Syukur Alhamdulillah, merupakan satu kata yang sangat pantas saya ucakan kepada
Allah SWT, yang karena bimbingan Nya-lah tim redaksi bisa menerbitkan sebuah jurnal ilmiah
pada Jurnal EduSosial | Jurnal Pendidikan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Universitas
Jambi Volume. 2, No.1 Jurnal EduSosial diterbitkan oleh Jurusan PIPS Universitas Jambi. Jurnal
ini menerbitkan makalah penelitian asli, artikel konseptual, artikel review dan studi kasus. Fokus
dan Cakupan jurnal ini terdiri dari Seluruh Spektrum Pembelajaran IPS Dan Pendidikan IPS
yang meliputi: Sistem Pendidikan, Kurikulum, Nilai-Nilai Pendidikan, Peninggalan sosial
Lokal, Media Pembelajaran Dan Sumber Pembelajaran, Evaluasi Pembelajaran, dan Topik
Terkait Lainnya.
Tim Penyusun sendiri menyadari bahwa masih sangat banyak kekurangan yang mendasar
pada terbitan ini. Oleh karna itu kami mengajak pembaca untuk memberikan kritik dan saran
yang bersifat membangun untuk kemajuan ilmu pengetahuan ini serta kemajuan ilmiah dari
jurnal yang kami sediakan dan semoga terbitan ini bisa memberikan sumbangsih positif bagi kita
semua.
Tim Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
Universitas Jambi
Abstrak: Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji bagaimana perlawanan Abdul Wahid
melawan Kolonial-Belanda yang dapat dijadikan sebagai bahan ajar pada pembelajaran
sejarah. Metode penelitian yang digunakan pada penulisan artikel ini berupa metode
Kualitatif deskriptif. Hasil dari penelitian kali ini menunjukan bahwa perjuangan Abdul
Wahid melawan Kolonial Belanda di Jambi yang terjadi pada tahun 1916 merupakan
salah satu reaksi masyarakat Jambi terhadap penjajahan yang dilakukan oleh Bangsa
Belanda yang membawa kesengsaraan bagi rakyat Jambi. Perjuangan Abdul Wahid
melawan Kolonial Belanda di Jambi bisa dimanfaatkan sebagai sumber sejarah lokal
Jambi dan sebagai bahan ajar pada pembelajaran sejarah bagi peserta didik karena materi
ini erat kaitannya dengan lingkungan yang mereka tinggali sehingga dapat menjadikan
pembelajaran sejarah ini lebih bermakna, dapat membentuk kepribadian peserta didik
agar lebih cinta tanah air, memiliki jiwa patriotisme dan meningkatkan semagat
nasionalisme serta bela negara bagi generasi muda penerus bangsa.
1
Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Universitas Jambi
Vol. 2 No. 1 April (2022) Hal. 1-11
ISSN 2809-0098 (ONLINE)
Pendahuluan
Imperialisme dan kolonialisme yang dilakukan oleh bangsa barat di Indonesia
berujung menjadi cikal bakal timbulnya berbagai macam reaksi baik positif seperti
membawa Indonesia ke masa modern dan maupun negative seperti kesengsaraan dan
kehancuran bagi masyarakat Indonesia sendiri sehingga hal ini berdampak pada
bermunculanya berbagai pemberontakan dan peperangan yang dilakukan oleh masyarakat
di Nusantara dalam upaya menentang kekuasan penjajahan di tanah Nusantara ini.
Merujuk pada penjajahan yang dilakukan bangsa Barat kepada sebagian besar
wilayah di Asia dan Afrika, merupakan salah satu hal yang menarik untuk dibahas lebih
dalam lagi. Arti “Penjajahan” sendiri dalam Bahasa Melayu sering disebut dengan istilah
imperialism ataupun colonialism dalam Bahasa Inggris, sebenarnya tidak dapat dinyatakan
memiliki makna yang sama (Cheah Boon Kheng, 1989:1). Adapun pengertian dari
penjajahan itu sendiri lebih mengacu kepada colonialism atau kolonialisme saja, dimana
suatu Negara berupaya untuk melakukan perngembangan serta perluasan wilayah ke
Negara lain. Hal ini tidak memungkiri bahwasannya imperialisme krusial buat
merealisasikan kolonialisme. Hal ini terjadi lantaran istilah akar imperare (dalam bahasa
Latin) bermaksud memerintah. Perkataan ini asal berdasarkan diksi imperium yang
bermaksud “wilayah pemerintahan raja” (Nico Thamied R. & M.P.B. Manus, 2000:25).
Istilah ini kemudiannya berkembang dan diartikan sebagai “dasar” serta “kaedah” ekspansi
daerah sang kuasa asing yang berkuasa atas negara-negara yg lemah (Rahimiah. 2017:44).
Reaksi ketidaksukaan terhadap kolonialisasi yang diakukan oleh Belanda di
Indonesia muncul hamper diseluruh wilayah nusantara seperti Perang Patimura di Maluku
tahun 1817, Pemberontakan Gerakan Paderi dan Perang T.K Imam Bonjol di Sumatera
barat pada tahun 1803-1837. Perang Diponegoro di Yogyakarta tahun 1825-1830, Perang
bali pada tahun 1841-1848, Perang Aceh pada tahun 1873-1904, dan Perang
Sisingamaharaja di Sumatera Utara pada tahun 1870-1907, serta berbagai permberontakan
dan peperangan lainnya (Ricklef. 2014)
Imprialisme dan kolonialisme di Jambi diawali dengan kedatangan Belanda ke
Jambi pada tahun 1615 lewat maskapi daganganya “Wapen Van Amsterdam” yang
mendarat di Jambi, kemudian pada tahun 1616 Sultan Abdul Kahar memberikan izin
kepada Belanda untuk mendirikan kantor dagangnya di Muara Kumpeh. adapun tujuan
utamanya adalah untuk membeli rempah-rempah langsung dari para petani, karena pada
tahun-tahun tersebut daerah kesultanan Jambi terkenal dengan penghasil lada yang cukup
bagus, namun ternyata VOC mengalami kegagalan dan harus menutup kantornya pada
tahun 1624 dan pergi meninggalkan Jambi.
2
Pada tahun 1858 Belanda kembali ke Jambi untuk menguasai wilayah Jambi, tapi
masyarakat Jambi menentang kedatangan Belanda yang terakhir dengan peperangan oleh
Sultan Thaha namun dalam perang tersebut Sultan Thaha mengalami kekalahan dan
dimenangkan oleh pihak Belanda sehingga Belanda dapat menguasai wilayah Jambi di
bawah kolonialismenya. Jatuhnya Kesultanan Jambi dibawah kekuasaan Belanda pada
tahun 1904 setelah memenangkan pertempuran dengan Sultan Thaha Saifuddin di Muaro
Tembesi dan secara sah Belanda menduduki wilayah Jambi dan menjadikan Jambi sebagai
pusat pemerintahan Belanda (Masjkuri. 1985:57). Belanda menjadikan Jambi sebagai salah
satu Kersidenan Hindia-Belanda di Sumatra dengan Residen pertama O.L. Helfrich tahun
1906. Dengan berdirinya Keresidenan Jambi, Belanda mulai menguasai seluruh wilayah
kekuasaan Kesultanan Jambi (Arsip Nasional Republik Indonesia, 2014:6).
Sepeninggalan Sultan Thaha Syaifuddin sebagai raja di kesultanan Jambi
perlawanan terhadap Belanda juga belum usai, walaupun Jambi sudah menjadi wilayah
kersidenan Belanda. Berbagai tekanan yang diberikan oeleh Belanda ini membuat
beberapa elemen masyarakat melakukan pemberontakan dibeberapa daerah di Jambi.
Perjuangan rakyat dalam melawan kolonialisme Belanda sangat gigih berani yang
digencarkan oleh masyarakat terutama Ketika di pimpin oleh Abdul Wahid yang disebut
dengan perang Raja Batu, di mana Abdul Wahid melakukan provokasi kepada masyarakat
Jambi dengan tujuan membangun semangat rakyat untuk melawan Kolonial Belanda dan
juga sebagai komunikator yang mengkoordinir perjuangan di setiap daerah, selain itu
Abdul Wahid juga langsung turun tangan menjadi pemimpin perjuangan rakyat Jambi di
Muaro Tembesi. Tidak tanggung-tanggung perlawanan yang dipimpin Abdul Wahid ini
langsung diawali dengan menghancurkan kedudukan beserta fasilitas pemerintahan
Belanda seperti benteng, kantor dan gudang peralatan.
Pembelajaran sejarah merupakan pelajaran yang membahas kejadian pada masa
lampau dimana kejadian/peristiwa pada masa lampau tersebut memiliki pengaruh pada
kehidupan pada masa sekarang dan masa yang akan datang (Rahrjo. Mugiarto. 2017:3).
Dalam meningkatkan semangat belajar pada mata pelajaran sejarah maka diperlukan bahan
ajar yang berkaitan dengan peristiwa yang dekat dengan lingkungan tempat tinggal siswa.
Bahan ajar sejarah Indonesia berbasis lokal ini tentunya sangat membantu peserta didik
dalam kegiatan pembelajaran sejarah. Perjuangan pahlawan daerah dalam melawan
Kolonial Belanda menjadi hal yang menarik untuk dimanfaatkan sebagai bahan ajar pada
mata pelajaran sejarah Indonesia dengan materi pokok perjuangan Abdul Wahid dalam
melawan kolonial Belanda di kota Jambi.
Materi perjuangan Abdul Wahid dalam melawan kolonial Belanda di kota Jambi
tahun 1916 dapat digunakan sebagai bahan ajar pada mata pelajaran sejarah Indonesia,
karena sesungguhnya bahan ajar merupakan segala bentuk bahan yang digunakan untuk
membantu guru dalam melaksanakan kegiatan mengajar di dalam kelas (Abdul Majid,
2010: 177). Disamping itu pada materi perjuangan Abdul Wahid melawan kolonial
Belanda di kota Jambi tentunya sangat bermanfaat untuk dijadikan sumber bahan ajar
sejarah kebudayaan lokal Jambi karena materi ini erat kaitannya dengan lingkungan yang
mereka tinggali sebagai akibatnya bisa membuahkan pembelajaran sejarah ini lebih
3
bermakna lagi nantinya. Fungsi yang strategis dalam materi ajar pada proses pembelajaran
bisa membantu siswa pada proses aktivitas pembelajaran (Belawati. 2006:13)
Penggunaan bahan ajar Sejarah Indonesia dengan materi perjuangan Abdul Wahid
dalam melawan kolonial Belanda di kota Jambi tahun 1916 ini juga berguna untuk
membangkitkan rasa cinta tanah air, patriotisme, rasa nasionalisme dan bela negara pada
peserta didik tersebut.
Metode Penelitian
Penelitian yang digunakan dalam penulisan artikel ini masuk kedalam metode
penelitian kualitatif. Dalam penelitian ini penulis memakai pendekatan kualitatif yang
membahas tentang usaha Abdul Wahid pada melawan kolonial Belanda yang lalu
dimanfaatkan menjadi materi ajar sejarah Indonesia. Data-data yang penulis kumpulkan
adalah berupa data-data dari data kepustakaan (library research). P
Pendekatan metode yang dipakai pada penelitian ini adalah metode kualitatif
pendekatan deskriptif. Metode penelitian kualitatif desktiptif yaitu merupakan sebuah
metode yang digunakan untuk menemukan pengetahuan dan informasi dari subjek
penelitian dalam waktu tertentu. Pendekatan deskriptif ini berupaya untuk menggambarkan
semua tanda-tanda atau keadaan yang ada, yaitu keadaan tanda-tanda dari apa adanya
dalam ketika penelitian yang dilakukan (Mukhtar, 2013: 10-11). Lokasi penelitian ini
dilaksanakan di Kota Jambi karena salah satu kota sentra berkembangnya kolonialisme di
bawah Keresidenan pemerintahan Hindia-Belanda.
Berdasarkan asal data di atas, maka teknik pengumpulan data dalam penelitian ini
diantaranya yaitu studi pustaka, observasi lapangan, penelusuran file dan wawancara
tokoh. Menurut Miles & Huberman (1992) Teknik analisis data pada kualitatif berdasarkan
3 termin yaitu pertama reduksi data, kedua penyajian data, dan diakhiri menggunakan
penarikan kesimpulan.
4
kerjasama tetapi selalu ditolak, penyebab ditolaknya kerjasama Belanda lantaran pasal
5
yang dievaluasi sangat merugikan Jambi. Setelah kerjasama selalu ditolak sang Sultan
Taha. Bangsa Belanda menaklukkan istana Sultan Taha menggunakan pertempuran sengit
yang menyebabkan kurang lebih 50 pejuang Jambi tewas, keraton Jambi dikuasai, tetapi
Sultan Taha meloloskan diri.
Pada tahun tanggal 23 April 1904, Belanda melakukan penangkapan terhadap
Sultan Taha yang dipimpin oleh Letnam G Badings. Pasukan Belanda mengetahui markas
persembunyian Sultan Taha pada tanggal 26 April 1904, terjadilah pertempuran di sana
dan berakhir dengan tertembaknya Sultan Taha hingga tewas. Setelah pertempuran
berakhir Belanda membawa jasad Sultan Taha ke Muara Tembesi pada tanggal 27 April
1904. Berita kematian Sultan Taha menyebabkan kekalahan pada perjuangan masyarakat
Jambi dalam melawan Belanda (Yulita, 2019:21).
Dengan gugurnya Sultan Thaha Saifuddin dalam melawan Belanda pada, maka
Belanda mulai menguasai daerah-daerah kesultanan Jambi dan menjadikan Jambi
ditetapkan sebagai salah satu wilayah Keresidenan Belanda di Pulau Sumatera dan resmi
menjadi salah satu daerah Nederlandsh Indie Koloni Belanda di Indonesia dengan
diangkatnya O.L Helfrich sebagai Residen pertama di Keresidenan Jambi oleh keputusan
Gubernur Jenderal Belanda Nomor. 20 pada tanggal 4 Mei 1906. Kemudian pada tanggal 2
juli 1906 pelantikan dilaksanakan (Putri, 2021:15).
6
wilayah Jambi yang terlihat pada kebijakan yang diberlakukan di Keresidenan Jambi
seperti memberi kedudukan demang pada orang luar Jambi, menaikkan harga beras pada
tahun 1911, menurunkan upah petani penyadap karet dan diterapkannya sistem kerja
paksa.
Hal ini menumbuhkan lagi rasa tidak suka tersebut semakin lama semakin tertanam
dalam hati masyarakat setempat dan lambat laut memunculkan suatu tindakan berupa
reaksi terhadap dampak negative yang dimunculkan oleh bangsa Barat sendiri di wilayah
Jambi seperti kesengsaraan dan kemiskinan. Akibat kebijakan pemerintahan Belanda
tersebut timbulah reaksi perlawanan yang tiada hentinya oleh masyarakat Jambi dalam
menentang kolonial Belanda.
Perjuangan yang dilakukan masyarakat Jambi terhadap kolonial Belanda telah
dilakukan beberapa kali seperti perlawanan yang dipimpin oleh Sultan Thaha Syaifuddin,
Raden Mattaher, Raden Pamuk, Depati Parbo di Kerinci, Pangeran Haji Puspowijoyo dan
dibantu adiknya yakni pangeran Seman di Bungo. Munculnya perlawanan yang dilakukan
oleh Abdul Wahid merupakan suatu upaya dalam mengusir Belanda dari tanah Jambi.
Perlawanan yang dilakukan oleh abdul Wahid tidak dapat terlepas dari bantuan serta
dukungan masyarakat sekitar khususnya di wilayah muaro Tembesi dan kota Jambi untuk
mengusir penjajahan di Jambi.
Pada tanggal 26 Agustus 1916 dimulainya perang yang dipimpin oleh Abdul Wahid
melawan Belanda di Muaro Tembesi, peristiwa ini akhirnya diketahui oleh pemimpin
partai Sarekat Islam wilayah Jambi yakni Haji Agus. Perjuangan ini didukung juga oleh
anggota Sarekat Abangan. (Elsbeth Locher Scholten, 2008:311).
Kebangkitan semangat warga Jambi dalam melawan Belanda dikarenakan adanya
provokasi oleh Abdul Wahid yang berhasil membangkitkan semangat warga Jambi buat
menghancurkan kedudukan Belanda dan menyerang fasilitas pemerintahan Belanda seperti
benteng dan kantor pemerintahan Belanda serta gudang penyimpanan Belanda.
Perjuangan masyarakat Jambi berawal di Muaro Tembesi (26 agustus 1916),
sampai ke Sarolangun (31 agustus 1916), lalu ke Muaro Tebo (2 september 1916) dan di
Bangko pada tanggal 11 September 1916, serta berakhir pada tanggal 15 September 1916
di Muaro Bungo (A.Mukti Nasrudin, 2013:231-234).
Peperangan terjadi hampir pada seluruh wilayah dari Ibu Kota Afdeelling, kecuali
Kota Jambi, Muara Bungo, dan Kerinci. Di Muara Bungo perjuangan masyarakat belum
7
sempat berkembang dikarenakan 3 orang pemimpin tertangkap dan dijatuhi sanksi serta
dibunuh saat itu juga, sedangkan wilayah Sarolangun, Bangko, dan Rawas serta Muara
Tebo terjadi agresi terhadap pos-pos Belanda yaitu tempat Benteng Belanda Muara Tebo
dibakar, perang agresi di Sarolangun menyebabkan terbunuhnya kontrolir J. Walter dan
seseorang pribumi pegawai pemerintah. Nasib dari bangsa Eropa di Sarolangun sangat
mencemaskan. Bangsa Eropa di Muara Tebo melarikan diri ke wilayah lain.
Kerusuhan yang dilakukan oleh Abdul Wahid juga membangkitkan semangat
anggota Sarekat Islam di Muaro Tebo, sehingga pada tanggal 1 dan 2 pecahlah perang
antara pasukan Sarekat Islam terhadap pemerintah kolonial Belanda dengan menyerang
kantor pos dan rumah kontrolir. pasar Muara Tebo terbakar habis dalam peperanagan ini.
Peperangan ini juga menyebar ke wilayah Bangko yang dipimpin oleh Manna bin Andun
pada tanggal 11 September 1916, dengan membakar pasar, tangsi tentara Belanda, rumah
kontrolir dan beberapa rumah lain, benteng dan wilayah pengungsian. Perjuangan
masyarakat Jambi berlanjut hingga ke wilayah Muaro Bungo (tanggal 15 September 1916).
(Zainuddin, Dkk, 1985:63)
Pada tanggal 15 Sebtember 1916 Abdul Wahid mengalami kekalahan dan
melarikan diri dari pihak Belanda. Pada tahun 1918 pihak Belanda berhasil menemukan
tempat persembunyiannya, Abdul Wahid pun ditangkap dan dieksekusi ditiang gantungan.
Perang di Jambi ini baru berakhir sekitar Oktober 1916 dengan diasingkannya para
pemimpin pemberontak ke Jawa (A.Mukti Nasrudin, 2013:235-236).
Peperangan Raja Batu ini menewaskan banyak korban. Selain banyaknya korban
tewas dari masyarakat Jambi, dari pihak Belanda sendiri juga mengalami kerugian yang
sangat besar, sehingga menyebabkan Belanda semakin bertindak arogan kepada rakyat
Jambi. Selain itu Belanda juga bertindak secara kekerasan terhadap rakyat Jambi dan
semakin tidak manusiawi. Pihak Belanda juga mulai mengambil tindakan pengamanan dan
ketertiban, dimana semua para pelaku yang terlibat dalam pemberontakan ditangkap tanpa
adanya perlawanan. Maka setelah peperangan ini upaya Belanda untuk menguasai wilayah
Jambi semakin giat (Lindayanti, 2013:208)
Meskipun Abdul Wahid hanyalah memimpin masyarakat pada perang melawan
Belanda di Muaro Tembesi saja, hal ini tidaklah bisa dipungkiri bahwasanya Abdul Wahid
pula mempunyai kiprah yang luar biasa sebagai seorang komunikator yang memerintahkan
untuk memulai perlawanan melawan Belanda dengan seruan jihat fisabilillah. Dia juga
8
yang menggerakkan semangat jiwa nasionalisme dalam mengusir Belanda dari masyarakat
dan pejuang disetiap daerah, meskipun memperoleh kekalahan dari setiap perjuangan
tersebut. setidaknya dari pihak Belanda juga mengalami kerugian yang dampak besar dari
insiden peperangan tersebut.
Perjuangan Abdul Wahid Melawan Kolonial Belanda di Jambi (1916) Sebagai Bahan
Ajar Pada Pembelajaran Sejarah
Implementasi kurikulum pada aktivitas pembelajaran sangat ditentukan sang
dukungan asal belajar, wahana dan prasarana yang memadai terutama syarat ruang
pembelajaran, perpustakaan, laboratorium dan indera bantu pembelajaran. Sumber belajar
(learning resources) yang mendukung aplikasi keberhasilan proses pembelajaran
merupakan orang, seluruh data, dan wujud eksklusif yang bisa dipakai oleh siswa ketika
belajar, baik secara secara terkombinasi maupun terpisah yang mempermudah siswa untuk
mencapai tujuan belajar atau mencapai kompetensi indicator pembelajaran.
Salah satu sumber belajar yang mempunyai peranan krusial pada aspek
pembelajaran pada sekolah merupakan eksistensi materi ajar pembelajaran. Di samping
berfungsi mendukung pengajar pada proses pembelajaran, materi ajar pembelajaran jua
adalah galat satu asal pengetahuan bagi murid. materi ajar berperan buat membantu
pengajar pada mengungkapkan suatu materi juga murid buat menilik suatu materi.
Bahan ajar berupa sumber belajar dalam bentuk teks tertulis berisi informasi dan
ilmu pengetahuan. Bahan ajar merupakan output dari kurikulum. Dalam menciptakan
materi ajar wajib diubahsuaikan menggunakan ciri berdasarkan tujuannya. baik pada
sistem pembelajaran jarak jauh maupun belajar tatap muka di kelas. Bahan ajar disusun
dari tujuan intruksional yang ingin dicapai, dari kebutuhan guru dan peserta didik, dan dari
Rancangan Kegiatan Balajar Mengajar (RKBM), serta relevansinya. Bahan ajar berbasis
sejarah lokal yakni informasi atau pengetahuan yang berintegrasi terhadap materi
pembelajaran sejarah dalam lingkup lokal seperti desa atau kota dan sebuah insiden yang
hanya terbatas dalam kecamatan, kabupaten atau provinsi tertentu.
Perjuangan Abdul Wahid melawan Kolonialisme di Jambi pada perang Raja Batu
tahun 1916 merupakan salah satu bahan ajar yang bisa diamplikasikan ke dalam materi ajar
berdasarkan Kurikulum Darurat (Kurikulum 2013 yang disederhanakan pada kondisi
khusus) pada masa pandemik covid-19 ini pada mata pelajaran Sejarah dengan KD yang
9
mengkaji Kolonialisme dan Imperialisme di Indonesia. Berdasarkan SK Balitbang No
018/H/KR/2020 tentang KI/KD Kurikulum Kondisi Khusus tanggal 5 agustus 2020,
kurikulum menetapkan 4 kompetensi yakni: 1) Spiritual (menerima dan menjalankan
ajaran agama yang dianut); 2) Sikap social (menunjukkan perilaku jujur, disiplin,
tanggungjawab, santun, peduli dan percaya diri dalam berinteraksi ke pada keluarga dan
teman serta guru); 3) Pengetahuan, dan; 4) Keterampilan.
Capaian dari kompetensi Pengatahuan dan Keterampilan dari bahan ajar yang
berkaitan dengan perjuangan Abdul Wahid melawan Kolonialisme di Jambi pada perang
Raja Batu tahun 1916 yakni terdapat pada materi Sejarah Indonesia kelas XI dengan
Kompetensi Inti 3 (Pengetahuan) yaitu: 3. Memahami, menerapkan dan menganalisis
pengetahuan factual, konseptual, procedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin
tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan
wawasan kemanusiaan, kebangsaaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab
fonomena dan kejadian, serta penerapan pengetahuan procedural pada bidang kajian yang
spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah. Sedangkan untuk
Kompetensi Inti 4 (Keterampilan) yaitu: 4. Mengolah, menalar dan mengaji dalam ranah
konkret dan ranah abstrak dengan pengembangan dari yang dipelajari di sekolah secara
mandiri, bertindak secara efektif dan kreaktif, serta mampu menggunakan metode sesuai
kaidah keilmuan. Berdasarkan kajian bahan ajar yang dikembangkan di atas maka
Kompetensi Dasar (KD) yang relevan lebih jelasnya sebagai berikut:
Tabel 1: Kompetensi Dasar Kelas XI Sejarah Indonesia
Kompetensi Dasar Kompetensi Dasar Materi Pokok
3.1 Menganalisis 4.1 Menyajikan hasil Penjajahan Bangsa Eropa di
kedatangan dan penalaran kedatangan Indonesia
perkembangan dan perkembangan 1. Penjelajahan samudra
penjajahan bangsa penjajahan bangsa 2. Kedatangan bangsa barat ke
Eropa, serta Eropa, serta indonesia
dampaknya bagi dampaknya bagi 3. Kolonialisme dan imperialisme
bangsa Indonesia bangsa Indonesia barat
dalam bentuk lisan, Materi Tambahan
tulisan, dan/atau 1. Kedatangan bangsa barat ke
media lain Jambi
2. Perkembangan Kolonialisasi di
Jambi
Kesimpulan
Pada tahun 1615, Belanda pertama kali tiba di wilayah Jambi pada saat pemerintahan
Kesultanan Abdul Kahar, pada mulanya tujuan awal dari kedatangan Belanda ke wilayah
Jambi yakni untuk mencari rempah-rempah dan hasil dari hutan, namun dengan segala
kelicikan yang dilakukan oleh pihak kolonial Belanda mereka akhirnya berhasil menguasai
perdagangan di Jambi. Pada tahun 1904 Kesultanan Jambi jatuh ke tangan Belanda setelah
kekalahan Sultan Thaha, pada tahun berikutnya Belanda menjadikan Jambi sebagai salah
satu Kersidenan Hindia-Belanda di Sumatra dengan Residen pertama O.L. Helfrich (1906)
dan mulai menerapkan system imperialism dan kolonialisme antara lain menaikkan harga
beras pada tahun 1911, menurunkan upah petani penyadap karet dan diterapkannya sistem
kerja paksa. Hal ini menumbuhkan lagi rasa tidak suka terhadap belanda dan memunculkan
reaksi gerakan social untuk menentang kolonialisme yang dipimpin oleh Abdul Wahit pada
tahun 1916. Perjuangan dipimpin oleh Abdul Wahid melawan Belanda di Muaro Tembesi,
menjalar ke beberapa wilayah Jambi seperti Sarolangun, Muaro Tebo, Bangko dan
berakhir di Muaro Bungo.
Materi perjuangan Abdul Wahid dalam melawan kolonial Belanda di kota Jambi
tahun 1916 dapat digunakan sebagai bahan ajar pada mata pelajaran sejarah Indonesia,
karena materi ini erat kaitannya dengan lingkungan yang mereka tinggali sehingga dapat
11
12
menjadikan pembelajaran sejarah ini lebih bermakna dan berguna dalam membangkitkan
rasa cinta tanah air, patriotisme, rasa nasionalisme dan bela negara pada peserta didik
tersebut.
Daftar Pustaka
Abdul Majid (2010) Pendidikan Karakter dalam Perspektif Islam. Bandung: Remaja
Rosda Karya
Arsip Nasional Republik Indonesia (2014) Citra Jambi dalam Arsip. Jakarta: ANRI
Cheah Boon Kheng (1989) Kolonialisme di Malaysia dan Negara-Negara Lain. Selangor :
Petaling Jaya
Jang A Mutthalib (1938) Dalam Jurnal “Suatu Tinjauan Mengenai Beberapa Gerakan
Sosial Di Jambi Pada Abad Ke-20” yang mengutip E.S de Klerck, History Of
Netherlands East Indies, Vol. 2.
Lindayanti, dkk (2013) Jambi Dalam Sejarah 1500-1942, Jambi: Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata Provinsi Jambi.
Locher Scholten, Elsbeth (2008) Kesultanan Sumatra dan Negara Kolonial Hubungan
Jambi – Batavia (1830-1907) dan Bangkitnya Imperialisme Belanda, Jakarta:
Banana, KITLV-Jakarta.
Margono, Hartono dkk (1984) Sejarah Sosial Jambi. Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional
Masjkuri (1985) Sultan Thaha Syaifuddin. Jakarta: Depertemen Pendidikan dan Kebudayaa.
Ricklefs, M.C (2004) Sejarah Indonesia Modern 1600 - 2004, Jakarta: Serambi
13
Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Universitas Jambi
Vol. 2 No. 1 April (2022) Hal. 12-18
ISSN 2809-0098 (ONLINE)
Program Studi Pendidikan Ekonomi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Jambi
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pembelajaran daring dan gaya
mengajar dosen terhadap kepuasan belajar pada mahasiswa jurusan PIPS angkatan
2018 Universitas Jambi. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan
menggunakan pendekatan penelitian Ex Post Facto. Selanjutnya teknik analisis data
dilakukan melalui tahap reduksi data, tahap penyajian data, dan tahap penarikan
kesimpulan (verifikasi). Populasi dari penelitian ini sebanyak 197 mahasiswa
kemudian untuk menentukan sampel menggunakan metode simple random sampling
menjadi 132 mahasiswa dari Jurusan PIPS Angkatan 2018 Universitas Jambi.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti diperoleh kesimpulan
bahwa (1) terdapat pengaruh pembelajaran daring terhadap kepuasan belajar
mahasiswa; (2) terdapat pengaruh gaya mengajar dosen terhadap kepuasan belajar
mahasiswa; (3) terdapat pengaruh secara simultan, pembelajaran daring dan gaya
mengajar dosen terhadap kepuasan belajar. Hasil koefisien determinasi (R Square)
sebesar 0,389 yang berarti bahwa kepuasan belajar dipengaruhi oleh Pembelajaran
Daring dan Gaya Mengajar Dosen sebesar 38,9%.
A. PENDAHULUAN
Pemerintah mulai mengumumkan adanya virus covid-19 di Indonesia
pada akhir Februari 2020. Atas dorongan WHO untuk menetapkan status
darurat nasional Covid-19, Pemerintah menetapkan status masa Darurat
Bencana Nasional covid-19 pada 14 Maret 2020. Menyikapi hal tersebut, untuk
mempercepat penanganan virus covid-19, pemerintah mengeluarkan Peraturan
Menteri Kesehatan (Permenkes) No. 9 Tahun 2020 tentang pemberlakuan
Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang sangat berpengaruh terhadap
berbagai sektor kehidupan di masyarakat. Kebijakan pemerintah menghadapi
pandemi covid-19 berdampak pada semua aspek kehidupan termasuk dunia
pendidikan. Lembaga Kementerian Pendidikan di Indonesia harus
mengeluarkan peraturan untuk tidak melaksanakan proses belajar mengajar di
sekolah secara tatap muka, dan digantikan dengan kegiatan belajar secara
daring
Pembelajaran daring bertujuan untuk mempermudah mahasiswa dalam
memperoleh akses pembelajaran yang lebih baik. Pembelajaran ini
membutuhkan koneksi jaringan atau wifi yang disambungkan dengan media
smartphone, laptop, atau komputer. Pembelajaran jarak jauh yang telah
dilakukan dalam jaringan/internet, memudahkan dosen dan mahasiswa
melakukan pembelajaran dari rumah untuk mencegah terjadinya penyebaran
covid-19. Namun terdapat masalah yang dihadapi perguruan tinggi saat ini
dalam menerapkan sistem pembelajaran daring tersebut. Perguruan tinggi
pesimis dengan kualitas atau mutu pembelajaran dan pelayanan pendidikan
yang dapat diberikan, sehingga dibutuhkan suatu wadah yang menempatkan
dosen, mahasiswa, dan staff akademik untuk saling berintegrasi dalam
memberikan pelayanan pendidikan (Fitri, 2021:164).
Dalam proses pembelajaran daring faktor pendidik memegang peranan
penting. Seorang pendidik dalam ruang lingkup perguruan tinggi adalah dosen.
Dosen yang diberi tanggung jawab untuk membimbing mahasiswa tentu harus
memiliki kemampuan dan keterampilan khusus. Pada proses pembelajaran,
tentu setiap dosen memiliki cara mengajar yang berbeda-beda, seperti cara
penyampaian materi, interaksi terhadap peserta didik, maupun penggunaan
media yang dipilih sebagai penunjang pembelajaran. Menurut Manen dan
15
Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Universitas Jambi
Vol. 2 No. 1 April (2022) Hal. 12-18
ISSN 2809-0098 (ONLINE)
16
Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Universitas Jambi
Vol. 2 No. 1 April (2022) Hal. 12-18
ISSN 2809-0098 (ONLINE)
METODE PENELITIAN
Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian kuantitatif. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode ex-post facto. Menurut Arikunto
(2013:17) penelitian ex post facto adalah penelitian tentang variabel yang
kejadiannya sudah terjadi sebelum penelitian dilaksanakan. Penelitian ini
dilakukan untuk mengetahui pengaruh pembelajaran daring dan kinerja dosen
terhadap kepuasan belajar pada mahasiswa jurusan PIPS angkatan 2018
Unversitas Jambi. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah Angket.
Angket penelitian yang digunakan pada penelitian ini bersifat online yaitu dengan
menggunakan Google Form yang akan diberikan kepada mahasiswa sebagai
responden untuk memperoleh data Pembelajarn Daring, Gaya Mengajar Dosen,
dan Kepuasan Belajar Mahasiswa.
17
Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Universitas Jambi
Vol. 2 No. 1 April (2022) Hal. 12-18
ISSN 2809-0098 (ONLINE)
Kesimpulan
3. Pembelajaran daring (X1) dan Gaya Mengajar Dosen (X2) secara simultan
berpengaruh signifikan terhadap Kepuasan Belajar (Y) Mahasiswa Jurusan
PIPS Angkatan 2018 Universitas Jambi. Dengan nilai F hitung > Ftabel yaitu
40,989 > 3,07 dan nilai signifikansi sebesar 0,000 < 0,05. maka dapat
disimpulkan bahwa H0 ditolak dan Ha diterima, berarti terdapat pengaruh
positif dan signifikan dari variabel Pembelajaran daring (X1) dan Gaya
Mengajar Dosen (X2), secara bersama-sama terhadap Kepuasan Belajar (Y)
Mahasiswa Jurusan PIPS Angkatan 2018 Universitas Jambi.
Saran
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2013. Prosedur Penelitian (suatu pendekatan praktik).
Jakarta: PT. Rineka Cipta.
19
Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Universitas Jambi
Vol. 2 No. 1 April (2022) Hal. 12-18
ISSN 2809-0098 (ONLINE)
Fitri, Euis Nessia. 2021. Keterampilan Mengajar Dosen secara Daring Terhadap
Kepuasan Belajar Mahasiswa pada Mata Kuliah Pengantar Akuntansi.
Jurnal Riset Teknologi dan Inovasi Pendidikan (JARTIKA). Vol. 4 No. 1
Hal. 163-172.
20
Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Universitas Jambi
Vol. 2 No. 1 April (2022) Hal. 19-31
ISSN 2809-0098 (ONLINE)
Abstrak
Artikel ini bertujuan untuk mengetahui kebutuhan mahasiswa prodi Ilmu Sejarah
terhadap pembelajaran mata kuliah kewirausahaan berbasis historiopreneur serta
untuk mengembangkan model pembelajaran matakuliah kewirausahaan berbasis
historiopreneur untuk mahasiswa prodi Ilmu Sejarah. Metode penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode Research and Development (R &
D). Metode R & D digunakan untuk menyempurnakan kurikulum mata kuliah
sebelumnya yaitu mata kuliah kewirausahaan yang diperuntukkan untuk
mahasiswa prodi Ilmu Sejarah Universitas Jambi menjadi mata kuliah
kewirausahaan berbasis historiopreneur. Model pengembangan yang dipilih untuk
penelitian ini adalah modifikasi model penelitian pengembangan Borg and Gall
(2003) oleh Cunnigham. Tahapan modifikasi oleh Cunnigham yang peneliti
gunakan terdiri dari: (1), studi pendahuluan, (2) perencanaan, (3) pengembangan
produk, (4) validasi produk, (5) uji coba produk dan (6) produk akhir. Hasil
penelitian ini adalah 1) Pembelajaran kewirausahaan yang diajarkan pada
mahasiswa Ilmu sejarah belum diintegrasikan dengan ilmu sejarah., 2) Mata
kuliah kewirausahaan berbasis historiopreneur layak untuk diterapkan pada prodi
ilmu sejarah.
research was the Research and Development (R & D) method. The R & D method
was used to improve the curriculum of the previous course, namely the
entrepreneurship course which was intended for students of the History Study
Program at the University of Jambi to become a historiopreneur-based
entrepreneurship course. The development model chosen for this research was a
modification of the development research model of Borg and Gall (2003) by
Cunnigham. The stages of modification by Cunnigham that the researcher used
consisted of: (1) preliminary study, (2) planning, (3) product development, (4)
product validation, (5) product trial, and (6) final product. The results of this
study are 1) Entrepreneurship learning taught to students of history has not been
integrated with history, 2) Historiopreneur-based entrepreneurship courses are
feasible to be applied to the history science study program.
Pendahuluan
dunia bisnis dan industri, ini dan proses pendidikan di Universitas sebagai tempat
pelatihan lebih berpeluang untuk mencapai tujuan yang dirumuskan. Selanjutnya
mendesain kurikulum yang membekali kemampuan dasar yang diperluas (broas-
based curriculum), menambah komponen kurikulum adaptif yang diharapkan
dapat meningkatkan fleksibilitas lulusan, atau bahkan di beberapa negara ada tren
kearah kurikulum yang terintegrasi dan mengarah kepada penyatuan kembali jalur
akademik dan vocasional. (Rencana Strategis Universitas Jambi 2020-2024, 2020:3)
dalam kehidupan nyata kurang didukung oleh materi matakuliah yang lainnya
seperti mata kuliah Kewirausahaan.
Historiopreneur
Mata kuliah kewirausahaan merupakan salah satu mata kuliah yang mampu
membekali mahasiswa semangat dan jiwa wirausaha. Adanya mata kuliah
kewirausahaan di perguruan tinggi diharapkan mampu menjadi wadah bagi
mahasiswa untuk mengembangkan semangat dan jiwa kewirausahaan yang
nantinya dapat bermanfaat bagi mahasiswa dalam kehidupan sehari-hari.
Sementara itu mata kuliah kewirausahaan berbasis historiopreneur disiapkan agar
Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Universitas Jambi
Vol. 2 No. 1 April (2022) Hal. 19-31
ISSN 2809-0098 (ONLINE)
Metode Penelitian
tahapan penelitian R & D menjadi 6 tahapan. Peneliti memilih model ini karena
peneliti tidak melakukan uji lapangan skala besar dan diseminasi.
Analisis Kebutuhan
Produk yang dikembangkan adalah RPS dan bahan ajar mata kuliah
pembelajaran kewirausahaan berbasis historiopreneur. Pertama Pengembangan
Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Universitas Jambi
Vol. 2 No. 1 April (2022) Hal. 19-31
ISSN 2809-0098 (ONLINE)
RPS dilakukan berdasarkan hasil analisis terhadap RPS yang telah ada. terdapat
beberapa poin yang dilakukan perubahan pada RPS yang telah ada, yaitu:
1. Pada pertemuan minggu kedua dan ketiga yaitu profil wirausaha sukses a)
Wirausaha mahasiswa, b) Wirausaha berbasis agroindustri, dan c)
Wirausaha berbasis lingkungan diganti dengan “profil wirausaha sukses
yang berbasis historiopreneur”
2. Pada pertemuan kelima materi ide bisnis direvisi menjadi Ide bisnis
historiopreneur sehingga materi ajarnya lebih kongkrit dan relevan dengan
mahasiswa ilmu sejarah.
3. Pada pertemuan ke 9, 10 dan 11, materi “praktek membuat prototype
produk berbasis agroindustri dan lingkungan (aspek
teknis/operasional/produksi) “ direvisi menjadi “Praktek membuat
prototype produk berbasis historiopreneur (aspek
teknis/operasional/produksi)”
Memberikan arahan produk yang relevan di era digitalisasi yang begitu masif,
potensi kearifan dan peninggalan sejarah yang bisa dikemas sebagai produk
historiopreneur.
Selanjutnya uji coba produk juga dilakukan melalui metode daring. Uji
coba dengan metode kuliah daring ini dilakukan pada tanggal 7 Desember 2021.
Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Universitas Jambi
Vol. 2 No. 1 April (2022) Hal. 19-31
ISSN 2809-0098 (ONLINE)
Berdasarkan hasil uji coba produk yang telah dilakukan RPS dan materi
ajar mata kuliah kewirausahaan berbasis historiopreneur layak untuk diterapkan.
Hal ini didasari atas kebutuhan mahasiswa terhadap materi pembelajaran yang
dirancang agar lulusan prodi ilmu sejarah nantinya sukses dalam menjalani
kehidupannya. Selanjutnya minat mahasiswa terhadap materi yang disampaikan
juga sangat baik karena melihat antusias dan semangat mahasiswa dalam
mengikuti perkuliahan yang diberikan. Minat mahasiswa ini semakin terlihat
ketika didatangkan dosen tamu yang berasal dari praktisi historiopreneur.
Kemudian keberhasilan model pembelajaran yang dikembangkan juga terlihat dari
hasil Praktek pembuatan produk proposal usaha berbasis historiopreneur yang
kerjakan dengan serius tiap kelompok yang sudah dibentuk.
Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
Aditi, Bunga. (2018). Buku Ajar Enterpreneurship & Startup Entrepreneur yang
Unggul. Sematera Utara: Perdana Medika.
Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Universitas Jambi
Vol. 2 No. 1 April (2022) Hal. 19-31
ISSN 2809-0098 (ONLINE)
Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah mengetahui besaran pengaruh pengalaman usaha terhadap
pendapatan pedagang diluar lingkungan kampus universitas jambi, modal usaha terhadap
pendapatan pedagang diluar lingkungan kampus universitas jambi, disverifikasi produk terhadapat
pendapatan pedagang diluar lingkungan kampus universitas jambi dan besaran pengaruh
pengalaman usaha, modal usaha dan disverifikasi produk terhadap pendapatan pedagang diluar
lingkunga kampus universitas jambi. Metode dalam penelitian ini adalah metode penelitian
kuantitatif yang bersifat deskriptif asosiatif bertujuan untuk menemukan ada tidaknya pengaruh
pengalaman usaha, modal usaha dan disverifikasi produk terhadap pendapatan pedagang diluar
lingkunga kampus universitas jambi. Adapun jumlah populasi berjumlah 49 pedagang dan sampel
pada penelitian ini sebanyak 49 pedagang. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis regresi
berganda. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan hasil Terdapat pengaruh antara pengalaman
usaha (X1) terhadap pendapatan (Y), terdapat pengaruh antara modal usaha (X2) terhadap
pendapatan (Y), terdapat pengaruh antara diverifikasi produk (X3) terhadap pendapatan (Y)
pedagang di luar lingkungan kampus Universitas Jambi dan terdapat pengaruh bersama antara
pengalaman usaha (X1), modal usaha (X2) dan diverifikasi produk (X3) terhadap minat belajar (Y)
pedagang di luar lingkungan kampus Universitas Jambi.
Abstract: The purpose of this study was to determine the magnitude of the effect of business
experience on the income of traders outside the Jambi University campus environment, business
capital on the income of traders outside the Jambi University campus environment, product
diversification on the income of traders outside the Jambi University campus environment and the
magnitude of the influence of business experience, venture capital and product diversification. on
the income of traders outside the Jambi University campus. The method in this study is a
quantitative descriptive associative research method aimed at finding out whether there is an
influence of business experience, business capital and product diversification on the income of
traders outside the Jambi University campus environment. The total population is 49 traders and
the sample in this study is 49 traders. The analysis technique used is multiple regression analysis.
Based on the results of the study, the results showed that there was an influence between business
32
Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Universitas Jambi
Vol. 2 No. 1 April (2022) Hal. 32-39
ISSN 2809-0098 (ONLINE)
experience (X1) on income (Y), there was an influence between venture capital (X2) on income (Y),
there was an influence between verified products (X3) on the income (Y) of traders outside the
environment. Jambi University campus and there is a mutual influence between business
experience (X1), venture capital (X2) and verified products (X3) on the learning interest (Y) of
traders outside the Jambi University campus.
Pendahuluan
Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang memiliki tingkat
pengangguran yang cukup tinggi. Khususnya tingkat pengangguran di Provinsi Jambi yang
diperkuat berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) dalam satu tahun terakhir secara
absolut mencatat jumlah pengangguran di Provinsi Jambi naik sebesar 5,13 persen menjadi
9,35 persen. Dengan tingkat Pengangguran yang semakin lama semakin tinggi tersebut
merupakan sebuah fenomena yang harus diperhatikan. Fenomena pengangguran yang
terjadi disebabkan oleh banyaknya penduduk namun lapangan pekerjaan yang tersedia
sempit, dan juga banyaknya karayawan yang terkena PHK (pemutusan hubungan kerja)
juga sebagai penyumbang jumlah Pengangguran yang ada. Saat ini banyak Pengangguran
terjadi pun bisa disebabkan oleh banyaknya penduduk yang kurang memiliki keterampilan
atau softskill dalam dunia kerja.
Menurut Anoraga (2011 : 56) Usaha kecil di Indonesia memang terbukti
peranannya didalam perekonomian nasional, terutama dalam aspek-aspek seperti
peningkatan kesempatan kerja, pemerataan pendapatan, pembangunan ekonomi pedesaan
dan peningkatan ekspor non-migas. Namun demikian, perkembangan hingga saat ini
berjalan sangat lamban. Salah satu penyebab kurang berhasilnya program pengembangan
atau pembinaan usaha kecil di Indonesia dalam memperbaiki kondisi atau kinerja
kelompok, dari posisi yang lemah dan tradisional ke posisi yang kuat dan modern adalah
tekanan orientasi program kebijakan pemerintah lebih terletak pada “aspek sosial” dari
pada “aspek ekonomi atau bisnis”. Selama ini usaha pengembang kegiatan ekonomi skala
kecil umumnya padat karya dan dilakukan oleh kelompok masyarakat miskin
berpendidikan rendah ditujukan untuk meningkatkan pendapatan mereka atau mengurangi
jumlah pengangguran dan kesenjangan.
Pendapatan merupakan faktor terpenting bagi seseorang pengusaha untuk menjaga
keberlangsungan bisnisnya. Pendapatan adalah jumlah penghasilan yang diperoleh dari
hasil pekerjaan dan biasanya pendapatan seseorang dihitung setiap tahun atau setiap bulan.
Suatu pertambahan asset yang mengakibatkan bertambahnya owners equity, tetapi bukan
karena pertambahan modal baru dari pemiliknya dan bukan pula merupakan pertambahan
33
Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Universitas Jambi
Vol. 2 No. 1 April (2022) Hal. 32-39
ISSN 2809-0098 (ONLINE)
Hal ini menjadi permasalahan besar bagi pedagang yang ada di luar lingkungan
kampus UNJA, karena keberadaan mahasiswa sangat berpengaruh bagi pendapatan
mereka, mahasiswa merupakan pembeli utama mereka. Pada saat ini pembelajaran
dilakukan rumah masing-masing sehingga tidak adanya aktivitas perkuliahan di kampus
UNJA, membuat keberadaan mahasiswa jarang ditemui di kampus, hal ini membuat
pendapatan para pedagang menjadi menurun karena jarang ada pembeli. Agar pedagang
tetap memperoleh pendapatan dari hasil usahanya, maka pedagang juga harus mengasah
Pengalaman usaha yang mereka miliki agar keberadaan para pedagang dapat tetap bertahan
ditengah keadaan saat ini, meskipun banyak juga pedagang yang mengalami penurunan
pendapatan.
Pengaruh pengalaman usaha terhadap tingkat pendapatan pedagang telah
dibuktikan dalam penelitian sebelumnya pengalaman seorang pelaku bisnis menekuni
bidang usahanya akan mempengaruhi kemampuan atau pengalaman profesionalnya.
Semakin lama menekui bidang usaha perdagangan akan makin meningkatkan pengetahuan
tentang selera ataupun perilaku konsumen. Pengalaman pedagang makin bertambah dan
semakin banyak pula relasi bisnis maupun pelanggan yang berhasil dijaring.
Modal usaha merupakan salah satu faktor yang sangat penting yang dapat
menentukan tingkat produksi dan juga pendapatan. Menurut Agustina (2015:57), modal
usaha adalah sebagai dana yang dipergunakan untuk menjalankan usaha agar dapat usaha
dapat tetap berlangsung. Dalam berwirausaha, modal dapat diartikan sebagai segi yaitu
modal untuk pertama kali membuka usaha, modal untuk melakukan perluasan usaha, dan
modal untuk menjalankan usaha sehari-hari. Modal juga merupakan segala bentuk
kekayaan yang bisa digunakan baik langsung maupun tidak langsung dalam melakukan
proses produksi agar dapat menambah output. Diverifikasi produk merupakan
penganekaragan sebuah produk. Diverifikasi produk sangat diperlukan untuk dapat
meningkatkan daya saing antar pedagang dikantin tersebut. Dengan diverifikasi produk ini
pedagang tidak akan bergantung pada satu produk saja melainkan banyak produk dengan
adanya diverifikasi produk.
Berdasarkan latar belakang tersebut maka peneliti ingin mengetahui apakah
pengalaman usaha, modal usaha, dan diverfikasi produk berpengaruh kepada pendapatan
pedagang diluar lingkungan kampus universitas jambi atau tidak berpengaruh.
Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat deskriptif asosiatif, metode ini
34
Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Universitas Jambi
Vol. 2 No. 1 April (2022) Hal. 32-39
ISSN 2809-0098 (ONLINE)
digunakan karena dalam penelitian ini bertujuan untuk menemukan ada tidaknya pengaruh
masa usaha, modal usaha, dan diverifikasi produk terhadap pendapatan pedagang.
Pendekatan yang digunakan dalam analisis data penelitian ini menggunakan pendekatan
data kuantitatif. Penelitian ini dilaksanakan di Universitas Jambi dengan subjek pedagang
makanan diluar lingkungan kampus Universitas Jambi. jumlah sampel yang diambil
sebanyak 49 pedagang di daerah mendalo.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan angket langsung dan
tertutup. Skala dalam penelitian ini menggunakan skala Likert, dengan skala tersebut maka
variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator. Sebelum diisi oleh responden
kuesioner/angket terlebih dahulu diuji tingkat validitas dan reliabelitasnya. Teknik analisis
data yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji asumsi klasik, uji regresi linear
berganda, uji t, dan uji f.
Pengalaman usaha merupakan ukuran tentang lama waktu atau masa kerja yang telah
ditempuh seseorang dapat memahami tugas-tugas suatu pekerjaan dan telah melaksanakan
dengan baik. Seseorang yang masa kerjanya lebih tinggi akan memiliki strategi yang lebih
matang dan tepat dalam mengelola usahanya, serta mampu mengambil keputusan dalam
setiap kondisi dan keadaan, selain itu pedagang dengan pengalaman dan masa usaha yang
lebih banyak secara tidak langsung akan mendapatkan jaringan atau koneksi yang lebih
luar yang berguna dalam perolehan laba (Setiaji, 2018: 76).
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh koefisien regresi sebesar 0,382 dan nilai t
untuk variabel pengalaman usaha (X1) 3,573 dengan nilai sig 0,001 nilai sig lebih kecil dari
nilai probabilitas 0,05 atau 0,001 < 0,05 maka Ho 1 ditolak dan Ha1 diterima. Variabel X1
mempunyai thitung = 3,573 dengan t tabel = 2,011 jadi thitung > t tabel dapat disimpulkan bahwa
terdapat pengaruh signifikan pengalaman usaha terhadap pendapatan.
Pengaruh Modal Usaha Terhadap Pendapatan Pedagang Diluar Lingkungan
Kampus Universitas Jambi
35
Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Universitas Jambi
Vol. 2 No. 1 April (2022) Hal. 32-39
ISSN 2809-0098 (ONLINE)
Menurut Ayodya (2010:9) menjelaskan bahwa modal usaha tidak bisa dipungkiri
memang sangat dibutuhkan untuk memulai suatu usaha. Kebutuhan modal usaha
ditentukan jumlahnya oleh besar kecilnya skala usaha. Jika ingin membuka usaha dengan
skala mikro tentunya kebutuhan modalnya relatif kecil. Sementara itu, jika ingin
membangun usaha berskala menengah ke atas tentunya nilai modalnya bergantung pada
besarnya usaha yang diinginkan.
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh koefisien regresi sebesar 0,522 dan nilai t
untuk variabel modal usaha (X2) 3,630 dengan nilai sig 0,001 nilai sig lebih kecil dari nilai
probabilitas 0,05 atau 0,001 < 0,05 maka Ho1 ditolak dan Ha1 diterima. Variabel X2
mempunyai thitung = 3,630 dengan t tabel = 2,011 jadi thitung > t tabel dapat disimpulkan bahwa
terdapat pengaruh signifikan modal usaha terhadap pendapatan.
Pengaruh Disverifikasi Produk Terhadap Pendapatan Pedagang Diluar Lingkungan
Kampus Universitas Jambi
Diverifikasi ialah usaha memperluas barang yang akan dijual dan merupakan
sebuah strategi perusahaan untuk menaikakan penetrasi pasar. Sedangkan menurut
Warnadi (2019:132) diverifikasi produk adalah upaya yang dilakukan
pengusaha/produsen/perusahaan untuk mengusahakan atau memasarkan beberapa produk
yang sejenis dengan produk yang sudah dipasarkan sebelumnya. dalam penelitian ini
diverifikasi produk tidak berpengaruh secara parsial terhadap pendapatan pedagang.
koefisien regresi sebesar 0,198 dan nilai t untuk variabel diverifikasi produk (X 3)
1,828 dengan nilai sig 0,031 nilai sig lebih kecil dari nilai probabilitas 0,05 atau 0,031 <
0,05 maka Ho1 ditolak dan Ha1 diterima. Variabel X3 mempunyai thitung = 1,828 dengan t tabel
= 2,011 jadi thitung < t tabel dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh signifikan
diverifikasi produk terhadap pendapatan.
Pengaruh Pengalaman Usaha, Modal Usaha Dan Diverifikasi Produk Terhadap
Pendapatan Pedagang Diluar Lingkungan Kampus Universitas Jambi
Faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan seperti pengalaman usaha, modal
usaha dan diverifikasi produk. Modal usaha adalah syarat penting bagi penjualan, karena
36
Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Universitas Jambi
Vol. 2 No. 1 April (2022) Hal. 32-39
ISSN 2809-0098 (ONLINE)
dengan modal sedikit maka akan mendapatkan keuntungan tertentu, sedangkan dengan
modal yang besar maka akan mendapatkan keuntungan sebanyak-banyaknya. Modal yang
sedikit akan membatasi hasil produksi sehingga pendapatan yang dicapai sedikit.
Kekurangan modal tentunya menghambat pengembangan usaha. Selain modal usaha,
adanya masa usaha yang tinggi yang dimiliki oleh pedagang berguna untuk
mengembangkan dan mengatur strategi penjualan, pedagang akan memikirkan siasat
bagaimana jualannya akan laku dan pendapatannya meningkat. Selain pengalaman,
diverifikasi produk juga diperlukan dalam berjualan karena semakin beranekaragam
produk yang disajikan akan membuat konsumen memiliki alternatif pilihan dan membuat
konsumen tidak merasa bosan dengan dagangan yang di sajikan.
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,000. Dalam
penelitian ini menggunakan tingkat signifikansi dari 0,05 maka signifikansi sebesar 0,001
menunjukkan lebih kecil dari 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa Ho 4 ditolak dan Ha4
diterima. Ha4 diterima berarti terdapat pengaruh yang signifikan dari pengalaman usaha,
modal usaha, dan diverifikasi produk terhadap pendapatan.
Kemudian berdasarkan hasil analisis nilai adjusted R Square sebesar 0,321 atau
32,1% . Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan mode dalam memprediksi pengaruh
pengalaman usaha, modal usaha dan diverifikasi produk terhadap pendapatan pedagang di
luar lingkungan kampus Universitas Jambi.
Kesimpulan
Berdasarkan apa yang telah peneliti rumuskan dalam Rumusan Masalah dalam
penelitian serta Tujuan Penelitian yang telah ditetapka oleh peneliti, dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut:
2. Terdapat pengaruh modal usaha (X2) terhadap pendapatan (Y) pedagang di luar
lingkungan kampus Universitas Jambi, karena diperoleh koefisien regresi sebesar 0,421
dan nilai t untuk variable modal usaha (X2) 3,775 dengan nilai sig 0,000 nilai sig lebih
kecil dari nilai probabilitas 0,05 atau 0,000 < 0,05 maka Ho 2 ditolak dan Ha2 diterima.
Variabel X2 mempunyai thitung = 3,775 dengan t tabel = 2,011 jadi thitung > t tabel. Ha2 diterima
berarti terdapat pengaruh yang signifikan dari modal usaha terhadap pendapatan.
Daftar Pustaka
Aditama & Rofiudin. (2020). Pengantar Bisnis. Malang. AE Publising.
Afrida BR. (2003). Ekonomi Sumber Daya Manusia. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Agustina T S. (2015). Kewirausahaan Teori Dan Penerapan Pada Wirausaha Dan UKM
38
Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Universitas Jambi
Vol. 2 No. 1 April (2022) Hal. 32-39
ISSN 2809-0098 (ONLINE)
Akbar, P., dan Usman, H. (2009). Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta: Bumi Aksara
Fattah, Muhammad., dan Purwanti, Pudji. (2017). Manajemen Industri Perikanan. Malang:
UB Press.
Latief, Jamil. (2017). Kewirausahaan: Kiat Sukses Menjadi Wirausaha. Jakarta: Tim
Penerbit
Lubis, Tona Aurora. (2017). Kinerja UMKM Studi Empiris. Jambi: Salim Media Indonesia
Sukoco, Abu R.F., Endang., dan Zahroh. (2015). Pengelolaan Modal Kerja Usaha Mikro
Untuk Memperoleh Profitabilitas. Jurnal Administrasi. 22(1): 1-9
Sumarno S. (2013). Ekonomi Mikro: Teori dan Soal Latihan. Yogyakarta. Graha ilmu
39
Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Universitas Jambi
Vol. 2 No. 1 April (2022) Hal. 40-52
ISSN 2809-0098 (ONLINE)
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh efikasi diri dan
lingkungan keluarga secara parsial maupun simultan terhadap minat dalam melanjutkan
Studi S2 pada mahasiswa Pendidikan Ekonomi FKIP Universitas Jambi. Data penelitian
ini dianalisis menggunakan kuantitafif. Populasi penelitian ini adalah seluruh mahasiswa
Program Studi Pendidikan Ekonomi angkatan 2018 sebanyak 60 mahasiswa. Teknik
pengumpulan data berupa observasi awal, angket dan dokumentasi. Teknik analisis data
menggunakan analisis regresi linier berganda dengan bantuan SPPS 21.0 for windows.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel efikasi diri secara parsial berpengaruh
terhadap minat dalam melanjutkan Studi S2, hal ini dibuktikan dengan nilai t hitung > ttabel
atau 3,490 > 2,002. Variabel lingkungan keluarga secara parsial berpengaruh terhadap
minat dalam melanjutkan Studi S2, hal ini dibuktikan dengan nilai thitung > ttabel atau 2,830
> 2,002. Variabel efikasi diri dan lingkungan keluarga secara simultan berpengaruh
terhadap minat dalam melanjutkan Studi S2, dibuktikan dengan nilai F hitung > Ftabel atau
22,764 > 3,16. Hasil koefisien determinasi (R2) sebesar 44,4%. Berdasarkan hasil
penelitian, dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh positif dan signifikan antara
variabel efikasi diri dan lingkungan keluarga terhadap minat dalam melanjutkan Studi S2
pada mahasiswa Pendidikan Ekonomi FKIP Universitas Jambi.
Kata kunci: Efikasi diri, Lingkungan keluarga, Minat melanjutkan studi S2
Abstract : This study aims to determine the effect of self-efficacy and family environment
partially or simultaneously on interest in continuing master's studies in Economics
Education students, FKIP Jambi University. The data of this study were analyzed
quantitatively. The population of this study were all students of the 2018 Economics
Education Study Program as many as 60 students. Data collection techniques in the form
of initial observations, questionnaires and documentation. The data analysis technique
used multiple linear regression analysis with the help of SPPS 21.0 for windows. The
results showed that the self-efficacy variable partially affected the interest in continuing
the Master's Study, this was evidenced by the value of t count > ttable or 3,490 > 2,002. The
family environment variable partially affects the interest in continuing Master's studies,
this is evidenced by the value of t count > ttable or 2,830 > 2,002. Variables of self-efficacy
and family environment simultaneously affect interest in continuing Master's studies, as
evidenced by the value of F count > Ftable or 22.764 > 3.16. The result of the coefficient of
determination (R2) is 44.4%. Results Based on the research, it can be found that there is a
positive and significant effect between the variables of self-efficacy and family
environment on the interest in continuing Master's studies in Economics Education
students, FKIP Jambi University.
40
Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Universitas Jambi
Vol. 2 No. 1 April (2022) Hal. 40-52
ISSN 2809-0098 (ONLINE)
PENDAHULUAN
42
Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Universitas Jambi
Vol. 2 No. 1 April (2022) Hal. 40-52
ISSN 2809-0098 (ONLINE)
43
Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Universitas Jambi
Vol. 2 No. 1 April (2022) Hal. 40-52
ISSN 2809-0098 (ONLINE)
METODE PENELITIAN
44
Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Universitas Jambi
Vol. 2 No. 1 April (2022) Hal. 40-52
ISSN 2809-0098 (ONLINE)
45
Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Universitas Jambi
Vol. 2 No. 1 April (2022) Hal. 40-52
ISSN 2809-0098 (ONLINE)
ttabel yaitu sebesar 3,490 > 2,002. Begitu pun nilai signifikansi yang diperoleh
sebesar 0,001 lebih kecil dibandingkan 0,05 atau 0,001 < 0,05, Hal ini
menunjukkan bahwa Ha diterima dan H0 ditolak sehingga membuktikan bahwa
variabel efikasi diri (X1) secara parsial berpengaruh positif dan signifikan
terhadap minat dalam melanjutkan studi S2 (Y).
Tabel 4.1. Hasil Uji t Efikasi Diri (X 1) Terhadap Minat dalam Melanjutkan Studi S2
(Y)
Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Model Coefficients Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta
(Constant) -47,276 14,981 -3,156 ,003
Efikasi Diri (X1) ,628 ,180 ,416 3,490 ,001
1
Lingkungan ,779 ,275 ,337 2,830 ,006
Keluarga (X2)
a. Dependent Variable: Minat Melanjutkan Studi S2 (Y)
Menurut Bandura (2006:309) mengatakan bahwa efikasi diri adalah salah
satu komponen dari pengetahuan tentang diri atau self knowledge yang paling
berpengaruh dalam kehidupan sehari-hari dan menurut Greogory (2011:212) juga
mendefinisikan bahwa efikasi diri adalah sebagai keyakinan diri untuk
mengetahui kemampuannya sehingga dapat melakukan suatu bentuk kontrol
terhadap manfaat orang itu sendiri dan kejadian dalam lingkungan sekitarnya.
Efikasi diri atau self efficacy merupakan keyakinan atau kemampuan yang
dimiliki oleh seseorang terhadap sesuatu untuk mencapai hasil tertentu. Seseorang
yang memiliki efikasi diri yang tinggi mempunyai potensi untuk dapat mengubah
kejadian di lingkungannya, akan lebih mungkin untuk bertindak dan lebih
mungkin menjadi sukses daripada orang yang mempunyai efikasi diri yang
rendah.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh
Lailatul Fitria Hanim (2021) berjudul “Pengaruh Self Efficacy terhadap Minat
46
Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Universitas Jambi
Vol. 2 No. 1 April (2022) Hal. 40-52
ISSN 2809-0098 (ONLINE)
47
Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Universitas Jambi
Vol. 2 No. 1 April (2022) Hal. 40-52
ISSN 2809-0098 (ONLINE)
49
Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Universitas Jambi
Vol. 2 No. 1 April (2022) Hal. 40-52
ISSN 2809-0098 (ONLINE)
KESIMPULAN
1. Terdapat pengaruh antara variabel bebas (X 1) efikasi diri terhadap variabel
terikat (Y) minat dalam melanjutkan studi S2 pada mahasiswa Pendidikan
Ekonomi FKIP Universitas Jambi. Hal ini ditunjukkan melalui perhitungan
dari nilai thitung > ttabel (3,490 > 2,002). Artinya Ha diterima dan H 0 ditolak,
sehingga variabel efikasi diri berpengaruh positif (3,490) dan signifikan
(0,001) terhadap minat mahasiswa dalam melanjutkan studi S2.
50
Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Universitas Jambi
Vol. 2 No. 1 April (2022) Hal. 40-52
ISSN 2809-0098 (ONLINE)
DAFTAR PUSTAKA
Bandura, A. (2006). Article of guide for Contructing Efikasi Diri Scales.
Greenwich: Information Age Publishing.
51
Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Universitas Jambi
Vol. 2 No. 1 April (2022) Hal. 40-52
ISSN 2809-0098 (ONLINE)
Setiaji, K., & Rachmawati, D. (2017). Minat Melanjutkan Studi Perguruan Tinggi
Siswa SMKN Kota Semarang. Jurnal Pendidikan Ekonomi, 10(1), 52–67.
Sujana, I, Wayan Cong. (2019). Fungsi Dan Tujuan Pendidikan Indonesia. Jurnal
Pendidikan Dasar, 4(1), 29-39.
52
Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Universitas Jambi
Vol. 2 No. 1 April (2022) Hal. 53-60
ISSN 2809-0098 (ONLINE)
53
Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Universitas Jambi
Vol. 2 No. 1 April (2022) Hal. 53-60
ISSN 2809-0098 (ONLINE)
ini dibuktikan dengan nilai Fhitung lebih besar dari Ftabel atau 520,052 > 3,1 denga
nilai persamaan regresi linear berganda Y = 1,140 + 0,007 X1 + 1,152 X2 + e.
54
Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Universitas Jambi
Vol. 2 No. 1 April (2022) Hal. 53-60
ISSN 2809-0098 (ONLINE)
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara yang populasi masyarakatnya tinggi.
Kewirausahaan yang berada di sektor padat karyalah yang dibutuhkan di Indonesia
agar kesejahteraan masyarakat dapat meningkat dan dapat mengurangi tingkat
pengangguran serta mampu menaikkan tingkat pertumbuhan dan kesejahteraan
ekonomi di Indonesia. Munculnya para usahawan tanah air bisa menjadi titik awal
pergerakan ekonomi indonesia kearah yang lebih baik.
Kewirausahaan memiliki peranan yang sangat penting dalam perekonomian
Indonesia karena kewirausahaan memiliki peranan untuk menambah daya
tampung tenaga kerja, generator pembangunan, jiwa kewirausahaan akan
mendorong sesorang mencapai sebuah peluang yang ada menjadi sesuatu yang
menguntungkan. Motivasi berwirausaha yang tinggi harus ada dalam diri
seseorang yang ingin manjadi wirausaha yang sukses, karena dengan adanya
motivasi berwirausaha yang tinggi dapat membentuk mental yang ada pada diri
mereka untuk selalu tekun dalam mempelajari kewirausahan dan mengerjakannya
dengan baik. Menurut Mardianto (2012: 186), motivasi adalah proses yang
memberi semangat, arah, dan kegigihan perilaku. Motivasi berwirausaha diartikan
sebagai dorongan yang kuat pada diri seseorang untuk melakukan suatu pada
persoalan-persoalan tertentu, yang dalam hal ini adalah motivasi berwirausaha.
Dengan demikian perlu upaya-upaya untuk meningkatkan motivasi berwirausaha
pada mahasiswa tersebut dengan mengetahui faktor – faktor yang menjadi
penyebab tinggi rendahnya motivasi berwirausaha pada mahasiswa.
Rendahnya motivasi berwirausaha dapat di lihat dari hasil belajar mata
kuliah kewirausahaan, kendati hasil belajar dapat terlihat dari tingkat keseriusan
dan kemauan seorang mahasiswa untuk memahami konsep kewirausahaan yang
diukur menggunakan nilai yang di dapatkan mahasiswa tersebut dalam mata
kuliah kewirausahaan. Menurut Parwati, dkk (2018: 24) Hasil belajar adalah
perubahan perilaku yang terjadi setelah mengikuti proses belajar mengajar sesiau
dengan tujuan pendidikan, manusia mempunyai potensi perilaku kejiwaaan yang
dapat di didik dan diubah perilakunya yang meliputi kognitif, afektif dan
psikomotor. Menurut Aunurrahman (2013: 49) Dalam domain kognitif
diklasifikasikan menjadi kemampuan hafalan, pemahaman, penerapan, analisis,
sintesis dan evaluasi. Pada mata kuliah kewirausahaan mahasiswa mendapatkan
pembekalan berupa teori di dalam kelas untuk meningkatkan keterampilan dan
55
Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Universitas Jambi
Vol. 2 No. 1 April (2022) Hal. 53-60
ISSN 2809-0098 (ONLINE)
pengetahuan yang dimiliki mahasiswa agar dapat dijadikan modal dan semangat
menjadi seorang wirausaha.
Selanjutnya rendahnya motivasi berwirausaha juga dapat dilihat dari
kreativitas mahasiswa dalam berwirausaha, mahasiswa yang kreatif dalam
berwirausaha dapat mengidentifikasi peluang usaha kemudian memdayagunakan
peluang tersebut untuk menciptakan peluang kerja baru, tanpa kreativitas yang
tinggi akan sulit untuk wirausaha mempertahankan usahanya, karena banyaknya
persaingan yang menuntut wirausaha untuk menciptakan ide yang kreatif, Menurut
Pernama (2015: 2) kreativitas adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang
baru, sebagai kemampuan untuk gagasan yang baru yang dapat diterapkan sebagai
pemecahan masalah atau sebagai kemampuan untuk melihat hubungan-hubungan
baru atas unsur-unsur yang sudah ada. Perbuatan yang mengarahkan pada suatu
tujuan dan merupakan suatu dorongan hasil interaksi dengan dunia luar, berupa
keingintahuan dan rasa senang terhadap apa yang diminatinya,
Menurut Hadiyati (2011: 3) menyatakan bahwa kreativitas adalah Berpikir
sesuatu yang baru. Untuk memenangkan persaingan, maka seorang wirausahawan
harus memiliki daya kreativitas yang tinggi. Daya kreativitas musti dibangun sejak
dini. Pembekalan ilmu kewirausahaan saat ini telah diajarkan dari tingkat dasar.
Mahasiswa yang kreatif cenderung memiliki pikiran yang terbuka dan bebas untuk
mendekati sesuatu dengan cara yang baru Kreativitas wirausaha sangat diperlukan
agar mampu mengatasi setiap permasalahan yang dihadapi dalam berwirausaha
tanpa menggantungkan pada orang lain. Individu yang kreatif akan tetap optimis
untuk maju dan berhasil dalam hidup, walaupun dihadapkan dengan berbagai
permasalahan. Selain itu, orang yang kreatif tidak akan takut untuk mencoba hal-
hal baru dan mengembangkannya, dan akhirnya dapat bermanfaat bagi orang lain.
Berdasarkan permasalahan diatas, maka di duga ada keterkaitan antara hasil
belajar mata kuliah kewirausahaan dan kreativitas dalam berwirausaha akan
meningkatkan motivasi untuk berwirausaha. Sehingga peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Hasil Belajar Mata Kuliah
Kewirausahaan Dan Kreativitas Berwirausaha Terhadap Motivasi Berwirausaha
Pada Mahasiswa Pendidikan Ekonomi Angkatan 2018 Universitas Jambi”.
METODE PENELITIAN
56
Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Universitas Jambi
Vol. 2 No. 1 April (2022) Hal. 53-60
ISSN 2809-0098 (ONLINE)
Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian kuantitatif. Metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah metode ex-post facto. Menurut Arikunto (2013:17)
penelitian ex post facto adalah penelitian tentang variabel yang kejadiannya sudah
terjadi sebelum penelitian dilaksanakan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui
pengaruh hasil belajar mata kuliah kewirausahaan dan kreatifitas berwirausaha
terhadap motivasi berwirausaha pada Mahasiswa Pendidikan Ekonomi Angkatan
2018 Universitas Jambi. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dalaha
angket dan dokumentasi, angket penelitian yang digunakan pada penelitian ini
bersifat online yaitu dengan menggunakan google form yang di berikan kepada
mahasiswa sebagai responden untuk memperoleh data kreativitas berwirausaha
dan motivasi berwirausaha. Selanjutnya metode pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah dokumentasi, dokumentasi yang di ambil
dalam penelitian ini yaitu data nilai akhir semester mata kuliah kewirausahaan
mahasiswa pendidikan ekonomi angkatan 2018 Universitas Jambi tahun ajaran
2019/2020.
57
Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Universitas Jambi
Vol. 2 No. 1 April (2022) Hal. 53-60
ISSN 2809-0098 (ONLINE)
bahwa dengan setiap adanya penambahan hasil belajar mata kuliah kewirausahaan
akan terjadi penembahan motivasi berwirausaha sebesar -0,007
58
Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Universitas Jambi
Vol. 2 No. 1 April (2022) Hal. 53-60
ISSN 2809-0098 (ONLINE)
Kesimpulan
59
Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Universitas Jambi
Vol. 2 No. 1 April (2022) Hal. 53-60
ISSN 2809-0098 (ONLINE)
Saran
DAFTAR PUSTAKA
Chamdan, purnama dan suyanto. 2015. Kreativitas dan inovasi berwirausaha. Jurnal
manajemen dan kewirausahaan, Hal 2. Mei 2015.
Parwati, Ni Nyoman. I Putu P.S., dan Ratih Ayu A. 2018. Belajar dan Pembelajaran.
Depok: Rajawali Pers.
60
Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Universitas Jambi
Vol. 2 No. 1 April (2022) Hal. 61-77
ISSN 2809-0098 (ONLINE)
Abstrak: Islam Indonesia merupakan Islam terbesar di dunia dan telah melahirkan
berbagai teori tenntang proses Islamiisasi di Indonesiaa. Strategi penyebaran Islam di
Nusaantara dilakukan melalui perdaggangan, dinas militer, perkawinan, pendididikan,
dan Islamiisasi kebudayaan. Daya tarik Islam ke Nusantara adalah para ulama dan
raja/sultan. Cendekiawan Muslim yang mempromosikan Islam di Jawa adalah anggota
Wali Songo. Sejarah peradaban Islam dibagi menjadi tiga periode: periode klasik, periode
abad pertengahan, dan periode modern. Munculnya suatu gerakan keagamaan (Islam)
dapat dipertanyakan dengan melihat sejarah pada abad ke-2 setelah Nabi Muhammad.
Kematian Sunni ortodoks mengkristal setelah perjuangan melawan sekte Kharij, Muitazil
dan Syiah. Dengan rumusan masalah yaitu 1). Bagaimana Wali Songo menyebarkan
Islam kepada masyarakat, 2). masyarakat Islam di Indonesia, dan 3). Bagaimana
penyebarannya. Dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana penyebaran Islam pada
zaman dahulu. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif.
Abstract: Indonesian Islam is the largest Islam in the world and has spawned various
theories about the process of Islamization in Indonesia. The strategy for spreading Islam
in the archipelago was carried out through trade, military service, marriage, education,
and the Islamization of culture. The attraction of Islam to the archipelago was the ulama
and kings/sultans. The Muslim scholars who promoted Islam in Java were members of the
Wali Songo. The history of Islamic civilization is divided into three periods: the classical
period, the medieval period, and the modern period. The emergence of a religious
movement (Islam) can be questioned by looking at history in the 2nd century after the
Prophet Muhammad. The death of orthodox Sunnis crystallized after the struggle against
the Kharij, Muitazil and Shia sects. With the formulation of the problem, namely 1). How
Wali Songo spread Islam to the community, 2). Islamic society in Indonesia, and 3). How
does it spread. With the aim of knowing how the spread of Islam in ancient times. The
method used is a qualitative method.
Pendahuluan
Menurut Hamka, Islam masuk ke Indonesia pada awal abad ke-7. Dengan
kata lain, Islam telah masuk ke Indonesia sejak awal penanggalan Hijriah, bahkan
pada masa pemerintahan Frafaul Rashidin. Islam mulai merambah Nusantara
ketika Abu Bakar memerintahkan para pengikutnya untuk menemani Sidik, Umal
bin Hatab, Utsman bin Afan dan Ali bin Abi Thalib. Teori Hamka ini menjadi
teori Arab. Teori ini juga didukung oleh buku “Sejarah Peradaban Islam” karya
61
Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Universitas Jambi
Vol. 2 No. 1 April (2022) Hal. 61-77
ISSN 2809-0098 (ONLINE)
Badri Yatim. Namun semakin banyak anak yatim melihat sisi politik. Dengan
kata lain, perkembangan masyarakat Muslim Indonesia hanya terjadi ketika
“komunitas Muslim” menjadi pusat kekuasaan.
Namun, sumber resmi dan bukti dari jurnal Cina selama periode ini jelas
menunjukkan bahwa Islam menyebar dari Barat ke Timur Jauh melalui laut AD
13. Islam abad ke-1 Umat Muslim Tionghoa yang disebutkan pada abad ke-1
hanyalah sekelompok pulau di Timur Jauh, termasuk kepulauan Indonesia. Di sisi
lain, menurut Harun Nasution, sejarah peradaban Islam dapat dibagi menjadi tiga
zaman. Yang pertama adalah musik klasik (650-1250-an). Kedua, jangka
menengah (1250-1800) dan modern (1800 sekarang).
Metode Penelitian
62
Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Universitas Jambi
Vol. 2 No. 1 April (2022) Hal. 61-77
ISSN 2809-0098 (ONLINE)
63
Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Universitas Jambi
Vol. 2 No. 1 April (2022) Hal. 61-77
ISSN 2809-0098 (ONLINE)
Gambar 1 https://swaranesia.com/ragam-asal-usul-islam-di-nusantara/
A. Islam ke Nusantara
64
Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Universitas Jambi
Vol. 2 No. 1 April (2022) Hal. 61-77
ISSN 2809-0098 (ONLINE)
65
Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Universitas Jambi
Vol. 2 No. 1 April (2022) Hal. 61-77
ISSN 2809-0098 (ONLINE)
Islam telah berkembaang dari waktu ke waktu melalui disiplin dan layanan
misionaris dan berlanjut hingga hari ini. Namun, karena banyak faktor budaya
yang berbeda, gaya pemujaan masih memiliki perbedaan.
Gambar 2 https://kumparan.com/berita-update/penyebaran-islam-di-indonesia-dan-kisah-
panjangnya-1uqMTWBZPMV
C. Periode peradaban islam
66
Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Universitas Jambi
Vol. 2 No. 1 April (2022) Hal. 61-77
ISSN 2809-0098 (ONLINE)
1. Periode klasik adalah era kemajuan, yang dapat dibagi menjadi dua tahap.
Fase pertama adalah fase ekspansi, integrasi, dan kemajuan (650-1000
M). Selama waktu ini, wilayah Islam menyebar ke luar Afrika Utara ke
Spanyol di barat dan di luar Persia ke India di timur. Kedua, tahap
keruntuhan (1000-1250M). Tempat dimana integritas politik Islam mulai
runtuh. Kekuasaan kekhalifahan melemah, dan Bagdad akhirnya direbut
dan dihancurkan oleh Bendera Khan pada tahun 1258M. Khalifah sebagai
simbol persatuan politik Islam akhirnya tumbang pada tahun.
2. Periode pertengah dibagi menjadi dua tahap. Fase pertama adalah fase
kemunduran (1250-1500 M). Desentralisasi dan keruntuhan semakin
dalam selama periode ini. Perbedaan antara Sunni dan Syiah, Arab dan
Persia menjadi lebih jelas. Dunia Islam terbagi menjadi dua bagian.
Wilayah Arab di Arabia, Irak, Suriah, Palestina, Mesir, dan Afrika Utara
terkonsentrasi di Mesir. Balkan, Asia Kecil, Persia dan bagian Persia di
Asia Tengah berada di Iran. Budaya Persia mempromosikan budaya Arab.
Kedua, adalah tiga fase Kerajaan Besar (1500–1700 M) dan Kemunduran
(1700–1800 M). Tiga kerajaan besar adalah Kekaisaran Ottoman (Turki),
Kekaisaran Safawi (Persia), dan Kekaisaran Mughal (India). Keberhasilan
Islam di tiga kerajaan besar tersebut hingga hari ini dapat dilihat pada
arsitek di Istanbul, Iran dan Delhi.
67
Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Universitas Jambi
Vol. 2 No. 1 April (2022) Hal. 61-77
ISSN 2809-0098 (ONLINE)
68
Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Universitas Jambi
Vol. 2 No. 1 April (2022) Hal. 61-77
ISSN 2809-0098 (ONLINE)
Oleh karena itu, Islam baru tiba di Jawa pada abad ke-11, tetapi
Islamiisasi di pulau ini lebih lambat dibandingkan dengan Sumatra. Tentang
bentuk nisan Malik Al-Salih, yang diklaim Moquelte menyerupai makam
Umaribn Al-Kazaruni pada 13M. Tjadrasmit (A. Hasjmi, 1981: 357-370).
Bentuk batu jenis dan batu nisan Malik al-Sally adalah karya Samudra Pasaya
sendiri. Kemiripan dengan Kanbai adalah batu nisan Sultan Naharasi Kuta Karen
(1428) dan beberapa makam abad ke-15 M lainnya serta makan Malik, Jawa
Ibrahim (1419)
Kedua, Islam
Pertama, proses Ketiga, proses
datang ke
Islamiisasi Islamisasi itu
Indonesiaa tidak
berlangsunng sejak terjadi melalui jalur
langsung dari Arab
awal abad ke-13 perkawiinan dan
melaiinkan
M. penaklukkan.
melalui hindia.
2. Teori kedua
69
Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Universitas Jambi
Vol. 2 No. 1 April (2022) Hal. 61-77
ISSN 2809-0098 (ONLINE)
NO TEORI PERNYATAAN
1 Teori Gujarat (India) Masuknya Islam ke Indonesia dibawa
oleh orang-orang Gujarat.
E. Wali Songo
70
Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Universitas Jambi
Vol. 2 No. 1 April (2022) Hal. 61-77
ISSN 2809-0098 (ONLINE)
Gambar 3 https://tambahpinter.com/sejarah-wali-songo/
Sunan Ampel adalah orang tertua di Warisongo, penerus ayah nya Syekh
Ibrahim Asamarkandi, dan Dakwah Islam di tempat lain di Jawa dan
Nusantara.Berperan penting dalam pembangunan. Melalui Pesantren Ampeldenta,
Sunan Ampel melatih tokoh-tokoh gerakan Dakwah Islam seperti Sunangiri,
Radenfata, Radenkusen, Sunambonan dan Sunandrajat. Sunan Ampel membentuk
keluarga Muslim dengan jaringan keluarga yang mempelopori dakwah Islam di
berbagai daerah dengan menikahi seorang juru dakwaah Islam dan putri
penguasaa bawahan Majapahiit.
71
Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Universitas Jambi
Vol. 2 No. 1 April (2022) Hal. 61-77
ISSN 2809-0098 (ONLINE)
Ia lahir pada tahun 1465 tahun di Bonan, Tuban. Sunan Bonang adalah
anak keempat Sunan Ampel dari pernikahannya dengan Njai Gede Manila, juga
dikenal sebagai Kandrawati, putri Bupati Tuban Aria Teja. Dakwah pertama
Sunan Bonan di wilayah Kediri, menjadi inti ajaran Bhairava Tantra. Sunan
Bonang mengembangkan dakwah pada tahun dengan membangun masjid di
Sinker, sebelah barat Kediri.
Sunan Gunung Jati adalah keturunan Persia dan Araab. Sunan Gunung
Jati telah tinggal di Mekkah sejak kecil dan tinggal di sana selama sekitar 3 tahun,
memperdalam pengetahuanya tentang islam. Data historis yang tepat tentang
kelahirannya belum tersedia. Sunan Gunung Jati kembali ke negara asalnya dan
berangkat ke Jawa. Berkat dakwahnyaa, banyak orang di Jawa Baarat yang
masuk Islam.
Nama lain Sunan Derajat adalah Raden Qasim atau Sherifuddin. Sunan
Derajat adalah putra Sunan Ampel dari perniikahannya dengan Chandravati, yang
dijuluki Ni Gede Manila. Sunan Darajad konon diperintah oleh ayahnya untuk
menyebarkan Islam di pesisir Gresica sejak usia dini. Di masa mudanya ia
dikenal sebagai Raden Kasim. Sunan Derajat diminta untuk menyebarkan Islam
di pantai Gresica. Perjalanannya di Gresik menjadi legenda.
72
Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Universitas Jambi
Vol. 2 No. 1 April (2022) Hal. 61-77
ISSN 2809-0098 (ONLINE)
Raden Paku atau Maulana Aynul Yakin atau biasa dipanggil Sunan Giri.
Ayahnya bernama Maulana Ishak dari Pasay dan ibunya bernama Seckardadu,
Putri Raja Blambangan. Dia adalah citra Balisongo, raja dan guru suci. Dia
menggunakan kekuatan dan lini bisnisnya untuk memainkan peran penting dalam
memajukan pesona Islam di nusantara. Sebagai guru dan ayah mertua di Sunan
Ampel, Sunan Giri memajukan pendidikan dengan menerima siswa dari berbagai
penjuru nusantara.
Sunan Kudus adalah anak dari Sunan Ngudung. Sunankdu dikenal sebagai
pemimpin Varisongo yang secara ketat mengikuti hukum Syariah. Namun, seperti
para wali lainnya yang berdakwah, Sunan Kudu berupaya menjangkau masyarakat
untuk mempelajari dan memahami kebutuhannya. Oleh karena itu, dalam
khutbahnya, Sunan Qudus mengajarkan alat-alat pertukangan, pandai emas,
pandai besi, membuat kerajinan pusaka keluarga Chris yang rumit, dan
mengajarkan hukum-hukum agama yang ketat.
Sunan Muriya adalah putra dari Sunan Kalijag dan Sunan Muriya adalah
karakter termuda dari Vali Songo. Seperti Sunan Kalijaga, Sunan Muriya
berdakwah melalui jalur budaya. Muria Passan dikenal dengan bakatnya yang luar
biasa dalam mengarang berbagai lagu pendek berisi nasehat dan ajaran tauhid,
termasuk dewa dan kinanchi. Seperti ayahnya, Sunan Muriya dikenal berada di
balik lakon "Karagan" karya Sunan Kalijagi.
F. Komunitas Islam
73
Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Universitas Jambi
Vol. 2 No. 1 April (2022) Hal. 61-77
ISSN 2809-0098 (ONLINE)
Islam sendiri dimulai dengan penetrasi, Islam itu sendiri ke Indonesiaa melalui
perdaamaian dan persaudaraan dengan pembawa jalur dan kebangsaan yang
berbeda, yaitu Arab, hindia, dan Caina. Dari berbagai suku bangsa yang pernah
menyebarkan Islam di Indonesia pada masa lalu, pada akhirnya melahirkan
komunitas-komunitas Islam yang beragam. Komunitasnya kuat sampai sekarang.
Meski keragaman suku dan bangsa berbeda, satu kesamaan pada gilirannya
memunculkan gaya hidup Islami dalam konteks Indonesia.
Pada pergantian abad XIII ke XIV, dalam situasi ummat yang dekaden,
seorang pembaharu Islam bernama Ibnu Taimiyah muncul. Ibnu Taimiyah adalah
salah satu bapak Tajik atau Pembaharu Islam. Dia dengan tajam mengkritik tidak
hanya para sufi dan filosof yang mendewakan sikapnya, tetapi juga teologi
Asyur yang taat pada kehendak Tuhan. Kritik Ibnu Taimiyah selalu dibarengi
dengaan permintaannya untuk kembali kepada Al-Qur'an dan As-Sunnah untuk
memahami kembali dua sumber Islam yang berlandaskan Itihad. Pintu Iztuhad
yang seolah tertutup dibuka oleh Ibnu Taimiyah dengan menegaskan bahwa
rekonstruksi Islam hanya mungkin dilakukan dengan menghidupkan kembali
semangat Iztihad.
Kemunculan Sarikat Dagang Islam pada awal abad ke-20 membuka babak
baru pergerakan Islam di Indonesia. Ciri utama gerakan Islam dalam bab ini
adalah bahwa gerakan itu tidak lagi berasal dari pedesaan tetapi berasal dari kelas
menengah perkotaan. Bentuk organisasinya modern. Oleh karena itu, organisasi-
74
Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Universitas Jambi
Vol. 2 No. 1 April (2022) Hal. 61-77
ISSN 2809-0098 (ONLINE)
Munculnya Nahdkhatul Ulama (NU) juga tidak terlepas dari isu sosial
tersebut. Padahal, NU lahir dari dua reaksi.
75
Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Universitas Jambi
Vol. 2 No. 1 April (2022) Hal. 61-77
ISSN 2809-0098 (ONLINE)
Kesimpulan
Daftar Pustaka
Baiti, R., & Razzaq, A. (2014). Teori dan Proses Islamisasi di Indonesia. Wardah,
15(2), 133-145.
76
Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Universitas Jambi
Vol. 2 No. 1 April (2022) Hal. 61-77
ISSN 2809-0098 (ONLINE)
Hamka, Sejarah Umat Islam, Jilid IV, Bulan Bintang, Jakarta, 1976.
Hasjmi (ed). A. Sejarah Masuk dan Berkembangnya Islam di Indonesia, PT. Al-
Ma’arif, Jakarta, 1981.
Syafrizal, A. (2015). Sejarah Islam Nusantara. Islamuna: Jurnal Studi Islam, 2(2),
235-253.
77
Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Universitas Jambi
Vol. 2 No. 1 April (2022) Hal. 77-92
ISSN 2809-0098 (ONLINE)
Abstrak: Musi Banyuasin merupakan salah satu kawasan yang menjadi tujuan
transmigrasi masyarakat Bali oleh pemerintah pusat pada tahun 1963-2020 (57 Tahun),
di dapati masih banyak terdapat masyarakat Bali yang hidup menetap di kawasan ini.
Penelitian ini di lakukan untuk mengidentifikasi bagaimana keberadaan masyarakat Bali
yang membawa kebudayaannya kedalam kawasan yang mereka tempati khususnya desa
Mendis. Dalam artikel ini penulis menggunakan metode penelitian heoristik, kritik
sumber, analisis interpretasi dan historiografi yang berdasarkan pada data kuantitatif dan
data kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keberadaan masyarakat Bali
berpengaruh baik dalam bidang sosial maupun kebudayaan yang di bawa masuk kedalam
lingkungan masyarakat di desa Mendis. Dalam hal lain artikel ini bermanfaat bagi para
pembaca untuk mengetahui kebudayaan seperti apa yang di bawa masyarakat Bali
kedalam kawasan desa Mendis, baik berupa budaya seni arsitektur, agama maupun adat
istiadat masyarakat Bali yang tinggal di desa Mendis.
Kata kunci ; Eksistensi, Budaya, Masyarakat Bali di desa Mendis
77
Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Universitas Jambi
Vol. 2 No. 1 April (2022) Hal. 77-92
ISSN 2809-0098 (ONLINE)
Pendahuluan
Mendis merupakan sebuah desa yang berada di kecamatan Bayung Lencir
kabupaten Musi Banyuasin Sumatra Selatan. Jika kita masuk kedalam desa
Mendis akan bayak kita dapati tempat ibadah masyarakat Hindu. Masyarakat
Hindu di sana kebayakan berasal dari Bali dan hidup berdampingan dengan
masyarakat muslim transmigrasi dari pulau Jawa. Orang bali sudah datang ke
pulau Sumatra dari puluhan tahun yang lalu ketika pemerintah masa itu
melakukan transmigrasi wilayah masyarakat Jawa, Bali dan Madura untuk
menempati wilayah Sumatra, Kalimantan,Sulawesi dan Papua sebagai lokasi
penempatan masyarakat transmigrasi1
Transmigrasi telah di mulai pertama kali sejak masa kolonial tahun 1905.
Waktu itu masyarakat transmigran berasal dari pulau jawa dan bali datang ke
daerah Lampung yang ada di Sumatra. Transmigrasi yang di lakukan inilah
menjadi awal di mulainya penataan struktur demografi untuk pemerataan
distribusi penduduk di Indonesia. Transmigrasi bukan saja mengenai pemerataan
jumlah penduduk, namun memiliki tujuan perubahan lingkungan dengan
meningkatkan masyarakt transmigran, meningkatkan pemeratan pembangunan
dan memperkukuh kesatuan dan persatuan bangsa.
Transmigrasi penting dilakukan pada masa itu guna kepentingan
pembangunan. Transmigrasi juga merupakan salah satu upaya pemerintah
mencapai keseimbangan penyebaran penduduk, meningkatkan produksi
pendapatan daerah, dan memperluas lapangan pekerjaaan. Adanya transmigrasi
akan mempercepat perubahan pengelompokkan dan penggolongan manusia baik
dalam bentuk interaksi sosial atau menjalin hubungan dengan lingkungan yang
baru. Biasanya para transmigran ini berasal dari wilayah padat penduduk,
kesulitan ekonomi maupun bencana alam atau geografi wilayahnya kurang baik
dan kurang menguntungkan. Kedatangan masyarakat Bali di daerah bagian
selatan Sumatra-lampung dan Sumatra Selatan di latar belakangi oleh hal yang
sama yaitu meletusnya gunung agung pada tahun 1963. Kedatangan masyarakat
bali ke Sumatra selatan berjalan secar bergelombang di mulai pada tahun 1963,
1980 dan 1990-an. Daerah tersebut memiliki lahan yang luas dan belum terkelola
dengan baik.
78
Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Universitas Jambi
Vol. 2 No. 1 April (2022) Hal. 77-92
ISSN 2809-0098 (ONLINE)
Transmigrasi orang bali di mulai pada tahun 1953. Terdapat dua alasan
pemerintah melakukan transmigrasi terhadap orang Bali yaitu, bencana alam yang
terjadi dan kepadatan penduduk. Kemudian pada tahun 1963 transmigrasi orang
bali mengalami peningkatan ketika meletusnya Gunung Agung yang
menyebabkan lahan pertanian penduduk tidak bisa di garap dan di olah akibat dari
lahar gunung berapi². Hal ini menyebabkan orang bali menempati wilayah
Sumatra khususnya Sumatra Selatan yang pada masa itu masih memiliki lahan
yang luas dan tingkat kepadatan pendudukan yang rendah serta tingkat kesuburan
tanah yang tinggi.
Perpindahan orang bali ke Sumatra Selatan menyebabkan beberapa daerah di
tempati oleh orang bali. Salah satu wilayah yang bayak di tempati masyarakat
bali adalah kecamatan Bayung Lencir yang di mana pada kawasan ini akan kita
jumpai masyarakat transmigrasi dari jawa dan bali yang saling hidup
berdampingan. Masyarakat Bali yang datang ke bayung lencir akhirnya membuat
suatu perkampungan yang berisi orang bali yang terdapat di desa Mendis.
Meskipun orang bali tinggal di daerah yang bukan asalnya meraka masih tetap
mempertahankan kebudayaan serta adat istiadat dengan taat dan kental akan
tradisi Hindu Bali.
Masyarakat Bali kala itu terkenal dengan keterampilannya mengelola tanah
untuk di jadikan sebagai lahan pertanian. Kehadiran masyarakat Bali di Sumatra
selatan tentunya di desa Mendis berdampak pada perkembangan pertaniannya
yang meningkat. Hadirnya masyarakat bali bisa di katakan sebagai penyelamat
pertanian pada kala itu, karena masyarakat bali terkenal dengan keterampilan dan
keuletannya mengelola tanah.
Di balik keberhasilan akan transmigrasi wilayah dalam pengelolaan lahan,
terdapat pula potensi konflik yang beraneka ragam. Konflik ini bisa terjadi antara
orang transmigran maupun penduduk lokal ataupun dengan perusahaan swasta
yang memiliki kepentingan pribadi. Menurut Sarmita (2014), Mengatakan bahwa
kecendrungan konflik antar daerah di akibatkan karena perbedaan suku dan sosial
budaya yang pada akhirnya memberikann kesan kecemburuan sosial terhadap
masyarakat lokal, karena pemerintah lebih mengutamakan masyarakat
transmigran³. Karena pada dasarnya masyarakat pendatang mengambil sikap
untuk mempertahankan kebudayaannya padahal sudah mengalami transmigrasi
atau perpindahan wilayah.
Dalam konteks ini penulis akan membahas mengenai keberadaan dan
kebudayaan masyarakat bali di desa Mendis yang di mana masyarakatnya masih
mempertahankan kebudayaan Hindu Bali meskipun bukan di daerah asalnya. Hal
79
Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Universitas Jambi
Vol. 2 No. 1 April (2022) Hal. 77-92
ISSN 2809-0098 (ONLINE)
ini lah yang menarik untuk di bahas dalam artikel ini mengenai eksistensi
masyarakat Bali yang tinggal di desa Mendis.
Metode Penelitian
Dalam penulisan artikel ilmiah ini peneliti menggunakan metode kualitatif
dengan pendekatan histories. Metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode sejarah. Menurut Nugroho Notosusanto ada 4 tahap dalam
metode penelitian sejarah yaitu melalui beberapa tahap seperti heuristic
(pengumpulan data), kritik sumber (pengujian), analisis interpretasi dan
historiografi (penulisan sejarah)1
Langkah pertama adalah heuristik, merupakan tahapan pertama
aktivitas pengumpulan data sejarah, baik primer maupun sekunder. Sumber
sejarah adalah bahan penulisan sejarah yang mengandung evidensi (bukti) melalui
studi pustaka. Studi pustaka diambil untuk mengumpulkan sumber-sumber
yang medukung dalam menyelesaikan topik permasalahan yang diteliti. Langkah
awal yang dilakukan adalah mengumpulkan sumber-sumber primer berupa hasil
wawancara yang di lakukan pada narasumber yaitu kepala adat masyarakat Bali
di Mendis. Selanjutnya sumber sekunder. Menurut Louis Gottschalk sumber
sekunder adalah kesaksian siapapun yang bukan saksi mata. Sumber ini
berisi bahan-bahan asli yang telah digarap sebelumnya. Mencari buku-buku,
skripsi dan jurnal yang relevan dengan penelitian berupa data sensus penduduk
yang di keluarkan oleh pemerintahan Musi Banyuasin.
Langkah kedua Kritik Sumber merupakan kegiatan yang dilakukan
untuk menyeleksi sumber sejarah yang telah didapatkan. Proses kegiatan
kritik melalui dua tahap. Tahap pertama disebut kritik ekstern yaitu langkah yang
diambil untuk memproses atau menyeleksi data yang dilihat dari luar (fisik)
mengenai sumber- sumber sejarah yang telah didapatkan. Semua ciri-ciri dari
sumber sejarah yang diperoleh harus memiliki nuansa yang berkaitan dengan
tema yang diangkat. Tahap kedua, disebut kritik intern, yang merupakan
kegiatan proses seleksi terhadap inti dari sumber-sumber sejarah yang telah
melewati kritik ekstern. Langkah selanjutnya dipilih sumber sejarah yang
sesuai dengan bahan kajian penelitian.
Langkah ketiga selanjutnya tahap Analisis atau Interpretasi yaitu
menafsirkan data-data yang telah diuji, kemudian menghubungkan fakta-fakta
dalam bentuk konsep yang disusun berdasarkan analisis terhadap sumber
sejarah yang telah diperoleh. Dalam tahap ini penulis lebih banyak
menghubungkan data yang diperoleh dari studi pustaka, penggabungan sumber-
sumber yang setema dan sesubtema. Untuk analisis penelitian ini
80
Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Universitas Jambi
Vol. 2 No. 1 April (2022) Hal. 77-92
ISSN 2809-0098 (ONLINE)
Tahun Akibat
81
Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Universitas Jambi
Vol. 2 No. 1 April (2022) Hal. 77-92
ISSN 2809-0098 (ONLINE)
Akibat letusan gunung agung pada tahun 1963 pemerintah melakukan upaya
program transmigrasi wilayah masyarakat bali ke daerah Sumatra. Pada tahun ini
pula menjadi awal kedatangan masyarakat bali ke Sumatra Selatan. Masyarakat
bali yang datang menempati wilayah yang tersebar di berbagai macam kabupaten
yang berada di Sumatra Selatan.
Padahal Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alamnya,
yang pada masa itu belum terkelola dengan baik karena kurangnya sumberdaya
manusia. Maka dari itu pemerintah Indonesia melaksanakan program transmigrasi
wilayah yang masyarakatnya berasal dari Jawa dan Bali. Kemudian masyarakat
bali memasuki kawasan wilayah Belitang yang kemudian menyebar ke wilayah
82
Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Universitas Jambi
Vol. 2 No. 1 April (2022) Hal. 77-92
ISSN 2809-0098 (ONLINE)
83
Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Universitas Jambi
Vol. 2 No. 1 April (2022) Hal. 77-92
ISSN 2809-0098 (ONLINE)
Mendis. Masyarakat bali yang tinggal di desa mendis mayoritas beragama hindu.
bahasa yang mereka gunakan sehari-haripun bahasa campuran yaitu bahasa
Sumatra, bahasa bali dan mereka bisa berbahasa jawa. Meskipun begitu
masyarakat bali tetap melestarikan bahasa asli mereka yaitu bahasa bali jika
berkomunikasi dengan sesame masyarakat bali.
Sudah puluhan tahun mereka menempati wilayah tersebut dan ikuti berbaur
dengan masyarakat setempat. Masyarakat bali yang bertransmigrasi dari bali ke
mendis umumnya di sebabkan oleh ketimpangan sosial dan sulitnya ekonomi
yang di sebabkan oleh bencana alam pada daerah alas mereka Bali. Keberadaan
masyarakat bali di desa Mendis menyebabkan adanya keunikan tersendiri pada
desa tersebut. Salah satu keunikan yang ada di desa mendis adalah bercampur
baurnya masyarakat bali dengan masyarakat setempat, serta tidak adanya
perbedaan di antara mereka perihal tolong-menolong dan sikap toleransi yang
tinggi.
Sikap toleransi yang tinggi inilah yang membuat kehadiran masyarakat bali
lebih terlihat. Tidak ada sistem kasta yang membedakan antar masyarakat Bali
dan masyarakat setempat. Bangunan- bangunan yang mereka dirikanpun memiliki
keunikan tersendiri yang membedakan antara orang Bali yang tinggal di Bali dan
orang Bali yang tinggal di Sumatra. Salah satu perbedaannya terlihat pada saat
prosesi pemakaman orang Bali di desa mendis. Di mendis orang Bali di
makamkan di dalam tanah sedang di Bali mayat-mayat di letakkan di atas tanah.
Hal ini membuktikan bahwa keberadaan orang bali di mendis memiliki
84
Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Universitas Jambi
Vol. 2 No. 1 April (2022) Hal. 77-92
ISSN 2809-0098 (ONLINE)
eksistensinya sendiri.
Parhay
a ng
Lingkung
an
Pawonga Palemah
n an
85
Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Universitas Jambi
Vol. 2 No. 1 April (2022) Hal. 77-92
ISSN 2809-0098 (ONLINE)
Tuhan pada agama hindu di sebut dengan Hyang Widhi Wasa. Ke Esa-an
terhadap Tuhan di nyatakan dalam dua cara pandang yang berbeda, yaitu Tuhan
memiliki sifat Nirguna Brahman (Tuhan yang di artikan tidak berwujud dan
merupakan jiwa suci), dab Tuhan yang memiliki sifat Saguna Brahman (Tuhan di
berikan nama, bentuk dan atribut lainnya8. Namun, pada praktiknya masyarakat
bali di kenal dengan pemujaannya terhadap dewa-dewa. Terdapat tiga dewa yang
di yakini masyarakat bali, yaitu dewa brahma, dewa wianu, dan dewa syiwa atau
yang sering di sebut dengan Tri Murti yang merupakan bentuk dari perwujudan
sebagai pencipta, pemelihara dan pelebur.
86
Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Universitas Jambi
Vol. 2 No. 1 April (2022) Hal. 77-92
ISSN 2809-0098 (ONLINE)
87
Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Universitas Jambi
Vol. 2 No. 1 April (2022) Hal. 77-92
ISSN 2809-0098 (ONLINE)
mengedepankan nilai religious (agama hindu), dan juga estetika (seni) sebagai
dominan dalam menonjolkan atau menghadirkan unsur-unsur lainnya. Kesenian
dalam kebudayaan bali sendiri berkaitan erat dengan sistem religi masyarakat
bali. Seni tersebut dapat kita lihat baik dari seni arsitektur, seni tari, seni tabuh,
seni suara dan seni-seni lainnya sebagai bentuk persembahan terhadap pencipta.
Kebudayaan yang terdapat pada masyarakat Bali yang berada di desa mendis
dapat kita lihat dari seni arsitekturnya yang masih di lestarikan sampai saat ini.
Dari awal memasuki kawasan desa mendis kita akan di suguhkan dengan
pemandangan berbagai macam Sanggah atau Pamerajen di setiap pekarangan
rumah masyarakat Bali. Sanggah atau Pamerajen sendiri merupakan tempat
ibadah suci orang hindu dan wajib di miliki di setiap rumah sebagai tempat
pemujaan dan manifestasi kepada leluhur yang suci.
88
Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Universitas Jambi
Vol. 2 No. 1 April (2022) Hal. 77-92
ISSN 2809-0098 (ONLINE)
Gambar 1.3 Upacara hari Galungan di Pura Kahyangan Tungga Taman Sari
89
Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Universitas Jambi
Vol. 2 No. 1 April (2022) Hal. 77-92
ISSN 2809-0098 (ONLINE)
90
Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Universitas Jambi
Vol. 2 No. 1 April (2022) Hal. 77-92
ISSN 2809-0098 (ONLINE)
Hal unik lainnya yaitu pada saat pernikahan orang bali, masyarakat setempat
akan membantu orang bali dalam mempersiapkan pernihkahan dari salah satu
anggota keluarganya. Biasanya kita kenal dengan istilah rewang. Rewang adalah
suatu bentuk kegiatan yang di lakukan oleh masyarakat guna melakukan kegiatan
tolong-menolong pada sebuah perayaan. Hal inilah yang di lakukan masyarakat
muslim terhadap orang hindu yang melakukan acara perkawinan. Sebaliknya akan
terjadi hal yang sama apa bila masyarakat muslim akan melaksanakan acara
pernikahan maka masyarakat hindu akan membantunya. Karena kentalnya
persaudaraan antara masyarakat muslim dan orang Bali di sana, maka pada saat
perayaan pernikahan orang Bali akan mempersiapkan dua hidangan yang berbeda.
Dimana hidangan pertama adalah hidangan non-halal yang di sediakan untuk
tamu undangan orang hindu dan satu lagi untuk tamu undangan orang muslim,
sehingga terjaganya antara makanan halal dan haram di sana.
Dari sini dapat kita lihat bahwasannya kebudayaan bali masih begitu kental di
desa Mendis. Merekapun memiliki cirikhas tersendiri sehingga eksistensi orang
bali di mendis menjadi keunikan tersendiri bagi desa tersebut.
Kesimpulan
Pada tahun 1963 daerah Musi Banyuasin menjadi salah satu tempat
trasmigrasi bagi masyarakat Bali yang di lakukan oleh pemerintah kala itu.
Sehingga keberadaan masyarakat bali berpengaruh terhadap kebudayaan
yang ada di daerah mendis. terutama bagi masyarakat pribumi yang ada di sana.
Sikap toleransi yang tinggi membuat kehadiran masyarakat bali lebih terlihat.
Tidak ada sistem kasta yang membedakan antar masyarakat Bali dan masyarakat
setempat. Bangunan- bangunan yang mereka dirikanpun memiliki keunikan
tersendiri yang membedakan antara orang Bali yang tinggal di Bali dan orang Bali
yang tinggal di Sumatra. Meskipun masyarakat bali tidak tinggal di daerah Bali
karena mengalami transmigrasi, namun masyarakatnya masih tetap menggunakan
adat dan budaya asli dengan tetap memperhatikan sikap toleransi dengan
masyarakat sekitar. Kebudayaan ini dapat kita lihat baik dari segi arsitektur
maupun kesenian-kesenian yang masih mereka terapkan.
Daftar Pustaka
91
Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Universitas Jambi
Vol. 2 No. 1 April (2022) Hal. 77-92
ISSN 2809-0098 (ONLINE)
92
Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Universitas Jambi
Vol. 2 No. 1 April (2022) Hal. 77-92
ISSN 2809-0098 (ONLINE)
93
Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Universitas Jambi
Vol. 2 No. 1 April (2022) Hal. 92-116
ISSN 2809-0098 (ONLINE)
sitisholehasholeha47591@gmail.com 1, reka.seprina@unja.ac.id2
Pendidikan Sejarah, Universitas Jambi
Abstrak: Jambi merupakan salah satu wilayah yang tidak terlepas dari keinginin Belanda
yang ingin menguasai Jambi seutuhnya dan menjadikan wilayah Jambi sebagai koloni di
Asia Tenggara dengan menjadikan Jambi sebagai wilayah keresidenan, hal ini membawa
Jambi mengalami perubahan dalam bidang pemerintahannya. Pemerintahan kolonial
Belanda resmi menguasai Jambi ketika runtuhnya kesultanan Jambi, maka pada tahun
1906 berdiri keresidenan pertama di Jambi sehingga secara resmi Jambi dibawah
pemerintahan kolonial Belanda. Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji bagaimana
sistem pemerintahan Belanda di Jambi yang dapat dijadikan sebagai sumber
pembelajaran pada mata pelajaran sejarah. Penelitian ini termasuk ke dalam penelitian
kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Metode penelitian yang digunakan dalan
penulisan artikel ini yaitu metode kualitatif deskriptif. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa sistem pemerintahan Belanda dapat dijadikan sumber pembelajaran khususnya
sejarah. Sumber pelajaran memikili peranan yang sangat penting bagi peserta didik
karena dengan menjadikan sistem pemerintahan Belanda sebagai sumber pembelajaran
dapat menumbuhkan rasa cinta tanah air terhadap bangsa serta dengan belajar sejarah
mereka akan mengenal sejarah yang terdapat dilingkungkan sekitarnya.
Abstract: Jambi is one of the areas that cannot be separated from the Dutch desire to
fully control Jambi and make the Jambi region a colony in Southeast Asia by making
Jambi a residency area, this brought Jambi to experience changes in the field of
government. The Dutch colonial government officially controlled Jambi when the Jambi
sultanate collapsed, so in 1906 the first residency was established in Jambi so that Jambi
was officially under Dutch colonial rule. This research was conducted to examine how
the Dutch government system in Jambi can be used as a source of learning in history
subjects. This research is a qualitative research with a historical approach. The research
method used in writing this article is descriptive qualitative method. The results of this
study indicate that the Dutch government system can be used as a source of learning,
especially history. Learning resources have a very important role for students because by
using the Dutch government system as a source of learning, they can foster a sense of
93
Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Universitas Jambi
Vol. 2 No. 1 April (2022) Hal. 92-116
ISSN 2809-0098 (ONLINE)
love for the homeland for the nation and by studying history they will get to know the
history of the surrounding environment.
PENDAHULUAN
Pada tahun 1615 dimasa kekuasaan Sultan Abdul Kahar, ada sebuah kapal
Belanda yang Bernama Japen Van Amsterdam mengunjungi Jambi dibawah
pimpinan Abraham Streck dengan maksud agar mendapatkan izin untuk
mendirikan loji dagang di Muara Kumpeh Belanda pertama kali datang yang
dilakukannya adalah meyakinkan maksud baiknya oleh penguasa kerajaan Jambi,
maka pada tahun 1616 berdirilah loji Belanda di Muara Kumpeh.
(Miftahurrahmat,2018:37)
Pada saat itu maksud Belanda bukan untuk berdagang lagi, tetapi Belanda
memikirkan rencana untuk menaklukan Jambi sepenuhnya. Maka cara Belanda
dengan mendekati Jambi dan membantu perang antara Jambi dan Johor. Tahun
1667 pecahnya perang antara kesultanan Jambi dan kesultanan Johor, Jambi
mengalami kemenangan karena adanya bantuan dari VOC. Setelah perang
tersebut VOC melalui konsul dagangnya Sybrand Swart, meminta imbalan kepada
Sultan Jambi karena telah membantu memenangkan peperangan. Menyusul
kesepakatan yang ditandatangani oleh Belanda dan Kesultanan Jambi. Belanda
menduduki wilayah Muara Kumpe. Dengan perjanjian yang telah disetujui, Jambi
menjadi wilayah kekuasaan dan dilindungi oleh Belanda. (Reka Seprina, 2021:88)
Bentuk sistem pemerintahan yang diterapkan Belanda untuk menduduki
Jambi pada waktu itu adalah membentuk Jambi menjadi wilayah keresidenan pada
tahun 1906 yang ber-ibu kota di Jambi. Kebijakan sistem politik liberal Belanda
saat berada di Jambi yang dimana Belanda menetapkan bahwa mereka
mempersempit gaji masyarakat Jambi, baik dalam bentuk kompensasi buruh di
peternakan maupun dalam bentuk sewa tiba. Kebijakan politik liberal Belanda
membuat rakyat Jambi semakin miskin.
Di dalam Sistem politik liberal terdapat dua bentuk sistem politik lainnya
pertama, sistem politik pintu terbuka dan kedua, sistem politik etis. Sistem politik
pintu terbuka adalah gabungan strategi politik, militer. Serta ekonomi yang
bertujuan buat memperoleh serta melindungi kekuasaan dengan metode memecah
kelompok besar jadi kelompok- kelompok kecil yaang lebih gampang ditaklukkan
94
Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Universitas Jambi
Vol. 2 No. 1 April (2022) Hal. 92-116
ISSN 2809-0098 (ONLINE)
Taktik Belanda untuk tetap bisa menguasai Jambi yaitu dengan cara menerapkan
politik pintu terbuka. Kebijakan sistem politik pintu terbuka Belanda di Jambi,
yaitu: pertama (1) Terdapat pemerintahan kesultanan di Jambi dan kekuasaan
Sultan atau raja serta kekuasaan pangeran Putra Mahkota, Kedua ( 2), terdapat
hubungan antara Sultan Jambi dengan sekitarnya, yaitu Sultan Palembang dan
Sultan Johor.
Kebijakan politik etis Belanda di Jambi pada tahun 1901 Jambi di
tempatkan di dasar kekuasaan keresidenan Belanda di Palembang pada saat
timbulnya permasalahan suksesi serta pergolakan yang lain yang terpaut dan
tahun 1904 Sultan Thaha gugur dalam melawan Belanda setelah itu kesultanan
dikuasai oleh Belanda secara sepenuhnya dan pada saat itu juga Belanda
mempersiapkan segalanya untuk membentuk Jambi menjadi wilayah keresidenan.
Pada tahun 1906 Jambi resmi menjadi keresidenan dengan ber-ibukota di wilayah
Jambi. (Dea Anggreini,2017)
Kebijakan pemerintahan Belanda pada waktu itu ialah menyatukan hukum
masyarakat sesuai tempat tinggalnya, yaitu dengan cara menggabungkan beberapa
desa yang mempunyai hukum yang sama, yang mempunyai daerah, harta, dan
benda sendiri atau yang biasanya disebut dengan istilah marga. Koordinator
pemerintahan di daerahnya yaitu pasirah kepala marga hal ini bertujuan agar
marga dapat menjadi dasar bagi masyarakat Jambi dan dapat dimasukkan ke
ikatan ketatanegaraan pemerintahan Belanda. Secara structural Pemerintahan
Belanda pada waktu itu dapat digambarkan sebagai berikut: (Bambang
Suwondo,1979:46).
Residen
Kontelir
Penghulu/Kepala Dusun/ Kampung
Demang
Asisten Demang
Kepala Adat/Pasirah
Adatsterct hoods
95
Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Universitas Jambi
Vol. 2 No. 1 April (2022) Hal. 92-116
ISSN 2809-0098 (ONLINE)
RAKYAT
Bagan 2.1 Struktural Pada Masa Pemerintahan Balanda
Keterangan:
Residen : Kepala Gewest/ Keresidenan
Kontelir : Kepala Afdeeling/wilayah/kabupaten
Demang : Kepala Distrik/ Kewedanan
Asisten Demang : Kepala Onder Distrik/Kecamatan
Kepala Adat :Kepala wilayah (desa) setempat yang kemudian setelah
dikeluarkannya ordonansi desa dan lnlandsche Gemeente
Ordonnantie Buitengewesten dikenal dengan istilah
marga/batin.
Jatuhnya Jambi ke tangan Belanda telah membawa serangkaian perubahan
bentuk pemerintahan dan kekuasaan di Jambi, beberapa kebijakan yang
diterapkan oleh Belanda di Jambi yaitu Belanda yang menguasai Jambi banyak
membawa perubahan, seperti pelaksanaan politik liberal di Jambi, dengan proses
yang cukup panjang sejak awal kedatangan Belanda di Jambi. Dan sampai
kolonial Belanda menguasai Jambi. Hal ini terlihat dari Belanda yang menetapkan
kota Jambi sebagai pusat pemerintahannya. (Miftahurrah, Aliyas, Rahyu Zami.
2022:61). Selain itu, Belanda juga membawa perubahan, yaitu sebagai berikut: (1)
Pertama di bidang politik, keberadaan politik liberal dan politik etis di Jambi
dilaksanakan pemerintah Belanda. Belanda menetapkan Jambi sebagai pusat
pemerintahan mereka. Kebijakan etis yang diterapkan oleh Belanda di Jambi
adalah memperkenalkan kebijakan seperti pendidikan, irigasi, dan emigrasi, serta
pemerintah Belanda memperkenalkan Pendidikan Barat dan membuka sekolah
untuk penduduk asli; (2) Kedua, di bidang sosial budaya yaitu adanya westernisasi
dan kristenisasi; (3) Ketiga pada bidang Ekonomi, Pemerintah Belanda membuka
perkebunan, mengenalkan tanaman ekspor kepada masyarakat pribumi. (Reka
Seprina, 2021:88-89)
Menurut Wina Sanjaya (2017:228) sumber belajar adalah segala sesuatu
yang ada di lingkungan belajar yang digunakan untuk mengoptimalisasikan hasil
belajar. Sumber belajar sendiri bersifat universal dan luas, artinya sumber belajar
tidak hanya terpaku dari buku ataupun koran.
96
Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Universitas Jambi
Vol. 2 No. 1 April (2022) Hal. 92-116
ISSN 2809-0098 (ONLINE)
METODE PENELITIAN
Metode penelitian kualitatif merupakan metode yang berdasarkan filsafat
postpositivisme yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek secara ilmiah,
disini peneliti merupakan sumber instrument kunci dengan menggunakan Teknik
pengumpulan data yang dilakukan secara gabung. Analisis data bersifat
induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif menekankan pada makna
generalisasi (Sugiyono, 2019:18). Pendekatan deskriptif kualitatif adalah
pendekatan penelitian dimana data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar,
97
Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Universitas Jambi
Vol. 2 No. 1 April (2022) Hal. 92-116
ISSN 2809-0098 (ONLINE)
dan bukan angka. Data dalam penelitian ini dapat diambil dari wawancara, catatan
lapangan, foto, catatan pribadi atau dokumentasi lainnya (Moleong, 2017: 6).
Dalam penelitian ini akan membahas mengenai peninggalan-peninggalan
Belanda pada masa lampau dengan menganalisis sistem pemerintahan Belanda
yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber pembelajaran sejarah. Penelitian ini
akan mengkaji dan menganalisis tentang studi Sistem Pemerintahan Belanda
Tahun 1615-1942 sebagai sumber pembelajaran sejarah. Lokasi dari penelitian ini
akan dilaksanakan di Kota Jambi yang menjadi pusat pemerintahan Belanda pada
saat itu dibawah keresidenan Belanda yaitu O.L.Helfrich.
Berdasarkan uraian di atas, maka teknik pengumpulan data dalam penelitian
ini meliputi observasi, studi pustaka, dan studi dokumentasi. Observasi adalah
metode pengumpulan data dengan melakukan pengamatan langsung tentang
sejarah sistem pemerintahan Belanda. Selanjutnya melakukan metode studi
Pustaka dengan mengumpulkan sumber-sumber seperti buku, literatur, dan catatan
untuk memecahkan permasalahan yang diteliti. Dalam penelitian ini penulis
melakukan studi dokumentasi yang diperlukan dalam mempertajam hasil
penelitian mengenai Sistem Pemerintahan Belanda sebagai sumber pembelajaran
sejarah.
Setelah data terkumpul kemudian dilakukan teknik analisis data. Analisis
data merupakan upaya mengolah data menjadi informasi sehingga data tersebut
mudah dipahami dan digunakan untuk pemecahan masalah atau penarikan
kesimpulan. Menurut Miles dan Huberman (1992:16) ada tiga alur kegiatan dalam
menganalisis data, yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan,
yakni seperti berikut: (1) Reduksi data, yaitu bentuk analisis yang
menggolongkan, mengarahkan, dan mengorganisasi data dengan sedemikian rupa
supaya dapat ditarik kesimpulan; (2) Penyajian data, yaitu suatu kegiatan
membuat laporan hasil penelitian agar data yang dikumpulkan mudah dipahami
dan di analisis; (3) penarikan kesimpulan, yaitu hasil akhir dari analisis data dan
evaluasi dari penjelasan data tersebut.
98
Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Universitas Jambi
Vol. 2 No. 1 April (2022) Hal. 92-116
ISSN 2809-0098 (ONLINE)
Hal ini dilakukan karena rakyat tidak puas terhadap sistem monopoli yang
dijalankan Belanda di daerah Jambi. Tahun 1623 kantor dagang Belanda di Muara
Kumpeh ditutup karena sikap rakyat Jambi yang tidak senang terhadap Belanda.
(Masjikuri,1979:14-15)
Pada tahun 1904 Sultan Thaha gugur dan pada saat itu kesultanan Jambi
runtuh dan dikuasai oleh pemerintahan Belanda. Setelah berakhirnya kesultanan
Jambi, Belanda menetapkan Jambi sebagai tempat tinggal dan memasukkannya ke
dalam wilayah Belanda merdeka. Residen pertama adalah O.L. Helfrich, dilantik
pada tanggal 2 Juli 1906, menurut Surat Keputusan Gubernur Belanda No. 20
tanggal 4 Mei 1906. (Mubyarto,1990:31)
Pada masa pemerintahan Belanda, Jambi merupakan salah satu dari 10
pemukiman yang didirikan oleh Belanda di Sumatera Timur. Khusus di Jambi
keresidenan yang beribukota di Jambi dibantu oleh dua orang asisten residen yang
membantu mengoordinasikan bebebapa Onderafdeling. Adapun residen yang
pernah memerintah di Jambi dalam kurun waktu 1906-1942 adalah sebagai
berikut: (Miftahurrahmat,2018:36).
1. O.L Helfrich dari tahun 1906-1908;
2. A.J.N. Engelenberg dari tahun 1908-1910;
3. Th. A.L Heyting dari tahun 1910-1913;
4. A.L. Kamerling dari tahun 1913-1915;
5. H.C.E. Qwaast dari tahun 1915 - 1918;
6. H.L.C. Petri dari tahun 1918-1923;
7. C. Poorman dari tahun 1923-1925;
8. G.J.Van Dongen dari tahun 1925-1927;
9. H.E.K. Ezerman dari tahun 1927-1928;
10. J.R.F. Versohoor Van Nosse dari tahun 1928-1931;
11. W.Tain Buch dari tahun 1931-1933;
12. Ph.J.Van Der Meulan dari tahun 1933-1936;
100
Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Universitas Jambi
Vol. 2 No. 1 April (2022) Hal. 92-116
ISSN 2809-0098 (ONLINE)
101
Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Universitas Jambi
Vol. 2 No. 1 April (2022) Hal. 92-116
ISSN 2809-0098 (ONLINE)
102
Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Universitas Jambi
Vol. 2 No. 1 April (2022) Hal. 92-116
ISSN 2809-0098 (ONLINE)
1 1906 Dari tahun 1906 sampai 1916, pemerintah pribumi mengalami beberapa
kali perubahan reorganisasi pemerintahan, Jambi diperintah oleh lima
orang penduduk yang masih muda dan belum berpengalaman.
103
Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Universitas Jambi
Vol. 2 No. 1 April (2022) Hal. 92-116
ISSN 2809-0098 (ONLINE)
9 1919 Antara tahun 1914-1919 akibat terjadinya perang dunia I hal ini
menyebabkan terjadi krisis ekonomi di daerah Jambi karena adanya krisis
pangan terutama bahan makanan pokok seperti beras
10 1920 Banyak masyarakat yang pindah ke berbagai jalur yang ada akibat kerja
paksa yang dilakukan oleh Belanda.
104
Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Universitas Jambi
Vol. 2 No. 1 April (2022) Hal. 92-116
ISSN 2809-0098 (ONLINE)
Pada tahun 1928 kolonial Belanda mendirikan salah satu Menara air di Jambi.
Fungsi dari Menara ini untuk menampung air. Dahulunya, Menara ini
digunakan sebagai tempat mengontrol dan mengintai para musuh yang
kemungkinan akan lewat di daerah sungai Batanghari. Terdapat 3 bangunan
yang ada di Menara ini yaitu terdiri dari 1 bangunan yang paling tinggi
terdapat 3 tingkat, sebagai bangunan induk yang berada di posisi tengah, dan
terdapat 2 bangunan yang rendah mengapit antara bangunan induk yang
tinggi. Luas bangunan ini berdiameter 9,360 dan tingginya mencapai 24,150
m.
106
Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Universitas Jambi
Vol. 2 No. 1 April (2022) Hal. 92-116
ISSN 2809-0098 (ONLINE)
107
Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Universitas Jambi
Vol. 2 No. 1 April (2022) Hal. 92-116
ISSN 2809-0098 (ONLINE)
Kampus UNJA “pasar” adalah kampus tertua di Jambi dengan luas 0,72 hektar
dengan bangunan klasik peninggalan Belanda. Terletak di kawasan pasar
(pusat bisnis dan perdagangan) Jalan Raden Mattaher, Kecamatan Pasar,
Jambi. Saat ini menjabat sebagai pengelola Pengembangan Perguruan Tinggi
(P2T) dan Penyelenggara Universitas Terbuka.
108
Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Universitas Jambi
Vol. 2 No. 1 April (2022) Hal. 92-116
ISSN 2809-0098 (ONLINE)
109
Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Universitas Jambi
Vol. 2 No. 1 April (2022) Hal. 92-116
ISSN 2809-0098 (ONLINE)
110
Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Universitas Jambi
Vol. 2 No. 1 April (2022) Hal. 92-116
ISSN 2809-0098 (ONLINE)
111
Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Universitas Jambi
Vol. 2 No. 1 April (2022) Hal. 92-116
ISSN 2809-0098 (ONLINE)
113
Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Universitas Jambi
Vol. 2 No. 1 April (2022) Hal. 92-116
ISSN 2809-0098 (ONLINE)
KESIMPULAN
Pada tahun 1906 berdirilah keresidenan pertama di Jambi sehingga secara
resmi Jambi berada dibawah pemerintahan kolonial Belanda, maka dengan ini
membawa perubahan besar bagi Jambi dari segi politik, ekonomi, sosial-budaya
dan pemerintahannya. Sistem pemerintahan Belanda di Jambi ini merupakan
sejarah yang perlu dipelajari dan diketahui oleh generasi penerus sekarang.
Dengan mempelajari mempelajari sejarah bangsa maka,peserta didik akan
mencintai tanah airnya. Oleh karena itu sistem pemerintahan Belanda di Jambi ini
dapat menjadi bahan ajar pada mata pelajaran sejarah dan diterapkan sesuai
dengan KD dan materi yang berhubungan dengan sistem pemerintahan Belanda.
Pembelajaran yang berkaitan dengan lingkungan sekitar dapat memberikan
wawasan bagi peserta didik dalam mengenal lingkungan sekitarnya yang memiliki
sejarah. Oleh karena itu, sudah sewajarnya peserta didik untuk lebih mengenal
lingkungan sekitarnya dan lebih baiknya apabila terdapat buku ajar untuk
pendidik maupun peserta didik yang berkaitan dengan sistem politik pemerintahan
Belanda di Jambi ataupun buku sejarah lokal lainnya untuk menjadikan proses
pembelajaran dapat berjalan dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
115
Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Universitas Jambi
Vol. 2 No. 1 April (2022) Hal. 92-116
ISSN 2809-0098 (ONLINE)
Putri, Seibahar Sari. (2021). Sejarah Jambi Masa Keresidenan 1906-1942. Skripsi
Pendidikan Sejarah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Batanghari Jambi.
116
Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Universitas Jambi
Vol. 2 No. 1 April (2022) Hal. 92-116
ISSN 2809-0098 (ONLINE)
117
Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Universitas Jambi
Vol. 2 No. 1 April (2022) Hal. 116-136
ISSN 2809-0098 (ONLINE)
Abstrak: Kawasan pusat kota Jambi merupakan salah satu wilayah yang tidak terlepas
dari kekuasaan Kolonial Belanda. Belanda secara sah berhasil menguasai kawasan pusat
kota Jambi dan menjadikan kota Jambi sebagai pusat dari dari keresidenan Jambi
dibawah pemerintahan kolonial Belanda tahun 1906. Di bawah kekuasaan kolonial
Belanda tumbuh dan berkembang menjadi kota modern saat itu. Penelitian ini dilakukan
untuk mengidentifikasi bagaimana perkembangan kawasan pusat kota pemerintahan
Belanda di Jambi khususnya pada masa Kolonialisme dan Imperialisme Belanda. Metode
penelitian yang digunakan dalam penulisan artikel ini yaitu metode kualitatif deskriptif.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kawasan pusat kota Jambi peninggalan Belanda
dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar sejarah pada mata pelajaran sejarah Indonesia
dan sejarah peminatan. Peninggalan Belanda di kawasan pusat kota Jambi ini sangat
memiliki peranan penting terhadap peserta didik karena dengan menjadikan kota modern
peninggalan Belanda di kota Jambi ebagai sumber belajar sejarah dapat meningkatkan
perasaan cinta tanah air dan nasionalisme terhadap bangsa serta mereka akan lebih
mengenal mengenai sejarah yang terdapat dilingkungan sekitarnya dan dapat
melestarikannya untuk masa yang akan datang.
Kata kunci: Imperialisme, Kolonialisme, Kawasan Pusat Kota Jambi, Sumber Belajar
Sejarah
Abstract: The Jambi city center area is one of the areas that cannot be separated from
the Dutch colonial power. The Dutch legally succeeded in controlling the downtown area
of Jambi and making Jambi the center of the Jambi residency under Dutch colonial rule
in 1906. Under Dutch colonial rule, it grew and developed into a modern city at that
time. This research was conducted to identify how the development of the downtown area
of the Dutch government in Jambi, especially during the Dutch Colonialism and
Imperialism period. The research method used in writing this article is descriptive
qualitative method. The results of this study indicate that the downtown area of Jambi's
Dutch heritage can be used as a source of learning history in Indonesian history subjects
and specialization history. This Dutch heritage in the downtown area of Jambi has a very
important role for students because by making the modern city of Dutch heritage in the
city of Jambi a source of history learning, it can increase feelings of love for the
homeland and nationalism towards the nation and they will know more about the history
in the surrounding environment. and can preserve it for the future.
116
Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Universitas Jambi
Vol. 2 No. 1 April (2022) Hal. 116-136
ISSN 2809-0098 (ONLINE)
PENDAHULUAN
Pada abad ke-16 didalam penguasaan kesultanan yang dipimpin oleh
Sultan Abdul Kahar merupakan langkah pertama kedatangan pemerintah kolonial
Hindia-Belanda ketanah Jambi. Tepatnya pada tahun 1615 ada sebuah kapal
Belanda yang Bernama Japen Van Amsterdam mengunjungi Jambi dibawah
pimpinan Abraham Streck dengan maksud agar mendapatkan izin untuk
mendirikan loji dagang di Muara Kumpeh Belanda pertama kali datang yang
dilakukannya adalah meyakinkan maksud baiknya oleh penguasa kerajaan Jambi,
maka pada tahun 1616 berdirilah loji Belanda di Muara Kumpeh ( Miftahurrahmat
2018:37 ).
Setelah berdirinya loji di daerah muara kumpeh tersebut pengaruh
pemerintahan kolonial Hindia-Belanda semakin menguat dimana, hal tersebut
ditandai dengan bantuan yang diberikan pasukan kolonial Belanda untuk
mengusir bajak laut yang menguasai kawasan penting dan vital dari kesultanan
Jambi yakni di Sungai Batanghari yang menjadi pusat perekonomian pada saat itu.
Setelah bantuan yang diberikan kolonial Hindia-Belanda terhadap kesultanan
Jambi campur tangan Kolonial Hindia-Belanda dalam urusan kesultanan Jambi
pada masa pemerintahan Sultan Muhammad Fachruddin di tahun 1833 semakin
kuat dan akhirnya pasukan kolonial Hindia-Belanda menguasai wilayah Jambi
sepenuhnya. Pada tahun 1906, kolonial Hindia-Belanda mulai membentuk sebuah
perancangan administrasi pemerintahan di kota Jambi. Hal ini memperlihatkan
bahwa Jambi yang sebelumnya ditangani dan berada kawasan Keresidenan
Palembang, menjadi keresidenan sendiri. Sebagai pemimpin dari residen Jambi
yang pertama ialah O.L. Helfrich, dimana O.L. Helfrich sebelumnya dia menjabat
sebagai Asisten Residen Palembang.
Setelah kesultanan runtuh pemerintah kolonial Hindia-Belanda merancang
pembangunan kota modern sebagai pusat pemerintahan kolonial Hindia-Belanda.
Hal tersebut dilatar belakangi oleh 3 faktor yaitu faktor politik, ekonomi dan
geografis. Dimana pada faktor politik Belanda mendirikan sebuah kota modern
baru untuk mengawasi gerak-gerik para anak raja dari tepian kanan Sungai
Batanghari. kemudian faktor ekonomi dimana dengan adanya kota modern yang
baru hal tersebut mempermudah pihak Belanda dalam mengembangan potensial
117
ekonomi yang ada dengan memanfaatkan pelabuhan dagang yang ada didaerah
Jambi. Dan faktor geografis dimana Belanda mendirikan sebuah kota modern baru
dikarenakan daerah kawasan Jambi yang sangat mendukung transportasi jalur
perairan (sungai). dengan faktor inilah Belanda mendirikan sebuah kota modern
yaitu kota jambi sebagai kawasan pusat guna menjalankan pemerintahan nya
dikeresidenan yang baru (Miftahurrah, 2022:61-62).
Dalam Miftahurrah (2022:59) perkembangan kawasan pusat kota Jambi
sebagai pusat dari pemerintahan kolonial Hindia Belanda berlangsung dari tahun
1906-1942 yang mana dalam pemerintahan kolonial tersebut dipimpin oleh 14
orang yang periodenya berlangsung selama 36 tahun.
Dalam masa para pemimpin tersebut kawasan pusat kota jambi mengalami
perkembangan yang signifikan dimana pada tahun 1901 hasil dari kawasan hutan
Jambi menyumbang 94,5% ekspor dengan nilai keseluruhan mencapai 653.000
golden, terutama rotan, getah perca, dan karet. Pada era kepemimpinan Residen
O.L Helfrich, pada tahun 1918, pembudidayaan tanaman karet mendominasi dan
baik dikerisdenan maupun di perkebunan kecil keluarga pribumi (Elsbeth Locher-
Scholten, 2008 :321-322).
Kemudian keadaan perekonomian Keresiden Jambi tahun 1918-1922 yang
diperlihatkan ialah hasil ekspor seperti tanaman karet, kopra, rotan dan damar
meningkat secara signifikan Pada tahun 1921 ekspor rotan serta damar mencapai
titik tertinggi dalam penjualannya Kesimpulannya kedaan ekonomi di daerah
keresidenan Jambi dalam kurang lebih 5 tahun terakhir menjadi maju sangat pesat
(Hertina Adiwoso, 2006:51). Kemudian pada tahun 1924 di Jambi terdapat 3 buah
pabrik pengelolaan karet milik orang Tionghoa Jambi. Pada tahun 1925 ekspor
hasil tanaman karet yang meningkat hingga mencapai puluhan juta golden, maka
pada tahun 1926 pemerintah kolonial Hindia-Belanda mulai merancang perbaikan
pelabuhan di kawasan sungai Batanghari. Berdasarkan Besluith pada tanggal 8
Januari no.08 tahun 1929 membuat sebuah batas-batas pelabuhan, serta
pengerjaannya berlangsung sekitar 9 bulan selesai pada tahun oktober 1929.
Pelabuhan ini dikenal dengan nama Boom Batu (Lindayanti, 2014:66).
Jambi Pada 1934 menjadi sebuah kawasan pelabuhan paling akitf diluar
pulau Jawa sebagai pengekpor hasil tanaman karet rakyat terbesar di sumatera.
Kemudian untuk meningkatkan mobilisasi perdagangan internasional, maka
dibangunlah sebuah kantor lelang. Berdasarkan kepurusan Stb. 1908 No. 189 pada
11 April 1912 kantor lelang dibagi menjadi 2 bagian: Kantor lelang Kelas 1 dan
Kantor lelang Kelas 2. Daerah operasi Kantor lelang kelas 1 meliputi Ibukota
Jambi dengan hari pelelangan hari sabtu dan senin. Sementara kantor lelang kelas
2 meliputi seluruh daerah keresidenan Jambi, kecuali IbukotaJambi (Lindayanti,
2014:76).Pada periode tahun 1929-1933 pendapatan kantor beacukai keresidenan
Jambi menurun Pendapatan kembali naik pada tahun 1934 dengan
diberlakukannya penarikan pajak khusus pada produk tanaman karet rakyat
118
sehingga pendapatan cukai naik hingga 1,5 juta . Pada tahun 1935 penarikan pajak
khusus pada karet rakyat meningkat hingga 3,7juta (Elsbeth Locher-Scholten,
2008:328).
119
Muaro Jambi Sebagai Objek Pembelajaran Sejarah Lokal Di Era Digital”. Jurnal
Pendidikan Sejarah Indonesia. Vol 3. No1. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa penggunaan peninggalan sejarah di lingkungan sekitarnya dapat
menyebabkan efektif pembelajaran, ditambah dengan penerapan materi
pembelajaran sejarah lokal menggunakan media interaktif yang mengikuti
perkembangan zaman, seperti video, buku digital, dan internet.
Kawasan pusat kota Jambi sebagai pemerintahan tempat berlangsungnya
pemerintahan kolonial Hindia-Belanda ini membuat penulis tertarik untuk
membahas mengenai peninggalan atau pun masa lalu kota tersebut sebagai
sumber belajar sejarah. Karena pada dasarnya peristiwa aktual memang perlu
dipelajari sebagai sarana untuk meningkatkan ketertarikan siswa pada
pembelajaran sejarah. Adapun tujuan dari penulisan ini adalah untuk
mengidentifikasi kawasan pusat kota guna bisa dijadikan sebagai sumber belajar
sejarah. Untuk itu penulis mengambil judul penelitian “Jambi Masa
Kolonialisme Imperialisme Sebagai Sumber Pembelajaran Sejarah : Study
Kasus Kawasan Pusat Kota Pemerintahan Belanda di Jambi Tahun 1906-
1942.”
METODE PENELITIAN
Metode penelitian kualitatif ialah metode penelitian yang berlandaskan pada
filshafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek secara
alamiah, dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci, teknik pengumpulan
data dilakukan secara gabungan. Analisis data bersifat induktif atau kualitatif, dan
hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari generalisasi (Sugiyono,
2019:18). Pendekatan deskriptif kualitatif yaitu pendekatan penelitian dimana
data-data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar-gambar dan bukan angka.
Data dalam penlitian tersebut dapat diambil dari hasil wawancara, catatan
lapangan, foto, catatan pribadi atau pun dokumentasi lainnya (Moleong, 2017:6).
Berdasarkan penjelasan diatas maka teknik pengumpulan data pada
penelitian ini antara lain yaitu observasi, studi pustaka dan studi dokumentasi.
Observasi adalah metode pengumpulan data dengan cara melakukan pengamatan
langsung mengenai sejarah peninggalan pemerintahan kolonial Hindia-Belanda di
kawasan pusat kota Jambi Selanjutnya melakukan metode studi Pustaka dengan
mengumpulkan sumber-sumber seperti buku, literatur, dan catatan untuk
memecahkan permasalahan yang diteliti. Kemudian melakukan studi dokumentasi
yang diperlukan dakam mempertajam hasil penelitian mengenai kawasan pusat
kota sebagai sumber pembelajaran sejarah.
Setelah semua data terkumpul langkah selanjutnya melakukan teknik
analisis data. Menurut Miles dan Huberman dalam (Sugiyono, 2018:337)
menyebutkan bahwa metode data kualitatif dilakukan melalui tiga tahap yakni
sebagai berikut : (1) Reduksi Data (Data Reduction) merupakan proses
120
merangkum, menyeragamkan, serta mengidentifikasi permasalahan pokok, dan
memfokuskan permasalahan penting, juga menetukan tema dan polanya
berdasarkan data dari catatan di lapangan, wawancara dan observasi sehingga
menjadi sebuah tulisan yang akan dianalisis secara menyeluruh.; (2) Penyajian
Data (Data Display), melakukan pengambilan tindakan dari susunan data yang
telah dirangkum dalam bentuk deskriptif; dan (3) Penarikan Kesimpulan
(Conclusion Drawing/Verifivation), Penarikan kesimpulan merupakan sebuah
hasil akhir dari sebuah pemikiran berdasarkan langkah analisis data sebelumnya,
di mana penyajian data tersebut diintepretasikan kemudian dianalisis untuk
memperoleh suatu kesimpulan.
121
Jambi sebelumnya berada dalam situasi tentram dan tenang,namun Setelah
berdirinya Loji di Muara Kumpe Belanda Bersikeras untuk memonopoli
perdagangan didaerah Jambi pada saat itu dan menimbulkan rasa tak suka dari
rakyat Jambi sehingga menimbulkan peperangan antara Belanda dan masyarakat
Jambi (Majiskuri, 1979: 17). Belanda mendapatkan perlawanan dari rakyat
Perlawanan rakyat Jambi ini dipimpin oleh para sultan dan rakyat Jambi yang
ingin mempertahankan kemerdekaan daerahnya dan ingin mengusir penjajah
asing. Setelah perang yang berkepanjangan Tahun 1858 pasukan kolonial Hindia-
Belanda yang dipimpin oleh Mayor Van Langen berhasil merebut kekuasaan dan
menduduki Kesultanan Jambi . Sultan Thaha Syaifuddin tidak mau menyerah dan
mengakui kekalahan tersebut. Kemudian perjuangan terus berlanjut hingga
perjuangan Raden Mattaher yang berhasil membakar Loji Belanda yang berada di
Muara Kumpeh akan tetapi hal tersebut dapat dibendung tak lama oleh Belanda.
Pada tahun 1904 Sultan Thaha gugur dan pada saat itu kesultanan Jambi
runtuh dan dikuasai oleh pemerintahan Belanda. Setelah berakhirnya kesultanan
Jambi, Belanda menetapkan Jambi sebagai tempat tinggal dan memasukkannya ke
dalam wilayah Belanda merdeka. Residen pertama adalah O.L. Helfrich, dilantik
pada tanggal 2 Juli 1906, menurut Surat Keputusan Gubernur Belanda No. 20
tanggal 4 Mei 19069 (Mubyarto, 1990:31).
Dalam Miftahurrah (2022:59) Jambi keresidenan yang beribukota di Jambi
dibantu oleh dua orang asisten residen yang membantu mengoordinasikan
bebebapa Onderafdeling. Adapun residen yang pernah memerintah di Jambi
dalam kurun waktu 1906-1942 adalah sebagai berikut:
1. O.L Helfrich 1906-1908;
2. A.J.N. Engelenberg 1908-1910;
3. Th. A.L Heyting 1910-1913;
4. A.L. Kamerling 1913-1915;
5. H.C.E. Qwaast dari tahun 1915 - 1918;
6. H.L.C. Pethri 1918-1923;
7. C. Porman 1923-1925;
8. G.J.V. Dongen 1925-1927;
9. H.E.K. Ezerman 1927-1928;
122
10. J.R.F.V. Van Nosse 1928-1931;
11. W.Thain Buch 1931-1933;
12. Ph.J.Van Dher Meulan 1933-1936;
13. M.J.Ruyschaver 1936-1940; dan
14. Reunvers 1940-1942.
Jatuhnya wilayah Jambi ketangan Belanda membuat sejumlah perubahan
terhadap pemerintahan dan kekuasaan di Jambi, salah satunya di bidang dalam
kedudukan kawasan pusat kota yang dijadikan sebagai kotapraja serta sebagai
pusat kegiatan pelaksanaan pemerintahan dalam penerapan kebijakan kebijakan
kolonial yang ada dikawasan pusat kota Jambi.
123
Setelah menduduki kawasan pusat kota Jambi Belanda mulai membangun
berbagai macam bangunan untuk mendukung sistem pemerintahannya di kawasan
pusat. Sehingga mengakibatkan adanya pembangunan secara besar-besaran oleh
pihak pemerintah kolonial Hindia-Belanda untuk membangun prasarana baik di
dalam kota ataupun jalan-jalan yang menghubungkan ke wilayah pedalaman
Jambi seperti Bungo, Tebo, Muaro Tembesi, Muaro Bulian hingga ke pusat kota
keresidenan Belanda di kota Jambi. Selain itu menghubungkan juga dengan
wilayah Sumatera Barat yakni di dekat damasraya.
Tidak hanya berupa jalan, Belanda juga membangun fasilitas di kawasan
pusat kota Jambi yang terdiri dari kantor pos, pasar, sekolah, barak , penjara,
penyaluran listrik, pelabuhan, rumah rumah permanen, gedung pertemuan, gereja,
rumah sakit dan landasan penerbangan.
Fasilitas yang dibangun oleh pemerintah Kolonial Belanda di kawasan
pusat kota Jambi peranan yang cukup besar bagi Kolonial Belanda. Dibawah
pemerintahan kolonial Belanda kawasan pusat kota Jambi dijadikan ibukota dan
memiliki peran sebagai salah satu kota yang dibangun untuk menjalankan
kegiatan administrasi pemerintah Belanda.
Pengembangan kota di kawasan pusat kota Jambi oleh pihak Belanda
membawa perubahan yang signifikan bagi kehidupan masyarakat. Kawasan pusat
kota Jambi saat itu pada masa itu menjadi pusat perdagangan terbesar sehingga
banyak masyarakat dengan mata pencarian sebagai pedagang. Menurut Makkelo
(2017:94) perkembangan kota kolonial sejak akhir abad ke-19 hingga awal abad
ke-20 telah melahirkan gaya hidup hedonitas kelompok-kelompok tertentu kaum
Eropa dan bangsawan tentunya menikmati gaya hidup elit diperkotaan, tapi
berbeda dengan para kawula yang tidak mampu tidak akan memiliki akses gaya
hidup yang mewah tersebut (Kuntowijoyo dalam raja, priyayi, dan kawula).
Ciri-ciri kawasan pusat kota Jambi tidak terlepas dari ciri Kota Kolonial di
wilayah lainnya yaitu identik dengan adanya bangunan bercorak belanda seperti
barak, penjara, dan rumah rumah permanen yang berfungsi sebagai tempat
bekerja, tempat tinggal dan tempat bersosialita.
Dalam bukunya yang berjudul The Southeast Asian City, McGee
menyatakan juga beberapa ciri kota kolonial yaitu terdapat sebuah pemukiman
124
yang sengaja dibuat untuk para pedagang yang datang kewilayah tersebut dan
juga untuk para penguasa atau penjajah (Rakhamanita, dkk. 2021:4).
Di lihat dari segi fisiknya kota Kolonial di Indonesia memiliki ciri khas
atau karakteristik yang hampir serupa dengan kota lainnya yaitu berkaitan dengan
sistem cara pemerintahan yang telah diterapkan oleh Kolonial Belanda. Cara
tersebut terkenal dengan istilah indirect rule (memerintah dengan cara tidak
langsung). Pengelolaan keresidenan Jambi berada dikawasan pusat kota.
Setelah Indonesia terlepas dari penjajahan Kolonial Belanda kawasan
pusat kota Jambi berubah menjadi lokasi yang banyak terdapat bangunan
bersejarah. Wilayah yang berhasil diduduki pada tahun 1906 ini banyak
meninggalakan jejak bangunan pada masa kedudukan Belanda maka tidak
mengherankan lagi apabila banyak ditemukannya bangunan bersejarah di kawasan
pusat kota Jambi. Kawasan pusat kota Jambi dibangun dan dikembangkan dengan
tujuan menjalankan kegiatan administrasi pemerintah Belanda. Bangunan-
bangunan yang didirikan oleh Belanda ini telah dibuat dengan sangat baik
sehingga bangunannya tidak termakan oleh usia walaupun sebagaian besar sudah
mengalami kerusakan akibat tidak adanya perawatan yang dilakukan oleh
penduduk setempat ataupun pemerintah Jambi.
Pola Penyebaran Kawasan Pusat Kota Jambi
Bentuk kota atau kawasan merupakan hasil proses budaya manusia dalam
menciptakan ruang kehidupannya, sesuai kondisi site, geografis, dan terus
berkembang menurut proses sejarah yang mengikutinya. Menurut Kosthof (1991),
peran dan perkembangan masyarakat sangat berpengaruh dalam suatu proses
pembentukan kota. Sehingga terbentuknya pola kota akan terus berkembang
sebagai proses yang dinamis dan berkesinambungan tanpa suatu awal dan akhir
yang jelas. Dalam pola penyebaran kawasan pusat kota Jambi termasuk dalam
jenis pola pemukiman Menjalur (The Aranged Isolated Farm Type) dimana pola
ini terbentuk di sepanjang jalur utama seperti jalan, sungai dan pantai. Disekitar
itulah tumbuhnya bentuk pemukiman menjalur. Desa atau pemukiman dibangun
meluas sejajar dengan garis sungai atau pantai. Contoh dari tipe ini adalah
kawasan pusat kota Jambi yang berada di sekitaran Sungai Batanghari
diilustrasikan sebagai berikut:
125
Gambar 1. Pola Pemukiman Menjalur
(S.Syuhada dkk, 2017:179)
Pola permukiman bentuk ini adalah suatu pola sederhana dengan peletakan
unit-unit permukiman (rumah, fasum, fasos dan sebagainya) secara terus menerus
pada tepi sungai dan jalan. Pada pola ini kepadatan tinggi, dan kecenderungan
ekspansi permukiman dan mixed use function penggunaan lahan beragam.
Pada pola pemukiman ini perkembangan kawasan pusat kota Jambi
berlangsung dalam jangka yang sangat panjang. Hal itu dilihat berdasarkan tiga
sumber daya yang dengan nyata yang diperlukan untuk pendirian dan
perkembangan kota yakni air minum, kayu, serta bahan makanan. Kekayaan hutan
menjadi penentu untuk tempat pendirian kota di daerah tropis.
Pada saat masa pemerintahan kolonial dalam pemukiman masyarakat
Jambi pemerintah kolonial Hindia-Belanda mendirikan atau membangun beberapa
bagunan atau rumah panggung di sekitar kawasan pinggiran sungai Batanghari
yang terbuat dari kayu berjenis tembesu dan bulian, dua jenis kayu khas
kabupaten Batanghari.
Tidak jauh dari lokasi rumah-rumah ini terdapat sebuah bangunan yang
menjadi ruang persenjataan bagi pasukan kolonial Hindia-Belanda dan juga barak
, kantor pos, penjara, pelabuhan dan los pasar serta bioskop yang digunakan
sarana hiburan bagi penguasa Belanda saat itu. Selain itu pemerintah kolonial
Hndia-Belanda juga membangun beberapa kilang minyak dan teng besi yang
digunakan untuk menyimpan hasil minyak bumi dari daerah tersebut.
126
Dalam kawasan pusat kota Jambi pola pemukiman ini terus berlanjut
hingga tahun 1942 dimana pemerintah kolonial terus mengembangkan potensi
yang terdapat didaerah pinggiran sungai Batang Hari. kemudian pada penggunaan
pola pemukiman ini pemerintah kolonial Belanda menjadi lebih mudah dalam
mengontrol kawasan pusat residen Jambi.
127
Gambar 3. Rumah Batu Olak Khemang
3. Unja Pasar Lama
Kampus UNJA pasar lama merupakan bangunan kampus tertua yang berada di
kota Jambi. Bangunan kampus yang memiliki luas hampir 1 hektar (0,72 h)
merupakan bangunan yang memiliki corak klasik dari peninggalan pemerintahan
kolonial Hindia-Belanda kala itu. Letak kampus ini berada di kawasan pasar
tepatnya Jln. Raden Mattaher, kec.Pasar, Kota Jambi. Saat ini Bangunan kampus
lama digunakan sebagai Penyelenggara Universitas Terbuka
128
Gambar 5. Gereja St. Theresia
6. Masjid Al-falah
Awal mula cikal bakal berdirinya masjid Al-falah Jambi bermula dari lokasi nya,
dimana lokasi awal dari masjid ini merupakan pusat kesultanan melayu Jambi saat
itu ,kemudian setelah masuknya pemerintah kolonial Hindia-Belanda berubah
menjadi pusat pemerintahan dan Benteng. Kemudian hal tersebut juga didasari
oleh penjelasan beberapa sejarawan Jambi. Kemudian tahun 1906 tempa itu
dijadikan asrama tentara hingga 1970-an. Lalu tepatnya pada 1971 pembangunan
masjid ini dimulai dan rampung pada 1980.
129
Gambar 7. Masjid Al-falah
130
Dalam memanfaatkan peninggalan Belanda di kawasan pusat kota Jambi
bisa dilakukan oleh pendidik atau guru dengan cara mengajak para peserta didik
mengunjungi lokasi atau menggunakan metode karya wisata (out door) adapun
cara kedua yaitu dengan cara menampilkan gambar atau video yang berkaitan
dengan situs peninggalan kolonial Belanda yang ada dikawasan pusat kota Jambi
seperti , menara air tua, rumah olak kemang, dan kelenteng hok tek.
Dengan memanfaatkan pembelajaran yang ada disekitar lingkungan
tempat tinggal atau mencakup wilayah Jambi dapat memberikan efek yang positif
bagi para peserta didik. Peninggalan Belanda di kawasan pusat kota Jambi sebagai
sumber pembelajaran sejarah Indonesia maupun sejarah peminatan. secara tidak
langsung para pendidik berperan dalam meninggkatkan rasa cinta dan nasiolisme
didalam diri peserta didik.
Kawasan pusat kota pemerintahan Belanda di Jambi merupakan salah satu
sumber pembelajaran yang bisa diimplikasikan ke dalam materi ajar berbasis lokal
berdasarkan kurikulum darurat tahun 2020 pada mata pelajaran Sejarah Indonesia
dan Sejarah Peminatan dengan KI dan KD yang mengkaji Kolonialisme dan
Imperialisme di Indonesia. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada tabel berikut ini:
Kompetensi Inti
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
2. Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli, santun,
ramah lingkungan, gotong royong, kerjasama, cinta damai, responsif dan
proaktif) dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas
berbagaipermasalahan bangsa dalam berinteraksi secara efektif dengan
lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan
bangsa dalam pergaulan dunia.
Tabel 1 Kompetensi Dasar Kurikulum Darurat 2020 Pada Mata Pelajaran Sejarah
KOMPETENSI INTI 3 KOMPETENSI 4
(PENGETAHUAN) (KETERAMPILAN)
1. Memahami, menerapkan, dan 2. Mengolah, menalar, dan menyaji
menganalisis pengetahuan faktual, dalam ranah konkret dan ranah
konseptual, procedural, dan abstrak terkait dengan
metakognitif berdasarkan dalam pengembangan diri yang
131
ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dipelajari di sekolah secara
budaya, dan humaniora dengan mandiri, dan mampu
wawasan kemanusiaan, menggunakan metode sesuai
kebangsaan, kenegaraan, dan kaidah keilmuan.
peradaban terkait penyebab
fenomena dan kejadian, serta
menerapkan pengetahuan
procedural pada bidang kajian yang
spesifik sesuai dengan bakat dan
minatnya untuk memecahkan
masalah.
(Sumber:2020, Direktorat SMA, Direktorat Jenderal PAUD,DIKNAS dan
DIKMEN)
Adapun Kompetensi Dasar pada mata pelajaran Sejarah Indonesia
memuat materi yang berkaitan dengan Sistem Pemerintahan Belanda di Jambi
diantaranya sebagai berikut:
Tabel 2 Kompetensi Dasar Pada Mata Pelajaran Sejarah Indonesia kelas XI
KOMPTENSI DASAR
132
penjajahan bangsa penjajahan bangsa Eropa 2. Perkembangan
Eropa (Protugis, Perlawanan bangsa Kota Modern di
Spanyol, Belanda, Indonesia Kawasan pusat
Inggris) sampai dengan menghadapi Portugis tahun 1906-1942
abad ke-20 dan Spanyol 3. Peningalan
Perlawanan bangsa bangunan masa
4.2 Mengolah innformasi Indonesia Kolonial Belanda
tentang strategi menghadapi VOC di kawasan pusat
perlawanan bangsa dan pemerintah kota
Indonesia terhadap Perlawanan bangsa
penjajahan bangsa Indonesia
Eropa (Portugis, menghadapi
Spanyol, Belanda, pemerintah Hindia
Inggris) sampai dengan Belanda
abad ke-20 dan
menyajikannya dalam
bentuk lisan, tulisan,
dan/atau media lain
(Sumber:2020, Direktorat SMA, Direktorat Jenderal PAUD,DIKNAS dan
DIKMEN)
Selain pada mata pelajaran Sejarah Indonesia Kompetensi Dasar pada
mata pelajaran Sejarah peminatan yang memuat materi berkaitan dengan
perkembangan kawasan pusat kota pada masa Kolonial Belanda diantaranya
sebagai berikut:
Tabel 3 Kompetensi Dasar Pada Mata Pelajaran Sejarah Peminatan kelas XI
134
Daftar Pustaka
Andi dan Weny. (2019). Perkembangan Sekolah Rakyat (Volkschool) Di Gunung
Kencana Kabupaten Lebak Banten Tahun 1940-1964. Jurnal Pendidikan
Sejarah dan Ilmu Sejarah. Vol. 2, No. 2. 11-21
Aulia Kristina, Ulul Azmi. (2019). Gereja Katolik St.Teresia Kota Jambi 1935-
2011. Junal Ilmu Istoria. Vol 3. No 1. 47-62.
Dedi Arman. (2018). Perdagangan Lada di Jambi Abad XVI-XVII Jambi. Jurnal
Sejarah Budaya. Vol 1. No 2. https://doi.org/10.33652/handep.v1i2.17.
Lidayanty, dkk. (2013). Jambi dalam Sejarah 1500-1942. Jambi Pusat kajian
Sejarah dan Melayu Jambi.
Miftahurrah, dkk. (2022). Kota Jambi Sebagai Pusat Pemerintah Kolonial Hindia
Belanda .Jurnal Sejarah Islam. Vol 4. No.1. 55-67.
Siti Heidi Karmela, Aurora Nandi Febrianti, Abd. Rahman. (2018). Bangunan
Bersejarah Periode Kolonial Dan Pemanfaatannya Dalam Pembelajarah
Sejarah Lokal Jambi. Jurnal Ilmu Istoria.Vol 2. No 2. 17-32.
Venorica, Selly dan Rahma Wardani Siregar. (2017). Pengaruh Masa Kolonial
Terhadap Struktur Ruang Kawasan. Magister Teknik Arsitektur. Fakultas
Teknik. Universitas Sumatera Utara.
135
Wian Syandra Suryani, Ulul Azmi. (2021). Peranan Rio Dalam Pemerintahan
Masyarakat Jambi Pada Masa Keresidenan Belanda ( 1906-1925). Jurnal
ilmiah Pendidikan Sejarah Universitas Batanghari. Vol 5, No.1 . 10-25.
136