Anda di halaman 1dari 5

[Nama Belakang] 1

Marcelya Tri Vidya Hapsari

005221067

GR3B

RESUME

LEGAL DAN ETIK DALAM DOKUMENTASI KEPERAWATAN

Pendokumentasian keperawatan adalah proses penting dalam memberikan asuhan keperawatan yang

berkualitas. Legalitas dalam Dokumentasi Keperawatan:

• Standar Dokumentasi

Setiap institusi kesehatan memiliki pedoman dan standar spesifik terkait dokumentasi

keperawatan yang harus diikuti oleh para perawat, dokumentasi yang lengkap, akurat, dan

tepat waktu diperlukan untuk memenuhi persyaratan hukum dan regulasi

• Tanggung Jawab Hukum,

Dokumen medis adalah bukti dalam kasus hukum. Kekurangan atau ketidakakuratan dalam

dokumentasi dapat memengaruhi proses hukum. Perawat bertanggung jawab secara hukum

untuk menyediakan dokumentasi yang akurat dan jujur.

• Kepatuhan Hukum dan Regulasi

Perawat harus mematuhi undang-undang dan regulasi terkait privasi dan keamanan data,

setiap Negara memiliki regulasi sendiri-sendiri.

Aspek legal pendokumentasian keperawatan di Indonesia terdiri dari etika dan Standar Profesional

dimana Keperawatan diatur oleh kode etik dan standar profesional (Kode Etik Keperawatan Indonesia

dikeluarkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia_PPNI), perlindungan privasi dan kerahasiaan

pasien terdapat dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan mengatur

perlindungan privasi dan kerahasiaan pasien. Dokumentasi harus memastikan bahwa informasi
[Nama Belakang] 2

sensitif tidak diungkapkan tanpa izin pasien atau wali yang sah, Akurasi dan Keabsahan Dokumen

dimna dokumentasi harus akurat dan mencerminkan kejadian sebenarnya, Rekam Medis Elektronik

dimana penggunaan rekam medis elektronik diatur oleh berbagai peraturan, termasuk Peraturan

Menteri Kesehatan Nomor 269/Menkes/Per/III/2008 tentang Rekam Medis. Keamanan data dan akses

terhadapnya harus diatur dengan cermat, Bukti dalam Proses Hukum dimana dokumentasi

keperawatan dapat dianggap sebagai bukti dalam proses hukum. Oleh karena itu, dokumen harus

dapat dipertanggungjawabkan dan dapat digunakan sebagai alat bukti yang sah, Konsistensi dan

Kelengkapan dokumen itu penting untuk menghindari kebingungan dan memastikan bahwa perawat

lain atau pihak medis yang terlibat dapat dengan mudah memahami perawatan yang telah diberikan,

Retensi dan Penghapusan Dokumen harus disimpan sesuai dengan peraturan yang berlaku. Biasanya,

rekam medis harus disimpan selama jangka waktu tertentu sebelum diizinkan untuk dihapus,

Pemenuhan Persyaratan Hukum Lainnya dimna selain UU kesehatan, dokumentasi keperawatan juga

harus memenuhi persyaratan hukum lainnya, seperti UU No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan

Transaksi Elektronik jika terkait dengan rekam medis elektronik, Pelaporan Kejadian Tidak

Diinginkan jika terjadi kejadian tidak diinginkan atau insiden medis, dokumentasi yang tepat akan

membantu dalam pelaporan, evaluasi, dan tindakan lanjut yang diperlukan, Pelatihan dan Kesadaran

Hukum dimana para profesional keperawatan perlu mendapatkan pelatihan terkait aspek legal

pendokumentasian.

Etika dalam Dokumentasi Keperawatan yang harus kita lakukan yaitu menghormati privasi dan

kerahasiaan pasien, dokumentasi harus jujur dan akurat, dokumentasi harus mudah dipahami,

dokumentasi dapat dijadikan refleksi maupun pembelajaran, rekam medis harus disimpan dengan

aman dan hanya dapat diakses oleh orang berwenang.

Kriteria Tuntutan Hukum pada Dokumentasi Keperawatan

• Kesalahan administrasi pengobatan

• Kelemahan dalam supervise diagnose secara adekuat dan penggunaan alat


[Nama Belakang] 3

• Kelalaian dalam mengangkat /mencek benda asing setelah operasi

• Mengakibatkan klien mengencam luka

• Pemberhentian obat oleh perawat

• Tidak memperhatikan teknik anti septik yang diharuskan

• Tidak mengikuti peraturan dan prosedur yang diharuskan

Terdapat tiga hal yang perlu diperhatikan dalam Pelaksanaan etik dalam dokumentasi keperawatan

yaitu: pandangan etik dokumentasi keperawatan, menjaga kerahasiaan (privasi pasien), moral

perjanjian.

Dasar Hukum Praktek Keperawatan

• UU No.9 tahun 1960 tentang pokok-pokok kes

• UU No.6 tahun 1963 tentang tenaga kesehatan

• Didalamnya terdapat perbedaan tenaga sarjana dan bukan sarjana, sehingga terdapat

pembatasan kewenangan.

• UU No.18 tahun 1964 ttg wajib kerja paramedis sebagai PNS ( perawat disebut sebagai

pembantu medis )

• UU Keperawatan No. 38 tahun 2014

• SK Menkes No. 262/per/VII/1979

• Membedakan paramedis menjadi 2 golongan : Paramedis keperawatan ( termasuk bidan ) dan

paramedis non-keperawatan.

• Permenkes No.363/Menkes/Per/XX/1980

• Pemerintah membuat suatu pernyataan yang jelas perbedaan tenaga keperawatan dengan

bidan.

• Bidan seperti halnya dokter diizinkan melaksanakan praktek swasta sedangkan perawat tidak

diizinkan.

• SK Menpan No.94/Menpan/1986
[Nama Belakang] 4

• Menjelaskan jabatan fungsional tenaga

keperawatan dan sistem kredit point.

• UU Kesehatan No.23 tahun 1992

• Memberikan kesempatan untuk perkembangan keperawatan karena memuat standar praktek,

hak- hak pasien, kewenangan maupun perlindungan hukum bagi tenaga kesehatan termasuk

keperawatan.

Beberapa Masalah Hukum dalam Praktek Keperawatan yaitu:

• Format Persetujuan ( Consent )

• Persetujuan awal masuk.

• Persetujuan dilakukan tindakan (operasi)

• Perawat dalam hal ini bertindak sebagai saksi dan sebelumnya perawat yakin bahwa pasien

telah benar-benar dapat informasi yang jelas.

• Pengawasan penggunaan obat Telah diatur oleh BPOM :

- Obat bebas

- Obat dengan resep dokter

- Obat tertentu, seperti narkotika.

Perawat harus memperhatikan prosedur dan pencatatan yang benar.

• Incident Report

• Pencatatan dan pelaporan

Malpraktek merupakan istilah umum sifatnya tidak berkonotasi yuridis. Malpraktek berarti

pelaksanaan tindakan yang salah. Malpraktek profesi kesehatan adalah kelalaian dari seorang dokter

atau perawat untuk mempergunakan tingkat kepandaian ilmu pengetahuan dalam mengobati dan

merawat pasien, yg lazim dipergunakan terhadap pasien atau orang yg terluka menurut ukuran di

lingkungan yg sama (Vatentin, 1956).


[Nama Belakang] 5

Criminal malpractice adalah manakala perbuatan seseorang yang memenuhi rumusan delik pidana:

• Perbuatan (positive act/negative act) merupakan perbuatan tercela. Exp.: euthanasia

• Dilakukan dengan sikap yang salah, berupa: kesengajaan (intensional), kecerobohan

(reklessness) atau kealpaan (neglegence). Exp.: tndakan medis tanpa informed consent.

Civil malpractice adalah manakala perbuatan petugas kesehatan yang memenuhi delik pidana:

• Tidak melakukan apa yg menurut kesepakatan wajib dilakukan

• Terlambat melakukan apa yg menurut kesepakatan wajib dilakukan

• Tidak sempurna melakukan apa yg menurut kesepakatan wajib dilakukan

• Melakukan apa yg menurut kesepakatan tidak seharusnya dilakukan

Administrative malpractive adalah tenaga keperawatan manakala tindakannya telah melanggar hukum

administrasi.

• Exp.: bekerja memiliki surat ijin kerja, surat ijin praktik

Upaya pencegahan dan menghadapi tuntutan malpraktek

1. Tidak menjanjikan akan keberhasilan upayanya

2. Melakukan intervensi lebih dulu informed consent

3. Mencatat semua tindakan yang dilakukan

4. Apabila terjadi keraguan konsultasi kepada petugas senior

5. Memperlakukan klien secara manusiawi dg memperhatikan segala kebutuhannya

6. Menjalin komunikasi yang baik dg klien dan keluarga

Anda mungkin juga menyukai