan untuk aplikasi di lokasi dengan kendala pengiriman pasokan energi listrik
terutama di lokasi terpencil dan untuk perlindungan dari beban kritis (Myles et al. 2011).
∑ 𝑘𝑊 𝐵𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑃𝑢𝑛𝑐𝑎𝑘
∑ 𝐾𝑉𝐴 𝑇𝑒𝑟𝑠𝑎𝑚𝑏𝑢𝑛𝑔 𝑥 𝐶𝑜𝑠 𝜃
x 100% (2.13)
Dimana:
Fp : Faktor Permintaan (Demand Factor)
𝐶𝑜𝑠 𝜃 : Faktor kerja yang bernilai 0.8.
7
Faktor beban (Load Factor) adalah perbandingan antara beban rata-rata selama selang waktu
tertentu dengan beban puncak yang terjadi selama selang waktu tersebut. Faktor beban dituliskan
pada persamaan (2.14) (Gonen 1986):
𝐴
F = 𝐾2 (2.14)
Dimana:
F: Faktor beban
A: Beban Rata-rata (p.u)
K2: Beban puncak (p.u)
Faktor beban juga diartikan sebagai persentase jumlah produksi energi listrik pertahun dibagi
dengan beban puncak selama satu tahun tersebut yang dapat ditulis seperti pada persamaan (2.15)
(PLN 2016):
Dimana beban puncak adalah merupakan beban tertinggi setiap sistem yang pernah dicapai pada
tahun kalender yang bersangkutan.
Latihan 1
1. Silahkan dibuat pengayaan materi Energi, Minimal 1 Lembar dan maksimal 5 lembar
2. Mengapa dibutuhkan Pengelolaan Energi (Energi Management)
8
PENGELOLAAN ENERGI
3 (ENERGY MANAGEMENT)
Pengelolaan Energi
Pengelolaan energi adalah penyelenggaraan kegiatan penyediaan, pengusahaan, dan
pemanfaatan energi serta penyediaan cadangan strategis dan konservasi sumber daya energi
(UURI 30, 2007). Manajemen energi adalah kegiatan terpadu untuk mengendalikan konsumsi
energi agar tercapai pemanfaatan energi yang efektif dan efisien untuk menghasilkan keluaran yang
maksimal melalui tindakan teknis secara terstruktur dan ekonomis untuk meminimalisasi konsumsi
bahan baku dan bahan pendukung (Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya MineralRepublik
Indonesia Nomor 14 tahun 2012).
Manajemen energi merupakan program terpadu yang direncanakan dan dilaksanakan secara
sistematis untuk memanfaatkan sumber daya energi secara efektif dan efisien dengan melakukan
perencanaan, pencatatan, pengawasan dan evaluasi secara kontinu tanpa mengurangi kualitas
produksi/pelayanan. Tujuan manajemen energi adalah penghematan sumber daya, perlindungan
iklim, dan penghematan biaya. Bagi konsumen, manajemen energi mempermudah untuk
mendapatkan akses terhadap energi sesuai dengan apa dan kapan yang mereka butuhkan.
Manajemen energi berkaitan dengan manajemen lingkungan, manajemen produksi, logistik, dan
fungsi yang berhubungan dengan bisnis lainnya.
9
ditentukan. Elemen-elemen tersebut termasuk produk (hardware, software, firmware), proses,
orang, informasi, teknik, fasilitas, layanan, dan elemen pendukung lainnya. Marimin dan Maghfiroh
(2013) menjelaskan bahwa sistem adalah suatu kesatuan usaha, terdiri dari bagian- bagian yang
saling berkaitan secara teratur dan berusaha mencapai tujuan dalam lingkup yang kompleks.
Manajemen energi diatur dalam standar internasional yaitu ISO (International Standard
Organization) 50001 tentang Energy Management System. Tujuan Standar manajemen energi ISO
50001 adalah untuk memberikan kerangka kerja bagi perusahaan dalam mengintegrasikan efisiensi
energi di perusahaannya ke dalam manajemen praktis dari perusahaan. Adapun tujuan ISO 50001
tentang manajemen energi adalah sebagai berikut:
1. Memandu perusahaan dalam menggunakan energi lebih baik.
2. Sebagai panduan dalam benchmarking, pengukuran, dokumentasi, laporan intensitas energi
dan manfaat implementasi proyek energi untuk mengurangi dampak emisi rumah kaca
(Green House Gas/GHG emissions).
3. Membentuk komunikasi yang terbuka antar lintas divisi dalam pengelolaan energi.
4. Mempromosikan kasus-kasus sukses dalam pengelolaan energi dan mendorong perilaku
pengelolaan energi yang baik.
5. Memandu perusahaan melakukan evaluasi dan implementasi teknologi baru dalam
efisiensi energi.
6. Menyediakan kerangka kerja untuk mempromosikan efisiensi energi pada seluruh jalur
pemanfaatan yang ada di perusahaan.
7. Memfasilitasi peningkatan pengelolaan energi kaitannya dengan GHG emission reduction.
10
2. Organisasi
Organisasi disini lebih mengacu pada mengorganisasi orang, alokasi tanggung jawab dan
bagaimana mengintegrasikan ke fungsi-fungsi manajemen lainnya. Interaksi antara departemen
yang satu dengan yang lain dibutuhkan untuk mendukung sistem manajemen energi.
3. Motivasi
Motivasi yang dimaksudkan adalah bagaimana untuk mengubah sikap dari para staf yang
ada dalam penggunaan energi yang lebih baik di dalam lingkungan mereka. Oleh karena motivasi
ini lebih ke arah bagaimana untuk mengubah behavior para staf dalam menggunakan energi, maka
tanggung jawab dan kesadaran dari semua staf yang ada akan sangat diperlukan.
4. Sistem Informasi
Sistem informasi berhubungan dengan proses pengumpulan dan pencatatan data mengenai
energi dimana data tersebut akan diolah lalu dilaporkan dalam bentuk yang sesuai. Melalui hal ini
akan dapat diketahui bagaimanakah performa dari energi yang digunakan.
5. Marketing
Marketing disini bukan berarti memasarkan, mencari pelanggan melainkan marketing yang
dimaksud adalah mempublikasikan keberhasilan dari sistem manajemen energi yang akan
diterapkan baik di dalam dan di luar organisasi yang ada.
6. Investasi
Investasi berhubungan dengan keputusan. Bila sebuah perusahaan ingin menerapkansebuah
sistem manajemen energi, maka perusahaan perlu memiliki kebijakan investasi karena untuk bisa
menerapkan sebuah sistem manajemen energi, dana yang dibutuhkan cukup besar.
11
dengan tidak memangkas fungsi energi tetapi memiliki jenjang ekonomi yang sangat rendah,
diterima publik dan tidak merusak area sekitar.
2. Efisiensi Energi. Efisiensi energi merupakan pemanfaatan energi yang maksimal, efisien
dan rasional dengan tidak mengurangi produksi dengan maksud mendapat informasitingkat
penghematannya. Penghematan yang akan dikerjakan serta mengidentifikasi potensi
penghematan yang dikerjakan setelah kita menganalisis perilaku dan kinerja beban.
Implementasi manajemen energi dapat dijalankan dengan baik melalui strategi secara
manajerial maupun teknis yang dikenal dengan empat proses PDCA yaitu, PLAN, DO, CHECK,
dan ACT. Skema dan penjelasan proses PDCA disajikan pada Gambar 1 (Riadi. 2019).
1. Perencanaan (Plan)
Proses perencanaan energi mengkaji pemanfaatan energi dan konsumsinya,
mengidentifikasi pemanfaat energi yang signifikan dan menentukan peluang untuk perbaikan.
Perencanaan membahas berapa dan dimana energi yang digunakan, analisis pengguna energi yang
signifikan, faktor yang mempengaruhinya, dan apakah perlu dilakukan audit energi,
optimasisistem, pengembangan baseline dan indikator kinerja energi, menentukan tujuan dan target
serta rencana aksi.
12
2. Pelaksanaan/Implementasi dan operasi (Do)
Tindakan dari perencanaan dilakukan dengan cara pelaksanaan/implementasi dan operasi
melalui kompetensi, pelatihan dan kesadaran hemat energi, persyaratan dokumentasi, dokumen
kontrol, kontrol operasi, komunikasi, desain, pembelian jasa energi, produk dan peralatan serta
pembelian pasokan energi.
4. Tindakan (Act)
Act berarti aksi dimana proses ini mereview manajemen dan performa sistem melalui hasil
analisis input dan output kinerja sistem manajemen energi.
1. Manajemen Fasilitas
Manajemen fasilitas berperan penting di dalam manajemen energi karena memiliki proporsi
yang sangat besar (sekitar 25 %) dari biaya operasi adalah biaya energi. Menurut International
Facility Management Association (IFMA), manajemen fasilitas adalah profesi yang memberikan
arah kepada berbagai pihak untuk menjamin berfungsinya keadaan yang dibangun dengan
mengintegrasikan manusia, tempat, proses, dan teknologi. Tujuan penting dari manajemen energi
adalah untuk mengurangi biaya energi bangunan dan fasilitas tanpa mengganggu proses kerja.
13
2. Manajemen Logistik
Manajemen logistik adalah manajemen yang mengatur aliran sumber daya dari titik mula
sampai titik tujuan untuk memenuhi permintaan. Transportasi barang dapat menghemat biaya dan
melindungi lingkungan melalui manajemen energi yang efisien. Faktor-faktor yang
mempengaruhinya adalah jenis transportasi, durasi dan jarak tempuh transportasi, dan kerja sama
dengan penyedia jasa logistik. Logistik telah menyebabkan lebih dari 14 % emisi CO 2 di seluruh
dunia. Selain transportasi barang, transportasi manusia juga bagian penting dari strategi logistik
perusahaan. Perlu dipertimbangkan apakah perjalanan bisnis perlu dilakukan apabila telepon atau
konferensi video telah cukup berguna.
3. Pembelian Energi
Harga energi selalu naik turun sehingga cukup mempengaruhi biaya energi industri.
Keputusan pembelian energi yang buruk dapat membuat biaya tinggi. Organisasi dapat mengatur
dan mengurangi harga energi dengan mengambil tahap proaktif dan efisien dalam membeli energi.
Mengubah sumber energi yang dipakai juga dapat menjadi solusi yang menguntungkan dan ramah
lingkungan.
4. Produksi
Produksi adalah kegiatan untuk memproduksi output seperti barang atau jasa yang memiliki
nilai untuk dikontribusikan kegunaannya. Proses utama dari produksi bergantung kepada jenis
perusahaannya. Industri memiliki lebih banyak fasilitas yang mengkonsumsi energi lebih banyak.
Perusahaan jasa tidak membutuhkan bahan baku yang banyak, fokus energi hanya perlu di bagian
manajemen fasilitas/Green IT. Maka fokus yang berhubungan dengan energi perlu diidentifikasi
terlebih dahulu, kemudian dievaluasi dan lakukan optimisasi.
14
produksi harus mengatasi masalah keterbatasan dalam penyimpanan energi. Ada cara untuk
menyimpan energi listrik secara mekanis atau kimia contoh tempat penyimpanan lithium-based
electrochemical digunakan dalam mobil listrik/untuk melakukan kontrol jaringan tenaga.
6. Pemeliharaan
Pemeliharaan adalah kombinasi dari semua kegiatan teknis dan administrasi, termasuk
kegiatan supervisor, untuk mendapatkan/mengembalikan suatu barang agar dapat melakukan
fungsi yang diperlukan. Pemeliharaan dilakukan untuk menunjang manajemen energi sehingga
kebocoran dan peningkatan biaya dapat dihindari.
Latihan 2
1. Pengelolaan Energi dalam terjemahan Bahasa Inggris adalah Energy Management, namun
berdasarkan Undang Undang RI 30, 2007 dengan Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya
Mineral Republik Indonesia Nomor 14 tahun 2012 (silahkan di download by google),memiliki
perbedaan. Jelaskan arah perbedaan antara Pengelolaan Energi dengan Manajemen Energi
dan berikan contoh.
2. Apa yang perlu kita pelajari dari Pengelolaan Energi dan Manajemen Energi.
15
4 KONSUMSI ENERGI LISTRIK BANGUNAN GEDUNG
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh ASEAN – USAID pada tahun 1992
diperoleh standar IKE untuk bangunan komersial seperti pada Tabel 4.1:
16
Tabel 4.1. Standar IKE berdasarkan penelitian ASEAN-USAID
NO KLASIFIKASI IKE
(kWh/m2/tahun
1 Perkantoran 240
3 Hotel 300
Pedoman nilai standar IKE untuk bangunan di Indonesia telah ditetapkan dalam pedoman
pelaksanaan konservasi energi listrik dan pengawasannya di Lingkungan Departemen Pendidikan
Nasional Republik Indonesia seperti pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2 Standar IKE bangunan dan atau gedung yang direkomendasikan
17
E= 𝑙 (4.2)
𝐷2
Dimana:
E : tingkat pencahayaan (lux)
I : fluks cahaya (lumen)
D : luas ruangan (m2)
18
sehingga didapatkan jumlah total penjualan energi listrik. Stock and flow diagram model konsumsi
energi listrik diperlihatkan pada Gambar 4.1. Penyesuaian penetapan tarif tenaga listrik disajikan
pada Gambar 4.2.
Gambar 4.1. Stock and flow diagram model konsumsi energi listrik
19
Gambar 4.2. Penyesuaian penetapan tarif tenaga listrik
20
3) ruang serba guna dan 4) dapur. Ruang yang menggunakan AC terdiri dari: 1) Kamar tidur utama
kamar mandi dalam, 2) Kamar tidur 2 dan 3) Kamar tidur 3. Bangunan rumah tersebut adalah
pelanggan PT. PLN (Persero) ULP Kupang, menggunakan Golongan tarif R1-TR kapasitas
terpasang 2.200 VA, terletak di Nauli Residence Kota Baru 09 Kupang.
Untuk menghitung IKE, langkah yang harus dilakukan adalah:
1. Mengukur luas masing-masing ruangan
2. Mendata jenis beban dan menjumlahkan masing masing beban. Contoh jika dalam satu
ruangan menggunakan 3 buah lampu 12 Watt, maka jumlah total daya lampu adalah 36
Watt, dan seterusnya.
3. Mendata waktu pemakaian beban per bulan. Contoh: jika 3 buah lampu digunakan
dalam 10 jam per hari maka waktu pemakaian lampu tersebut perbulan adalah 10 jam
x 30 hari = 300 Jam
4. Hitung jumlah energi listrik yang digunakan. Energi Listrik = (Daya x Waktu (t))/1000
kWh. Contoh: Jika pemakaian 3 buah lampu 36-Watt selama 300 jam per bulan maka
Energi Listrik = (36 x 300)/1000 = 10,8 kWh
5. Hitung IKE menggunakan persamaan (1)
6. Tentukan Kategori berdasarkan hasil perhitungan IKE merujuk pada standard Tabel 2.
Hasil perhitungan IKE Golongan tarif R1-TR kapasitas terpasang 2.200 VA, yang terletak
di Nauli Residence 09 Kupang disajikan pada Tabel 4.3.
21
Tabel 4.3 Perhitungan IKE Beban R1 2.200 VA Nauli Residence 09 Kupang
Rumahku.com
22
Latihan 3:
Tugas Kelompok : Intensitas Konsumsi Energi
Mata Kuliah : Manajemen Energi
Semester : VII (Tujuh)
Metode : Discovery & Collaborative Learning
1. Tujuan Tugas:
Mampu menghitung Intensitas Konsumsi Energi (IKE) Bangunan RumahTinggal
2. Kompetensi:
a. Pengusaan terhadap energi listrik yang dikonsumsi
b. Kerjasama team yang baik dan kompak.
c. Presentasi dan komunikasi verbal dan non-verbal.
d. Ketajaman menjelaskan & creative.
e. Penguasaan ICT.
3. Uraian Tugas:
a. Obyek Garapan: Konsumsi Energi Listrik
b. Yang Harus Dikerjakan dan Batasan-batasan:
1) Membentuk kelompok masing-masing 5 orang dalam satu kelompok. Komunikasi
anggota kelompok boleh by Daring
2) Menyusun makalah berdasarkan hasil survey rumah dengan pelanggan R1
1.300 VA atau 2.200 VA dan studi literature dari berbagai sumber, yang didukung oleh
data, baik data yang berskala nasional maupun internasional. Dalam hal ini aktualisasi
data (kekinian data/5 tahun terakhir) menjadikan bobot penilaian tinggi.
3) Menyusun slide presentasi kemudian masing-masing Kelompok
mempresentasikannya di kelas dan atau Lab. General. Keberhasilan presentasi
ditentukan oleh tampilan, penguasaan materi, kerjasama, penguasaan audient.
c. Metodologi/ Cara Pengerjaan:
1) Penulusuran dan pengumpulan data.
2) Mendiskusikan dalam kelompok, item-item yang akan ditampilkan.
3) Menyusun dan penulisan makalah.
4) Mendiskusikan point-point penting yang akan dipresentasikan.
5) Merancang dan menyusun slide presentasi.
23
6) Ujicoba presentasi dalam kelompoknya sendiri.
7) Presentasi di Kelas dan atau Lab. General
d. Kriteria luaran tugas yang dihasilkan/dikerjakan:
1) Makalah dengan format: A4, font: Trebuchet MS, size 12, margin 3-2-2-2, minimum 5
halaman. Menggunakan tata tulis ilmiah. Dikumpulkan dalam bentuk softcopy format
(*.rtf)
2) Slide Presentasi Power Point, terdiri dari: Text, grafik, tabel, gambar, animasi ataupun
video clips. Minimun7 slide. Dikumpulkan softcopy format(*.ppt).
3) Tuliskan Nama & NRP masing-masing anggota kelompok, sertakan jugaperan dan tugas
masing-masinga nggota Kelompok.
4) Tugas dikumpulkan dalam folder dengan nama Kelompok, berisi: makalah (*.rtf), slide
(*.ppt), daftar anggota Kelompok beserta masing-masing tugasnya,dan softcopy referensi
yang digunakan.
4. Kriteria Penilaian:
a. Penyusunan Makalah (bobot30%)
Tata tulis ilmiah & kepatuhan terhadap format yang ditentukan, kemutakhirandata (5 tahun
terakhir), Pengolahan & penyajian tulisan (tidak dari capture & paste hasil download),
susunan setidaknya terdiridari; abstrak, pendahuluan, ulasan sistem, tampilan data,
kesimpulan, referensi (sumber web jika ada).
b. Penyusunan Slide Presentasi (bobot30%)
Jelas dan konsisten, Sederhana & inovative, menampilkan gambar& blok sistem, tulisan
menggunakan font yang mudah dibaca, jika diperlukan didukung dengan vedioclip yang
relevant.
c. Presentasi (bobot40%)
Bahasa komunikatif, penguasaan materi, penguasaan audiensi, pengendalian waktu (10
menit presentasi+ 5 menit diskusi), kejelasan & ketajaman paparan, penguasaan media
presentasi.
5. Jadwal Pelaksanaan:
a. Pembentukan Kelompok: …..
b. Pengumpulan tugas: ….
c. Pelaksanaan Perentasi: …
d. Pengumuman hasil evaluasi: …
24
KONSUMSI ENERGI LISTRIK DI INDUSTRI
5
Intensitas Konsumsi Energi (IKE) Industri
Intensitas Konsumsi Energi (IKE) industri sangat diperlukan dalam perhitungan untuk
mengetahui tingkat efisiensi energi industri tersebut. Untuk mengetahui tingkat efisiensi energi
dapat dilakukan dengan membandingkan perhitungan Intensitas Konsumsi Energi (IKE) industri
dengan standar Intensitas Konsumsi Energi (IKE) yang telah ditetapkan.
IKE Industri dapat dituliskan dalam persamaan (5.1)
Tabel 5.1 Standard umum rentang penggunaan energi rata-rata sektor produk dan proses
25
Perhitungan IKE Industri
Pada perhitungan IKE industri ini, disajikan sebagai contoh adalah industri semen. Dari data yang diperoleh untuk keseluruhan
menggunaan energi listrik di industri semen seperti yang disajikan pada Tabel 5.2.
Tabel 5.2. Konsumsi Energi Listrik E (kWh) PT. Semen X Periode Maret 2019 s/d Pebruari 2020
Area No Deskripsi Area Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Nopember Desember Januari Pebruari TOTAL K
1 Limestone crusher motor 7.400 8.007 8.506 5.254 8.754 11.959 11.081 11.146 9.132 7.805 7.968 7.947 104.960 0,35%
Raw Material Preparation
2 Transport crusher to stacker 5.124 3.408 4.826 4.615 6.191 6.710 6.072 7.290 5.178 2.911 3.854 3.849 60.029 0,20%
3 Motor transport reklamer to bin 795 875 822 495 705 918 702 452 342 347 957 753 8.162 0,03%
4 Reklamer 1.413 2.741 2.654 2.067 2.374 2.352 1.763 1.305 411 687 1.805 2.013 21.583 0,07%
Raw Mill Preparation 5 MCC 7 raw mill 95.383 115.539 139.895 78.954 126.004 157.004 141.103 138.424 133.158 114.891 135.155 125.098 1.500.608 4,98%
6 Raw mill fan motor 216.636 280.318 285.286 176.218 285.090 383.438 319.472 284.776 264.896 241.304 294.672 291.664 3.323.770 11,03%
7 Raw mill motor 109.454 150.324 156.092 97.198 152.640 213.604 146.638 129.910 118.556 100.560 121.627 125.281 1.621.884 5,38%
8 Transport to kiln feed 131.767 144.248 165.038 125.408 178.634 192.020 181.728 195.020 193.728 182.565 198.771 212.130 2.101.057 6,97%
9 ID fan motor 141.074 205.493 225.348 141.612 223.332 271.572 225.884 222.320 193.660 165.152 198.382 186.058 2.399.887 7,96%
Clinker production 10 Clinker cooling 194.634 238.704 312.864 192.319 284.153 337.776 278.531 267.274 269.006 231.653 277.149 292.912 3.176.975 10,54%
11 Coal mill transport 84.991 97.960 97.150 67.039 78.970 103.189 86.851 84.230 87.949 74.688 93.141 64.596 1.020.755 3,39%
12 Coal mill motor 70.950 93.758 100.508 59.827 83.502 108.342 86.614 89.450 78.167 67.626 84.824 78.455 1.002.024 3,32%
13 Cement mill transport 66.147 62.420 87.762 87.115 101.734 119.885 126.967 159.920 132.278 113.959 100.303 109.359 1.267.848 4,21%
14 Cement mill lubrication 2.768 2.446 3.620 3.599 3.951 4.916 5.019 5.364 4.342 4.255 3.722 4.037 48.038 0,16%
Cement Grinding 15 Cement mill motor 490.370 427.320 631.950 631.400 723.424 907.552 905.424 1.124.152 904.844 759.240 645.108 747.760 8.898.544 29,52%
16 Lighting 3.168 3.066 3.168 3.066 3.168 3.168 3.066 3.168 3.066 3.168 3.168 2.964 37.405 0,12%
17 AC MCC Room 694 672 694 672 694 694 672 694 672 694 694 650 8.198 0,03%
18 Packer
Shipping station 20.441 19.992 28.267 27.650 33.726 32.096 31.178 39.665 33.923 28.772 31.854 29.527 357.092 1,18%
19 Lighting Packer 2.874 2.781 2.874 2.781 2.874 2.874 2.781 2.874 2.781 2.874 2.874 2.688 33.928 0,11%
20 Sumur bor 5.051 4.683 7.101 7.144 7.554 7.710 7.599 8.121 8.046 6.917 7.381 6.027 83.334 0,28%
21 Compressor 191.094 192.398 209.174 151.448 169.652 196.990 155.520 153.690 149.810 136.332 145.036 132.761 1.983.905 6,58%
Utility 22 Circulating pump 48.434 46.872 48.434 46.872 48.434 48.434 46.872 48.434 46.872 48.434 48.434 45.310 571.838 1,90%
23 Return pump cement silo and coal mill 4.974 4.813 4.974 4.813 4.974 4.974 4.813 4.974 4.813 4.974 4.974 4.653 58.721 0,19%
24 Return pump cooler 6.584 6.372 6.584 6.372 6.584 6.584 6.372 6.584 6.372 6.584 6.584 6.160 77.738 0,26%
25 Power SK 1 7.453 7.358 8.366 7.513 7.296 7.137 5.873 7.911 7.390 8.164 8.603 7.453 90.516 0,30%
Auxiliary 26 Mess (power from MCC 2) 22.413 24.839 25.321 19.638 18.480 18.762 19.208 19.250 19.958 22.241 20.813 19.094 250.017 0,83%
27 Mess and kantin (power from MCC 8) 2.629 2.544 2.629 2.544 2.629 2.629 2.544 2.629 2.544 2.629 2.629 2.459 31.037 0,10%
TOTAL 1.934.715 2.149.950 2.569.909 1.953.633 2.565.524 3.153.290 2.810.347 3.019.028 2.681.895 2.339.424 2.450.482 2.511.657 30.139.854 100,00%
26
Berdasarkan tabel 5.2, Total Penggunaan energi listrik khususnya untuk area produksi
semen di PT. Semen X pada periode Maret 2019 sampai dengan Feberuari 2020 adalah 30.139.854
kWh.
Tabel 5.3 Jumlah Produksi Semen pada PT. Semen X Maret 2019-Februari 2020
Bulan E(kWh) Ps (Ton)
Maret 1.934.715 12.981
April 2.149.950 12.284
Mei 2.569.909 19.680
Juni 1.953.633 23.254
Juli 2.565.524 25.703
Agustus 3.153.290 31.114
September 2.810.347 28.125
Oktober 3.019.028 37.780
Nopember 2.681.895 33.059
Desember 2.339.424 22.890
Januari 2.450.482 19.810
Pebruari 2.511.657 21.471
Total 30.139.854 288.151
Berasarkan Tabel 5.3 Produksi semen tertinggi yaitu pada bulan Oktober 2019 sebesar
37.780 Ton membutuhkan energi listrik sebesar 3.019.028 kWh. Sementara produksi terendah
yaitu pada bulan April 2019 sebesar 12.284 Ton membutuhkan energi 2.149.950 kWh. Grafik
jumlah produksi semen dan kebutuhan energi disajikan pada Gambar 5.1.
27
3,500,000 40,000
37,780
3,000,000 35,000
2,500,000 30,000
25,000
2,000,000 3,019,028
20,000
1,500,000
15,000
1,000,000 10,000
500,000 5,000
Agustus
Maret
Mei
Juli
April
Juni
Oktober
Februari
September
Nopember
Desember
Januari
E(kWh) Ps (Ton)
Gambar 5.1 Grafik Produksi Semen dan Kebutuhan Energi pada PT. Semen X
Dari persamaan 5.1. dapat dihitung Intensitas Konsumsi Energi (IKE) seperti yang disajikan pada
Tabel 5.4. dan dalam bentuk grafik disajikan pada Gambar 5.2.
28
200
175
180
160
140
IKE (kWh/Ton)
120
100 80
80
60
40
20
Untuk mengetahui apakah PT. Semen X sudah memenuhi standard IKE atau belum, maka IKE
PT. Semen X dibandingkan dengan IKE Standar sesuai dengan standard UNIDO 2010 (Tabel 4.1),
dimana untuk produksi semen, IKE standard adalah 109 kWh/Ton. Hasil perhitungan IKE PT.
Semen X (Tabel 5.4), menunjukkan bahwa IKE rata-rata sebesar 112 kWh/Ton, hal ini
menunjukkan bahwa IKE tersebut berada diatas standar UNIDO yaitu 109 kWh/Ton. IKE minimum
PT. Semen X adalah 80 kWh/Ton, dan dari bulan Juni sampai Desember2019 berada di bawah
standar IKE UNIDO, dikategorikan hemat energi. Namun demikian masih perlu dikaji lebih jauh
penggunaan energi listrik pada bulan Januari dan Pebruari 2020, kenapa IKE PT. Semen X tersebut
meningkat, sehingga dapat direkomedasikan Peluang Penghematan Energi (PPE) ke depan.
29
200
175
180
160 149
140 131
124
117
120 109
100
80
60
84 100 101 100 80 81 102
40
20
Gambar 5.3. Grafik perbandingan IKE PT. Semen X dengan IKE Standard
30
Latihan 4:
Tugas Mandiri : Intensitas Konsumsi Energi Industri
Mata Kuliah : Manajemen Energi
Semester : VII (Tujuh)
Metode : Discovery Learning
1. Tujuan Tugas:
Mampu menghitung dan menganalisis Intensitas Konsumsi Energi (IKE) pada
Industri
2. Kompetensi:
a. Penguasaan materi Intensitas Konsumsi Energi (IKE) di Industri dan Peluang
Penghematan Energi (PPE)
b. Kemampuan individu dalam mencari data dan menganalisis data
c. Kemampuan menuliskan ide pada tulisan ilmiah
d. Ketajaman penulisan dan kreatifitas
e. Penguasaan software yang dibutuhkan
3. URAIAN TUGAS:
a. Obyek Garapan: Konsumsi Energi Listrik di Industri
b. Yang Harus Dikerjakan dan Batasan-batasan:
1) Mencari data dalam penggunaan energi di Industri melalui searching
internet, baik data yang sudah ada pada artikel-artikel ilmiah maupun data
real industri (Boleh menggunakan data industri kecil dan menengah)
2) Menyusun makalah berdasarkan hasil searching dan studi literature dari
berbagai sumber, yang didukung oleh data, baik data yang berskalaregional,
nasional maupun internasional. Dalam hal ini aktualisasi data (kekinian data
5 tahun terakhir) menjadikan bobot penilaian tinggi.
3) Membuat perhitungan dan grafik menggunakan MS. Excel yang
dikumpulkan dalam bentuk soft copy bersama makalah yang sudah tersusun
dengan baik dan benar.
31
c. Metodologi/ Cara Pengerjaan:
1) Penelusuran/searching dalam pengumpulan pengumpulan data.
2) Menyusun dan penulisan makalah.
4. Kriteria Penilaian:
a. Penyusunan Makalah (bobot 70%)
Tata tulis ilmiah & kepatuhan terhadap format yang ditentukan, kemutakhirandata
(5 tahun terakhir), Pengolahan & penyajian tulisan (tidak dari capture &paste hasil
download), susunan setidaknya terdiridari; Abstrak, Pendahuluan, Pembahasan,
Tampilan Data, Kesimpulan, Referensi (sumber web jika ada).
b. Perhitungan dan grafik (bobot 30%)
Jelas dan konsisten, menampilkan data dan pengolahan data perhitungan IKE,
menampilkan grafik,
5. JADWAL PELAKSANAAN:
a. Pemberian tugas: …
b. Pengumpulan tugas: …
32
6 KONSERVASI
DAN DIVERSIFIKASI ENERGI
Konservasi Energi
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 70 Tahun 2009 Tentang
Konservasi Energi bahwa konservasi energi adalah upaya sistematis, terencana, dan terpadu
guna melestarikan sumber daya energi dalam negeri serta meningkatkan efisiensi
pemanfaatannya. Sumber energi adalah sesuatu yang dapat menghasilkan energi, baik secara
langsung maupun melalui proses konversi atau transformasi. Sumber daya energi adalah sumber
daya alam yang dapat dimanfaatkan, baik sebagai sumber energi maupun sebagai energi.
Pemanfaatan energi adalah kegiatan menggunakan energi, baik langsung maupun tidak
langsung, dari sumber energi. Peralatan hemat energi adalah piranti atau perangkat atau fasilitas
yang dalam pengoperasiannya memanfaatkan energi secara hemat sesuai dengan benchmark
hemat energi yang ditetapkan.
Konservasi energi nasional menjadi tanggung jawab pemerintah, pemerintah daerah
provinsi, pemerintah daerah kabupaten/kota, pengusaha dan masyarakat. Tanggung jawab
sebagaimana dimaksud dilaksanakan berdasarkan rencana induk konservasi energi nasional.
Rencana induk konservasi energi nasional disusun dan ditetapkan oleh Menteri. Rencana induk
konservasi energi nasional paling sedikit memuat sasaran, pokok-pokok kebijakan, program,
dan langkah-langkah konservasi energi. Rencana induk konservasi energi nasional dibuat untuk
jangka waktu 5 (lima) tahun dan dapat ditinjau setiap tahun sesuai keperluan.
Pemerintah sebagaimana dimaksud dalam bertanggung jawab secara nasional untuk:
a. merumuskan dan menetapkan kebijakan, strategi, dan program konservasi energi;
b. mengembangkan sumber daya manusia yang berkualitas di bidang konservasi energi;
c. melakukan sosialisasi secara menyeluruh dan komprehensif untuk penggunaan teknologi
yang menerapkan konservasi energi;
d. mengkaji, menyusun, dan menetapkan kebijakan, serta mengalokasikan dana dalam rangka
pelaksanaan program konservasi energi;
e. memberikan kemudahan dan/atau insentif dalam rangka pelaksanaan program konservasi
energi;
f. melakukan bimbingan teknis konservasi energi kepada pengusaha, pengguna sumber energi,
33
dan pengguna energi;
g. melaksanakan program dan kegiatan konservasi energi yang telah ditetapkan; dan
h. melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan program konservasi energi.
Pemerintah daerah provinsi bertanggung jawab sesuai dengan kewenangannya di
wilayah provinsi yang bersangkutan untuk: a. merumuskan dan menetapkan kebijakan, strategi,
dan program konservasi energi; b. mengembangkan sumber daya manusia yang berkualitas di
bidang konservasi energi; c. melakukan sosialisasi secara menyeluruh dan komprehensif untuk
penggunaan teknologi yang menerapkan konservasi energi; d. mengalokasikan dana dalam
rangka pelaksanaan program konservasi energi; e. memberikan kemudahan dan/atau insentif
dalam rangka pelaksanaan program konservasi energi; f. melakukan bimbingan teknis
konservasi energi kepada pengusaha, pengguna sumber energi, dan pengguna energi; g.
melaksanakan program dan kegiatan konservasi energi; dan h. melakukan pembinaan dan
pengawasan terhadap pelaksanaan program konservasi energi.
Pemerintah daerah kabupaten/kota bertanggung jawab sesuai dengan kewenangannya
di wilayah kabupaten/kota yang bersangkutan untuk: a. merumuskan dan menetapkan
kebijakan, strategi dan program konservasi energi; b. mengembangkan sumber daya manusia
yang berkualitas di bidang konservasi energi; c. melakukan sosialisasi secara menyeluruh dan
komprehensif untuk penggunaan teknologi yang menerapkan konservasi energi; d.
mengalokasikan dana dalam rangka pelaksanaan program konservasi energi; e. memberikan
kemudahan dan/atau insentif dalam rangka pelaksanaan program konservasi energi; f.
melakukan bimbingan teknis konservasi energi kepada pengusaha, pengguna sumber energi,
dan pengguna energi; g. melaksanakan program dan kegiatan konservasi energi; dan h.
melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan program konservasi energi.
Pengusaha sebagaimana bertanggung jawab: a. melaksanakan konservasi energi dalam
setiap tahap pelaksanaan usaha; dan b. menggunakan teknologi yang efisien energi; dan/atau c.
menghasilkan produk dan/atau jasa yang hemat energi. Masyarakat sebagaimana bertanggung
jawab mendukung dan melaksanakan program konservasi energi.
Diversifikasi Energi
Pengurangan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) dapat dilakukan melalui berbagai cara,
antara lain penghematan energi atau konservasi energi, diversifikasi energi serta pemanfaatan
CCS (Carbon Dioxide Capture and Storage). Penghematan energi dapat dilaksanakan melalui
peningkatan efisiensi peralatan, penggunaan peralatan yang lebih efisien serta melaksanakan
manajemen energi. Peningkatan efisiensi peralatan dilaksanakan dengan mengganti sebagian
atau seluruh peralatan pengguna energi dengan peralatan yang lebih efisien. Penggunaan
peralatan yang lebih efisien akan dapat menurunkan konsumsi energi seperti mengganti
peralatan yang sudah tua dan boros energi dengan yang lebih efisien.
Pengelolaan di sisi pengguna energi (demand side management), selain dari
penggantian peralatan, juga dapat dilakukan dengan mengubah kebiasaan yang boros menjadi
hemat energi. Misalnya mematikan lampu saat akan keluar kamar, mengangkut barang secara
sekaligus, serta berbagai aktifitas yang menyangkut pola kerja atau kebiasaan. Penghematan
dapat juga dilakukan dengan pemasangan peralatan automatis untuk peralatan elektronik, misal
lampu kamar yang mati bila kamar kosong, eskalator yang berhenti bila tidak diinjak orang dan
lain-lain (Boedoyo 2008).
Boedoyo (2008) juga menjelaskan bahwa diversifikasi energi atau penggantian bahan
bakar dengan jenis energi lain, bertujuan untuk mengurangi pengunaan bahan bakar yang
mempunyai kandungan karbon tinggi dengan jenis energi yang mempunyai kandungan karbon
rendah atau tanpa kandungan karbon. Substitusi energi adalah upaya untuk mengganti energi
yang ada dengan jenis energi lain yang lebih murah, mudah secara teknis dan tanpa mengurangi
kinerja alat. Dalam pembangkitan listrik maka penggantian minyak solar pada PLTD dengan
biofuel atau mikro hidro, angin dan lain-lain akan mengurangi pelepasan CO2 ke atmosfir.
Biomasa, walaupun mempunyai kandungan karbon yang cukup tinggi, tetapi CO 2 yang
38
dihasilkan dianggap dihisap kembali oleh tanaman yang sedang tumbuh sehingga emisinya
dianggap 0 atau tanpa emisi. Hal ini disebabkan pohon dianggap merupakan zink atau penyerap
CO2 hanya pada masa pertumbuhan (0 sampai 12 tahun), sehingga pemotongan pohon dianggap
bagian dari menciptaan zink.
Pemanfaatan teknologi rendah karbon sebagai pengganti PLT bahan bakar fosil secara
drastis akan dapat mengurangi pelepasan gas CO2 ke atmosfir. Teknologi yang termasuk dalam
kategori ini antara lain Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP), Pembangkit Listrik
Tenaga Nuklir (PLTN), Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS), Pembangkit Listrik Tenaga
Mikrohidro (PLTMH) dan Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB). Demikian juga aplikasi
kendaraan sel bahan bakar (Fuel cell) menggunakan methanol atau hidrogen akan mengurangi
GRK pada sektor transportasi secara drastis, walaupun saat ini teknologi ini belum komersial.
Carbon Dioxide Capture And Storage (CCS) merupakan teknologi yang berupaya untuk
menangkap CO2 dan menimpannya pada cekungan dalam dibawah permukaan bumi. Secara
umum teknologi CCS terdiri dari 4 subsektor yaitu penangkapan CO2 (Capture), pengangkutan
(pipa atau kapal), injeksi, serta reservoir geologi storage. Selain dari penggunaan CCS, CO2
dapat disimpan pada lautan (kedalaman > 2 Km), Karbonisasi mineral, reaksi kimia CO 2
terhadap oksida logam akan mengikat CO2 sebagai karbonat yang stabil dan digunakan dalam
proses industry.
CO2 merupakan salah satu emisi penghasil GRK, maka pemanfaatan energi terbarukan
mempunyai kontribusi dalam pengurangan emisi GRK tersebut, yaitu pengurangan emisi
dengan mengganti bahan bakar fosil. Untuk menganalisa emisi CO 2 digunakan dengan metode
Emisson Factor Analysis (EFA). Dalam analisis ini dilakaukan dengan cara perhitungan emisi
CO2 menggunkan Tier1 pada IPCC (KESDM 2013) sebagai berikut:
a. Menghitung besarnya energi listrik per tahun yang dihasilkan oleh pembangkit listrik, seperti
pada persamaan (6.1) (Sugiyono 2010):
E = Pmp x t (6.1)
Dimana,
E : energi listrik/tahun dalam satuan kWh,
Pmp :Daya Mampu PTL dalam satuan kW
t : waktu efektif pengoperasian PTL dalam satu tahun dalam satuan jam (hour)
39
b. Untuk Pembangkit Tenaga Listrik di Indonesia, UNDP (2007) telah menghitung secara
empirik faktor emisi CO2 seperti pada Tabel 6.1. Sehingga untuk menghitung emisi CO2,
digunakan persamaan (6.2) (Waskito 2011):
eCO2 = E x FE (6.2)
Dimana:
eCO2: emisi CO2 dalam satuan Kg
E: Energi Listrik/tahun dalam satuan kWh
FE: Faktor Emisi CO2 dalam satuan Kg/kWh
40
Stock-flow diagram optimalisasi rasio elektrifikasi model diversikasi energi disajikan
pada Gambar 6.1 dan formulasi struktur disajikan pada Tabel 6.4. Simulasi penurunan emisi
CO2 diversifikasi PLTD-PLTS/PLTB disajikan pada Gambar 6.2.
Gambar 6.1 Stock-flow diagram optimalisasi rasio elektrifikasi model diversifikasi energi
Tabel 6.3 Faktor penurunan emisi CO2 dengan model diversifikasi PLTS
Diversifikasi FPeCO2 (Ton/kW/Tahun)
PLTD-PLTS 2.46
PLTU-PLTS 3.58
PLTMG-PLTS 3.14
41
Tabel 6.4 Formiulasi struktur optimalisasi rasio elektrifikasi model diversifikasi energi
ton
3,000,000
2,000,000
e CO_PLTD
e CO2 DIV_PLTD-S_Eksisting
e CO2 DIV_PLTD_SB_Moderat
e CO2 DIV_PLTD_SB_ Optimis
1,000,000
11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29
Tahun
Non-commercial use only!
Gambar 6.2 Simulasi penurunan emisi CO2 diversifikasi PLTD-PLTS/PLTB
Latihan 5:
Pengembangan energi baru dan terbarukan di Indonesia, saat ini sudah tersedia 20 SNI
sumber energi air, 19 SNI sumber energi surya, 11 SNI sumber energi panas bumi, 9 SNI
sumber energi daya angin, 7 SNI sumber energi biofuel, dan 4 SNI sumber energi nuklir.
Searching minimal masing-masing 1 SNI tersebut dan buat ringkasan standar yang
dibutuhkan.
42
7 AUDIT ENERGI
Audit Energi Bangunan Gedung
Audit energi adalah proses evaluasi pemanfaatan energi dan identifikasi peluang
penghematan energi serta rekomendasi peningkatian efisiensi pada pengguna energi dan
pengguna sumber energi dalam rangka konservasi energi. Audit energi singkat (walk through
audit) adalah kegiatan audit energi yang meliputi pengumpulan data historis, data dokumentasi
bangunan gedung yang tersedia dan observasi, perhitungan intensitas konsumsi energi (lKE)
dan kecenderungannya, potensi penghematan energi dan penyusunan laporan audit.
Audit energi awal (preliminary audit) adalah kegiatan audit energi yang meliputi
pengumpulan data historis, data dokumentasi bangunan gedung yang tersedia, observasi dan
pengukuran sesaat, perhitungan IKE dan kecenderungannya, potensi penghematan energi dan
penyusunan laporan audit. Audit energi rinci (detail audit) kegiatan audit energi yang dilakukan
bila nilai IKE lebih besar dari nilai target yang ditentukan, meliputi pengumpulan data historis,
data dokumentasi bangunan gedung yang tersedia, observasi dan pengukuran lengkap,
perhitungan IKE dan kecenderungannya, potensi penghematan energi, analisis teknis dan
finansial serta penyusunan laporan audit.
Konservasi energi bangunan gedung adalah upaya sistematis, terencana dan terpadu
guna melestarikan sumber daya energi dalam negeri serta meningkatkan efisiensi
pemanfaatannya tanpa mengorbankan tuntutan kenyamanan manusia dan/atau menurunkan
kinerja alat.
43
Audit Energi di Industri
Audit energi listrik di industri
Proses produksi di indutri modern tidak terlepas dari ketersediaan energi listrik. Dalam
penggunaannya, energi listrik sangat mendominasi dibandingkan dengan jenis energi lainnya.
Dominasi energi listrik karena peralatan proses produksi terus diperbarui. Peralatan yang
semula berbasis energi uap telah digantikan dengan energi listrik, misalnya pompa. Pergantian
basis energi ini mengarahkan industri untuk menuju ke kondisi yang lebih praktis dan efisien.
Efisien penggunaan energi terus dibenahi oleh industri dengan peralihan ke peralatan berbasis
energi listrik. Satu di antara upaya-upaya yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan
optimasi penggunaan energi listriknya. Setiap peralatan perlu dikaji kinerjanya agar diketahui
secara pasti tingkat efisiensinya. Peralatan yang memiliki efisiensi rendah dapat meningkatkan
efisiensinya melalui perbaikan berkelanjutan, termasuk perbaikan pola operasinya atau
mengganti dengan jenis atau tipe yang baru sekiranya peralatan tersebut sudah tidak
memungkinkan lagi untuk dinaikkan efisiensinya.
Rangkaian kegiatan optimasi energi listrik dapat dilakukan setelah melaksanakan audit
energi. Uraian langkah-langkah yang dilakukan dalam melaksanakan audit energi pada sistem
kelistrikan di industri dapat dirujuk dari Buku Prosedur Standard dan Teknik Audit Energi di
Industri. Buku ini dapat diunduh melalui situs: BPPT: www.bppt.go.id B2TE:
www.b2te.bppt.go.id
44
Latihan 6:
Tugas Kelompok : Audit Energi
Mata Kuliah : Manajemen Energi
Semester : VII (Tujuh)
Metode : Project Base Learning/Case Base Learning
1. Tujuan Tugas:
Mampu melakukan audit energi listrik pada bangunan Gedung dan atau di
Industri
2. Kompetensi:
a. Pengusaan terhadap teknik audit energi bangunan Gedung dan atau Industri
b. Kerjasama team yang baik dan kompak.
c. Presentasi dan komunikasi verbal dan non-verbal.
d. Ketajaman menjelaskan & creative.
e. Penguasaan ICT.
3. Uraian Tugas:
a. Obyek Garapan: Audit Energi Bangunan Gedung dan atau industry (*Pilih salah satu)
b. Yang Harus Dikerjakan dan Batasan-batasan:
1) Membentuk kelompok masing-masing 3 orang dalam satu kelompok.
2) Mendiskusikan audit energi (Bangunan Gedung atau Industri) hingga disepakati
bersama kelompok
3) Survey lokasi Gedung atau Industri yang akan di audit (dapat dilakukan di gedung
kampus atau di luar kampus yang sudah disepakati dan disetujui oleh dosen dan
pemilik atau penanggung jawab Gedung/Industry). Jika diperlukan dapat diurus
Surat dari Institusi PNK ke Industri dan atau Bangunan Gedung yang dituju untuk
kegiatan dimaksud
4) Melakukan studi audit energi sesuai dengan prosedur
5) Menyusun laporan audit sesuai dengan sistimatika pada referensi
6) Mengumpulkan Laporan Audit (Soft Copy) di Keting dan menyerahkannya ke
dosen pengampu mata kuliah
7) Menyusun slide presentasi kemudian masing-masing kelompok
mempresentasikan-nya di kelas dan atau Lab.General. Keberhasilan presentasi
45
ditentukan oleh tampilan, penguasaan materi, kerjasama, penguasaan audient.
c. Metodologi/ Cara Pengerjaan:
1) Melaksanakan audit sesuai prosedur, penulusuran dan pengumpulan data.
2) Mendiskusikan dalam kelompok, item-item yang akan ditampilkan.
3) Menyusun dan penulisan laporan audit
4) Mendiskusikan point-point penting yang akan dipresentasikan.
5) Merancang dan menyusun slide presentasi.
6) Ujicoba presentasi dalam kelompoknya sendiri.
7) Presentasi di Kelas dan atau Lab. General
d. Kriteria luaran tugas yang dihasilkan/dikerjakan:
1) Laporan audit format: A4, font: Times New Roman, size 12, margin 3-2-2-2,
Menggunakan tata tulis laporan. Dikumpulkan dalam bentuk softcopy format MS.
Word
2) Slide Presentasi Power Point, terdiri dari: Text, grafik, tabel, gambar, animasi
ataupun video clips. Maksimum 7 slide. Dikumpulkan softcopy format(*.ppt).
3) Tuliskan Nama & NIM masing-masing anggota kelompok, sertakan juga peran dan
tugas masing-masinga nggota kelompok
4) Tugas dikumpulkan dalam folder dengan nama kelompok, berisi: Laporan Audit,
slide (*.ppt), daftar anggota kelompok beserta masing-masing tugasnya, dan
softcopy referensi yang digunakan.
4. Kriteria Penilaian:
a. Penyusunan Laporan audit (bobot30%)
Tata tulis laporan & kepatuhan terhadap format yang ditentukan, kemutakhirandata (5
tahun terakhir), Pengolahan & penyajian tulisan (tidak dari capture & paste hasil
download), susunan setidaknya terdiridari; Abstrak, Pendahuluan (Terdiri dari Latar
Belakang dan Tujuan) , Metode, Hasil dan Pembahasan (tampilan data atau grafik),
kesimpulan, Daftar Pustaka (sumber web jika ada).
b. Penyusunan Slide Presentasi (bobot30%)
Jelas dan konsisten, sederhana & inovative, menampilkan gambar, grafik & blok
sistem, tulisan menggunakan font yang mudah dibaca (font 20), jika diperlukan
didukung dengan vedioclip yang relevant.
46
c. Presentasi (bobot40%)
Bahasa komunikatif, penguasaan materi, penguasaan audiensi, pengendalian waktu (10
menit presentasi+ 5 menit diskusi), kejelasan & ketajaman paparan,penguasaan media
presentasi.
5. Jadwal Pelaksanaan:
a. Pembentukan Kelompok: …..
b. Pengumpulan tugas: ….
c. Pelaksanaan Perentasi: …
d. Pengumuman hasil evaluasi: …
47
DAFTAR PUSTAKA
[AA-ADB]. Australian Aid-Asian Development Bank, 2015. Tarif Untuk Pembangkit Tenaga
Angin Dan PV Surya Atap Di Indonesia. Jakarta. Dipersiapkan untuk Pemerintah
Indonesia oleh Australian Aid-Asian Development Bank.
[BSN] Badan Standarisasi Nasional. 2017. Konservasi Energi Dengan Menerapkan SNI ISO
50001. Diakses 12 Maret 2022. Tersedia pada
https://bsn.go.id/main/berita/detail/8362/konservasi-energi-dengan-menerapkan-sni-
iso-50001
[BSN] Badan Standarisasi Nasional. 2011. SNI 6196:2011 Prosedur audit energi pada bangunan
Gedung. Gd: Manggala Wanab. Jakarta
Boedoyo MS. 2008. Penerapan teknologi untuk mengurangi emisi Gas Rumah Kaca.
J.Tek.Ling. 9(1):9-16
[JPLN] Jasdik Perusahaan Listrik Negara. 2008. Sistem Kelistrikan, Pembangkitan, Transmisi
dan Distribusi. Jakarta (ID): Jasdik PT (PLN) Persero.
Iskandar N.R. 2015. Prosedur Standar dan Teknik Audit Energi di Industri. Balai Besar
Teknologi Energi (B2TE), Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Kawasan
PUSPIPTEK, Gd. 620 – 624. Tangerang Selatan
[KESDM] Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral. 2013. Kajian Inventarisasi Emisi Gas
Rumah Kaca Sektor Energi. Jakarta (ID): Pusat Data dan Teknologi Informasi Energi dan
Sumber Daya Mineral. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral.
[KESDM] Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral. 2015. Rencana Usaha Penyediaan
Tenaga Listrik (RUPTL) PT PLN (Persero) 2015-2024. Jakarta (ID). Kementerian Energi
dan Sumberdaya Mineral.
[PLN] Perusahaan Listrik Negara. 2016. Statistik PLN 2016. Jakarta (ID): Sekretariat PT. PLN
(PERSERO).
[PPRI 70] Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 79. 2014. Konservasi Energi.
Jakarta (ID): Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia.
[UNIDO] 2010. Global Industrial Energy Efficiency Benchmarking An Energy Policy Tool
Working Paper November 2010. United Nations Industrial Development Organization
[UURI 30] Undang Undang Republik Indonesia Nomor 30. 2007. Energi. Jakarta (ID):
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia.
[UURI 30] Undang Undang Republik Indonesia Nomor 30. 2009. Ketenaga Listrikan. Jakarta
(ID): Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia.
ASEAN-USAID, 1992. Building Energy Conservation Project, Final Report, June 1992.
ASEAN Lawrence Berkeley Laboratory, United States.
Fossnes T, Forsberg K, Wray R, Fisher G, Mackey W. 2004. Systems Engineering Handbook.
Seattle Washington (US): Technical Board International Council on Systems Engineering
(INCOSE).
48
Marimin, Maghfiroh N. 2013. Aplikasi Teknik Pengambilan Keputusan dalam Manajemen
Rantai Pasok. Bogor (ID): IPB Press
Marsudi D. 2011. Pembangkitan Energi Listrik. Jakarta (ID). Erlangga
Muhammadi, Aminullah E, Soesilo B. 2001. Analisis Sistem Dinamis. Jakarta (ID): UMJ Press.
Mulyani F, Suyono, dan Hasanah R. 2018. Audit dan Rancangan Implementasi Sistem
Manajemen Energi berbasis ISO 50001 di Universitas Brawijaya Malang. Jurnal EECCIS
Vol. 12, No. 2
Myles WP, Miller J, Knudsen S, Grabowski T. 2011. Electric Power System Asset Optimization.
Energy Sector Planning and Analysis (ESPA). Hhouston (US): United States Department
of Energy’s National Energy Technology Laboratory.
Novakovic B, Nasiri A. 2016. Introduction to Electrical Energy Systems, Electric Renewable
Energy Systems. Milwaukee Wisconsin (US): Elsevier Inc.
Nurrohim A. 2012. Pembangkit listrik tenaga hibrid sebagai solusi kelistrikan di daerah
terpencil. Jurnal Sains dan teknologi Indonesia, 14(2):96-103.
Prahasta E. 2001. Konsep-Konsep Dasar Sistem Informasi Geografis. Bandung (ID). Penerbit
Informatika
Riadi M. 2019. Standar, Strategi dan Implementasi Manajemen Energi. Diakses 21 April 2022.
Tersedia pada https://www.kajianpustaka.com/2019/09/standar-strategi-dan-
implementasi-manajemen-energi.html
Sinaga R. 2017. Rekayasa Sistem Pengelolaan Sumber Energi Listrik. IPB (ID) [Disertasi].
Bogor
Setiawan AA, Suhono, Ridwan MK, Santoso HB, Putro SH, Imardjoko YU. 2009. Studi awal
kebutuhan energi listrik dan potensi pemanfaatan sumber energi terbarukan di kabupaten
sleman. Teknik Fisika. 1:1-8.
Sugiyono A. 2010. Peran PLTN dalam mendukung komitmen pemerintah untuk mengurangi
emisi CO2. Prosiding Seminar Pengembangan Energi Nuklir. BATAN. 3:199-206
Suyitno M. 2011. Pembangkit Energi Listrik. Jakarta. Rineka Cipta.
Thearaja BL. 1984. A Tex-Book of Electrical Technology. New Delhi (IN): Nirja Construction
& Development Co. (P) Ltd.
[UNDP] United Nation Development Program. 2007. Indonesia: Microturbine Cogeneration
Technology Application Project. Jakarta (ID): United Nation Development Program
Waskito D. 2011. Analisis pembangkit listrik tenaga biogas dengan pemanfaatan kotoran sapi
di kawasan usaha peternakan sapi [tesis]. Depok (ID): Universitas Indonesia
Winardi. 1999. Pengantar Tentang Teori Sistem dan Analisis Sistem. Bandung (ID): Mandar
Maju
49