Anda di halaman 1dari 146

KATA PENGANTAR .

Syukur Alhamdulillah, merupakan satu kata yang sangat pantas saya ucakan kepada
Allah SWT, yang karena bimbingan Nya-lah tim redaksi bisa menerbitkan sebuah jurnal ilmiah
pada Jurnal EduSosial | Jurnal Pendidikan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Universitas
Jambi Volume. 2, No.1 Jurnal EduSosial diterbitkan oleh Jurusan PIPS Universitas Jambi. Jurnal
ini menerbitkan makalah penelitian asli, artikel konseptual, artikel review dan studi kasus. Fokus
dan Cakupan jurnal ini terdiri dari Seluruh Spektrum Pembelajaran IPS Dan Pendidikan IPS
yang meliputi: Sistem Pendidikan, Kurikulum, Nilai-Nilai Pendidikan, Peninggalan sosial
Lokal, Media Pembelajaran Dan Sumber Pembelajaran, Evaluasi Pembelajaran, dan Topik
Terkait Lainnya.

Tim Penyusun sendiri menyadari bahwa masih sangat banyak kekurangan yang mendasar
pada terbitan ini. Oleh karna itu kami mengajak pembaca untuk memberikan kritik dan saran
yang bersifat membangun untuk kemajuan ilmu pengetahuan ini serta kemajuan ilmiah dari
jurnal yang kami sediakan dan semoga terbitan ini bisa memberikan sumbangsih positif bagi kita
semua.

Jambi, April 2022

Tim Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii

PERJUANGAN ABDUL WAHID VS KOLONIAL BELANDA DI JAMBI (1916): 1-11


STUDY PENGEMBANGAN BAHAN AJAR PEMBELAJARAN SEJARAH
Reka Seprina , Yuliana

PENGARUH PEMBELAJARAN DARING DAN GAYA MENGAJAR DOSEN 12-18


TERHADAP KEPUASAN BELAJAR PADA MAHASISWA JURUSAN PIPS
ANGKATAN 2018 UNIVERSITAS JAMBI
Chindy Desia Azmi1 , Dr. Rosmiati, S.Pd., M.Pd , Ahmad Nasori, S.Pd., M.Pd

MENDESAIN ULANG PEMBELAJARAN MATA KULIAH KEWIRAUSAHAAN 19-31


MENJADI MATA KULIAH KEWIRAUSAHAAN BERBASIS
HISTORIOPRENEUR PADA MAHASISWA PRODI ILMU SEJARAH
Irhas Fansuri Mursal , Abdurrahman dan Fatonah, Gusmira Wita

PENGARUH PENGALAMAN USAHA, MODAL USAHA DAN DIVERIFIKASI 32-39


PRODUK TERHADAP PENDAPATAN PEDAGANG DI LUAR LINGKUNGAN
KAMPUS UNIVERSITAS JAMBI
Srina , Drs. H. Arpizal, M.Pd , Dra. Refnida, M. E

PENGARUH EFIKASI DIRI DAN LINGKUNGAN KELUARGA TERHADAP 40-52


MINAT DALAM MELANJUTKAN STUDI S2 PADA MAHASISWA
PENDIDIKAN EKONOMI FKIP UNIVERSITAS JAMBI
Nirmala Winda , Arpizal , Novia Sri Dwijayanti

PENGARUH HASIL BELAJAR MATA KULIAH KEWIRAUSAHAAN DAN 53-60


KREATIFITAS BERWIRAUSAHA TERHADAP MOTIVASI BERWIRAUSAHA
PADA MAHASISWA PENDIDIKAN EKONOMI ANGKATAN 2018
UNIVERSITAS JAMBI
Rega multi , Dra. Refnida, M.E , Hidayatul Arief, S.Pd., M.Pd

SEJARAH PERKEMBANGAN ISLAM DI NUSANTARA 61-77


Arueng Sy Pranata, Reka Seprina

EKSISTENSI MASYARAKAT BALI DI DESA MENDIS KABUPATEN MUSI 78-92


BANYUASIN TAHUN 1963-2020
Diyah Ayu Putri Maharani , Reka Seprina S.Pd.,M.Pd.
JAMBI MASA KOLONIALISME IMPERIALISME SEBAGAI SUMBER 93-116
PEMBELAJARAN SEJARAH:STUDY KASUS SISTEM PEMERINTAHAN
BELANDA TAHUN 1615-1942
Siti Sholekhah , Reka Seprina

JAMBI KOLONIALISME IMPERIALISME SEBAGAI PEMBELAJARAN 117-132


SEJARAH : STUDY KASUS KAWASAN PUSAT KOTA PEMERINTAHAN
BELANDA DI JAMBI TAHUN 1906-1942
Aldiri Heribertus , Reka Seprina
Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Universitas Jambi
Vol. 2 No. 1 April (2022) Hal. 1-11
ISSN 2809-0098 (ONLINE)

Perjuangan Abdul Wahid VS Kolonial Belanda di Jambi (1916):


Study Pengembangan Bahan Ajar Pembelajaran Sejarah

Reka Seprina1, Yuliana2


reka.seprina@unja.ac.id1, yulianadewisoleha@gmail.com2

Universitas Jambi

Abstrak: Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji bagaimana perlawanan Abdul Wahid
melawan Kolonial-Belanda yang dapat dijadikan sebagai bahan ajar pada pembelajaran
sejarah. Metode penelitian yang digunakan pada penulisan artikel ini berupa metode
Kualitatif deskriptif. Hasil dari penelitian kali ini menunjukan bahwa perjuangan Abdul
Wahid melawan Kolonial Belanda di Jambi yang terjadi pada tahun 1916 merupakan
salah satu reaksi masyarakat Jambi terhadap penjajahan yang dilakukan oleh Bangsa
Belanda yang membawa kesengsaraan bagi rakyat Jambi. Perjuangan Abdul Wahid
melawan Kolonial Belanda di Jambi bisa dimanfaatkan sebagai sumber sejarah lokal
Jambi dan sebagai bahan ajar pada pembelajaran sejarah bagi peserta didik karena materi
ini erat kaitannya dengan lingkungan yang mereka tinggali sehingga dapat menjadikan
pembelajaran sejarah ini lebih bermakna, dapat membentuk kepribadian peserta didik
agar lebih cinta tanah air, memiliki jiwa patriotisme dan meningkatkan semagat
nasionalisme serta bela negara bagi generasi muda penerus bangsa.

Kata kunci: Kolonialisme, Imperialisme, Bahan Ajar Sejarah.

Struggle of Abdul Wahid VS Dutch Colonial in Jambi (1916):


Study of Historical Learning Teaching Materials
Abstract: This research was conducted to examine how Abdul Wahid's resistance
against the Dutch Colonials that can be used as a teaching material in historical
learning. This research method was conducted to examine how Abdul Wahid's
resistance against the Dutch Colonials that can be used as a teaching material in
historical learning. The research method used in the writing of this article is in
the form of descriptive Qualitative methods. The results of this study showed that
Abdul Wahid's struggle against the Dutch Colonial in Jambi that occurred in
1916 was one of the reactions of the Jambi people to the colonization carried out
by the Dutch that brought misery to the people of Jambi. Abdul Wahid's struggle
against the Dutch Colonial in Jambi can be used as a source of local history
jambi and as a teaching material on historical learning for learners because this
material is closely related to the environment they live in so as to make this
historical learning more meaningful, can shape the personality of learners to love
the homeland more, have a spirit of patriotism and increase nationalism and
defend the country for The next generation of the nation.

1
Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Universitas Jambi
Vol. 2 No. 1 April (2022) Hal. 1-11
ISSN 2809-0098 (ONLINE)

Keywords: Colonialism, Imperialism, History Teaching Materials.

Pendahuluan
Imperialisme dan kolonialisme yang dilakukan oleh bangsa barat di Indonesia
berujung menjadi cikal bakal timbulnya berbagai macam reaksi baik positif seperti
membawa Indonesia ke masa modern dan maupun negative seperti kesengsaraan dan
kehancuran bagi masyarakat Indonesia sendiri sehingga hal ini berdampak pada
bermunculanya berbagai pemberontakan dan peperangan yang dilakukan oleh masyarakat
di Nusantara dalam upaya menentang kekuasan penjajahan di tanah Nusantara ini.
Merujuk pada penjajahan yang dilakukan bangsa Barat kepada sebagian besar
wilayah di Asia dan Afrika, merupakan salah satu hal yang menarik untuk dibahas lebih
dalam lagi. Arti “Penjajahan” sendiri dalam Bahasa Melayu sering disebut dengan istilah
imperialism ataupun colonialism dalam Bahasa Inggris, sebenarnya tidak dapat dinyatakan
memiliki makna yang sama (Cheah Boon Kheng, 1989:1). Adapun pengertian dari
penjajahan itu sendiri lebih mengacu kepada colonialism atau kolonialisme saja, dimana
suatu Negara berupaya untuk melakukan perngembangan serta perluasan wilayah ke
Negara lain. Hal ini tidak memungkiri bahwasannya imperialisme krusial buat
merealisasikan kolonialisme. Hal ini terjadi lantaran istilah akar imperare (dalam bahasa
Latin) bermaksud memerintah. Perkataan ini asal berdasarkan diksi imperium yang
bermaksud “wilayah pemerintahan raja” (Nico Thamied R. & M.P.B. Manus, 2000:25).
Istilah ini kemudiannya berkembang dan diartikan sebagai “dasar” serta “kaedah” ekspansi
daerah sang kuasa asing yang berkuasa atas negara-negara yg lemah (Rahimiah. 2017:44).
Reaksi ketidaksukaan terhadap kolonialisasi yang diakukan oleh Belanda di
Indonesia muncul hamper diseluruh wilayah nusantara seperti Perang Patimura di Maluku
tahun 1817, Pemberontakan Gerakan Paderi dan Perang T.K Imam Bonjol di Sumatera
barat pada tahun 1803-1837. Perang Diponegoro di Yogyakarta tahun 1825-1830, Perang
bali pada tahun 1841-1848, Perang Aceh pada tahun 1873-1904, dan Perang
Sisingamaharaja di Sumatera Utara pada tahun 1870-1907, serta berbagai permberontakan
dan peperangan lainnya (Ricklef. 2014)
Imprialisme dan kolonialisme di Jambi diawali dengan kedatangan Belanda ke
Jambi pada tahun 1615 lewat maskapi daganganya “Wapen Van Amsterdam” yang
mendarat di Jambi, kemudian pada tahun 1616 Sultan Abdul Kahar memberikan izin
kepada Belanda untuk mendirikan kantor dagangnya di Muara Kumpeh. adapun tujuan
utamanya adalah untuk membeli rempah-rempah langsung dari para petani, karena pada
tahun-tahun tersebut daerah kesultanan Jambi terkenal dengan penghasil lada yang cukup
bagus, namun ternyata VOC mengalami kegagalan dan harus menutup kantornya pada
tahun 1624 dan pergi meninggalkan Jambi.

2
Pada tahun 1858 Belanda kembali ke Jambi untuk menguasai wilayah Jambi, tapi
masyarakat Jambi menentang kedatangan Belanda yang terakhir dengan peperangan oleh
Sultan Thaha namun dalam perang tersebut Sultan Thaha mengalami kekalahan dan
dimenangkan oleh pihak Belanda sehingga Belanda dapat menguasai wilayah Jambi di
bawah kolonialismenya. Jatuhnya Kesultanan Jambi dibawah kekuasaan Belanda pada
tahun 1904 setelah memenangkan pertempuran dengan Sultan Thaha Saifuddin di Muaro
Tembesi dan secara sah Belanda menduduki wilayah Jambi dan menjadikan Jambi sebagai
pusat pemerintahan Belanda (Masjkuri. 1985:57). Belanda menjadikan Jambi sebagai salah
satu Kersidenan Hindia-Belanda di Sumatra dengan Residen pertama O.L. Helfrich tahun
1906. Dengan berdirinya Keresidenan Jambi, Belanda mulai menguasai seluruh wilayah
kekuasaan Kesultanan Jambi (Arsip Nasional Republik Indonesia, 2014:6).
Sepeninggalan Sultan Thaha Syaifuddin sebagai raja di kesultanan Jambi
perlawanan terhadap Belanda juga belum usai, walaupun Jambi sudah menjadi wilayah
kersidenan Belanda. Berbagai tekanan yang diberikan oeleh Belanda ini membuat
beberapa elemen masyarakat melakukan pemberontakan dibeberapa daerah di Jambi.
Perjuangan rakyat dalam melawan kolonialisme Belanda sangat gigih berani yang
digencarkan oleh masyarakat terutama Ketika di pimpin oleh Abdul Wahid yang disebut
dengan perang Raja Batu, di mana Abdul Wahid melakukan provokasi kepada masyarakat
Jambi dengan tujuan membangun semangat rakyat untuk melawan Kolonial Belanda dan
juga sebagai komunikator yang mengkoordinir perjuangan di setiap daerah, selain itu
Abdul Wahid juga langsung turun tangan menjadi pemimpin perjuangan rakyat Jambi di
Muaro Tembesi. Tidak tanggung-tanggung perlawanan yang dipimpin Abdul Wahid ini
langsung diawali dengan menghancurkan kedudukan beserta fasilitas pemerintahan
Belanda seperti benteng, kantor dan gudang peralatan.
Pembelajaran sejarah merupakan pelajaran yang membahas kejadian pada masa
lampau dimana kejadian/peristiwa pada masa lampau tersebut memiliki pengaruh pada
kehidupan pada masa sekarang dan masa yang akan datang (Rahrjo. Mugiarto. 2017:3).
Dalam meningkatkan semangat belajar pada mata pelajaran sejarah maka diperlukan bahan
ajar yang berkaitan dengan peristiwa yang dekat dengan lingkungan tempat tinggal siswa.
Bahan ajar sejarah Indonesia berbasis lokal ini tentunya sangat membantu peserta didik
dalam kegiatan pembelajaran sejarah. Perjuangan pahlawan daerah dalam melawan
Kolonial Belanda menjadi hal yang menarik untuk dimanfaatkan sebagai bahan ajar pada
mata pelajaran sejarah Indonesia dengan materi pokok perjuangan Abdul Wahid dalam
melawan kolonial Belanda di kota Jambi.
Materi perjuangan Abdul Wahid dalam melawan kolonial Belanda di kota Jambi
tahun 1916 dapat digunakan sebagai bahan ajar pada mata pelajaran sejarah Indonesia,
karena sesungguhnya bahan ajar merupakan segala bentuk bahan yang digunakan untuk
membantu guru dalam melaksanakan kegiatan mengajar di dalam kelas (Abdul Majid,
2010: 177). Disamping itu pada materi perjuangan Abdul Wahid melawan kolonial
Belanda di kota Jambi tentunya sangat bermanfaat untuk dijadikan sumber bahan ajar
sejarah kebudayaan lokal Jambi karena materi ini erat kaitannya dengan lingkungan yang
mereka tinggali sebagai akibatnya bisa membuahkan pembelajaran sejarah ini lebih
3
bermakna lagi nantinya. Fungsi yang strategis dalam materi ajar pada proses pembelajaran
bisa membantu siswa pada proses aktivitas pembelajaran (Belawati. 2006:13)
Penggunaan bahan ajar Sejarah Indonesia dengan materi perjuangan Abdul Wahid
dalam melawan kolonial Belanda di kota Jambi tahun 1916 ini juga berguna untuk
membangkitkan rasa cinta tanah air, patriotisme, rasa nasionalisme dan bela negara pada
peserta didik tersebut.

Metode Penelitian
Penelitian yang digunakan dalam penulisan artikel ini masuk kedalam metode
penelitian kualitatif. Dalam penelitian ini penulis memakai pendekatan kualitatif yang
membahas tentang usaha Abdul Wahid pada melawan kolonial Belanda yang lalu
dimanfaatkan menjadi materi ajar sejarah Indonesia. Data-data yang penulis kumpulkan
adalah berupa data-data dari data kepustakaan (library research). P
Pendekatan metode yang dipakai pada penelitian ini adalah metode kualitatif
pendekatan deskriptif. Metode penelitian kualitatif desktiptif yaitu merupakan sebuah
metode yang digunakan untuk menemukan pengetahuan dan informasi dari subjek
penelitian dalam waktu tertentu. Pendekatan deskriptif ini berupaya untuk menggambarkan
semua tanda-tanda atau keadaan yang ada, yaitu keadaan tanda-tanda dari apa adanya
dalam ketika penelitian yang dilakukan (Mukhtar, 2013: 10-11). Lokasi penelitian ini
dilaksanakan di Kota Jambi karena salah satu kota sentra berkembangnya kolonialisme di
bawah Keresidenan pemerintahan Hindia-Belanda.
Berdasarkan asal data di atas, maka teknik pengumpulan data dalam penelitian ini
diantaranya yaitu studi pustaka, observasi lapangan, penelusuran file dan wawancara
tokoh. Menurut Miles & Huberman (1992) Teknik analisis data pada kualitatif berdasarkan
3 termin yaitu pertama reduksi data, kedua penyajian data, dan diakhiri menggunakan
penarikan kesimpulan.

Hasil dan Pembahasan


Masuknya Belanda Ke
Jambi
Belanda masuk ke Jambi dalam tahun 1900 untuk mencari rempah-rempah.
Kedatangan Belanda pada Jambi dalam waktu kekuasaan Kesultanan Jambi yang berkuasa
dalam waktu itu adalah Sultan Abdul Kahar. Belanda mendirikan Kantor dagang VOC di
tungkal dan melakukan aktivitas perdagangan di sana dan mulai memonopoli perdagangan
pada Jambi, hal ini menyebabkan ada ketidaksukaan warga Jambi terhadap kongsi dagang
VOC tersebut dan juga korupsi yang dilakukan pegawai VOC mengakibatkan kongsi
dagang tadi dibubarkan dan Belanda pergi meninggalkan Jambi. Pada masa Sultan Taha
tahun 1902 Belanda Kembali memasuki Jambi menggunakan membujuk Sultan Taha buat

4
kerjasama tetapi selalu ditolak, penyebab ditolaknya kerjasama Belanda lantaran pasal

5
yang dievaluasi sangat merugikan Jambi. Setelah kerjasama selalu ditolak sang Sultan
Taha. Bangsa Belanda menaklukkan istana Sultan Taha menggunakan pertempuran sengit
yang menyebabkan kurang lebih 50 pejuang Jambi tewas, keraton Jambi dikuasai, tetapi
Sultan Taha meloloskan diri.
Pada tahun tanggal 23 April 1904, Belanda melakukan penangkapan terhadap
Sultan Taha yang dipimpin oleh Letnam G Badings. Pasukan Belanda mengetahui markas
persembunyian Sultan Taha pada tanggal 26 April 1904, terjadilah pertempuran di sana
dan berakhir dengan tertembaknya Sultan Taha hingga tewas. Setelah pertempuran
berakhir Belanda membawa jasad Sultan Taha ke Muara Tembesi pada tanggal 27 April
1904. Berita kematian Sultan Taha menyebabkan kekalahan pada perjuangan masyarakat
Jambi dalam melawan Belanda (Yulita, 2019:21).
Dengan gugurnya Sultan Thaha Saifuddin dalam melawan Belanda pada, maka
Belanda mulai menguasai daerah-daerah kesultanan Jambi dan menjadikan Jambi
ditetapkan sebagai salah satu wilayah Keresidenan Belanda di Pulau Sumatera dan resmi
menjadi salah satu daerah Nederlandsh Indie Koloni Belanda di Indonesia dengan
diangkatnya O.L Helfrich sebagai Residen pertama di Keresidenan Jambi oleh keputusan
Gubernur Jenderal Belanda Nomor. 20 pada tanggal 4 Mei 1906. Kemudian pada tanggal 2
juli 1906 pelantikan dilaksanakan (Putri, 2021:15).

Perjuangan Abdul Wahid Melawan Belanda Pada Perang Raja Batu


Pada tahun 1615, Belanda pertama kali tiba di wilayah Jambi pada saat pemerintahan
Kesultanan Abdul Kahar. Sultan Abdul Kahar merupakan Sultan Jambi yang pertama,
pada mulanya tujuan awal dari kedatangan Belanda ke wilayah Jambi sama seperti di
wilayah nusantara lainnya yakni untuk mencari rempah-rempah dan hasil dari hutan.
Dengan segala kelicikan yang dilakukan oleh pihak kolonial Belanda mereka akhirnya
berhasil menguasai perdagangan di Jambi. Sebelum kedatangan Belanda, Jambi memiliki
sistem pemerintahan Kesultanan Jambi yang pada akhirnya berubah menjadi Keresidenan
Jambi (Masjkuri, 1985:13)
Jatuhnya Jambi ke tangan Belanda setelah perang Sultan Thaha tahun 1904
berdampak buruk bagi wilayah Kesultanan di Jambi. Belanda menepatkan Jambi sebagai
wilayah Keresidennya dan mulai menerapkan system imperialism dan kolonialismenya
yang penuh dengan hasrat menguasai hajat manusia dari pihak Belanda pada seluruhan

6
wilayah Jambi yang terlihat pada kebijakan yang diberlakukan di Keresidenan Jambi
seperti memberi kedudukan demang pada orang luar Jambi, menaikkan harga beras pada
tahun 1911, menurunkan upah petani penyadap karet dan diterapkannya sistem kerja
paksa.
Hal ini menumbuhkan lagi rasa tidak suka tersebut semakin lama semakin tertanam
dalam hati masyarakat setempat dan lambat laut memunculkan suatu tindakan berupa
reaksi terhadap dampak negative yang dimunculkan oleh bangsa Barat sendiri di wilayah
Jambi seperti kesengsaraan dan kemiskinan. Akibat kebijakan pemerintahan Belanda
tersebut timbulah reaksi perlawanan yang tiada hentinya oleh masyarakat Jambi dalam
menentang kolonial Belanda.
Perjuangan yang dilakukan masyarakat Jambi terhadap kolonial Belanda telah
dilakukan beberapa kali seperti perlawanan yang dipimpin oleh Sultan Thaha Syaifuddin,
Raden Mattaher, Raden Pamuk, Depati Parbo di Kerinci, Pangeran Haji Puspowijoyo dan
dibantu adiknya yakni pangeran Seman di Bungo. Munculnya perlawanan yang dilakukan
oleh Abdul Wahid merupakan suatu upaya dalam mengusir Belanda dari tanah Jambi.
Perlawanan yang dilakukan oleh abdul Wahid tidak dapat terlepas dari bantuan serta
dukungan masyarakat sekitar khususnya di wilayah muaro Tembesi dan kota Jambi untuk
mengusir penjajahan di Jambi.
Pada tanggal 26 Agustus 1916 dimulainya perang yang dipimpin oleh Abdul Wahid
melawan Belanda di Muaro Tembesi, peristiwa ini akhirnya diketahui oleh pemimpin
partai Sarekat Islam wilayah Jambi yakni Haji Agus. Perjuangan ini didukung juga oleh
anggota Sarekat Abangan. (Elsbeth Locher Scholten, 2008:311).
Kebangkitan semangat warga Jambi dalam melawan Belanda dikarenakan adanya
provokasi oleh Abdul Wahid yang berhasil membangkitkan semangat warga Jambi buat
menghancurkan kedudukan Belanda dan menyerang fasilitas pemerintahan Belanda seperti
benteng dan kantor pemerintahan Belanda serta gudang penyimpanan Belanda.
Perjuangan masyarakat Jambi berawal di Muaro Tembesi (26 agustus 1916),
sampai ke Sarolangun (31 agustus 1916), lalu ke Muaro Tebo (2 september 1916) dan di
Bangko pada tanggal 11 September 1916, serta berakhir pada tanggal 15 September 1916
di Muaro Bungo (A.Mukti Nasrudin, 2013:231-234).
Peperangan terjadi hampir pada seluruh wilayah dari Ibu Kota Afdeelling, kecuali
Kota Jambi, Muara Bungo, dan Kerinci. Di Muara Bungo perjuangan masyarakat belum

7
sempat berkembang dikarenakan 3 orang pemimpin tertangkap dan dijatuhi sanksi serta
dibunuh saat itu juga, sedangkan wilayah Sarolangun, Bangko, dan Rawas serta Muara
Tebo terjadi agresi terhadap pos-pos Belanda yaitu tempat Benteng Belanda Muara Tebo
dibakar, perang agresi di Sarolangun menyebabkan terbunuhnya kontrolir J. Walter dan
seseorang pribumi pegawai pemerintah. Nasib dari bangsa Eropa di Sarolangun sangat
mencemaskan. Bangsa Eropa di Muara Tebo melarikan diri ke wilayah lain.
Kerusuhan yang dilakukan oleh Abdul Wahid juga membangkitkan semangat
anggota Sarekat Islam di Muaro Tebo, sehingga pada tanggal 1 dan 2 pecahlah perang
antara pasukan Sarekat Islam terhadap pemerintah kolonial Belanda dengan menyerang
kantor pos dan rumah kontrolir. pasar Muara Tebo terbakar habis dalam peperanagan ini.
Peperangan ini juga menyebar ke wilayah Bangko yang dipimpin oleh Manna bin Andun
pada tanggal 11 September 1916, dengan membakar pasar, tangsi tentara Belanda, rumah
kontrolir dan beberapa rumah lain, benteng dan wilayah pengungsian. Perjuangan
masyarakat Jambi berlanjut hingga ke wilayah Muaro Bungo (tanggal 15 September 1916).
(Zainuddin, Dkk, 1985:63)
Pada tanggal 15 Sebtember 1916 Abdul Wahid mengalami kekalahan dan
melarikan diri dari pihak Belanda. Pada tahun 1918 pihak Belanda berhasil menemukan
tempat persembunyiannya, Abdul Wahid pun ditangkap dan dieksekusi ditiang gantungan.
Perang di Jambi ini baru berakhir sekitar Oktober 1916 dengan diasingkannya para
pemimpin pemberontak ke Jawa (A.Mukti Nasrudin, 2013:235-236).
Peperangan Raja Batu ini menewaskan banyak korban. Selain banyaknya korban
tewas dari masyarakat Jambi, dari pihak Belanda sendiri juga mengalami kerugian yang
sangat besar, sehingga menyebabkan Belanda semakin bertindak arogan kepada rakyat
Jambi. Selain itu Belanda juga bertindak secara kekerasan terhadap rakyat Jambi dan
semakin tidak manusiawi. Pihak Belanda juga mulai mengambil tindakan pengamanan dan
ketertiban, dimana semua para pelaku yang terlibat dalam pemberontakan ditangkap tanpa
adanya perlawanan. Maka setelah peperangan ini upaya Belanda untuk menguasai wilayah
Jambi semakin giat (Lindayanti, 2013:208)
Meskipun Abdul Wahid hanyalah memimpin masyarakat pada perang melawan
Belanda di Muaro Tembesi saja, hal ini tidaklah bisa dipungkiri bahwasanya Abdul Wahid
pula mempunyai kiprah yang luar biasa sebagai seorang komunikator yang memerintahkan
untuk memulai perlawanan melawan Belanda dengan seruan jihat fisabilillah. Dia juga

8
yang menggerakkan semangat jiwa nasionalisme dalam mengusir Belanda dari masyarakat
dan pejuang disetiap daerah, meskipun memperoleh kekalahan dari setiap perjuangan
tersebut. setidaknya dari pihak Belanda juga mengalami kerugian yang dampak besar dari
insiden peperangan tersebut.

Perjuangan Abdul Wahid Melawan Kolonial Belanda di Jambi (1916) Sebagai Bahan
Ajar Pada Pembelajaran Sejarah
Implementasi kurikulum pada aktivitas pembelajaran sangat ditentukan sang
dukungan asal belajar, wahana dan prasarana yang memadai terutama syarat ruang
pembelajaran, perpustakaan, laboratorium dan indera bantu pembelajaran. Sumber belajar
(learning resources) yang mendukung aplikasi keberhasilan proses pembelajaran
merupakan orang, seluruh data, dan wujud eksklusif yang bisa dipakai oleh siswa ketika
belajar, baik secara secara terkombinasi maupun terpisah yang mempermudah siswa untuk
mencapai tujuan belajar atau mencapai kompetensi indicator pembelajaran.
Salah satu sumber belajar yang mempunyai peranan krusial pada aspek
pembelajaran pada sekolah merupakan eksistensi materi ajar pembelajaran. Di samping
berfungsi mendukung pengajar pada proses pembelajaran, materi ajar pembelajaran jua
adalah galat satu asal pengetahuan bagi murid. materi ajar berperan buat membantu
pengajar pada mengungkapkan suatu materi juga murid buat menilik suatu materi.
Bahan ajar berupa sumber belajar dalam bentuk teks tertulis berisi informasi dan
ilmu pengetahuan. Bahan ajar merupakan output dari kurikulum. Dalam menciptakan
materi ajar wajib diubahsuaikan menggunakan ciri berdasarkan tujuannya. baik pada
sistem pembelajaran jarak jauh maupun belajar tatap muka di kelas. Bahan ajar disusun
dari tujuan intruksional yang ingin dicapai, dari kebutuhan guru dan peserta didik, dan dari
Rancangan Kegiatan Balajar Mengajar (RKBM), serta relevansinya. Bahan ajar berbasis
sejarah lokal yakni informasi atau pengetahuan yang berintegrasi terhadap materi
pembelajaran sejarah dalam lingkup lokal seperti desa atau kota dan sebuah insiden yang
hanya terbatas dalam kecamatan, kabupaten atau provinsi tertentu.
Perjuangan Abdul Wahid melawan Kolonialisme di Jambi pada perang Raja Batu
tahun 1916 merupakan salah satu bahan ajar yang bisa diamplikasikan ke dalam materi ajar
berdasarkan Kurikulum Darurat (Kurikulum 2013 yang disederhanakan pada kondisi
khusus) pada masa pandemik covid-19 ini pada mata pelajaran Sejarah dengan KD yang

9
mengkaji Kolonialisme dan Imperialisme di Indonesia. Berdasarkan SK Balitbang No
018/H/KR/2020 tentang KI/KD Kurikulum Kondisi Khusus tanggal 5 agustus 2020,
kurikulum menetapkan 4 kompetensi yakni: 1) Spiritual (menerima dan menjalankan
ajaran agama yang dianut); 2) Sikap social (menunjukkan perilaku jujur, disiplin,
tanggungjawab, santun, peduli dan percaya diri dalam berinteraksi ke pada keluarga dan
teman serta guru); 3) Pengetahuan, dan; 4) Keterampilan.
Capaian dari kompetensi Pengatahuan dan Keterampilan dari bahan ajar yang
berkaitan dengan perjuangan Abdul Wahid melawan Kolonialisme di Jambi pada perang
Raja Batu tahun 1916 yakni terdapat pada materi Sejarah Indonesia kelas XI dengan
Kompetensi Inti 3 (Pengetahuan) yaitu: 3. Memahami, menerapkan dan menganalisis
pengetahuan factual, konseptual, procedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin
tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan
wawasan kemanusiaan, kebangsaaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab
fonomena dan kejadian, serta penerapan pengetahuan procedural pada bidang kajian yang
spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah. Sedangkan untuk
Kompetensi Inti 4 (Keterampilan) yaitu: 4. Mengolah, menalar dan mengaji dalam ranah
konkret dan ranah abstrak dengan pengembangan dari yang dipelajari di sekolah secara
mandiri, bertindak secara efektif dan kreaktif, serta mampu menggunakan metode sesuai
kaidah keilmuan. Berdasarkan kajian bahan ajar yang dikembangkan di atas maka
Kompetensi Dasar (KD) yang relevan lebih jelasnya sebagai berikut:
Tabel 1: Kompetensi Dasar Kelas XI Sejarah Indonesia
Kompetensi Dasar Kompetensi Dasar Materi Pokok
3.1 Menganalisis 4.1 Menyajikan hasil Penjajahan Bangsa Eropa di
kedatangan dan penalaran kedatangan Indonesia
perkembangan dan perkembangan 1. Penjelajahan samudra
penjajahan bangsa penjajahan bangsa 2. Kedatangan bangsa barat ke
Eropa, serta Eropa, serta indonesia
dampaknya bagi dampaknya bagi 3. Kolonialisme dan imperialisme
bangsa Indonesia bangsa Indonesia barat
dalam bentuk lisan, Materi Tambahan
tulisan, dan/atau 1. Kedatangan bangsa barat ke
media lain Jambi
2. Perkembangan Kolonialisasi di
Jambi

3.2 Menganalisis 4.2 Mengolah informasi Perlawanan Bangsa Indonesia


strategi tentang strategi Terhadap Bangsa Barat Perlawanan
1
0
perlawanan bangsa perlawanan bangsa Bangsa Indonesia Terhadap Bangsa
Indonesia terhadap indonesia terhadap Barat
penjajahan bangsa bangsa Eropa 1. Perlawanan bangsa indonesia
Eropa (Portugis, (Portugis, dan terhadap penjajahan portugis
Spanyol, Belanda, menyajikannya dalam dan spanyol
Inggris) sampai bentuk lisan, tulisan, 2. Perlawanan bangsa indonesia
dengan abad ke-20 dan/atau media lain terhadap penjajahan voc
3. Perlawanan bangsa indonesia
terhadap penjajahan
pemerintah hindia belanda
Materi Tambahan
1. Perlawanan Masyarakat Jambi
terhadap Kolonialisasi
2. Gerakan Sosial Sarekat Islam
Menentang Belanda di Jambi
3. Perjuangan Kepemimpinan
Abdul Wahid Melawan Kolonial
Belanda di Jambi

Sumber : SK Balitbang No 018/H/KR/2020 tentang KI/KD kurikulum kondisi khusus

Kesimpulan
Pada tahun 1615, Belanda pertama kali tiba di wilayah Jambi pada saat pemerintahan
Kesultanan Abdul Kahar, pada mulanya tujuan awal dari kedatangan Belanda ke wilayah
Jambi yakni untuk mencari rempah-rempah dan hasil dari hutan, namun dengan segala
kelicikan yang dilakukan oleh pihak kolonial Belanda mereka akhirnya berhasil menguasai
perdagangan di Jambi. Pada tahun 1904 Kesultanan Jambi jatuh ke tangan Belanda setelah
kekalahan Sultan Thaha, pada tahun berikutnya Belanda menjadikan Jambi sebagai salah
satu Kersidenan Hindia-Belanda di Sumatra dengan Residen pertama O.L. Helfrich (1906)
dan mulai menerapkan system imperialism dan kolonialisme antara lain menaikkan harga
beras pada tahun 1911, menurunkan upah petani penyadap karet dan diterapkannya sistem
kerja paksa. Hal ini menumbuhkan lagi rasa tidak suka terhadap belanda dan memunculkan
reaksi gerakan social untuk menentang kolonialisme yang dipimpin oleh Abdul Wahit pada
tahun 1916. Perjuangan dipimpin oleh Abdul Wahid melawan Belanda di Muaro Tembesi,
menjalar ke beberapa wilayah Jambi seperti Sarolangun, Muaro Tebo, Bangko dan
berakhir di Muaro Bungo.
Materi perjuangan Abdul Wahid dalam melawan kolonial Belanda di kota Jambi
tahun 1916 dapat digunakan sebagai bahan ajar pada mata pelajaran sejarah Indonesia,
karena materi ini erat kaitannya dengan lingkungan yang mereka tinggali sehingga dapat
11
12
menjadikan pembelajaran sejarah ini lebih bermakna dan berguna dalam membangkitkan
rasa cinta tanah air, patriotisme, rasa nasionalisme dan bela negara pada peserta didik
tersebut.
Daftar Pustaka
Abdul Majid (2010) Pendidikan Karakter dalam Perspektif Islam. Bandung: Remaja
Rosda Karya

Arsip Nasional Republik Indonesia (2014) Citra Jambi dalam Arsip. Jakarta: ANRI

Belawati T (2006) Pengembangan Bahan Ajar. Jakarta: Universitas Terbuka.

Cheah Boon Kheng (1989) Kolonialisme di Malaysia dan Negara-Negara Lain. Selangor :
Petaling Jaya

Jang A Mutthalib (1938) Dalam Jurnal “Suatu Tinjauan Mengenai Beberapa Gerakan
Sosial Di Jambi Pada Abad Ke-20” yang mengutip E.S de Klerck, History Of
Netherlands East Indies, Vol. 2.

Ilhamzah (2019)Abdul Wahid dan Peranannya dalam Perang Raja Batu

Peradaban Islam Universitas Islam Negri Sultan Thaha Saifuddi Jambi

Lindayanti, dkk (2013) Jambi Dalam Sejarah 1500-1942, Jambi: Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata Provinsi Jambi.

Locher Scholten, Elsbeth (2008) Kesultanan Sumatra dan Negara Kolonial Hubungan
Jambi – Batavia (1830-1907) dan Bangkitnya Imperialisme Belanda, Jakarta:
Banana, KITLV-Jakarta.

Margono, Hartono dkk (1984) Sejarah Sosial Jambi. Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional

Masjkuri (1985) Sultan Thaha Syaifuddin. Jakarta: Depertemen Pendidikan dan Kebudayaa.

Mukhtar (2013) Metode Praktis Penelitian Deskriptif Kualitatif, Jakarta : Refrensi

Ricklefs, M.C (2004) Sejarah Indonesia Modern 1600 - 2004, Jakarta: Serambi

Zainuddin, Dkk (1985) Sejarah Kebangkitan Nasional Daerah Jambi, Jakarta :


Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

13
Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Universitas Jambi
Vol. 2 No. 1 April (2022) Hal. 12-18
ISSN 2809-0098 (ONLINE)

PENGARUH PEMBELAJARAN DARING DAN GAYA MENGAJAR


DOSEN TERHADAP KEPUASAN BELAJAR PADA MAHASISWA
JURUSAN PIPS ANGKATAN 2018 UNIVERSITAS JAMBI

Chindy Desia Azmi1, Dr. Rosmiati, S.Pd., M.Pd2, Ahmad


Nasori, S.Pd., M.Pd3,
Email: rosmiati.fkip@unja.ac.id nasoriunja@gmail.com
desiaazmichindy@yahoo.com

Program Studi Pendidikan Ekonomi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Jambi

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pembelajaran daring dan gaya
mengajar dosen terhadap kepuasan belajar pada mahasiswa jurusan PIPS angkatan
2018 Universitas Jambi. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan
menggunakan pendekatan penelitian Ex Post Facto. Selanjutnya teknik analisis data
dilakukan melalui tahap reduksi data, tahap penyajian data, dan tahap penarikan
kesimpulan (verifikasi). Populasi dari penelitian ini sebanyak 197 mahasiswa
kemudian untuk menentukan sampel menggunakan metode simple random sampling
menjadi 132 mahasiswa dari Jurusan PIPS Angkatan 2018 Universitas Jambi.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti diperoleh kesimpulan
bahwa (1) terdapat pengaruh pembelajaran daring terhadap kepuasan belajar
mahasiswa; (2) terdapat pengaruh gaya mengajar dosen terhadap kepuasan belajar
mahasiswa; (3) terdapat pengaruh secara simultan, pembelajaran daring dan gaya
mengajar dosen terhadap kepuasan belajar. Hasil koefisien determinasi (R Square)
sebesar 0,389 yang berarti bahwa kepuasan belajar dipengaruhi oleh Pembelajaran
Daring dan Gaya Mengajar Dosen sebesar 38,9%.

Kata kunci: Pembelajaran Daring, Gaya Mengajar Dosen, Kepuasan Belajar


Mahasiswa
ABSTRACT
This study aims to determine online learning and teaching styles of lecturers on
learning satisfaction in students majoring in PIPS class 2018 Jambi University. This
research is a quantitative research using an Ex Post Facto research approach.
Furthermore, the data analysis technique was carried out through the data reduction
stage, the data presentation stage, and the conclusion drawing stage (verification). The
population of this study was 197 students, then to determine the sample using the simple
random sampling method, there were 132 students from the 2018 PIPS Department,
Jambi University. Based on the results of the research that has been carried out by the
researchers, it can be concluded that (1) there is an effect of online learning on student
learning satisfaction; (2) there is an effect of lecturer's teaching style on student learning
satisfaction; (3) there is a simultaneous influence, online learning and teaching styles of
14
Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Universitas Jambi
Vol. 2 No. 1 April (2022) Hal. 12-18
ISSN 2809-0098 (ONLINE)

lecturers on learning satisfaction. The results of the coefficient of determination (R


Square) of 0.389 which means that learning satisfaction is influenced by Online Learning
and Lecturer Teaching Style of 38.9%.

Keywords: Online Learning, Lecturer's Teaching Style, Student Learning Satisfaction

A. PENDAHULUAN
Pemerintah mulai mengumumkan adanya virus covid-19 di Indonesia
pada akhir Februari 2020. Atas dorongan WHO untuk menetapkan status
darurat nasional Covid-19, Pemerintah menetapkan status masa Darurat
Bencana Nasional covid-19 pada 14 Maret 2020. Menyikapi hal tersebut, untuk
mempercepat penanganan virus covid-19, pemerintah mengeluarkan Peraturan
Menteri Kesehatan (Permenkes) No. 9 Tahun 2020 tentang pemberlakuan
Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang sangat berpengaruh terhadap
berbagai sektor kehidupan di masyarakat. Kebijakan pemerintah menghadapi
pandemi covid-19 berdampak pada semua aspek kehidupan termasuk dunia
pendidikan. Lembaga Kementerian Pendidikan di Indonesia harus
mengeluarkan peraturan untuk tidak melaksanakan proses belajar mengajar di
sekolah secara tatap muka, dan digantikan dengan kegiatan belajar secara
daring
Pembelajaran daring bertujuan untuk mempermudah mahasiswa dalam
memperoleh akses pembelajaran yang lebih baik. Pembelajaran ini
membutuhkan koneksi jaringan atau wifi yang disambungkan dengan media
smartphone, laptop, atau komputer. Pembelajaran jarak jauh yang telah
dilakukan dalam jaringan/internet, memudahkan dosen dan mahasiswa
melakukan pembelajaran dari rumah untuk mencegah terjadinya penyebaran
covid-19. Namun terdapat masalah yang dihadapi perguruan tinggi saat ini
dalam menerapkan sistem pembelajaran daring tersebut. Perguruan tinggi
pesimis dengan kualitas atau mutu pembelajaran dan pelayanan pendidikan
yang dapat diberikan, sehingga dibutuhkan suatu wadah yang menempatkan
dosen, mahasiswa, dan staff akademik untuk saling berintegrasi dalam
memberikan pelayanan pendidikan (Fitri, 2021:164).
Dalam proses pembelajaran daring faktor pendidik memegang peranan
penting. Seorang pendidik dalam ruang lingkup perguruan tinggi adalah dosen.
Dosen yang diberi tanggung jawab untuk membimbing mahasiswa tentu harus
memiliki kemampuan dan keterampilan khusus. Pada proses pembelajaran,
tentu setiap dosen memiliki cara mengajar yang berbeda-beda, seperti cara
penyampaian materi, interaksi terhadap peserta didik, maupun penggunaan
media yang dipilih sebagai penunjang pembelajaran. Menurut Manen dan

15
Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Universitas Jambi
Vol. 2 No. 1 April (2022) Hal. 12-18
ISSN 2809-0098 (ONLINE)

Marzuki (dalam Abdul Majid, 2013:273) gaya mengajar merupakan ciri-ciri


dari kebiasaan, kesukaan yang biasanya berhubungan dengan peserta didik,
bahkan gaya mengajar lebih dari suatu kebiasaan dan cara istimewa dari tingkah
laku atau pembicaraan guru atau dosen.
Keefektifan pembelajaran juga dipengaruhi oleh seberapa banyak dosen
mampu memanfaatkan teknologi. Namun yang paling diharapkan adalah
peranan dosen yang mampu menciptakan suasana pembelajaran layaknya
pembelajaran secara offline saat pembelajaran daring berlangsung. Mengingat
dosen merupakan pelaku utama yang berperan dalam pemberikan pelayanan
sebagai fasilitator pembelajaran.
Kepuasan mahasiswa menanggapi masalah pembelajaran daring ramai
diperbincangkan di media sosial. Sebagian besar menyayangkan atas keputusan
pemerintah terkait dengan kebijakan pembelajaran daring. Menurut Sukanti
(2009:25) mengatakan kepuasan adalah tingkat perasaan seseorang setelah
membuat perbanding antara kenyataan yang ia rasakan dengan harapannya.
Mahasiswa menunjukkan ketidakpuasannya atas pembelajaran daring yang
diterapkan oleh masing-masing perguruan tinggi. Hal tersebut dikarenakan
sulitnya berinteraksi dan berkomunikasi secara langsung dengan dosen terkait
kesulitan yang dihadapi oleh mahasiswa dalam kegiatan pembelajaran. Selain
itu, mahasiswa merasa tidak diperlakukan secara adil, karena perkuliahan online
dosen hanya memberikan tugas tanpa arahan. Mahasiswa menilai bahwa
kurangnya kemampuan dosen dalam mengajar secara daring menjadi faktor atas
ketidakpuasaan mereka atas pembelajaran daring.
Menurut pendapat Kranzow (dalam Pratiwi, 2019:43) Perkuliahan
daring membutuhkan dosen yang memiliki karakteristik seperti kepedulian,
empati, memberikan motivasi dan inspirasi, menyampaikan pertimbangan,
sehingga akan berdampak pada kelancaran perkuliahan dan meningkatkan
kepuasan mahasiswa.
Rendahnya tingkat kepuasan belajar mahasiswa salah satunya
disebabkan kurangnya penjelasan materi yang diberikan dosen ketika
pembelajaran daring. Hal ini yang mendorong mahasiswa menjadi kurang
bersemangat untuk melakukan kegiatan pembelajaran daring. Kekurangan-
kekurangan yang terjadi ini membuat dosen dan mahasiswa menjadi
kebingungan untuk melakukan proses pembelajaran daring agar tidak
membosankan dan membuat komunikasi agar berjalan seperti saat pembelajaran
offline terjadi. Mahasiswa menuntut untuk diberikan pelayanan yang lebih
menarik saat proses pembelajaran daring. Namun disaat yang bersamaan,
keterbatasan dosen dalam menjalankan proses pembelajaran daring ini membuat

16
Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Universitas Jambi
Vol. 2 No. 1 April (2022) Hal. 12-18
ISSN 2809-0098 (ONLINE)

mahasiswa tidak mendapat kepuasan belajar seperti yang mereka harapkan.


Berdasarkan data dan teori yang telah dijelaskan diatas, hal ini membuat
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh
Pembelajaran daring dan Gaya Mengajar Dosen terhadap Kepuasan Belajar
Pada Mahasiswa Jurusan PIPS Angkatan 2018 Universitas Jambi”.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian kuantitatif. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode ex-post facto. Menurut Arikunto
(2013:17) penelitian ex post facto adalah penelitian tentang variabel yang
kejadiannya sudah terjadi sebelum penelitian dilaksanakan. Penelitian ini
dilakukan untuk mengetahui pengaruh pembelajaran daring dan kinerja dosen
terhadap kepuasan belajar pada mahasiswa jurusan PIPS angkatan 2018
Unversitas Jambi. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah Angket.
Angket penelitian yang digunakan pada penelitian ini bersifat online yaitu dengan
menggunakan Google Form yang akan diberikan kepada mahasiswa sebagai
responden untuk memperoleh data Pembelajarn Daring, Gaya Mengajar Dosen,
dan Kepuasan Belajar Mahasiswa.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengaruh Pembelajaran daring terhadap Kepuasan belajar pada Mahasiswa


Jurusan PIPS Angkatan 2018 Universitas Jambi
Dari hasil penelitian diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0,134 dengan
nilai signifikansi t sebesar 0,000 lebih kecil dibandingkan 0,05 yaitu 0,000 < 0,05
dan nilai thitung sebesar 4,332. Diketahui nilai ttabel = 1,978. Karena thitung > ttabel yaitu
4,332 > 1,978 maka dapat disimpulkan bahwa H a diterima dan H0 ditolak, berarti
terdapat pengaruh positif dan signifikan antara variabel Pembelajaran daring (X1)
terhadap Kepuasan belajar (Y) Mahasiswa Jurusan PIPS Angkatan 2018
Universitas Jambi. Hal ini menunjukkan bahwa dengan setiap adanya
penambahan Pembelajaran daring akan terjadi penambahan Kepuasan belajar
sebesar 0,134.

Pengaruh Gaya Mengajar Dosen terhadap Kepuasan Belajar Mahasiwa


Jurusan PIPS Angkatan 2018 Universitas Jambi

17
Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Universitas Jambi
Vol. 2 No. 1 April (2022) Hal. 12-18
ISSN 2809-0098 (ONLINE)

Dari hasil penelitian diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0,587


dengang nilai signifikansi t sebesar 0,000 lebih kecil dibandingkan 0,05 yaitu
0,000 < 0,05 dan nilai thitung sebesar 8,892. Diketahui nilai ttabel = 1,978. Karena
thitung > ttabel yaitu 8,892 > 1,978, maka dapat disimpulkan bahwa H a diterima dan
H0 ditolak, berarti terdapat pengaruh positif dan signifikan antara variabel Gaya
Mengajar Dosen (X2) terhadap Kepuasan Belajar (Y) Mahasiswa Jurusan PIPS
Angkatan 2018 Universitas Jambi. Hal ini menunjukkan bahwa dengan setiap
adanya penambahan Gaya Mengajar Dosen akan terjadi penambahan terhadap
Kepuasan Belajar sebesar 0,587.

Pengaruh Pembelajaran Daring dan Gaya Mengajar Dosen terhadap


Kepuasan Belajar Mahasiwa Jurusan PIPS Angkatan 2018 Universitas
Jambi
Berdasarkan hasil uji F antara variabel Pembelajaran Daring dan Gaya
Mengajar Dosen secara bersama-sama terhadap Kepuasan Belajar menunjukkan
nilai Fhitung > Ftabel yaitu 40,989 > 3,07 dan nilai signifikansi sebesar 0,000 < 0,05.
maka dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan Ha diterima, berarti terdapat
pengaruh positif dan signifikan dari variabel Pembelajaran Daring (X1) Gaya
Mengajar Dosen (X2), secara bersama-sama terhadap Kepuasan Belajar (Y)
Mahasiswa Jurusan PIPS Angkatan 2018 Universitas Jambi.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan analisis dan pembahasan tentang Pengaruh Pembelajaran


Daring dan Gaya Mengajar Dosen Terhadap Kepuasan Belajar pada Mahasiswa
Jurusan PIPS Angkatan 2018 Universitas Jambi, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Pembelajaran Daring (X1) secara parsial berpengaruh signifikan terhadap


Kepuasan Belajar (Y) Mahasiswa Jurusan PIPS Angkatan 2018 Universitas
Jambi dengan nilai koefisien regresi sebesar 0,134. Dengan nilai signifikansi t
sebesar 0,000 lebih kecil dibandingkan 0,05 yaitu 0,000 < 0,05 dan nilai t hitung
sebesar 4,332. Diketahui nilai ttabel = 1,978. Karena thitung > ttabel yaitu 4,332 >
18
Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Universitas Jambi
Vol. 2 No. 1 April (2022) Hal. 12-18
ISSN 2809-0098 (ONLINE)

1,978 maka dapat disimpulkan bahwa H 0 ditolak dan Ha diterima, berarti


terdapat pengaruh positif dan signifikan antara variabel Pembelajaran Daring
(X1) terhadap Kepuasan Belajar (Y) Mahasiswa Jurusan PIPS Angkatan 2018
Universitas Jambi. Hal ini menunjukkan bahwa dengan setiap adanya
penambahan Pembelajaran Daring akan terjadi penambahan Kepuasan Belajar
sebesar 0,134.

2. Gaya Mengajar Dosen (X2) secara parsial berpengaruh signifikan terhadap


Kepuasan Belajar (Y) Mahasiswa Jurusan PIPS Angkatan 2018 Universitas
Jambi dengan nilai koefisien regresi sebesar 0,587 dengang nilai signifikansi t
sebesar 0,000 lebih kecil dibandingkan 0,05 yaitu 0,000 < 0,05 dan nilai t hitung
sebesar 8,892. Diketahui nilai ttabel = 1,978. Karena thitung > ttabel yaitu 8,892 >
1,978 maka dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan Ha diterima, berarti
terdapat pengaruh positif dan signifikan antara variabel Gaya Mengajar Dosen
(X2) terhadap Kepuasan Belajar (Y) Mahasiswa Jurusan PIPS Angkatan 2018
Universitas Jambi. Hal ini menunjukkan bahwa dengan setiap adanya
penambahan Gaya Mengajar Dosen akan terjadi penambahan Kepuasan
Belajar sebesar 0,587.

3. Pembelajaran daring (X1) dan Gaya Mengajar Dosen (X2) secara simultan
berpengaruh signifikan terhadap Kepuasan Belajar (Y) Mahasiswa Jurusan
PIPS Angkatan 2018 Universitas Jambi. Dengan nilai F hitung > Ftabel yaitu
40,989 > 3,07 dan nilai signifikansi sebesar 0,000 < 0,05. maka dapat
disimpulkan bahwa H0 ditolak dan Ha diterima, berarti terdapat pengaruh
positif dan signifikan dari variabel Pembelajaran daring (X1) dan Gaya
Mengajar Dosen (X2), secara bersama-sama terhadap Kepuasan Belajar (Y)
Mahasiswa Jurusan PIPS Angkatan 2018 Universitas Jambi.

Saran

Bagi peneliti selanjutnya yang akan meneliti permasalahan yang sama


penelitian ini hanya dilakukan di Jurusan PIPS, sehingga tidak bisa
sigeneralisasikan ke semua sektor, oleh karena itu diharapkan penelitian
selanjutnya untuk memperluas sampel penelitian. Bagi peneliti yang ingin
melakukan penelitian diharapkan untuk meneliti variabel lain yang tidak
dimasukkan dalam pengukuran penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2013. Prosedur Penelitian (suatu pendekatan praktik).
Jakarta: PT. Rineka Cipta.
19
Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Universitas Jambi
Vol. 2 No. 1 April (2022) Hal. 12-18
ISSN 2809-0098 (ONLINE)

Fitri, Euis Nessia. 2021. Keterampilan Mengajar Dosen secara Daring Terhadap
Kepuasan Belajar Mahasiswa pada Mata Kuliah Pengantar Akuntansi.
Jurnal Riset Teknologi dan Inovasi Pendidikan (JARTIKA). Vol. 4 No. 1
Hal. 163-172.

Majid, Abdul. 2013. Strategi Pembelajaran. Bandung: Remaja Podaskarya.

Pratiwi, Ririh Dian, & N. P. M. 2019. Perkuliahan Akuntansi Berbasis Daring:


Dampak Servant Leadhership Dosen Terhadap Kepuasan Mahasiswa.
Journal of Chemical Information and Modeling. 53(9),1689–1699.

Sukanti. 2009. Analisis Kepuasan Mahasiswa Program Studi Pendidikan


Akuntansi FISE UNY. Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia (Vol. Viii.
Nomor 1).

20
Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Universitas Jambi
Vol. 2 No. 1 April (2022) Hal. 19-31
ISSN 2809-0098 (ONLINE)

Mendesain Ulang Pembelajaran Mata Kuliah Kewirausahaan


Menjadi Mata Kuliah Kewirausahaan Berbasis Historiopreneur
Pada Mahasiswa Prodi Ilmu Sejarah

Irhas Fansuri Mursal1, Abdurrahman 2 dan Fatonah, Gusmira Wita4

irhas.fansuri@unja.ac.id 1, amanrasyid@yahoo.com 2 dan


fatonah.nurdin@unja.ac.id gusmira123@gmail.com 4

Universitas Jambi1 dan Universitas Negeri Padang2

Abstrak

Artikel ini bertujuan untuk mengetahui kebutuhan mahasiswa prodi Ilmu Sejarah
terhadap pembelajaran mata kuliah kewirausahaan berbasis historiopreneur serta
untuk mengembangkan model pembelajaran matakuliah kewirausahaan berbasis
historiopreneur untuk mahasiswa prodi Ilmu Sejarah. Metode penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode Research and Development (R &
D). Metode R & D digunakan untuk menyempurnakan kurikulum mata kuliah
sebelumnya yaitu mata kuliah kewirausahaan yang diperuntukkan untuk
mahasiswa prodi Ilmu Sejarah Universitas Jambi menjadi mata kuliah
kewirausahaan berbasis historiopreneur. Model pengembangan yang dipilih untuk
penelitian ini adalah modifikasi model penelitian pengembangan Borg and Gall
(2003) oleh Cunnigham. Tahapan modifikasi oleh Cunnigham yang peneliti
gunakan terdiri dari: (1), studi pendahuluan, (2) perencanaan, (3) pengembangan
produk, (4) validasi produk, (5) uji coba produk dan (6) produk akhir. Hasil
penelitian ini adalah 1) Pembelajaran kewirausahaan yang diajarkan pada
mahasiswa Ilmu sejarah belum diintegrasikan dengan ilmu sejarah., 2) Mata
kuliah kewirausahaan berbasis historiopreneur layak untuk diterapkan pada prodi
ilmu sejarah.

Kata kunci: kewirausahaan, historiopreneur, dan kurikulum

Article Title in English


Abstract: This article aims to determine the needs of students from the History
Study Program for learning historiopreneur-based entrepreneurship courses and
to develop a historiopreneur-based learning model for entrepreneurship courses
for students from the History study program. The research method used in this
Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Universitas Jambi
Vol. 2 No. 1 April (2022) Hal. 19-31
ISSN 2809-0098 (ONLINE)

research was the Research and Development (R & D) method. The R & D method
was used to improve the curriculum of the previous course, namely the
entrepreneurship course which was intended for students of the History Study
Program at the University of Jambi to become a historiopreneur-based
entrepreneurship course. The development model chosen for this research was a
modification of the development research model of Borg and Gall (2003) by
Cunnigham. The stages of modification by Cunnigham that the researcher used
consisted of: (1) preliminary study, (2) planning, (3) product development, (4)
product validation, (5) product trial, and (6) final product. The results of this
study are 1) Entrepreneurship learning taught to students of history has not been
integrated with history, 2) Historiopreneur-based entrepreneurship courses are
feasible to be applied to the history science study program.

Keywords : Entrepreneurship, Historiopreneur, and Curriculum

Pendahuluan

Pendidikan kewirausahaan penting untuk ditempuh oleh setiap orang karena


pendidikan kewirausahaan mampu menciptakan para enterpreneur yang
membuka peluang kerja sendiri dan memberi nilai tambah atau nilai jual terhadap
sumberdaya yang ada. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang
membutuhkan orang-orang kreatif yang mampu menciptakan nilai tambah
terhadap kekayaan melimpah yang dimiliki, serta Indonesia membutuhkan banyak
usaha kecil dan menengah untuk menciptakan kekuatan ekonomi. Pendidikan
kewirausahaan merupakan salah satu pendidikan yang sangat penting untuk
diterima oleh mahasiswa Universitas Jambi termasuk mahasiswa Prodi Ilmu
Sejarah FKIP UNJA. Hal ini tidak hanya karena kebutuhan Indonesia tetapi juga
disebabkan karena Universitas Jambi memiliki Visi „Menuju A World Class
Enterpreneurship University berbasis Agroindustri dan Lingkungan‟.(Cahyo,
2009)

Pendidikan kewirausahaan di perguruan tinggi harus dirancang sebagai sebuah


pendidikan yang mampu mengajarkan mahasiswanya berfikir kritis dan sistematis
serta siap menghadapi dunia kerja ketika telah menuntaskan pendidikannya di
perguruan tinggi. Dalam upaya memenuhi tuntutan akan kualitas tenaga kerja
dunia pendidikan khususnya perguruan tinggi dapat melakukan beberapa usaha
untuk merespon perubahan yang terjadi dalam dunia kerja antara lain: Melakukan
pembelajaran kearah kontestual, work based learning, pelatihan siap pakai dan
konsep link and match. Asumsi adalah dengan lebih dulu mengidentifikasi
perangkat kompetensi lulusan atau konteks aplikasi pengetahuan, atau kebutuhan
Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Universitas Jambi
Vol. 2 No. 1 April (2022) Hal. 19-31
ISSN 2809-0098 (ONLINE)

dunia bisnis dan industri, ini dan proses pendidikan di Universitas sebagai tempat
pelatihan lebih berpeluang untuk mencapai tujuan yang dirumuskan. Selanjutnya
mendesain kurikulum yang membekali kemampuan dasar yang diperluas (broas-
based curriculum), menambah komponen kurikulum adaptif yang diharapkan
dapat meningkatkan fleksibilitas lulusan, atau bahkan di beberapa negara ada tren
kearah kurikulum yang terintegrasi dan mengarah kepada penyatuan kembali jalur
akademik dan vocasional. (Rencana Strategis Universitas Jambi 2020-2024, 2020:3)

Soebijantoro berdasarkan penelitian yang telah dilakukannya mengidentifikasi


bahwa keberadaan mata kuliah kewirausahaan yang dikombinasikan dengan Ilmu
Sejarah (historiopreneur) berpengaruh kuat terhadap kemampuan program studi
dalam mengantarkan lulusan untuk mendapatkan pekerjaan. (Soebijantoro: 2014)
Dengan demikian mata kuliah kewirausahaan berbasis Historiopreneur disiapkan
untuk mahasiswa prodi ilmu sejarah UNJA bertujuan untuk membekali
mahasiswa dengan pengetahuan kewirausahaan yang dapat diaplikasikan oleh
mahasiswa prodi Ilmu Sejarah dalam menghadapi dunia kerja pasca lulus dari
universitas nantinya.

Sementara itu, Suryo Hapsoro (2009) menggambarkan bahwa kondisi


Indonesia saat ini sangat memilukan. Jumlah pengangguran dari kalangan terdidik
meningkat tiap tahunnya. Lebih parah lagi setelah lulus Perguruan Tinggi banyak
yang menjadi pencari kerja (jobseker) ketimbang menciptakan perkerjaan (job
creator). Untuk menjadi entrepreneurship yang sukses mahasiswa harus mampu
membuka peluang usaha, tanggap atas orang lain dan menjalin hubungan antar
entrpreneur. Sebagai upaya dalam mengurangi angka pengangguran tersebut
perlu diciptakan budaya kewirausaha di lingkungan kampus. Pengembangan jiwa
kewirausahaan yang menjadi soft skill bagimahasiswadiharapkan dapat
menciptakan lulusan yang mampu berinovasi dan berkreasi dikehidupan
masyarakat dan dunia kerja. Oleh karena itu Dirjen Dikti memberikan otonomi
penuh kepada perguruan tinggi dalam melakukan pengembangan kurikulum
berbasis entrepreneur. (Cahyo, 2009)

Kondisi di atas tentunya bisa menjadi dasar dalam mendesain ulang


kurikulum matakuliah kewirausahaan yang sesuai dengan kebutuhan, potensi dan
sumber daya program studi. Berdasarkan observasi lapanganpeneliti menemukan
bahwa Matakuliah kewirausahaan yang sedang berlangsung masih sangat bersifat
umum dan tidak berkorelasi atau terintegrasi dengan mata kuliah wajib program
studi. Hal ini mengakibatkan aplikasi materi mata kuliah telah yang didapatkan
Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Universitas Jambi
Vol. 2 No. 1 April (2022) Hal. 19-31
ISSN 2809-0098 (ONLINE)

dalam kehidupan nyata kurang didukung oleh materi matakuliah yang lainnya
seperti mata kuliah Kewirausahaan.

Historiopreneur

Istilah Histopreneur merupakan penggabungan dari dua kata yaitu histoy


dan entrepreneur. History berarti ilmu tentang masa lalu yang bisa diambil nilai
sehingga dapat direfleksikan untuk kehidupan di masa depan. Entrepreneur
berasal dari kata entrependre (bahasa Inggris) yang berarti melakukan, artinya
konstruksi yang dapat dipelajari melalui proses pembelajaran, pelatihan, simulasi,
dan magang secara intent. Sementara itu Enterpreneurship merupakan sebuah
cabang ilmu yang mengkaji tentang pengembangan dan pembangunan semangat
kreativitas dan berani mengambil resiko terhadap pekerjaan yang dilakukan demi
mewujudkan sebuah hasil karya. (Aditi, 2018: 7-8) Dengan demikian
historiopreneur merupakan cabang ilmu yang mengkaji tentang entrepreneur
yang berbasis pada kemampuan seseorang untuk menghadirkan produk-produk
sejarah yang memiliki nilai komersial. Hisriopreneur dimaksudkan dapat
memberikan nilai tambah pada sumber daya yang ada dan kreatifitas manusia
dalam kehidupan sehari-hari.

Seorang historiopreneur melakukan komersialisasi yang positif dari hasil


kajian kesejarahan. Dengan demikian seorang historiopreneur adalah orang yang
memilki jiwa entreprenur yang mampu menghadirkan produk-produk hasil kajian
sejarah. Adapun contoh historiopreneur yang telah ada adalah seperti munculnya
Komunitas Jelajah Budaya (KJB). Komunitas ini rutin melakukan kegiatan
penelusuran kembali kota lama yang ada di Jakarta (Batavia). Kegiatan ini
diminati oleh masyarakat sehingga menjadi profit bagi anggota komunitas.
(Cahyo, 2009: 9) Selain itu ada Majalah Historia yang menjadi bacaan populer
dari berbagai kalangan dan berskala nasional. Ada juga Jc Institute sebagai
lembaga penulisan biografi yang memproduksi biografi tokoh-tokoh masyarakat.
Dari beberapa contoh di atas bisa dilihat peluang produk usaha yang berlatar
keilmuan sejarah yang ada di dalam kehidupan sehari-hari.

Mata kuliah kewirausahaan merupakan salah satu mata kuliah yang mampu
membekali mahasiswa semangat dan jiwa wirausaha. Adanya mata kuliah
kewirausahaan di perguruan tinggi diharapkan mampu menjadi wadah bagi
mahasiswa untuk mengembangkan semangat dan jiwa kewirausahaan yang
nantinya dapat bermanfaat bagi mahasiswa dalam kehidupan sehari-hari.
Sementara itu mata kuliah kewirausahaan berbasis historiopreneur disiapkan agar
Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Universitas Jambi
Vol. 2 No. 1 April (2022) Hal. 19-31
ISSN 2809-0098 (ONLINE)

mahasiswa Ilmu Sejarah UNJA mampu berkreatifitas dengan keilmuan yang


dimilikinya untuk menciptakan lapangan pekerjaan dan mengkreasikan peluang
yang ada menjadi memiliki nilai tambah.

Sehubungan dengan pendidikan kewirausahaan di Universitas Jambi, Rektor


Universitas Jambi Johni Najwan memaparkan bahwa pada tahun 2025 hingga
2029 UNJA akan mewujudkan Entrepreneurship University. Sebagai upaya untuk
merealisaasikannya maka harus ada internalisasi entrepreneurship dalam proses
pembelajaran. (Najwa, 2009)

Pendidikan yang berorientasi pada kewirausahaandikembangkan dengan


mengajarkan tentang penerapan materi dalam kurikulum pada kehidupan
keseharian. Muatan penting yang harus diperkenalkan kepada mahasiswa melalui
mata kuliah kewirausahaan adalah internalisasi sistem nilai yang terkandung
dalam kewirausahaan seperti kemandirian, berfikir kreatif, keterampilan
interpersonal, kemampuan komunikasi yang persuasif, kerja keras dan
sebagainya. Harapannya dalam jangka panjang mahasiswa mampu menangkap
dan mengkreasikan peluang yang ada menjadi sesuatu yang bernilai tambah atau
bernilai jual.

Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah metode Research and


Development (R & D). Research and Development merupakan metode penelitian
yang digunakan dalam rangka menghasilkan produk tertentu atau menguji
keefektifan suatu produk. (Sugiyono, 2007:407) Adapun tujuan Research and
Development dalam penelitain ini adalah untuk mendesain kembali kurikulum
mata kuliah kewirausahaan pada pada mahasiswa Ilmu sejarah menjadi mata
kuliah kewirausahaan berbasis historiopreneur. Tujuannya adalah agar materi
mata kuliah kewirausahaan yang dipelajari oleh mahasiswa terintegrasi dengan
keilmuan yang dikuasainya yaitu Ilmu Sejarah. Metode R & D digunakan untuk
menyempurnakan kurikulum mata kuliah sebelumnya yaitu mata kuliah
kewirausahaan yang diperuntukkan untuk mahasiswa prodi Ilmu Sejarah
Universitas Jambi menjadi mata kuliah kewirausahaan berbasis historiopreneur.

Model pengembangan yang dipilih untuk penelitian ini adalah modifikasi


model penelitian pengembangan Borg dan Gall (2003) oleh Cunnigham.
Modifikasi yang dilakukan oleh Cunnigham merupakan menyederhanakan 10
Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Universitas Jambi
Vol. 2 No. 1 April (2022) Hal. 19-31
ISSN 2809-0098 (ONLINE)

tahapan penelitian R & D menjadi 6 tahapan. Peneliti memilih model ini karena
peneliti tidak melakukan uji lapangan skala besar dan diseminasi.

Adapun tahapan asli model penelitian pengembangan menurut Borg dan


Gall terdiri dari: (1) penelitian dan pengumpulan data, (2) perencanaan, (3)
pengembangan awal draf produk (4) uji coba lapangan awal, (5) revisi hasil uji
coba langangan pertama, (6) uji coba lapangan, (7) penyempurnaan hasil uji coba
lapangan, (8) uji pelaksanaan lapangan, (9) penyempurnaan produk akhir, dan
(10) diseminasi dan distribusi. Sedangkan tahapan modifikasi oleh Cunnigham
yang peneliti gunakan adalah sebagai berikut: (1), studi pendahuluan, (2)
perencanaan, (3) pengembangan produk, (4) validasi produk, (5) uji coba produk
dan (6) produk akhir. (Bord dan Gall, 2003:573)

Hasil Penelitian dan Pembahasan

Analisis Kebutuhan

Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan terhadap Rencana


Pembelajaran Semester (RPS) pembelajaran kewirausahaan yang diterapkan pada
jurusan ilmu sejarah, ditemukan bahwa perlu untuk dilakukan relaksasi. Demikian
juga halnya dengan hasil observasi yang telah dilakukan, ditemukan bahwa dalam
pembelajaran kewirausahaan pada prodi ilmu sejarah belum mengintegrasikan
materi kesejarahan dengan mata kuliah kewirausahaan. Mata kuliah yang
disampaikan baru sebatas materi kewirausahaan secara umum yaitu tentang teori-
teori kewirausahaan dan peluang-peluang bisnis yang belum berkaitan dengan
keilmuan sejarah. Dengan demikian, langkah untuk melakukan pengembangan
pembelajaran kewirausahaan berbasis historiopreneur perlu untuk dilakukan. Hal
tersebut sesuai dengan kebutuhan mahasiswa yang dituntut kreatif dan inovatif
dalam menghadapi tantangan dunia kerja.

Pengembangan model produk

Produk yang dikembangkan adalah RPS dan bahan ajar mata kuliah
pembelajaran kewirausahaan berbasis historiopreneur. Pertama Pengembangan
Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Universitas Jambi
Vol. 2 No. 1 April (2022) Hal. 19-31
ISSN 2809-0098 (ONLINE)

RPS dilakukan berdasarkan hasil analisis terhadap RPS yang telah ada. terdapat
beberapa poin yang dilakukan perubahan pada RPS yang telah ada, yaitu:

1. Pada pertemuan minggu kedua dan ketiga yaitu profil wirausaha sukses a)
Wirausaha mahasiswa, b) Wirausaha berbasis agroindustri, dan c)
Wirausaha berbasis lingkungan diganti dengan “profil wirausaha sukses
yang berbasis historiopreneur”
2. Pada pertemuan kelima materi ide bisnis direvisi menjadi Ide bisnis
historiopreneur sehingga materi ajarnya lebih kongkrit dan relevan dengan
mahasiswa ilmu sejarah.
3. Pada pertemuan ke 9, 10 dan 11, materi “praktek membuat prototype
produk berbasis agroindustri dan lingkungan (aspek
teknis/operasional/produksi) “ direvisi menjadi “Praktek membuat
prototype produk berbasis historiopreneur (aspek
teknis/operasional/produksi)”

Kedua, Bahan ajar dikembangkan berdasarkan RPS yang telah disusun.


Bahan ajar yang disusun berisi tentang teori-teori kewirausahaan dan
historiopreneur diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Enterpreneur atau Kewirausahaan


2. Karakter Wirausaha
3. Kempetensi Seorang Wirausaha
4. Jenis-jenis wirausaha
5. Wirausaha berbasis historiopreneur
6. Prototype produk historiopreneur
7. Contoh Figur Wirausahawan yang Sukses Mengembangkan
Historiopreneur

Validasi model kurikulum kewirausahaan berbasis historiopreneur


Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Universitas Jambi
Vol. 2 No. 1 April (2022) Hal. 19-31
ISSN 2809-0098 (ONLINE)

Validasi dilakukan melalui focus group discussion (FGD). Adapun peserta


FGD yang dimaksud adalah dosen-dosen pengampu mata kuliah kewirausahaan
dan keilmuan sejarah. Berdasarkan hasil FGD yang telah dilakukan ditemukan
beberapa masukan yaitu 1.) menambahkan materi pengusaha sukses yang berbasis
sejarah, 2.) Kuliah dengan dosen tamu yang berasal dari pelaku historiopreneur.

Uji coba produk

Uji coba dilakukan pada kelompok mahasiswa Ilmu sejarah yang


mengontrak mata kuliah kewirausahaan. Uji coba produk dilaksanakan dalam
kegiatan pembelajaran di ruang kelas dan daring. Uji coba model pembelajaran
kewirausahaan berbasis Historiopreneur dengan pelaksanaan pembelajaran di
ruang kelas dilakukan Tanggal 30 November 2021. Adapun RPS yang diterapkan
pada pembelajaran di ruang kelas adalah RPS dengan materi pembelajaran
“Praktek membuat business plan berbasis historiopreneur (aspek
teknis/operasional/produksi)”. Proses pembelajaran dilakukan dengan
menggunakan metode diskusi dan brainstorming. Mahasiswa dibagi menjadi
beberapa kelompok untuk merancang business plan produk historiopreneur
kemudian hasil diskusi yang telah dilakukan oleh mahasiswa dipresentasikan di
depan kelas dan ditanggapi oleh dosen dan mahasiswa lainnya. Proses
pembelajaran berjalan dengan interaktif dan dialogis. Sementara itu mahasiswa
yang hadir juga antusias mengikuti proses pembelajaran yang dilaksanakan.

Gambar 1 Dosen Melakukan Apersepsi Pada Mahasiswa


Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Universitas Jambi
Vol. 2 No. 1 April (2022) Hal. 19-31
ISSN 2809-0098 (ONLINE)

Dosen melakukan apersepsi kepada mahasiswa sebelum memulai


pembelajaran tentang historipreneur. Tujuannya adalah untuk menyamakan
persepsi mahasiswa sejauh mana pemahamannya tentang historiopreneur.
Apersepsi dilakukan dengan dosen memberikan pengantar kondisi umum lulusan
sejarah yang masih terpaku pada target dunia kerja pada diinstansi pemerintahan
seperti: balai kajian sejarah, museum, perpustakaan dan arsip. Persepsi ini harus di
rubah karena ruang kerja lulusan sejarah lebih luas dari itu, salah satunya
membuka usaha dibidang historiopreneur. Kemudian dosen juga menyampaikan
beberapa contoh pengusaha sukses yang berbasis historiopreneur seperti : JJ Rizal
yang mendirikan Komunitas Bambu, Boni yang mendirikan Majalah Historia, dan
Nur Syam yang mendirikan Ombak.
Adapun materi ajar yang diujicobakan adalah materi ajar tentang “praktek
membuat business plan berbasis historiopreneur. Materi ini bertujuan agar
peserta didik mampu menyusun business plan usaha berbasis historiopreneu yang
nantinya bisa diaplikasikannya setelah menyelesaikan studi sarjananya.
Gambar 2 Dosen Mendampingi Mahasiswa Berdiskusi Diskusi

Dosen mendampingi mahasiswa dalam melakukan diskusi tentang


business plan berbasis historiopreneur. Mahasiswa antusias dalam melakukan
diskusi karena materi pembelajaran ini baru bagi mereka.

Gambar 3 Dosen Mendampingi Mahasiswa Berdiskusi Diskusi


Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Universitas Jambi
Vol. 2 No. 1 April (2022) Hal. 19-31
ISSN 2809-0098 (ONLINE)

Memberikan arahan produk yang relevan di era digitalisasi yang begitu masif,
potensi kearifan dan peninggalan sejarah yang bisa dikemas sebagai produk
historiopreneur.

Gambar 4 Mahasiswa Melakukan Presentasi di Depan Kelas

Mahasiswa mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya di depan kelas.


Presentasi yang disampaikan adalah tentang ide bisnis yang dirancang dalam
sebuah business plan. Hasil presentasi yang disampaikan oleh kelompok yang
tampil dievaluasi secara bersama oleh dosen dan mahasiswa lainnya. Saran-saran
yang diterima oleh kelompok yang presentasi dijadikan masukan untuk perbaikan
business plan mereka.

Selanjutnya uji coba produk juga dilakukan melalui metode daring. Uji
coba dengan metode kuliah daring ini dilakukan pada tanggal 7 Desember 2021.
Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Universitas Jambi
Vol. 2 No. 1 April (2022) Hal. 19-31
ISSN 2809-0098 (ONLINE)

Materi yang di sampaikan adalah tentang “Profil wirausaha sukses berbasis


historiopreneur”. Uji coba produk materi ini dilakukan secara daring dengan
mengundang dosen tamu. Dosen tamu yang dihadirkan adalah pelaku
historioprener. Profil dosen tamu yang diundang adalah Fajar Rusfan seorang
direktur JC Institut. JC institute merupakan lembaga yang bergerak dibidang
histroriopreneur, terutama dalam bentuk penulisan biografi populer.

Pelaksanaan kuliah dengan dosen tamu bertujuan untuk memotivasi


mahasiswa ilmu sejarah untuk menjadi pengusaha yang bergerak dibidang
historiopreneur. Kuliah dengan dosen tamu ini dapat memberikan wawasan yang
luas kepada mahasiswa ketika menghadapi permasalahan serta mengembangkan
kreativitas dan berfikir kritis dalam menghadapi permasalahan yang diterimanya
secara langsung. Dosen tamu dalam proses kuliah online ini melakukan sharing
pengalaman dalam melakukan usaha berbasis historiopreneur. Selain itu dosen
tamu tersebut juga berbagi pengalaman tentang proses pendirian lembaga yang
bergerak di bidang histopreneur seperti JC Institute yang telah didirikannya.

Gambar 4 Ujicoba Produk Melalui Kuliah Daring

Hasil uji coba produk


Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Universitas Jambi
Vol. 2 No. 1 April (2022) Hal. 19-31
ISSN 2809-0098 (ONLINE)

Berdasarkan hasil uji coba produk yang telah dilakukan RPS dan materi
ajar mata kuliah kewirausahaan berbasis historiopreneur layak untuk diterapkan.
Hal ini didasari atas kebutuhan mahasiswa terhadap materi pembelajaran yang
dirancang agar lulusan prodi ilmu sejarah nantinya sukses dalam menjalani
kehidupannya. Selanjutnya minat mahasiswa terhadap materi yang disampaikan
juga sangat baik karena melihat antusias dan semangat mahasiswa dalam
mengikuti perkuliahan yang diberikan. Minat mahasiswa ini semakin terlihat
ketika didatangkan dosen tamu yang berasal dari praktisi historiopreneur.
Kemudian keberhasilan model pembelajaran yang dikembangkan juga terlihat dari
hasil Praktek pembuatan produk proposal usaha berbasis historiopreneur yang
kerjakan dengan serius tiap kelompok yang sudah dibentuk.

Kesimpulan

Pembelajaran kewirausahaan yang diajarkan pada mahasiswa Ilmu Sejarah


belum diintegrasikan dengan Ilmu Sejarah sehingga penelitian ini menghasilkan
produk berupa RPS dan bahan ajar mata kuliah kewirausahaan yang
mengintegrasikan ilmu sejarah ke dalam pembelajaran kewirausahaan. Tujuannya
adalah untuk mendorong mahasiswa Ilmu Sejarah Universitas Jambi agar mampu
berkreatifitas dengan keilmuan yang dimilikinya demi menciptakan lapangan
pekerjaan yang sesuai dengan basic keilmuannya dan mengkreasikan peluang
yang ada menjadi memiliki nilai tambah. Harapan kedepan tentunya inovasi mata
kuliah kewirausahaan ini dapat diterapkan oleh prodi Ilmu Sejarah. Dengan
demikian peluang keberhasilan lulusan Ilmu Sejarah dalam menghadapi dunia
kerja semakin baik. Selanjutnya bahan ajar yang disusun perlu untuk ditambahkan
sesuai kebutuhan. Demikian juga dengan bentuk pembelajarannya juga bisa
ditambahkan dengan kunjungan langsung melihat perusahaan yang bergerak
dalam bidang historiopreneur.

DAFTAR PUSTAKA

Aditi, Bunga. (2018). Buku Ajar Enterpreneurship & Startup Entrepreneur yang
Unggul. Sematera Utara: Perdana Medika.
Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Universitas Jambi
Vol. 2 No. 1 April (2022) Hal. 19-31
ISSN 2809-0098 (ONLINE)

Borg, W.R., dan Gall, M. D. (2003). Education Research an Introduction


(Seventh Edition). New York: Pearson Education.

Cahyo B.U. (2009). Pengembangan Kurikulum Sejarah Berbasis


Enterpreneurship. Makalah. Disampaikan pada lokakarya Nasional
Pengembangan Kurikulum Sejarah Berbasus Skill dan Enterpreneurship
untuk peningkatan kompetensi lulusan pada 3 Juni 2009 di Fakultas Ilmu
Budaya Undip.

Najwa, Johni. (2019). Internalisasi Visi Universitas Jambi untuk Mewujudkan


Dosesn Profesional dan Lulusan Interpreneurship. Makalah.

Sani, Ridwan Abdullah. (2013). Inovasi Pembelajaran. Jakarta : PT Bumi Aksara

Soebijantoro. (2015). Peningkatan Mutu Pendidikan Melalui Pengajaran


Historiopreneur (Studi Kasus Pada Prodi pendidikan Sejarah IKIP PGRI
Madiun). Prosiding Ilmu Pendidikan. Vol 1 (1) 2015 FKIP UNS.

Sugiyono. (2007). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,


Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta.

Suyanto dan Jihat, Asep. (2013). Menjadi Guru Profesional Strategi


Meningkatkan Kualifikasi dan Kualitas Guru di Era Global. Jakarta: Esensi
Erlangga Group.

Trianto. (2014). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif, Progresif dan


Kontekstual. Jakarta: Pramedia Group.

Wagiran. (2007). Inovasi Pembelajaran Dalam Penyiapan Tenaga Kerja Masa


Depan” Jurnal Pedidikan Teknologi dan Kejuruan. Vol.16 No 1 Mei 2007,
hal 5
Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Universitas Jambi
Vol. 2 No. 1 April (2022) Hal. 32-39
ISSN 2809-0098 (ONLINE)

PENGARUH PENGALAMAN USAHA, MODAL USAHA DAN


DIVERIFIKASI PRODUK TERHADAP PENDAPATAN
PEDAGANG DI LUAR LINGKUNGAN KAMPUS
UNIVERSITAS JAMBI
Srina1, Drs. H. Arpizal, M.Pd2, Dra. Refnida, M. E3
Email: arpizalharmaini@yahoo.com refnida.fkip@unja.ac.id Srina270494@gmail.com
Program Studi Pendidikan Ekonomi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Jambi

Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah mengetahui besaran pengaruh pengalaman usaha terhadap
pendapatan pedagang diluar lingkungan kampus universitas jambi, modal usaha terhadap
pendapatan pedagang diluar lingkungan kampus universitas jambi, disverifikasi produk terhadapat
pendapatan pedagang diluar lingkungan kampus universitas jambi dan besaran pengaruh
pengalaman usaha, modal usaha dan disverifikasi produk terhadap pendapatan pedagang diluar
lingkunga kampus universitas jambi. Metode dalam penelitian ini adalah metode penelitian
kuantitatif yang bersifat deskriptif asosiatif bertujuan untuk menemukan ada tidaknya pengaruh
pengalaman usaha, modal usaha dan disverifikasi produk terhadap pendapatan pedagang diluar
lingkunga kampus universitas jambi. Adapun jumlah populasi berjumlah 49 pedagang dan sampel
pada penelitian ini sebanyak 49 pedagang. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis regresi
berganda. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan hasil Terdapat pengaruh antara pengalaman
usaha (X1) terhadap pendapatan (Y), terdapat pengaruh antara modal usaha (X2) terhadap
pendapatan (Y), terdapat pengaruh antara diverifikasi produk (X3) terhadap pendapatan (Y)
pedagang di luar lingkungan kampus Universitas Jambi dan terdapat pengaruh bersama antara
pengalaman usaha (X1), modal usaha (X2) dan diverifikasi produk (X3) terhadap minat belajar (Y)
pedagang di luar lingkungan kampus Universitas Jambi.

Kata Kunci: Pengalaman Usaha, Modal Usaha, Disverifikasi Produk, Pendapatan

Abstract: The purpose of this study was to determine the magnitude of the effect of business
experience on the income of traders outside the Jambi University campus environment, business
capital on the income of traders outside the Jambi University campus environment, product
diversification on the income of traders outside the Jambi University campus environment and the
magnitude of the influence of business experience, venture capital and product diversification. on
the income of traders outside the Jambi University campus. The method in this study is a
quantitative descriptive associative research method aimed at finding out whether there is an
influence of business experience, business capital and product diversification on the income of
traders outside the Jambi University campus environment. The total population is 49 traders and
the sample in this study is 49 traders. The analysis technique used is multiple regression analysis.
Based on the results of the study, the results showed that there was an influence between business

32
Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Universitas Jambi
Vol. 2 No. 1 April (2022) Hal. 32-39
ISSN 2809-0098 (ONLINE)

experience (X1) on income (Y), there was an influence between venture capital (X2) on income (Y),
there was an influence between verified products (X3) on the income (Y) of traders outside the
environment. Jambi University campus and there is a mutual influence between business
experience (X1), venture capital (X2) and verified products (X3) on the learning interest (Y) of
traders outside the Jambi University campus.

Keywords: Business Experience, Business Capital, Product Diversification, Income

Pendahuluan
Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang memiliki tingkat
pengangguran yang cukup tinggi. Khususnya tingkat pengangguran di Provinsi Jambi yang
diperkuat berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) dalam satu tahun terakhir secara
absolut mencatat jumlah pengangguran di Provinsi Jambi naik sebesar 5,13 persen menjadi
9,35 persen. Dengan tingkat Pengangguran yang semakin lama semakin tinggi tersebut
merupakan sebuah fenomena yang harus diperhatikan. Fenomena pengangguran yang
terjadi disebabkan oleh banyaknya penduduk namun lapangan pekerjaan yang tersedia
sempit, dan juga banyaknya karayawan yang terkena PHK (pemutusan hubungan kerja)
juga sebagai penyumbang jumlah Pengangguran yang ada. Saat ini banyak Pengangguran
terjadi pun bisa disebabkan oleh banyaknya penduduk yang kurang memiliki keterampilan
atau softskill dalam dunia kerja.
Menurut Anoraga (2011 : 56) Usaha kecil di Indonesia memang terbukti
peranannya didalam perekonomian nasional, terutama dalam aspek-aspek seperti
peningkatan kesempatan kerja, pemerataan pendapatan, pembangunan ekonomi pedesaan
dan peningkatan ekspor non-migas. Namun demikian, perkembangan hingga saat ini
berjalan sangat lamban. Salah satu penyebab kurang berhasilnya program pengembangan
atau pembinaan usaha kecil di Indonesia dalam memperbaiki kondisi atau kinerja
kelompok, dari posisi yang lemah dan tradisional ke posisi yang kuat dan modern adalah
tekanan orientasi program kebijakan pemerintah lebih terletak pada “aspek sosial” dari
pada “aspek ekonomi atau bisnis”. Selama ini usaha pengembang kegiatan ekonomi skala
kecil umumnya padat karya dan dilakukan oleh kelompok masyarakat miskin
berpendidikan rendah ditujukan untuk meningkatkan pendapatan mereka atau mengurangi
jumlah pengangguran dan kesenjangan.
Pendapatan merupakan faktor terpenting bagi seseorang pengusaha untuk menjaga
keberlangsungan bisnisnya. Pendapatan adalah jumlah penghasilan yang diperoleh dari
hasil pekerjaan dan biasanya pendapatan seseorang dihitung setiap tahun atau setiap bulan.
Suatu pertambahan asset yang mengakibatkan bertambahnya owners equity, tetapi bukan
karena pertambahan modal baru dari pemiliknya dan bukan pula merupakan pertambahan

33
Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Universitas Jambi
Vol. 2 No. 1 April (2022) Hal. 32-39
ISSN 2809-0098 (ONLINE)

asset yang disebabkan karena bertambahnya liabilities.

Hal ini menjadi permasalahan besar bagi pedagang yang ada di luar lingkungan
kampus UNJA, karena keberadaan mahasiswa sangat berpengaruh bagi pendapatan
mereka, mahasiswa merupakan pembeli utama mereka. Pada saat ini pembelajaran
dilakukan rumah masing-masing sehingga tidak adanya aktivitas perkuliahan di kampus
UNJA, membuat keberadaan mahasiswa jarang ditemui di kampus, hal ini membuat
pendapatan para pedagang menjadi menurun karena jarang ada pembeli. Agar pedagang
tetap memperoleh pendapatan dari hasil usahanya, maka pedagang juga harus mengasah
Pengalaman usaha yang mereka miliki agar keberadaan para pedagang dapat tetap bertahan
ditengah keadaan saat ini, meskipun banyak juga pedagang yang mengalami penurunan
pendapatan.
Pengaruh pengalaman usaha terhadap tingkat pendapatan pedagang telah
dibuktikan dalam penelitian sebelumnya pengalaman seorang pelaku bisnis menekuni
bidang usahanya akan mempengaruhi kemampuan atau pengalaman profesionalnya.
Semakin lama menekui bidang usaha perdagangan akan makin meningkatkan pengetahuan
tentang selera ataupun perilaku konsumen. Pengalaman pedagang makin bertambah dan
semakin banyak pula relasi bisnis maupun pelanggan yang berhasil dijaring.
Modal usaha merupakan salah satu faktor yang sangat penting yang dapat
menentukan tingkat produksi dan juga pendapatan. Menurut Agustina (2015:57), modal
usaha adalah sebagai dana yang dipergunakan untuk menjalankan usaha agar dapat usaha
dapat tetap berlangsung. Dalam berwirausaha, modal dapat diartikan sebagai segi yaitu
modal untuk pertama kali membuka usaha, modal untuk melakukan perluasan usaha, dan
modal untuk menjalankan usaha sehari-hari. Modal juga merupakan segala bentuk
kekayaan yang bisa digunakan baik langsung maupun tidak langsung dalam melakukan
proses produksi agar dapat menambah output. Diverifikasi produk merupakan
penganekaragan sebuah produk. Diverifikasi produk sangat diperlukan untuk dapat
meningkatkan daya saing antar pedagang dikantin tersebut. Dengan diverifikasi produk ini
pedagang tidak akan bergantung pada satu produk saja melainkan banyak produk dengan
adanya diverifikasi produk.
Berdasarkan latar belakang tersebut maka peneliti ingin mengetahui apakah
pengalaman usaha, modal usaha, dan diverfikasi produk berpengaruh kepada pendapatan
pedagang diluar lingkungan kampus universitas jambi atau tidak berpengaruh.

Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat deskriptif asosiatif, metode ini

34
Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Universitas Jambi
Vol. 2 No. 1 April (2022) Hal. 32-39
ISSN 2809-0098 (ONLINE)

digunakan karena dalam penelitian ini bertujuan untuk menemukan ada tidaknya pengaruh
masa usaha, modal usaha, dan diverifikasi produk terhadap pendapatan pedagang.
Pendekatan yang digunakan dalam analisis data penelitian ini menggunakan pendekatan
data kuantitatif. Penelitian ini dilaksanakan di Universitas Jambi dengan subjek pedagang
makanan diluar lingkungan kampus Universitas Jambi. jumlah sampel yang diambil
sebanyak 49 pedagang di daerah mendalo.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan angket langsung dan
tertutup. Skala dalam penelitian ini menggunakan skala Likert, dengan skala tersebut maka
variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator. Sebelum diisi oleh responden
kuesioner/angket terlebih dahulu diuji tingkat validitas dan reliabelitasnya. Teknik analisis
data yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji asumsi klasik, uji regresi linear
berganda, uji t, dan uji f.

Hasil dan Pembahasan

Pengaruh Pengalaman Usaha Terhadap Pendapatan Pedagang Diluar Lingkungan


Kampus Universitas Jambi

Pengalaman usaha merupakan ukuran tentang lama waktu atau masa kerja yang telah
ditempuh seseorang dapat memahami tugas-tugas suatu pekerjaan dan telah melaksanakan
dengan baik. Seseorang yang masa kerjanya lebih tinggi akan memiliki strategi yang lebih
matang dan tepat dalam mengelola usahanya, serta mampu mengambil keputusan dalam
setiap kondisi dan keadaan, selain itu pedagang dengan pengalaman dan masa usaha yang
lebih banyak secara tidak langsung akan mendapatkan jaringan atau koneksi yang lebih
luar yang berguna dalam perolehan laba (Setiaji, 2018: 76).
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh koefisien regresi sebesar 0,382 dan nilai t
untuk variabel pengalaman usaha (X1) 3,573 dengan nilai sig 0,001 nilai sig lebih kecil dari
nilai probabilitas 0,05 atau 0,001 < 0,05 maka Ho 1 ditolak dan Ha1 diterima. Variabel X1
mempunyai thitung = 3,573 dengan t tabel = 2,011 jadi thitung > t tabel dapat disimpulkan bahwa
terdapat pengaruh signifikan pengalaman usaha terhadap pendapatan.
Pengaruh Modal Usaha Terhadap Pendapatan Pedagang Diluar Lingkungan
Kampus Universitas Jambi

35
Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Universitas Jambi
Vol. 2 No. 1 April (2022) Hal. 32-39
ISSN 2809-0098 (ONLINE)

Menurut Ayodya (2010:9) menjelaskan bahwa modal usaha tidak bisa dipungkiri
memang sangat dibutuhkan untuk memulai suatu usaha. Kebutuhan modal usaha
ditentukan jumlahnya oleh besar kecilnya skala usaha. Jika ingin membuka usaha dengan
skala mikro tentunya kebutuhan modalnya relatif kecil. Sementara itu, jika ingin
membangun usaha berskala menengah ke atas tentunya nilai modalnya bergantung pada
besarnya usaha yang diinginkan.
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh koefisien regresi sebesar 0,522 dan nilai t
untuk variabel modal usaha (X2) 3,630 dengan nilai sig 0,001 nilai sig lebih kecil dari nilai
probabilitas 0,05 atau 0,001 < 0,05 maka Ho1 ditolak dan Ha1 diterima. Variabel X2
mempunyai thitung = 3,630 dengan t tabel = 2,011 jadi thitung > t tabel dapat disimpulkan bahwa
terdapat pengaruh signifikan modal usaha terhadap pendapatan.
Pengaruh Disverifikasi Produk Terhadap Pendapatan Pedagang Diluar Lingkungan
Kampus Universitas Jambi
Diverifikasi ialah usaha memperluas barang yang akan dijual dan merupakan
sebuah strategi perusahaan untuk menaikakan penetrasi pasar. Sedangkan menurut
Warnadi (2019:132) diverifikasi produk adalah upaya yang dilakukan
pengusaha/produsen/perusahaan untuk mengusahakan atau memasarkan beberapa produk
yang sejenis dengan produk yang sudah dipasarkan sebelumnya. dalam penelitian ini
diverifikasi produk tidak berpengaruh secara parsial terhadap pendapatan pedagang.
koefisien regresi sebesar 0,198 dan nilai t untuk variabel diverifikasi produk (X 3)
1,828 dengan nilai sig 0,031 nilai sig lebih kecil dari nilai probabilitas 0,05 atau 0,031 <
0,05 maka Ho1 ditolak dan Ha1 diterima. Variabel X3 mempunyai thitung = 1,828 dengan t tabel
= 2,011 jadi thitung < t tabel dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh signifikan
diverifikasi produk terhadap pendapatan.
Pengaruh Pengalaman Usaha, Modal Usaha Dan Diverifikasi Produk Terhadap
Pendapatan Pedagang Diluar Lingkungan Kampus Universitas Jambi
Faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan seperti pengalaman usaha, modal
usaha dan diverifikasi produk. Modal usaha adalah syarat penting bagi penjualan, karena
36
Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Universitas Jambi
Vol. 2 No. 1 April (2022) Hal. 32-39
ISSN 2809-0098 (ONLINE)

dengan modal sedikit maka akan mendapatkan keuntungan tertentu, sedangkan dengan
modal yang besar maka akan mendapatkan keuntungan sebanyak-banyaknya. Modal yang
sedikit akan membatasi hasil produksi sehingga pendapatan yang dicapai sedikit.
Kekurangan modal tentunya menghambat pengembangan usaha. Selain modal usaha,
adanya masa usaha yang tinggi yang dimiliki oleh pedagang berguna untuk
mengembangkan dan mengatur strategi penjualan, pedagang akan memikirkan siasat
bagaimana jualannya akan laku dan pendapatannya meningkat. Selain pengalaman,
diverifikasi produk juga diperlukan dalam berjualan karena semakin beranekaragam
produk yang disajikan akan membuat konsumen memiliki alternatif pilihan dan membuat
konsumen tidak merasa bosan dengan dagangan yang di sajikan.
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,000. Dalam
penelitian ini menggunakan tingkat signifikansi dari 0,05 maka signifikansi sebesar 0,001
menunjukkan lebih kecil dari 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa Ho 4 ditolak dan Ha4
diterima. Ha4 diterima berarti terdapat pengaruh yang signifikan dari pengalaman usaha,
modal usaha, dan diverifikasi produk terhadap pendapatan.
Kemudian berdasarkan hasil analisis nilai adjusted R Square sebesar 0,321 atau
32,1% . Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan mode dalam memprediksi pengaruh
pengalaman usaha, modal usaha dan diverifikasi produk terhadap pendapatan pedagang di
luar lingkungan kampus Universitas Jambi.

Kesimpulan
Berdasarkan apa yang telah peneliti rumuskan dalam Rumusan Masalah dalam
penelitian serta Tujuan Penelitian yang telah ditetapka oleh peneliti, dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut:

1. Terdapat pengaruh pengalaman usaha (X1) terhadap pendapatan (Y) pendapatan


pedagang di luar lingkungan kampus Universitas Jambi, karena diperoleh koefisien
regresi sebesar 0,400 dan nilai t untuk variable pengalaman usaha (X 1) 3,952 dengan
nilai sig 0,000 nilai sig lebih kecil dari nilai probabilitas 0,05 atau 0,000 < 0,05 maka
Ho1 ditolak dan Ha1 diterima. Variabel X1 mempunyai thitung = 3,952 dengan t tabel = 2,011
jadi thitung > t tabel. Ha1 diterima berarti terdapat pengaruh yang signifikan dari
37
Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Universitas Jambi
Vol. 2 No. 1 April (2022) Hal. 32-39
ISSN 2809-0098 (ONLINE)

pengalaman usaha terhadap pendapatan.

2. Terdapat pengaruh modal usaha (X2) terhadap pendapatan (Y) pedagang di luar
lingkungan kampus Universitas Jambi, karena diperoleh koefisien regresi sebesar 0,421
dan nilai t untuk variable modal usaha (X2) 3,775 dengan nilai sig 0,000 nilai sig lebih
kecil dari nilai probabilitas 0,05 atau 0,000 < 0,05 maka Ho 2 ditolak dan Ha2 diterima.
Variabel X2 mempunyai thitung = 3,775 dengan t tabel = 2,011 jadi thitung > t tabel. Ha2 diterima
berarti terdapat pengaruh yang signifikan dari modal usaha terhadap pendapatan.

3. Terdapat pengaruh diverifikasi produk (X 3) terhadap pendapatan (Y) pedagang di luar


lingkungan kampus Universitas Jambi, karena diperoleh koefisien regresi sebesar 0,198
dan nilai t untuk variable diverifikasi produk (X3) 2,221 dengan nilai sig 0,031 nilai sig
lebih kecil dari nilai probabilitas 0,05 atau 0,031 < 0,05 maka Ho 3 ditolak dan Ha3
diterima. Variabel X3 mempunyai thitung = 2,221 dengan t tabel = 2,011 jadi thitung > t tabel.Ha3
diterima berarti terdapat pengaruh yang signifikan dari diverifikasi produk terhadap
pendapatan.
4. Terdapat pengaruh bersama pengalaman usaha (X1), modal usaha (X2) dan diverifikasi
produk (X3) terhadap pendapatan (Y) pedagang di luar lingkungan kampus Universitas
Jambi, karena diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,000. Dalam penelitian ini
menggunakan tingkat signifikansi dari 0,05 maka signifikansi sebesar 0,000
menunjukkan lebih kecil dari 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa Ho 4 ditolak dan
Ha4 diterima. Ha4 diterima berarti terdapat pengaruh yang signifikan dari pengalaman
usaha, modal usaha, dan diverifikasi produk terhadap pendapatan.

5. Hambatan mahasiswa selama pembelajran daring di pendidikan ekonomi pada angkatan


2017 di Universitas Jambi. Dari hasil penelitian yang ditemukan oleh peneliti terdapat
beberapa hambatan utama yang membuat pembelajaran daring menjadi terhambat.
Hambatan tersebut didapatkan selama peneliti melaksankan penelitian dilapangan
sehingga kejadian sesuai dengan keadaan dan waktu saat peneliti dilapangan.

Daftar Pustaka
Aditama & Rofiudin. (2020). Pengantar Bisnis. Malang. AE Publising.

Afrida BR. (2003). Ekonomi Sumber Daya Manusia. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Agustina T S. (2015). Kewirausahaan Teori Dan Penerapan Pada Wirausaha Dan UKM

38
Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Universitas Jambi
Vol. 2 No. 1 April (2022) Hal. 32-39
ISSN 2809-0098 (ONLINE)

Di Indonesia. Jakarta. Mitra Wacana Media.

Akbar, P., dan Usman, H. (2009). Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta: Bumi Aksara

Fattah, Muhammad., dan Purwanti, Pudji. (2017). Manajemen Industri Perikanan. Malang:
UB Press.

Febrian R. (2015). Nursepreneurship. Yogyakarta. Trans Medika.

Hasibuan. (2016). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jaakarta. PT Bumi Aksara

Kasmir. (2011). Kewirausahaan. Jakarta: penerbit PT Raja Grafindo Persada.

Kotler, P. (1993). Manajemen Pemasaran (Analisis, Perencanan, Implementasi dan


Pengendalian) volume satu, edisi ketujuh. Jakarta. Ter. Adi Zakaria Afiff. FE UI.

Latief, Jamil. (2017). Kewirausahaan: Kiat Sukses Menjadi Wirausaha. Jakarta: Tim
Penerbit

Lubis, Tona Aurora. (2017). Kinerja UMKM Studi Empiris. Jambi: Salim Media Indonesia

Moenir. (2015). Manajemen Pelayanan Umum Di Indonesia. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Mubyarto. (2004). Pengantar Ekonomi Pertanian Edisi Ketiga. LP3ES. Jakarta

Sukirno, Sadono. (2008). Mikroekonomi Teori Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo


Persada.

Sukoco, Abu R.F., Endang., dan Zahroh. (2015). Pengelolaan Modal Kerja Usaha Mikro
Untuk Memperoleh Profitabilitas. Jurnal Administrasi. 22(1): 1-9

Sumarno S. (2013). Ekonomi Mikro: Teori dan Soal Latihan. Yogyakarta. Graha ilmu

39
Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Universitas Jambi
Vol. 2 No. 1 April (2022) Hal. 40-52
ISSN 2809-0098 (ONLINE)

Pengaruh Efikasi Diri dan Lingkungan Keluarga Terhadap Minat


Dalam Melanjutkan Studi S2 Pada Mahasiswa Pendidikan
Ekonomi FKIP Universitas Jambi

Nirmala Winda1, Arpizal2, Novia Sri Dwijayanti3


Nirmalawinda07@gmail.com1, arpizal.fkip@unja.ac.id2,
noviasrid63@unja.ac.id3
Program Studi Pendidikan Ekonomi FKIP Universitas Jambi

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh efikasi diri dan
lingkungan keluarga secara parsial maupun simultan terhadap minat dalam melanjutkan
Studi S2 pada mahasiswa Pendidikan Ekonomi FKIP Universitas Jambi. Data penelitian
ini dianalisis menggunakan kuantitafif. Populasi penelitian ini adalah seluruh mahasiswa
Program Studi Pendidikan Ekonomi angkatan 2018 sebanyak 60 mahasiswa. Teknik
pengumpulan data berupa observasi awal, angket dan dokumentasi. Teknik analisis data
menggunakan analisis regresi linier berganda dengan bantuan SPPS 21.0 for windows.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel efikasi diri secara parsial berpengaruh
terhadap minat dalam melanjutkan Studi S2, hal ini dibuktikan dengan nilai t hitung > ttabel
atau 3,490 > 2,002. Variabel lingkungan keluarga secara parsial berpengaruh terhadap
minat dalam melanjutkan Studi S2, hal ini dibuktikan dengan nilai thitung > ttabel atau 2,830
> 2,002. Variabel efikasi diri dan lingkungan keluarga secara simultan berpengaruh
terhadap minat dalam melanjutkan Studi S2, dibuktikan dengan nilai F hitung > Ftabel atau
22,764 > 3,16. Hasil koefisien determinasi (R2) sebesar 44,4%. Berdasarkan hasil
penelitian, dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh positif dan signifikan antara
variabel efikasi diri dan lingkungan keluarga terhadap minat dalam melanjutkan Studi S2
pada mahasiswa Pendidikan Ekonomi FKIP Universitas Jambi.
Kata kunci: Efikasi diri, Lingkungan keluarga, Minat melanjutkan studi S2

Abstract : This study aims to determine the effect of self-efficacy and family environment
partially or simultaneously on interest in continuing master's studies in Economics
Education students, FKIP Jambi University. The data of this study were analyzed
quantitatively. The population of this study were all students of the 2018 Economics
Education Study Program as many as 60 students. Data collection techniques in the form
of initial observations, questionnaires and documentation. The data analysis technique
used multiple linear regression analysis with the help of SPPS 21.0 for windows. The
results showed that the self-efficacy variable partially affected the interest in continuing
the Master's Study, this was evidenced by the value of t count > ttable or 3,490 > 2,002. The
family environment variable partially affects the interest in continuing Master's studies,
this is evidenced by the value of t count > ttable or 2,830 > 2,002. Variables of self-efficacy
and family environment simultaneously affect interest in continuing Master's studies, as
evidenced by the value of F count > Ftable or 22.764 > 3.16. The result of the coefficient of
determination (R2) is 44.4%. Results Based on the research, it can be found that there is a
positive and significant effect between the variables of self-efficacy and family
environment on the interest in continuing Master's studies in Economics Education
students, FKIP Jambi University.

40
Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Universitas Jambi
Vol. 2 No. 1 April (2022) Hal. 40-52
ISSN 2809-0098 (ONLINE)

Keywords : Self-efficacy, family environment, interest in continuing master's studies

PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan pengalaman yang sangat penting sebagai bekal diri


seseorang agar dapat berdaya saing untuk mempertahankan hidup di dunia dari
berbagai tantangan yang harus dihadapi dalam era globalisasi saat ini. Karena
untuk menghasilkan output Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas
unggul pendidikan tidak bisa dipisahkan dalam proses menghasilkan output
tersebut. Begitu pula pendapat Sahertian (2010:1) yang menyatakan bahwa
pendidikan merupakan usaha sadar yang sengaja dirancang untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan sebagai upaya dalam memenuhi kualitas sumber daya
manusia.
Menurut Dewey dalam (Suriansyah, 2011:2) pendidikan merupakan makna
proses pengalaman, karena hidup adalah pertumbuhan, dan pendidikan membantu
proses pertumbuhan batin tanpa dibatasi oleh usia. Proses pertumbuhan adalah
proses menyesuaikan diri dengan keterampilan di dalam perkembangan seseorang.
Pendidikan juga merupakan proses yang berkelanjutan dan tidak pernah berakhir
(never ending process), yang dapat menghasilkan output kualitas yang
kesinambungan, dengan ditujukan pada perwujudan sosok manusia masa depan
dan menurut Mudyahardjo (2014:96) tujuan utama pendidikan adalah
menghasilkan manusia yang berkarakter dan bermoral sosial, serta manusia yang
mandiri.
Pendidikan sebagai bagian dari upaya peningkatan kehidupan dan
kesejahteraan manusia yang merupakan bagian dari pembangunan nasional.
Dihadapkan pada perubahan era reformasi dan proses globalisasi, hal ini juga
mempengaruhi kehidupan. Inti dari pembangunan pendidikan nasional adalah
berupaya untuk menumbuhkan sumber daya manusia yang unggul dalam
mempersiapkan masyarakat dan Negara menghadapi era persaingan yang ketat di
era pengetahuan yang kompetitif (Wijaya, Sudjimat, & Nyoto, 2016:265). Tolak
ukur kesuksesan seseorang sering dilihat melalui tingkat pendidikan. Semakin
tinggi pendidikannya, maka akan semakin terbuka pengetahuan dan lebih banyak
wawasannya. Oleh karena itu, pendidikan sangat penting serta bermanfaat bagi
kehidupan seseorang (Hanim & Puspasari, 2021:1).
Berdasarkan tujuan di atas, untuk memiliki pengetahuan yang baik dan
berkualitas, masyarakat Indonesia harus menempuh pendidikan setinggi-
tingginya. Karena dengan pendidikan tinggi dapat membantu menumbuhkan
sumber daya manusia yang andal dan kompetitif.
Sehubungan dengan pentingnya melanjutkan studi S2 tersebut, peneliti telah
melaksanakan observasi awal terhadap minat mahasiswa Pendidikan Ekonomi
41
Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Universitas Jambi
Vol. 2 No. 1 April (2022) Hal. 40-52
ISSN 2809-0098 (ONLINE)

FKIP Universitas Jambi angkatan 2018. Observasi tersebut dilakukan guna


mengetahui seberapa besar minat mahasiswa Pendidikan Ekonomi FKIP
Universitas Jambi angkatan 2018 untuk melanjutkan pendidikan tingkat S2 serta
menganalisa hal-hal lain yang menarik dan menghambat minat mahasiswa.
Berikut hasil observasi awal untuk memperoleh data minat mahasiswa
Pendidikan Ekonomi FKIP Universitas Jambi angkatan 2018 untuk melanjutkan
studi S2. Dari 60 orang mahasiswa Program Studi Pendidikan Ekonomi FKIP
Universitas Jambi angkatan 2018, diperoleh data sebagai berikut:
Tabel 1.1 Data Observasi Awal Minat Mahasiswa Pendidikan Ekonomi FKIP
Universitas Jambi Angkatan 2018 untuk Melanjutkan Pendidikan S2
Jawaban

No Pernyataan Iya Tidak

1 Saya berminat melanjutkan pendidikan S2 20 Mahasiswa 40 Mahasiswa


setelah lulus pendidikan S1 (34,4%) (65,6%)
2 Saya merasa pendidikan S2 lebih sulit daripada 38 Mahasiswa 22 Mahasiswa
S1 yang membuat saya tidak ingin mengambil (62,3%) (37,7%)
pendidikan S2
3 Saya memiliki keyakinan diri atas kemampuan 21 Mahasiswa 39 Mahasiswa
yang dimiliki dalam menghadapi berbagai tugas (36,1%) (69,3%)
yang membuat saya optimis ingin melanjutkan
pendidikan S2
4 Saya terampil dalam menyelesaikan tugas dan 20 Mahasiswa 40 Mahasiswa
selalu menyelesaikannya tepat waktu (34,4 %) (65,6%)

5 Saya tidak ingin melanjutkan pendidikan S2 36 Mahasiswa 24 Mahasiswa


karena tidak ada dukungan dari keluarga (60,7 %) (39,3%)
6 Orangtua ingin saya bekerja setelah lulus 46 Mahasiswa 14 Mahasiswa
pendidikan S1, diperbolehkan lanjut pendidikan (77%) (23 %)
S2 ketika sudah mempunyai penghasilan sendiri

Berdasarkan fenomena di lapangan, dapat disimpulkan bahwa masih


rendahnya minat mahasiswa untuk melanjutkan studi S2 berdasarkan beberapa
faktor di antaranya seperti mahasiswa tidak ingin mengambil pendidikan S2
karena merasa pendidikan S2 lebih sulit daripada S1, kemudian mahasiswa
memiliki keyakinan diri yang rendah atas kemampuan yang dimiliki dalam
menghadapi berbagai tugas yang membuat diri mahasiswa menjadi tidak yakin
ingin melanjutkan S2, masih rendahnya keterampilan mahasiswa dalam
menyelesaikan tugas dan menyelesaikannya tepat waktu dan juga mahasiswa tidak
ingin melanjutkan pendidikan S2 jika tidak ada dukungan dari lingkungan

42
Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Universitas Jambi
Vol. 2 No. 1 April (2022) Hal. 40-52
ISSN 2809-0098 (ONLINE)

keluarga, dan para orangtua dari mahasiswa ingin anaknya melanjutkan


pendidikan S2 dengan penghasilannya sendiri.
Minat dalam melanjutkan studi S2 merupakan suatu kecenderungan untuk
selalu memperhatikan dan mengingat sesuatu secara terus menerus, seperti pada
dasarnya. Minat berkaitan erat dengan perasaan yang senang karena dapat
dikatakan bahwa minat terjadi karena sikap senang terhadap sesuatu. Orang yang
berminat terhadap sesuatu akan menunjukkan sikap senangnya pada hal tersebut
(Sabri, 2007:84).
Minat muncul dari sikap seseorang yang mulai menaruh perhatian pada suatu
hal yang menjadi keinginan dan kegemarannya (Nurjannah & Kusmuriyanto,
2016:497). Jadi, minat dapat berkembang apabila seseorang memiliki perhatian
khusus terhadap hal yang diminatinya, dengan kata lain minat dapat meningkat
ketika mahasiswa memberikan perhatiannya pada minatnya tersebut (Setiaji &
Rachmawati, 2017:458).
Semakin tinggi minat yang dimiliki mahasiswa, maka akan semakin banyak
pilihan untuk mencapai tujuan tersebut di atas melalui berbagai kegiatan.
Mahasiswa tidak terlepas dari keyakinan diri atau efikasi diri yang mereka miliki
dalam mencapai minatnya tersebut.
Secara umum, efikasi diri (self efficacy) adalah penilaian individu akan
kemampuan yang ada dalam dirinya, dan kemampuan itu berguna untuk
menjalankan sesuatu dengan mencapai tujuan tertentu (Ormrod, 2008:2). Dan
menurut John R. Hollenbeck dan John A.Wagner III dalam (Widowati, 2020:54)
juga menyatakan bahwa efikasi diri merupakan penilaian yang dibuat oleh
seseorang tentang kemampuan dirinya untuk melaksanakan rangkaian tindakan
terkait dengan situasi tertentu yang akan dihadapinya.
Menurut Bandura dalam (Hidayat, 2015:156) efikasi diri sebagai penilaian
terhadap kemampuan yang dimilikinya yang berguna untuk mengatur dan
menjalankan kinerja yang sudah ditetapkan. Efikasi diri memberikan dasar bagi
motivasi seseorang, kesejahteraan dan prestasi individu. Mereka yakin mengenai
tindakan yang mereka lakukan akan mendapatkan hasil sesuai dengan yang
diinginkan, walaupun ada sedikit intensif atau untuk bertahan dalam menghadapi
kesulitan.
Efikasi diri berkaitan dengan keyakinan seseorang pada kemampuannya
sendiri untuk melakukan hal-hal yang bernilai positif. Efikasi diri adalah
pertimbangan dari kemampuan seseorang untuk mengatur dan melakukan
tindakan yang diperlukan untuk mencapai suatu tujuan, dan tidak tergantung pada
keterampilan dan keahlian yang terkait dengan keyakinan bahwa keterampilan dan
bakat yang dimiliki sudah ada.

43
Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Universitas Jambi
Vol. 2 No. 1 April (2022) Hal. 40-52
ISSN 2809-0098 (ONLINE)

Selain efikasi diri, terdapat pertimbangan lain dari mahasiswa untuk


melanjutkan pendidikan S2, yaitu lingkungan keluarga. Keluarga merupakan
sosok pertama yang bertanggung jawab atas pendidikan anak-anak, sehingga
keluarga dapat dikatakan sebagai peletak dasar bagi pola perilaku serta
perkembangan seorang anak (Marini & Hamidah, 2014:199).
Lingkungan keluarga merupakan tempat pertama kehidupan dimulai dan
sangat berpengaruh terhadap keberhasilan seorang anak. Lingkungan sosial yang
lebih banyak mempengaruhi kegiatan belajar ialah orang tua dan keluarga itu
sendiri. Sifat orang tua, praktik pengelolaan keluarga, ketegangan keluarga, dan
demografi keluarga (letak rumah), semuanya dapat memberikan dampak baik atau
buruk terhadap kegiatan belajar dan hasil yang dicapai oleh seorang anak (Syah,
2011:135). Pentingnya pendidikan yang diberikan di lingkungan keluarga
menjadikan keluarga mempunyai pengaruh terhadap keberhasilan seorang anak.
Cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan
ekonomi keluarga, pengertian orang tua dan latar belakang kebudayaan
berpengaruh terhadap minat belajar anak.
Seperti yang telah diketahui, orang tua ingin anaknya mendapatkan pekerjaan
layak setelah lulus menjadi seorang Sarjana. Begitu juga sebaliknya, seorang anak
ingin membahagiakan dan membanggakan keluarga mereka setelah lulus menjadi
Sarjana. Lingkungan keluarga merupakan tempat pertama kali seorang anak
bertanya dan memberitahu mengenai cita-cita hidupnya di masa depan. Namun,
zaman sekarang ini mencari pekerjaan sangat sulit walaupun telah menjadi lulusan
Sarjana. Bahkan tidak dipungkiri banyak Sarjana yang akhirnya menjadi
pengangguran karena tidak mendapat pekerjaan karena tidak mampu bersaing di
dunia pekerjaan.
Penelitian ini didukung berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan
oleh Hanim (2016) yang menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif dan
signifikan self efficacy terhadap minat melanjutkan studi S2 pada mahasiswa
Prodi Pendidikan Administrasi Perkantoran Universitas Negeri Surabaya dan
Yusuf (2018) dalam penelitiannya yang menjelaskan terdapat pengaruh positif
dan signifikan antara lingkungan keluarga terhadap minat dalam melanjutkan
studi S2 pada Mahasiswa Pendidikan Ekonomi di Universitas Purworejo.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan
sebuah penelitian yang berjudul “Pengaruh Efikasi Diri dan Lingkungan
Keluarga terhadap Minat dalam Melanjutkan Studi S2 pada Mahasiswa
Pendidikan Ekonomi FKIP Universitas Jambi”.

METODE PENELITIAN

44
Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Universitas Jambi
Vol. 2 No. 1 April (2022) Hal. 40-52
ISSN 2809-0098 (ONLINE)

Penelitian ini dilakukan di Program Studi Pendidikan Ekonomi FKIP


Universitas Jambi yang beralamat di Jalan Jambi-Muara Bulian No.KM.15,
Mendalo Darat, Kec. Jambi Luar Kota, Kabupaten Muaro Jambi pada Angkatan
2018. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitaif. Penelitian
kuantitatif disebut juga dengan metode positivistik karena berlandaskan pada
filsafat postitivisme. Metode kuantitatif sebagai metode ilmiah/scientifik karena
telah memenuhi kaidah-kaidah ilmiah yaitu konkrit/empiris, obyektif, terukur,
rasional, dan sistematis. Metode kuantitaif data penelitiannya berupa angka-angka
dan analisis menggunakan statistik (Sugiyono, 2016:7).
Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian deskriptif kuantitatif.
Penelitian deskriptif kuantitatif adalah statistik yang digunakan untuk
menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang
terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang
berlaku untuk umum atau generalisasi. Penelitian yang dilakukan pada populasi
(tanpa diambil sampelnya) jelas akan menggunakan statistik deskriptif dalam
analisisnya (Sugiyono, 2016:147).
Menurut Sugiyono (2016:80) populasi adalah wilayah generalisasi yang
terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulanya.
Jadi populasi bukan hanya orang, tetapi juga objek dan benda-benda alam yang
lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada objek/subjek yang
dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik/sifat yang dimiliki oleh objek
tersebut. Teknik pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai setting,
berbagai sumber, dan berbagai cara (Sugiyono, 2016:137). Teknik pengumpulan
data pada penelitian ini menggunakan angket. Menurut Sugiyono (2016:142)
angket merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi
seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk
dijawabnya.

HASIL DAN PEMBAHASAN


1. H1: Pengaruh Efikasi Diri terhadap Minat dalam Melanjutkan Studi S2
pada Mahasiswa Pendidikan Ekonomi FKIP Universitas Jambi
Berdasarkan penelitian diperoleh hasil analisis uji parsial (Uji t) dengan
menggunakan bantuan program SPSS 21.0 for windows yang menunjukkan nilai
thitung efikasi diri terhadap minat dalam melanjutkan studi S2 yaitu sebesar 3,490
sedangkan nilai ttabel sebesar 2,002. Sehingga diperoleh hasil bahwa nilai thitung >

45
Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Universitas Jambi
Vol. 2 No. 1 April (2022) Hal. 40-52
ISSN 2809-0098 (ONLINE)

ttabel yaitu sebesar 3,490 > 2,002. Begitu pun nilai signifikansi yang diperoleh
sebesar 0,001 lebih kecil dibandingkan 0,05 atau 0,001 < 0,05, Hal ini
menunjukkan bahwa Ha diterima dan H0 ditolak sehingga membuktikan bahwa
variabel efikasi diri (X1) secara parsial berpengaruh positif dan signifikan
terhadap minat dalam melanjutkan studi S2 (Y).
Tabel 4.1. Hasil Uji t Efikasi Diri (X 1) Terhadap Minat dalam Melanjutkan Studi S2
(Y)
Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Model Coefficients Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta
(Constant) -47,276 14,981 -3,156 ,003
Efikasi Diri (X1) ,628 ,180 ,416 3,490 ,001
1
Lingkungan ,779 ,275 ,337 2,830 ,006
Keluarga (X2)
a. Dependent Variable: Minat Melanjutkan Studi S2 (Y)
Menurut Bandura (2006:309) mengatakan bahwa efikasi diri adalah salah
satu komponen dari pengetahuan tentang diri atau self knowledge yang paling
berpengaruh dalam kehidupan sehari-hari dan menurut Greogory (2011:212) juga
mendefinisikan bahwa efikasi diri adalah sebagai keyakinan diri untuk
mengetahui kemampuannya sehingga dapat melakukan suatu bentuk kontrol
terhadap manfaat orang itu sendiri dan kejadian dalam lingkungan sekitarnya.
Efikasi diri atau self efficacy merupakan keyakinan atau kemampuan yang
dimiliki oleh seseorang terhadap sesuatu untuk mencapai hasil tertentu. Seseorang
yang memiliki efikasi diri yang tinggi mempunyai potensi untuk dapat mengubah
kejadian di lingkungannya, akan lebih mungkin untuk bertindak dan lebih
mungkin menjadi sukses daripada orang yang mempunyai efikasi diri yang
rendah.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh
Lailatul Fitria Hanim (2021) berjudul “Pengaruh Self Efficacy terhadap Minat

46
Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Universitas Jambi
Vol. 2 No. 1 April (2022) Hal. 40-52
ISSN 2809-0098 (ONLINE)

Melanjutkan Studi S2 pada Mahasiswa Prodi Pendidikan Administrasi


Perkantoran”. Secara parsial pengaruh self efficacy terhadap minat melanjutkan
studi S2 thitung sebesar 2,372 ttabel sebesar 2,013 (thitung > ttabel) sehingga Ha diterima
dan H0 ditolak. Mengacu pada hasil di atas, dapat diutarakan bahwa semakin
tinggi self efficacy mahasiswa maka semakin tinggi pula minatnya dalam
melanjutkan studi S2, begitupun sebaliknya semakin rendah efikasi diri maka
semakin rendah pula minat untuk melanjutkan studi S2.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat
pengaruh positif dan signifikan antara variabel efikasi diri terhadap minat dalam
melanjutkan studi S2 pada mahasiswa Pendidikan Ekonomi FKIP Universitas
Jambi.
2. H2: Pengaruh Lingkungan Keluarga terhadap Minat dalam Melanjutkan
Studi S2 pada Mahasiswa Pendidikan Ekonomi FKIP Universitas
Jambi
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil analisis uji parsial (Uji t)
dengan menggunakan bantuan program SPSS 21.0 for windows yang
menunjukkan nilai thitung lingkungan keluarga terhadap minat dalam melanjutkan
studi S2 yaitu sebesar 2,830 sedangkan nilai ttabel sebesar 2,002. Sehingga
diperoleh hasil bahwa nilai thitung > ttabel yaitu sebesar 2,830 > 2,002. Begitu pun
nilai signifikansi yang diperoleh sebesar 0,006 lebih kecil dibandingkan 0,05
(0,000 < 0,05), Hal ini menunjukkan bahwa Ha diterima dan H 0 ditolak sehingga
membuktikan bahwa variabel efikasi diri (X 1) secara parsial berpengaruh positif
dan signifikan terhadap minat dalam melanjutkan studi S2 (Y).
Tabel 4.2. Hasil Uji t Lingkungan Keluarga (X2) Terhadap Minat dalam
Melanjutkan Studi S2 (Y)
Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Model Coefficients Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta

47
Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Universitas Jambi
Vol. 2 No. 1 April (2022) Hal. 40-52
ISSN 2809-0098 (ONLINE)

(Constant) -47,276 14,981 -3,156 ,003


Efikasi Diri (X1) ,628 ,180 ,416 3,490 ,001
1
Lingkungan ,779 ,275 ,337 2,830 ,006
Keluarga (X2)
a. Dependent Variable: Minat Melanjutkan Studi S2 (Y)
Menurut Hasbullah (2008:38) menyatakan lingkungan keluarga adalah
lingkungan pendidikan pertama, karena dalam keluarga inilah anak pertama kali
memperoleh pendidikan dan bimbingan.Menurut Pupuh (2013:177) keluarga
merupakan unit terkecil yang mempunyai peran yang strategis dan penting dalam
penilaian karakter luhur. Keluarga dapat dipandang sebagai suatu organisasi sosial
karakter yang senantiasa mewariskan dan sekaligus mengembangkan karakter
manusia.
Lingkungan keluarga merupakan lingkungan dimana seseorang
mendapatkan pendidikan pertama yang sangat mempengaruhi perilakunya dan
berperan dalam menentukan tujuan hidupnya. Faktor yang mempengaruhi minat
melanjutkan studi S2 mahasiswa berasal dari lingkungan sekitarnya, yang salah
satunya adalah dari lingkungan keluarga yang sangat berpengaruh terhadap minat
mahasiswa. Jika lingkungan keluarga dari mahasiswa tersebut mendukung
kegiatan belajar si anak baik dalam bentuk dukungan moril maupun dengan
materil maka akan semakin tinggi minat mahasiswa dalam melanjutkan studi S2.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh
Muhamad Yusuf (2018) berjudul “Pengaruh Lingkungan Keluarga dan Motivasi
Belajar terhadap Minat Melanjutkan S2 pada Mahasiswa Pendidikan Ekonomi di
Universitas Muhammadiyah Purworejo”. Secara parsial lingkungan keluarga
terhadap minat melanjutkan studi S2 t hitung sebesar 3,62 ttabel sebesar 1,997 (thitung >
ttabel) sehingga Ha diterima dan H0 ditolak. Mengacu pada hasil di atas, dapat
diutarakan bahwa semakin tinggi pengaruh lingkungan keluarga maka semakin
tinggi pula minat mahasiswa dalam melanjutkan studi S2, begitupun sebaliknya
semakin rendah lingkungan keluarga maka semakin rendah pula minat dalam
melanjutkan studi S2.
48
Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Universitas Jambi
Vol. 2 No. 1 April (2022) Hal. 40-52
ISSN 2809-0098 (ONLINE)

Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat


pengaruh positif dan signifikan antara variabel lingkungan keluarga terhadap
minat dalam melanjutkan studi S2 pada mahasiswa Pendidikan Ekonomi FKIP
Universitas Jambi.
3. H3: Pengaruh Efikasi Diri dan Lingkungan Keluarga terhadap Minat
dalam Melanjutkan Studi S2 pada Mahasiswa Pendidikan Ekonomi
FKIP Universitas Jambi
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil uji simultan (uji F) dengan
perhitungan menggunakan bantuan program SPSS 21.0 for windows diperoleh
hasil penelitian yang menunjukkan antara variabel efikasi diri (X1) dan
lingkungan keluarga (X2) terhadap minat dalam melanjutkan studi S2 (Y)
menunjukkan tingkat signifikan sebesar 22,764 sedangkan nilai F tabel sebesar 3,16.
Dikarenakan nilai Fhitung > Ftabel atau 22,764 > 3,16 maka Ha diterima dan H 0
ditolak, sehingga terdapat pengaruh positif dan signifikan antara efikasi diri dan
lingkungan keluarga secara bersamaan terhadap minat dalam melanjutkan studi
S2. Sedangkan hasil pengujian koefisien determinasi (R2) secara simultan
menunjukkan bahwa koefisien determinasi (R 2) sebesar 0,444 yang artinya 44,4%.
Hal ini berarti bahwa 44,4% minat melanjutkan studi S2 pada mahasiswa
Pendidikan Ekonomi FKIP Universitas Jambi dipengaruhi oleh efikasi diri dan
lingkungan keluarga. Sedangkan sisanya sebesar 55,6% merupakan kontribusi
variabel lain yang tidak dijelaskan peneliti dalam penelitian ini.
Tabel 4.3. Hasil Uji Simultan (Uji F)
ANOVAa
Model Sum of df Mean Square F Sig.
Squares
Regression 4799,952 2 2399,976 22,764 ,000b
1 Residual 6009,298 57 105,426
Total 10809,250 59
a. Dependent Variable: Minat Melanjutkan Studi S2
b. Predictors: (Constant), Efikasi Diri (X1), Lingkungan Keluarga

49
Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Universitas Jambi
Vol. 2 No. 1 April (2022) Hal. 40-52
ISSN 2809-0098 (ONLINE)

Tabel 4. 4. Hasil Koefisien Determinasi (R2)


Model Summary
Model R R Square Adjusted R Std. Error of the Estimate
Square
a
1 ,666 ,444 ,425 10,268
a. Predictors: (Constant), Lingkungan Keluarga, Efikasi Diri

Penelitian ini sejalan dengan teori Slameto (2013:180) yang menyatakan


bahwa minat merupakan suatu rasa yang lebih suka dan rasa keterikatan pada
suatu hal atau aktifitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah
penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan suatu diluar diri.
Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, maka akan semakin besar pula
minatnya dan menurut Syah (2011:125) mengemukakan bahwa “Minat berarti
kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap
sesuatu”. Pada dasarnya minat (interest) untuk melanjutkan pendidikan S2
merupakan kecenderungan untuk selalu memperhatikan dan mengingat sesuatu
secara terus menerus. Semakin tinggi minat yang dimiliki mahasiswa maka akan
semakin banyak pula cara yang akan ditempuh untuk mencapai keinginannya
dalam melanjutkan studi S2, dan sebaliknya jika semakin rendah minat yang
dimiliki mahasiswa maka rendah pula ketertarikan mahasiwa terhadap S2.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat
pengaruh positif dan signifikan antara variabel efikasi diri dan lingkungan
keluarga terhadap minat dalam melanjutkan studi S2 pada mahasiswa Pendidikan
Ekonomi FKIP Universitas Jambi.

KESIMPULAN
1. Terdapat pengaruh antara variabel bebas (X 1) efikasi diri terhadap variabel
terikat (Y) minat dalam melanjutkan studi S2 pada mahasiswa Pendidikan
Ekonomi FKIP Universitas Jambi. Hal ini ditunjukkan melalui perhitungan
dari nilai thitung > ttabel (3,490 > 2,002). Artinya Ha diterima dan H 0 ditolak,
sehingga variabel efikasi diri berpengaruh positif (3,490) dan signifikan
(0,001) terhadap minat mahasiswa dalam melanjutkan studi S2.

50
Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Universitas Jambi
Vol. 2 No. 1 April (2022) Hal. 40-52
ISSN 2809-0098 (ONLINE)

2. Terdapat pengaruh antara variabel bebas (X 2) lingkungan keluarga terhadap


variabel terikat (Y) minat dalam melanjutkan studi S2 pada mahasiswa
Pendidikan Ekonomi FKIP Universitas Jambi. Hal ini ditunjukkan melalui
perhitungan dari nilai thitung > ttabel (2,830 > 2,002). Artinya Ha diterima dan
H0 ditolak, sehingga variabel lingkungan keluarga berpengaruh positif (2,830)
dan signifikan (0,006) terhadap minat mahasiswa dalam melanjutkan studi
S2.
3. Secara bersama-sama efikasi diri dan lingkungan keluarga berpengaruh
terhadap minat dalam melanjutkan studi S2 pada mahasiswa Pendidikan
Ekonomi FKIP Universitas Jambi. Hal ini ditunjukkan melalui perhitungan
dari nilai Fhitung > Ftabel (22,764 > 3,16). Artinya Ha diterima dan Ho ditolak,
hal ini dapat diartikan bahwa variabel bebas (efikasi diri dan lingkungan
keluarga) secara bersama-sama atau simultan berpengaruh positif (22,764)
dan signifikan (0,000) terhadap variabel terikat (minat melanjutkan studi S2).

DAFTAR PUSTAKA
Bandura, A. (2006). Article of guide for Contructing Efikasi Diri Scales.
Greenwich: Information Age Publishing.

Feist, Jess., Gregory J. Feist. (2011). Teori Kepribadian, Theories Of Personality.


Jakarta: Salemba Humanika.

Fathurrohman, P., Suryana, A., & Fatriani, F. (2013). Pengembangan Pendidikan


Karakter. Bandung: PT Refika Aditama.

Hanim, L. F, & Puspasari, D. (2021). Edukatif : Jurnal Ilmu Pendidikan Pengaruh


Self Efficacy Terhadap Minat Melanjutkan Studi S2 Pada Mahasiswa
Prodi Pendidikan Administrasi Perkantoran. 3(4), 1838 1848.

Hasbullah. (2012).Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Hidayat, Dede. (2015). Psikologi Kepribadian Dalam Konseling. Bogor: Grafika


Telindo Press.

Marini, C. K., & Hamidah, S. (2014). Pengaruh self-efficacy, lingkungan


keluarga, dan lingkungan sekolah terhadap minat berwirausaha siswa
SMK jasa boga. Jurnal Pendidikan Vokasi, 4(2), 195–207.

Mudyahardjo, Redja. (2014). Pengantar Pendidikan. Jakarta : Rajawali Press.

51
Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Universitas Jambi
Vol. 2 No. 1 April (2022) Hal. 40-52
ISSN 2809-0098 (ONLINE)

Nurjannah, L. A., & Kusmuriyanto. (2016). Pengaruh Prestasi Belajar, Motivasi


Belajar, Kondisi Sosial Ekonomi Orang Tua dan Lingkungan Sosial
Terhadap Minat Melanjutkan ke Perguruan Tinggi. Economic Education
Analysis Journal, 5(2), 495–504.

Ormrod, J. E. (2008). Psikologi Pendidikan:Membantu Siswa Tumbuh dan


Berkembang. Jakarta: PT Gelora Aksara Pratama.

Sabri, Alisuf. (2007). Psikologi Pendidikan. Jakarta : Pedoman Ilmu Jaya.

Sahertian, P. A. (2010). Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan Dalam


Rangka Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta: Rineka Cipta.

Setiaji, K., & Rachmawati, D. (2017). Minat Melanjutkan Studi Perguruan Tinggi
Siswa SMKN Kota Semarang. Jurnal Pendidikan Ekonomi, 10(1), 52–67.

Slameto. (2013). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhimya. Jakarta:


Rineka Cipta.

Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:


Alfabeta.

Sujana, I, Wayan Cong. (2019). Fungsi Dan Tujuan Pendidikan Indonesia. Jurnal
Pendidikan Dasar, 4(1), 29-39.

Suriansyah, A. (2011). Landasan Pendidikan. Banjarmasin: Comdes.

Syah, M. (2011). Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Widowati, B. K. (2020). Hubungan Efikasi Diri (Efikasi Diri) dengan


Keinovatifan Widyaiswara di Lingkup Badan Penyuluhan dan
Pengembangan Sumber Daya Manusia Petanian, Kementerian Pertanian.
Jurnal AgriWidya, 1(3), 53–54.

Wijaya, E. Y., Sudjimat, D. A., & Nyoto, A. (2016). Transformasi Pendidikan


Abad 21 Sebagai Tuntutan. Jurnal Pendidikan, 1, 263–278.

Yusuf, Muhamad. (2018). Pengaruh Lingkungan Keluarga dan Motivasi Belajar


terhadap Minat Melanjutkan S2 pada Mahasiswa Pendidikan Ekonomi Di
Universitas Muhammadiyah Purworejo.Jurnal Oikonomia, 7(1), 113-118.

52
Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Universitas Jambi
Vol. 2 No. 1 April (2022) Hal. 53-60
ISSN 2809-0098 (ONLINE)

PENGARUH HASIL BELAJAR MATA KULIAH KEWIRAUSAHAAN


DAN KREATIFITAS BERWIRAUSAHA TERHADAP MOTIVASI
BERWIRAUSAHA PADA MAHASISWA PENDIDIKAN
EKONOMI ANGKATAN 2018 UNIVERSITAS JAMBI

Rega multi1, Dra. Refnida, M.E2, Hidayatul Arief, S.Pd., M.Pd3.


Email: refnidame@yahoo.com1, hidayatularief@unja.ac.id2 ,
ghamornaiq@gmail.com3
Program Studi Pendidikan Ekonomi, Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan
Dan Ilmu Pendidikan.

ABSTRAK : Dari beberapa faktor yang mempengaruhi motivasi berwirausaha


salah satunya dapat di lihat dari hasil belajar mata kuliah kewirausahaan dan
kreatifitas berwirausaha, masi banyak terdapat hasil belajar mata kuliah
kewirausahaan yang kurang memuaskan dengan dilihat dari nilai akhir semester
dan juga kurangnya kreatifitas dalam berwirausaha pada mahasiswa. Dengan
demikian hasil belajar mata kuliah kewirausahaan dan kreatifitas berwirausaha
menjadi permasalahan dalam penelitian ini. Tujuan dari penelitian ini untuk
mendeskripsikan Pengaruh Hasil Belajar Mata Kuliah Kewirausahaan Dan
Kreatifitas Berwirausaha Terhadap Motivasi Berwirausaha Pada Mahasiswa Prodi
Pendidikan Ekonomi Angkatan 2018 Universitas Jambi dan faktor-faktor yang
menyebabkan rendahnya motivasi berwirausaha. Penelitian ini merupakan
penelitian kuantitatif dengan menggunakan pendikatan ex post facto. Selanjutnya
Teknik pengumpulan data berupa angket disebarkan kepada seluruh populasi dan
dokumentasi untuk nilai akhir semester mata kuliah kewirausahaan tahun ajaran
2019/2020 mahasiswa pendidikan ekonomi angkatan 2018, jumlah populasi dalam
penelitian ini yaitu sebanyak 63 mahasiswa, teknik pengambilan sampel yang
digunakan yaitu total sampling. Hasil penelitian ini menunjukkan variabel hasil
belajar mata kuliah kewirausahaan berpengaruh positif secara parsial terhadap
motivasi berwirausaha hal ini dibuktikan dengan diperoleh thitung > ttabel atau
35,987 > 1,669. Variabel kreatifitas berwirausaha berpengaruh positif secara
parsial terhadap motivasi berwirausaha, hal ini dibuktikan dengan nilai thitung lebih
besar dari ttabel atau 32,490 > 1,669. Hasil belajar mata kuliah kewirausahaan dan
kreatifitas berwirausaha berpengaruh positif terhadap motivasi berwirausaha, hal

53
Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Universitas Jambi
Vol. 2 No. 1 April (2022) Hal. 53-60
ISSN 2809-0098 (ONLINE)

ini dibuktikan dengan nilai Fhitung lebih besar dari Ftabel atau 520,052 > 3,1 denga
nilai persamaan regresi linear berganda Y = 1,140 + 0,007 X1 + 1,152 X2 + e.

Kata kunci: hasil belajar mata kuliah kewirausahaan, kreatifitas


berwirausaha, motivasi berwirausaha.

ABSTRACT : Of the several factors that influence entrepreneurial motivation, one


of which can be seen from the results of studying entrepreneurship courses and
entrepreneurial creativity, there are still many learning outcomes for
entrepreneurship courses that are not satisfactory by the end of semester grades
and also the lack of creativity in entrepreneurship in students. Thus the learning
outcomes of entrepreneurship courses and entrepreneurial creativity become a
problem in this study.The purpose of this study is to describe the Effect of
Learning Outcomes on Entrepreneurship Courses and Entrepreneurial Creativity
on Entrepreneurial Motivation in Students of the 2018 Economics Education Study
Program, Jambi University and the factors that cause low entrepreneurial
motivation. This research is a quantitative research using an ex post facto
approach. Furthermore, the data collection technique in the form of a
questionnaire was distributed to the entire population and documentation for the
final semester grades of the entrepreneurship course for the 2019/2020 academic
year of 2018 economic education students, the population in this study was 63
students, the sampling technique used was total sampling. The results of this study
indicate that the variable of learning outcomes in entrepreneurship courses has a
partial positive effect on entrepreneurial motivation, this is evidenced by the
obtained tcount > ttable or 35,987 > 1,669. Entrepreneurial creativity variable
partially positive effect on entrepreneurial motivation, this is evidenced by the
value of tcount greater than ttable or 32,490 > 1,669. Learning outcomes of
entrepreneurship and entrepreneurship creativity courses have a positive effect on
entrepreneurial motivation, this is evidenced by the value of Fcount greater than
Ftable or 520.052 > 3.1 with multiple linear regression equation value Y = 1.140
+ 0.007 X1 + 1.152 X2 + e.

Keywords: learning outcomes of entrepreneurship courses, entrepreneurial


creativity, entrepreneurial motivatio.

54
Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Universitas Jambi
Vol. 2 No. 1 April (2022) Hal. 53-60
ISSN 2809-0098 (ONLINE)

PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara yang populasi masyarakatnya tinggi.
Kewirausahaan yang berada di sektor padat karyalah yang dibutuhkan di Indonesia
agar kesejahteraan masyarakat dapat meningkat dan dapat mengurangi tingkat
pengangguran serta mampu menaikkan tingkat pertumbuhan dan kesejahteraan
ekonomi di Indonesia. Munculnya para usahawan tanah air bisa menjadi titik awal
pergerakan ekonomi indonesia kearah yang lebih baik.
Kewirausahaan memiliki peranan yang sangat penting dalam perekonomian
Indonesia karena kewirausahaan memiliki peranan untuk menambah daya
tampung tenaga kerja, generator pembangunan, jiwa kewirausahaan akan
mendorong sesorang mencapai sebuah peluang yang ada menjadi sesuatu yang
menguntungkan. Motivasi berwirausaha yang tinggi harus ada dalam diri
seseorang yang ingin manjadi wirausaha yang sukses, karena dengan adanya
motivasi berwirausaha yang tinggi dapat membentuk mental yang ada pada diri
mereka untuk selalu tekun dalam mempelajari kewirausahan dan mengerjakannya
dengan baik. Menurut Mardianto (2012: 186), motivasi adalah proses yang
memberi semangat, arah, dan kegigihan perilaku. Motivasi berwirausaha diartikan
sebagai dorongan yang kuat pada diri seseorang untuk melakukan suatu pada
persoalan-persoalan tertentu, yang dalam hal ini adalah motivasi berwirausaha.
Dengan demikian perlu upaya-upaya untuk meningkatkan motivasi berwirausaha
pada mahasiswa tersebut dengan mengetahui faktor – faktor yang menjadi
penyebab tinggi rendahnya motivasi berwirausaha pada mahasiswa.
Rendahnya motivasi berwirausaha dapat di lihat dari hasil belajar mata
kuliah kewirausahaan, kendati hasil belajar dapat terlihat dari tingkat keseriusan
dan kemauan seorang mahasiswa untuk memahami konsep kewirausahaan yang
diukur menggunakan nilai yang di dapatkan mahasiswa tersebut dalam mata
kuliah kewirausahaan. Menurut Parwati, dkk (2018: 24) Hasil belajar adalah
perubahan perilaku yang terjadi setelah mengikuti proses belajar mengajar sesiau
dengan tujuan pendidikan, manusia mempunyai potensi perilaku kejiwaaan yang
dapat di didik dan diubah perilakunya yang meliputi kognitif, afektif dan
psikomotor. Menurut Aunurrahman (2013: 49) Dalam domain kognitif
diklasifikasikan menjadi kemampuan hafalan, pemahaman, penerapan, analisis,
sintesis dan evaluasi. Pada mata kuliah kewirausahaan mahasiswa mendapatkan
pembekalan berupa teori di dalam kelas untuk meningkatkan keterampilan dan

55
Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Universitas Jambi
Vol. 2 No. 1 April (2022) Hal. 53-60
ISSN 2809-0098 (ONLINE)

pengetahuan yang dimiliki mahasiswa agar dapat dijadikan modal dan semangat
menjadi seorang wirausaha.
Selanjutnya rendahnya motivasi berwirausaha juga dapat dilihat dari
kreativitas mahasiswa dalam berwirausaha, mahasiswa yang kreatif dalam
berwirausaha dapat mengidentifikasi peluang usaha kemudian memdayagunakan
peluang tersebut untuk menciptakan peluang kerja baru, tanpa kreativitas yang
tinggi akan sulit untuk wirausaha mempertahankan usahanya, karena banyaknya
persaingan yang menuntut wirausaha untuk menciptakan ide yang kreatif, Menurut
Pernama (2015: 2) kreativitas adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang
baru, sebagai kemampuan untuk gagasan yang baru yang dapat diterapkan sebagai
pemecahan masalah atau sebagai kemampuan untuk melihat hubungan-hubungan
baru atas unsur-unsur yang sudah ada. Perbuatan yang mengarahkan pada suatu
tujuan dan merupakan suatu dorongan hasil interaksi dengan dunia luar, berupa
keingintahuan dan rasa senang terhadap apa yang diminatinya,
Menurut Hadiyati (2011: 3) menyatakan bahwa kreativitas adalah Berpikir
sesuatu yang baru. Untuk memenangkan persaingan, maka seorang wirausahawan
harus memiliki daya kreativitas yang tinggi. Daya kreativitas musti dibangun sejak
dini. Pembekalan ilmu kewirausahaan saat ini telah diajarkan dari tingkat dasar.
Mahasiswa yang kreatif cenderung memiliki pikiran yang terbuka dan bebas untuk
mendekati sesuatu dengan cara yang baru Kreativitas wirausaha sangat diperlukan
agar mampu mengatasi setiap permasalahan yang dihadapi dalam berwirausaha
tanpa menggantungkan pada orang lain. Individu yang kreatif akan tetap optimis
untuk maju dan berhasil dalam hidup, walaupun dihadapkan dengan berbagai
permasalahan. Selain itu, orang yang kreatif tidak akan takut untuk mencoba hal-
hal baru dan mengembangkannya, dan akhirnya dapat bermanfaat bagi orang lain.
Berdasarkan permasalahan diatas, maka di duga ada keterkaitan antara hasil
belajar mata kuliah kewirausahaan dan kreativitas dalam berwirausaha akan
meningkatkan motivasi untuk berwirausaha. Sehingga peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Hasil Belajar Mata Kuliah
Kewirausahaan Dan Kreativitas Berwirausaha Terhadap Motivasi Berwirausaha
Pada Mahasiswa Pendidikan Ekonomi Angkatan 2018 Universitas Jambi”.

METODE PENELITIAN

56
Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Universitas Jambi
Vol. 2 No. 1 April (2022) Hal. 53-60
ISSN 2809-0098 (ONLINE)

Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian kuantitatif. Metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah metode ex-post facto. Menurut Arikunto (2013:17)
penelitian ex post facto adalah penelitian tentang variabel yang kejadiannya sudah
terjadi sebelum penelitian dilaksanakan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui
pengaruh hasil belajar mata kuliah kewirausahaan dan kreatifitas berwirausaha
terhadap motivasi berwirausaha pada Mahasiswa Pendidikan Ekonomi Angkatan
2018 Universitas Jambi. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dalaha
angket dan dokumentasi, angket penelitian yang digunakan pada penelitian ini
bersifat online yaitu dengan menggunakan google form yang di berikan kepada
mahasiswa sebagai responden untuk memperoleh data kreativitas berwirausaha
dan motivasi berwirausaha. Selanjutnya metode pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah dokumentasi, dokumentasi yang di ambil
dalam penelitian ini yaitu data nilai akhir semester mata kuliah kewirausahaan
mahasiswa pendidikan ekonomi angkatan 2018 Universitas Jambi tahun ajaran
2019/2020.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengaruh Hasil Belajar Mata Kuliah Kewirausahaan (X1) Terhadap


Motivasi Berwirausaha (Y) Mahasiswa Pendidikan Ekonomi Angkatan 2018
Universitas Jambi.
Dari hasil penelitian yang diperoleh untuk menjawab rumusan masalah
pertama pengaruh hasil belajar mata kuliah kewirausahaan terhadap motivasi
berwirausaha, diperoleh nilai koefisien regresi sebesar -0,007 dengan nilai
signifikansi t 0,000. Nilai sig lebih kecil dari nilai 0,05 yaitu 0,000 < 0,05 dan nilai
thitung sebesar 35,987 dengan ttabel 1,669. Karena thitung > ttabel yaitu 35,987 > 1,669
dapat disimpulkan bahwa H01 ditolak dan Ha1 diterima, disimpulkan bahwa
adanya pengaruh positif dan signifikan antara Hasil Belajar Mata Kuliah
Kewirausahaan (X1) Dan Motivasi Berwirausaha (Y) Pada Mahasiswa Program
Studi Pendidikan Ekonomi Angkatan 2018 Universitas Jambi, hal ini menunjukan

57
Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Universitas Jambi
Vol. 2 No. 1 April (2022) Hal. 53-60
ISSN 2809-0098 (ONLINE)

bahwa dengan setiap adanya penambahan hasil belajar mata kuliah kewirausahaan
akan terjadi penembahan motivasi berwirausaha sebesar -0,007

Pengaruh Kreatifitas Berwirausaha Terhadap Motivasi Berwirausaha


Mahasiswa Pendidikan Ekonomi Angkatan 2018 Universitas Jambi.
Dari hasil penelitian diperolah nilai koefisien regresi sebesar 1,152, dengan
nilai signifikansi t sebesar 0,000 lebih kecil dari nilai 0,05 yaitu 0,000 < 0,05, dan
nilai thitung 32,490 dengan ttabel 1,669. Karena thitung > ttabel yaitu 32,490 > 1,669 maka
dapat disimpulkan H02 ditolak dan Ha2 diterima, berarti terdapat pengaruh positif
dan signifikan antara Kreatifitas Berwirausaha (X2) Dan Motivasi Berwirausaha
(Y) Pada Mahasiswa Program Studi Pendidikan Ekonomi Angkatan 2018
Universitas Jambi. Hal ini menunjukkan bahwa dengan setiap adanya penambahan
kreatifitas berwirausaha akan terjadi penambahan motivasi berwirausaha sebesar
1,152.

Pengaruh Hasil Belajar Mata Kuliah Kewirausahaan Dan Kreatifitas


Berwirausaha Terhadap Motivasi Berwirausaha Pada Mahasiswa
Pendidikan Ekonomi Angkatan 2018 Universitas Jambi.
Hasil analisis regresi antara variabel hasil belajar mata kuliah
kewirausahaan dan kreatifitas berwirausaha, secara bersama-sama terhadap
motivasi berwirausaha menunjukan Fhitung 520,052 dengan nilai probabilitas sig
0,000. Diketahui nilai Ftabel = 3,1. Karena nilai Fhitung lebih besar dari Ftabel yaitu
520,052 > 3,1 dan nilai signifikan lebih kecil dari nilai probabilitas 0,05 yaitu
0,000 < 0,05. Hal ini berarti bahwa ada pengaruh yang signifikan dari hasil belajar
mata kuliah kewirausahaan dan kreatifitas berwirausaha secara bersama-sam
terhadap motivasi berwirausaha.

KESIMPULAN DAN SARAN

58
Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Universitas Jambi
Vol. 2 No. 1 April (2022) Hal. 53-60
ISSN 2809-0098 (ONLINE)

Kesimpulan

Berdasarkan analisis dan pembahasan tentang Pengaruh Hasil Belajar Mata


Kuliah Kewirausahaan Dan Kreatifitas Berwirausaha Terhadap Motivasi
Berwirausaha Pada Mahasiswa Pendidikan Ekonomi Angkatan 2018 Universitas
Jambi, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Hasil Belajar Mata Kuliah Kewirausahaan (X 1) secara parsial berpengaruh


positif terhadap motivasi berwirausaha (Y) dengan nilai t tabel = 1,669 dan nilai
thitung 35,987 dan nilai signifikasi 0,000. Nilai sig lebih kecil dari nilai
probabilitas 0,05 atau nilai (sig 0,000 < 0,05), maka disimpulkan bahwa t hitung >
ttabel yaitu 35,987 > 1,669. Hal ini berarti H 01 ditolak dan Ha1 diterima, Hal ini
menunjukan bahwa dengan setiap adanya penambahan hasil belajar mata kuliah
kewirausahaan akan terjadi penambahan motivasi berwirausaha sebesar -0,007..

2. Kreatifitas berwirausaha (X2) secara parsial berpengaruh secara signifikan


terhadap Motivasi Berwirausaha (Y) Mahasiswa Pendidikan Ekonomi
Angkatan 2018 Universitas Jambi dengan nilai ttabel = 1,669 dan nilai thitung
sebesar 32,490 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000 lebih kecil
dibandingkan 0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa thitung > ttabel yaitu 32,490 >
1,669 dan nilai signifikan sebesar 0,000 < 0,05. Hal ini berarti H0 2 ditolak dan
Ha2 diterima, berarti terdapat pengaruh positif dan signifikan antara variabel
Kreatifitas Berwirausaha (X2) Terhadap Motivasi Berwirausaha (Y) Pada
Mahasiswa Pendidikan Ekonomi Angkatan 2018 Universitas Jambi. Hal ini
menunjukkan bahwa setiap adanya penambahan kreatifitas berwirausaha akan
terjadi penambahan motivasi berwirausaha sebesar 1,152.

3. Hasil Belajar Mata Kuliah Kewirausahaan (X1) Dan Kreatifitas Berwirausaha


(X2) , secara bersama-sama terhadap motivasi berwirausaha (Y) menunjukan
Fhitung 532,829 dengan nilai probabilitas sig 0,000. Diketahui nilai Ftabel = 3,1.
Karena nilai Fhitung lebih besar dari Ftabel yaitu 532,829 > 3,1 dan nilai signifikan
lebih kecil dari nilai probabilitas 0,05 yaitu 0,000 < 0,05. Hal ini berarti bahwa
ada pengaruh yang signifikan dari hasil belajar mata kuliah kewirausahaan dan
kreatifitas berwirausaha secara bersama-sama terhadap motivasi berwirausaha.

59
Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Universitas Jambi
Vol. 2 No. 1 April (2022) Hal. 53-60
ISSN 2809-0098 (ONLINE)

Saran

Bagi peneliti selanjutnya yang akan meneliti dengan permasalahan yang


sama disarankan untuk dapat memilih subjek penelitian dengan karakteristik yang
berbeda dan dapat meneliti variabel-variabel lain yang dapat mempengaruhi
motivasi berwirausaha selain hasil belajar mata kuliah kewirausahaan dan
kreatifitas berwirausaha. Sehingga dapat semakin mengembangkan ilmu
pengetahuan.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2013. Prosedur Penelitian (suatu pendekatan praktik). Jakarta:


PT. Rineka Cipta.

Aunurrahman. 2013. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta

Hadiyati. 2011. Kreativitas dan Inovasi Berpengaruh Terhadap Kewirausahaan Usaha


Kecil. Jurnal Manajemen Dan Kewirausahaan, Vol.13, No. 1, Maret 2011

Chamdan, purnama dan suyanto. 2015. Kreativitas dan inovasi berwirausaha. Jurnal
manajemen dan kewirausahaan, Hal 2. Mei 2015.

Mardianto. 2012. Psikologi Pendidikan . Medan: Perdana Publishing

Parwati, Ni Nyoman. I Putu P.S., dan Ratih Ayu A. 2018. Belajar dan Pembelajaran.
Depok: Rajawali Pers.

60
Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Universitas Jambi
Vol. 2 No. 1 April (2022) Hal. 61-77
ISSN 2809-0098 (ONLINE)

Sejarah Perkembangan Islam Di Nusantara


Arueng Sy Pranata1, Reka Seprina2
arungpranata@gmail.com1, reka.seprina@unja.ac.id 2
Pendidikan Sejarah, Universitas Jambi

Abstrak: Islam Indonesia merupakan Islam terbesar di dunia dan telah melahirkan
berbagai teori tenntang proses Islamiisasi di Indonesiaa. Strategi penyebaran Islam di
Nusaantara dilakukan melalui perdaggangan, dinas militer, perkawinan, pendididikan,
dan Islamiisasi kebudayaan. Daya tarik Islam ke Nusantara adalah para ulama dan
raja/sultan. Cendekiawan Muslim yang mempromosikan Islam di Jawa adalah anggota
Wali Songo. Sejarah peradaban Islam dibagi menjadi tiga periode: periode klasik, periode
abad pertengahan, dan periode modern. Munculnya suatu gerakan keagamaan (Islam)
dapat dipertanyakan dengan melihat sejarah pada abad ke-2 setelah Nabi Muhammad.
Kematian Sunni ortodoks mengkristal setelah perjuangan melawan sekte Kharij, Muitazil
dan Syiah. Dengan rumusan masalah yaitu 1). Bagaimana Wali Songo menyebarkan
Islam kepada masyarakat, 2). masyarakat Islam di Indonesia, dan 3). Bagaimana
penyebarannya. Dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana penyebaran Islam pada
zaman dahulu. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif.

Kata Kunci: Islam, Strategi, Wali, Songo.

Abstract: Indonesian Islam is the largest Islam in the world and has spawned various
theories about the process of Islamization in Indonesia. The strategy for spreading Islam
in the archipelago was carried out through trade, military service, marriage, education,
and the Islamization of culture. The attraction of Islam to the archipelago was the ulama
and kings/sultans. The Muslim scholars who promoted Islam in Java were members of the
Wali Songo. The history of Islamic civilization is divided into three periods: the classical
period, the medieval period, and the modern period. The emergence of a religious
movement (Islam) can be questioned by looking at history in the 2nd century after the
Prophet Muhammad. The death of orthodox Sunnis crystallized after the struggle against
the Kharij, Muitazil and Shia sects. With the formulation of the problem, namely 1). How
Wali Songo spread Islam to the community, 2). Islamic society in Indonesia, and 3). How
does it spread. With the aim of knowing how the spread of Islam in ancient times. The
method used is a qualitative method.

Key Words: Islam, Strategy, Guardian, Songo

Pendahuluan

Menurut Hamka, Islam masuk ke Indonesia pada awal abad ke-7. Dengan
kata lain, Islam telah masuk ke Indonesia sejak awal penanggalan Hijriah, bahkan
pada masa pemerintahan Frafaul Rashidin. Islam mulai merambah Nusantara
ketika Abu Bakar memerintahkan para pengikutnya untuk menemani Sidik, Umal
bin Hatab, Utsman bin Afan dan Ali bin Abi Thalib. Teori Hamka ini menjadi
teori Arab. Teori ini juga didukung oleh buku “Sejarah Peradaban Islam” karya

61
Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Universitas Jambi
Vol. 2 No. 1 April (2022) Hal. 61-77
ISSN 2809-0098 (ONLINE)

Badri Yatim. Namun semakin banyak anak yatim melihat sisi politik. Dengan
kata lain, perkembangan masyarakat Muslim Indonesia hanya terjadi ketika
“komunitas Muslim” menjadi pusat kekuasaan.

Namun, sumber resmi dan bukti dari jurnal Cina selama periode ini jelas
menunjukkan bahwa Islam menyebar dari Barat ke Timur Jauh melalui laut AD
13. Islam abad ke-1 Umat Muslim Tionghoa yang disebutkan pada abad ke-1
hanyalah sekelompok pulau di Timur Jauh, termasuk kepulauan Indonesia. Di sisi
lain, menurut Harun Nasution, sejarah peradaban Islam dapat dibagi menjadi tiga
zaman. Yang pertama adalah musik klasik (650-1250-an). Kedua, jangka
menengah (1250-1800) dan modern (1800 sekarang).

Munculnya suatu gerakan keagamaan (Islam) dapat diduga dengan melihat


sejarah pada abad ke-2 M setelah Nabi Muhammad SAW. Kematian Sunni
Ortodoks mengkristal setelah perjuangan melawan sekte Kharij, Muitazil dan
Syiah. Perjuangan ini berlangsung hingga abad ke 13. Setelah itu, ajaran sesat dan
takhayul menyebar di kalangan masyarakat, sehingga menghalangi sebagian orang
untuk melihat ajaran asli Islam, yang terkandung dalam Al-Qur'an, An dan
Sunnah. Artikel ini juga membahas teori kedatangan Islam, Wali Songo dalam
perjalanan Islam di seluruh Nusantara, dan teori Islamisasi di Indonesia.

Metode Penelitian

Penelitian ini termasuk dalam penelitian kualitatif dengan menggunakan


pendekatan histories. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode
sejarah. Menurut Nugroho, N. (1971), ada 4 tahap dalam metode penelitian
sejarah yaitu melalui beberapa tahap seperti heuristic (pengumpulan data), kritik
sumber (pengujian), analisis dan interpretasi dan historiografi (penulisan sejarah).

Langkah pertama adalah heuristik, merupakan tahapan pertama aktivitas


pengumpulan data sejarah, baik primer maupun sekunder. Sumber sejarah adalah
bahan dalam penulisan sejarah yang memuat evidensi (bukti) melalui studi
pustaka. Studi pustaka diambil untuk mengumpulkan sumbersumber yang
mendukung dalam menyelesaikan topik permasalahan yang diteliti. Langkah awal
yang dilakukan adalah mengumpulkan sumbersumber primer yang diperoleh
melalui proses studi dokumen yang dalam hal ini dapat berupa arsiparsip data
yang membahas tentang sejarah perkembangan islam di nusantara, serta jurnal
yang membahas tentang slogan slogan yang digunakan oleh Jepang pada masa itu.
Selanjutnya sumber sekunder Menurut Louis Gottschalk sumber sekunder adalah
kesaksian siapapun yang bukan saksi mata. Sumber ini berisi materi asli yang

62
Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Universitas Jambi
Vol. 2 No. 1 April (2022) Hal. 61-77
ISSN 2809-0098 (ONLINE)

saya kerjakan sebelumnya. Sumber tersebut dapat diperoleh dari perpustakaan


online dan juga jurnal-jurnal ilmiah, yang membahas mengenai swjarah
perkembangan islam di nusantara.

Langkah kedua dalam kritik sumber adalah menyaring sumber-sumber


sejarah yang diterima secara umum. Proses aktivitas kritis berlangsung dalam dua
tahap. Langkah pertama adalah kritik eksternal, yaitu pengolahan atau pemilihan
data (fisik), yang dilihat secara eksternal dalam kaitannya dengan sumber sejarah
yang diterima. Setiap karakteristik dari sumber sejarah yang diterima secara
umum harus bernuansa sesuai dengan pokok bahasan yang diajukan. Tahap
kedua, yang disebut kritik internal, adalah proses pemilihan inti dari data historis
yang telah lulus kritik eksternal.

Langkah selanjutnya adalah memilih sumber sejarah yang sesuai dengan


bahan penelitian. Tahap ketiga berikutnya adalah tahap analisis atau interpretasi,
yaitu interpretasi terhadap data yang telah diverifikasi, dilanjutkan dengan
menghubungkan fakta-fakta dalam bentuk konsep-konsep yang disusun
berdasarkan analisis sumber-sumber sejarah. diperoleh. Dalam tahap ini penulis
lebih banyak menghubungkan data yang diperoleh dari studi pustaka,
penggabungan sumber-sumber yang setema dan sesubtema. Untuk analisis
penelitian ini menggunakan tema-tema yang berkaitan dengan sejarah
perkembangan islam di nusantara.

Langkah keempat Historiografi merupakan proses penyusunan dan


penuangan seluruh hasil penelitian ke dalam bentuk tulisan ataupun laporan hasil
penelitian mengenai tema yang diangkat. Historiografi penulisan sejarah menjadi
sarana mengkomunikasikan hasil–hasil penelitian yang diungkapkan, diuji
(verifikasi) dan di interpretasi. Kemudian fakta-fakta yang telah diinterpretasikan
dituliskan dalam suatu penulisan yang sistematis dan kronologis. Dalam penelitian
ini penulis mengungkapkan hasil penelitian yang bersangkutan dengan materi
yaitu sejarah perkembangan islam di nusantara.

Hasil dan Pembahasan

63
Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Universitas Jambi
Vol. 2 No. 1 April (2022) Hal. 61-77
ISSN 2809-0098 (ONLINE)

Gambar 1 https://swaranesia.com/ragam-asal-usul-islam-di-nusantara/

A. Islam ke Nusantara

Nusantara adalah istilah yang digunakan untuk menyebut pulau-pulau dari


Sumatera hingga Papua. Kata tersebut berasal dari teks Jawa dari abad ke-12 M
sebagai konsep negara Majapahit. Nusanta mengacu pada Kepulauan Melayu
dalam sastra Inggris abad 19. Ki Hajar Dewantara menciptakan istilah itu pada
abad ke-20 sebagai usulan nama Hindia Belanda. Nusantara sering diidentikkan
dengan Indonesia, karena sebagian besar pulau-pulau tersebut berada di dalam
provinsi-provinsi Indonesia. Menurut Hamka, Islam masuk ke Indonesia pada
awal abad ke-7 Masehi. Dengan kata lain, Islam masuk ke Indonesia sejak awal
era Hijriah, bahkan pada masa pemerintahan Frafaul Rashidin.

Islam mulai menjelajah Nusantara ketika Abu Bakar memerintahkan


pengikutnya sebagai pendamping Sidik, Umal bin Hatab, Utsman bin Afan, dan
Ali bin Abi Thalib. Teori Hamka ini kemudian dikenal sebagai teori Arab. Teori
ini juga didukung oleh buku Badri Yatim “Sejarah Peradaban Islam”. Tapi Yatim
melihat dari sisi politik. Artinya perkembangan masyarakat Islam Indonesia
hanya akan terjadi ketika “komunitas Islam” menjadi pusat kekuasaan.

Sejak awal tahun 13 M, terdapat jalur transportasi dan perdagangan antar


pulau atau wilayah. Timur, termasuk Hindia Timur dan pantai selatan Cina, sudah
berdagang dengan dunia Arab. Pedagang Arab tiba di Aden melalui laut dari
hingga ke Muscat, Riket, Sira, Pantai Guadar, Daibul, Malabar (Gujarat, Keras,
Kilon, Calicut), Chihiitagong (pelabuhan terbesar di Bangladesh). , Akyab

64
Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Universitas Jambi
Vol. 2 No. 1 April (2022) Hal. 61-77
ISSN 2809-0098 (ONLINE)

(wilayah Myanmar), Selat Malaka, Perulaak (Aceh Timur) (Saptagram), Ramno


(pantai barat Aceh), Bar, Padang, Banten, Silebon, Demak, Japara, Tuban, Gresik,
Ampel, Makassar, Ternate, Tidre . Perunggu Nekara (Vietnam) sangat populer.
Neckara tersebar di seluruh nusantara. Kesepakatan dengan Nekara ini muncul di
berita dari Cina pada awal zaman kita yang meliputi Sumatera, Jawa dan
Kalimantan, dan yang terpenting, Mark adalah daerah yang menarik bagi para
pedagang. Marc adalah produsen rempah-rempah seperti pala dan cengkeh. Saat
rempah-rempah dijual, dikirim ke Jawa dan Sumatera. Kemudian mereka dijual ke
pedagang asing dan dikembalikan ke tanah air.

B. Strategi dalam penyebaran agama islam

Saat menyebarkan Islam di Nusantara, ada strategi yang digunakan agar


Islam lebih mudah diterima dibandingkan dengan agama lain. Karena strategi
yang digunakan beragam dan tidak ada unsur paksaan. Adapun strategi
penyebaran Islam adalah:

1. Menurut jalur komersial, Islam pada awalnya merupakan komunitas kecil


yang tidak terlalu besar. Pertukaran panjang antara saudagar muslim dari
berbagai negara seperti Arabia, Persia, benua hindia, Malaysia dan Cina
membuat komunitas Muslim semakin bergenngsi dan akhirnya komunitas
muslim terbentuklah agama. Selain berjualan, mereka juga menyebarkan
agamanya melalui transportasi.
2. Dengan cara dakwah dilakukan oleh mubaligh yang juga memiliki misi
menjadi seorang pedagang. Proses mahar pada awalnya dijalankan secara
individual. Mereka memenuhi kewajiban syariat Islam dengan
memperhatikan kebersihan dan menunjukkan sikap rendah hati dalam
bertransaksi.
3. Garis perkawinan, yaitu perkawinan antara saudagar muslim, misionaris
dan anak-anak bangsawan pulau. Hal ini didasarkan pada kemampuan
ilmiah dan medis yang diperoleh dari tuntunan hadits Nabi Muhammad

65
Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Universitas Jambi
Vol. 2 No. 1 April (2022) Hal. 61-77
ISSN 2809-0098 (ONLINE)

SAW. Sebagian umat Islam berani melaksanakan sayembara yang


diadakan oleh raja, dengan janji jika seorang laki-laki menjadi menantu
laki-laki dan seorang perempuan menjadi saudara laki-laki, siapapun yang
dapat merawat putrinya akan dapat melakukannya. Sejak itu, Islam
menjadi lebih kuat dan otoriter.
4. Setelah status pedagang ditetapkan melalui jalur pendidikan, pedagang
mendominasi kekuatan ekonomi. Pusat Ekonomi telah berkembang
menjadi pusat pendidikan dan penyebaran Islam. Islamic Education and
Dower Center di Kerajaan Samudera Pasai bertindak sebagai Dower
Center pertama di mana siswa berpartisipasi dan mengirim misionaris
lokal, termasuk Maurana Mariquibrahim, ke Jawa.
5. Pada masa awal Islamisasi, selalu ada konflik dengan tradisi Jawa yang
dipengaruhi Hindu di sepanjang garis budaya. Ia digantikan oleh
pemerintahan Islam setelah jatuhnya kerajaan Majapahit. Di Jawaa, Islam
beraadaptasi dengan buudaya lokal, sedangkan di Sumatera, Adat
beraadaptasi dengan Islam.

Islam telah berkembaang dari waktu ke waktu melalui disiplin dan layanan
misionaris dan berlanjut hingga hari ini. Namun, karena banyak faktor budaya
yang berbeda, gaya pemujaan masih memiliki perbedaan.

Gambar 2 https://kumparan.com/berita-update/penyebaran-islam-di-indonesia-dan-kisah-
panjangnya-1uqMTWBZPMV
C. Periode peradaban islam

66
Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Universitas Jambi
Vol. 2 No. 1 April (2022) Hal. 61-77
ISSN 2809-0098 (ONLINE)

1 Periode Klasik Fase Ekspansi 650-1000M


Fase Disintegrasi 1000-1250M
2 Periode Pertengahan Fase Kemunduran 1250-1500M
Fase Tiga Kerajaan Besar 1500-1700M
dan 1700-1800M
Masa Kemunduran
3 Periode Modern 1800-sekarang

1. Periode klasik adalah era kemajuan, yang dapat dibagi menjadi dua tahap.
Fase pertama adalah fase ekspansi, integrasi, dan kemajuan (650-1000
M). Selama waktu ini, wilayah Islam menyebar ke luar Afrika Utara ke
Spanyol di barat dan di luar Persia ke India di timur. Kedua, tahap
keruntuhan (1000-1250M). Tempat dimana integritas politik Islam mulai
runtuh. Kekuasaan kekhalifahan melemah, dan Bagdad akhirnya direbut
dan dihancurkan oleh Bendera Khan pada tahun 1258M. Khalifah sebagai
simbol persatuan politik Islam akhirnya tumbang pada tahun.
2. Periode pertengah dibagi menjadi dua tahap. Fase pertama adalah fase
kemunduran (1250-1500 M). Desentralisasi dan keruntuhan semakin
dalam selama periode ini. Perbedaan antara Sunni dan Syiah, Arab dan
Persia menjadi lebih jelas. Dunia Islam terbagi menjadi dua bagian.
Wilayah Arab di Arabia, Irak, Suriah, Palestina, Mesir, dan Afrika Utara
terkonsentrasi di Mesir. Balkan, Asia Kecil, Persia dan bagian Persia di
Asia Tengah berada di Iran. Budaya Persia mempromosikan budaya Arab.
Kedua, adalah tiga fase Kerajaan Besar (1500–1700 M) dan Kemunduran
(1700–1800 M). Tiga kerajaan besar adalah Kekaisaran Ottoman (Turki),
Kekaisaran Safawi (Persia), dan Kekaisaran Mughal (India). Keberhasilan
Islam di tiga kerajaan besar tersebut hingga hari ini dapat dilihat pada
arsitek di Istanbul, Iran dan Delhi.

67
Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Universitas Jambi
Vol. 2 No. 1 April (2022) Hal. 61-77
ISSN 2809-0098 (ONLINE)

3. Era terakhir, era modern (1800-sekarang), adalah kebangkitan Islam.


Dengan jatuhnya Mesir ke Barat, dunia Islam mengingatkan kita akan
kelemahannya dan menyadarkan umat Islam bahwa peradaban baru yang
lebih tinggi telah muncul di Barat dan mengancam mereka. Raja Raja dan
para pemimpin Islam mulai memikirkan cara untuk meningkatkan kualitas
dan kekuatan Islam kembali.
D. Teori islamisasi di Indonesia
1. Teori pertama

Teori ini adalah teori Christian Snook Frugronier, seorang orientalis


Belanda terkemuka yang memberi nasihat tentang urusan Arab dan putra-putra
Bumi di Indonesia. Teorinya diterbitkan dalam disertasinya "De Islam in
Nederlandsch Indie" dalam Groote Godsdienten, Seri II (Hollandia Drukkerij,
1913: 359-392). Teori ini berasal dari artikell terjemahan bahasa Indonesia
berjudul Islam in the Dutch East Indies (S. Gumawan, 1973).

Teori tersebut juga menyatakan bahwa pemerintah tidak ikut campur


dalam proses ini. Islamisasi wilayah pesisir Sumatera, Jawa, Kalimaantan,
Sulawesii dan pulau-pulau kecil lainnya sepenuhnya merupakan urusan umat
Islam dan pemukim di negara bagian India. Inilah para pedagang tradisional yang
menjalin hubungan dagang dari India hingga Nusantara bahkan sebelum
datangnya Islam. Orang India yang kemudian menjadi Muslim ikut ambil bagian
dalam kehidupan penduduk nusantara.

Menurut Tajandarasasmita, kelemahan teori ini adalah tidak


memperhitungkan jalur-jalur pra abad ke-13 yang sudah padat melalui Selat
Malaka dan pantai barat Sumatra, sebagaimana dilansir sumber-sumber Islam dan
Cina. Bukti Tambahan dari JP Chandrasamita dari Lelan (Gresik), sebuah
moquette Malik Alsary, menitipkan batu nisan yang berisi nama Fatima Binto
Maimun bin Hibatura, yang meninggal pada tahun 1082M, dalam surat Kufi.

68
Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Universitas Jambi
Vol. 2 No. 1 April (2022) Hal. 61-77
ISSN 2809-0098 (ONLINE)

Oleh karena itu, Islam baru tiba di Jawa pada abad ke-11, tetapi
Islamiisasi di pulau ini lebih lambat dibandingkan dengan Sumatra. Tentang
bentuk nisan Malik Al-Salih, yang diklaim Moquelte menyerupai makam
Umaribn Al-Kazaruni pada 13M. Tjadrasmit (A. Hasjmi, 1981: 357-370).
Bentuk batu jenis dan batu nisan Malik al-Sally adalah karya Samudra Pasaya
sendiri. Kemiripan dengan Kanbai adalah batu nisan Sultan Naharasi Kuta Karen
(1428) dan beberapa makam abad ke-15 M lainnya serta makan Malik, Jawa
Ibrahim (1419)

Kedua, Islam
Pertama, proses Ketiga, proses
datang ke
Islamiisasi Islamisasi itu
Indonesiaa tidak
berlangsunng sejak terjadi melalui jalur
langsung dari Arab
awal abad ke-13 perkawiinan dan
melaiinkan
M. penaklukkan.
melalui hindia.

2. Teori kedua

Teori kedua ini sebenaarnya lahir sebagai tanggapan terhadap teori


pertama. Seklompok ahli mempertanyakan hasil Snook, terutama yang berkaitan
dengan tiga masalah utama di atas. Mereka mempresentasikan beberapa bukti dan
perdebatan, menghasilkan apa yang dikenal sebagai teori kedua. Sesuai sifatnya,
dapat dimaklumi jika setting teoritis ini tidak memiliki penjelasan yang lengkap
dan komprehensif. Proses mengawinkan saudagar muslim dan anak bangsaawan
Indonesiaa juga dapat mempercepat pembentukan dan perkembaangan Islam, inti
masyarakat, dari keluarga ke masyarakat sekitar.

3. Teori ketiga (pendukung masuknya islam ke indonesia)

Penetrasi agama dan budaya Islam tersebut seiring dengan perkembangan


hubungan perdagangan antara Indonesia dengan hindia, Persia dan Arab pada
abad ke-7 dan ke-15 M (Samsul Farid, 2013). Ada beberapa teori tentang siapa
yang memperkenalkan Islam ke Nusantara, seperti terlihat pada tabel berikut:

69
Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Universitas Jambi
Vol. 2 No. 1 April (2022) Hal. 61-77
ISSN 2809-0098 (ONLINE)

NO TEORI PERNYATAAN
1 Teori Gujarat (India) Masuknya Islam ke Indonesia dibawa
oleh orang-orang Gujarat.

2 Teori Benggali Islam yang datang ke Nusantara berasal


(Bangladesh) dari Benggali.

3 Teori Persia Islam masuk ke Indonesia dibawa oleh


orang-orang Persia.

4 Teori Pantai Coromandel Dikemukakan oleh Thomas W. Arnold


(India) dan Morrison, Islam datang ke
Indonesia melalui Coromandel dan
Malabar (India).

5 Teori Arab Bahwa Islam di Indonesia, datang dari


sumbernya langsung, yaitu bangsa Arab.

E. Wali Songo

Evolusi keragaman dalam perkembangan ilmu pengetahuan berbeda


dengan keragaman era penyebaran Islam di Nusantara sebelum kedatangan
Warrisongo. Sebelum kedatangan Warrisongo, mereka masih menggunakan
sistem Dower, dengan pola di mana orang dari berbagai agama diundang untuk
mengikuti ajaran Islam. Pola dakwah sebelum kedatangan Warrisongo lambat
ditanggapi masyarakat luas. Kondisi masyarakat para Warrisongo masih kuat
dalam mengikuti tradisi ajaran agama nenek moyangnya agar tidak mudah
terpengaruh oleh ajaran dan kepercayaan lain.

70
Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Universitas Jambi
Vol. 2 No. 1 April (2022) Hal. 61-77
ISSN 2809-0098 (ONLINE)

Gambar 3 https://tambahpinter.com/sejarah-wali-songo/

1. Syaikh Maulana Malik Ibrahim

Syekh Maurana Mariquibrahim adalah sesepuh Warisongo. Dia memiliki


beberapa nama yang menyesatkan, seperti Sheikh Maghreb (dari Maghreb,
Marooko), Sunan Gressik, dan Sheikh Ibrahim Asamarkandi (dari Samarkand,
Asia Tengah). Namun, Sir Thomas Staandford Rafles dari Atlas Warrisongo,
berdasarkan sumber lokal, mengatakan bahwa Mauranai Brahim adalah
keturunan Zainal Abidin dan seorang Pandita Arab yang terkenal, sepupu Raja
Cermen.

2. Sunan Ampel (Raden Rahmat)

Sunan Ampel adalah orang tertua di Warisongo, penerus ayah nya Syekh
Ibrahim Asamarkandi, dan Dakwah Islam di tempat lain di Jawa dan
Nusantara.Berperan penting dalam pembangunan. Melalui Pesantren Ampeldenta,
Sunan Ampel melatih tokoh-tokoh gerakan Dakwah Islam seperti Sunangiri,
Radenfata, Radenkusen, Sunambonan dan Sunandrajat. Sunan Ampel membentuk
keluarga Muslim dengan jaringan keluarga yang mempelopori dakwah Islam di
berbagai daerah dengan menikahi seorang juru dakwaah Islam dan putri
penguasaa bawahan Majapahiit.

3. Sunan Bonang (Maulana Mahdun Ibrahim)

71
Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Universitas Jambi
Vol. 2 No. 1 April (2022) Hal. 61-77
ISSN 2809-0098 (ONLINE)

Ia lahir pada tahun 1465 tahun di Bonan, Tuban. Sunan Bonang adalah
anak keempat Sunan Ampel dari pernikahannya dengan Njai Gede Manila, juga
dikenal sebagai Kandrawati, putri Bupati Tuban Aria Teja. Dakwah pertama
Sunan Bonan di wilayah Kediri, menjadi inti ajaran Bhairava Tantra. Sunan
Bonang mengembangkan dakwah pada tahun dengan membangun masjid di
Sinker, sebelah barat Kediri.

4. Sunan Kalijaga (Raden Sahid)

Sunan Kayijaga adalah putra Tumenghun, penguasa Tuban. Sunan


Kalijaga dikenal dengan karakter Vari Songo yang mengembaangkan panggilan
keislaman melalui seni budaya. Sunan Kalijaga biasanya mengajarkan tasawuff
melalui pertunjukan wayang. Sunan Kalijaga dikenal sebagai orang suci di
masyarakat dan dianggap sebagai penjaga kali.

5. Sunan Gunung Jati

Sunan Gunung Jati adalah keturunan Persia dan Araab. Sunan Gunung
Jati telah tinggal di Mekkah sejak kecil dan tinggal di sana selama sekitar 3 tahun,
memperdalam pengetahuanya tentang islam. Data historis yang tepat tentang
kelahirannya belum tersedia. Sunan Gunung Jati kembali ke negara asalnya dan
berangkat ke Jawa. Berkat dakwahnyaa, banyak orang di Jawa Baarat yang
masuk Islam.

6. Sunan Drajat (Raden Qasim)

Nama lain Sunan Derajat adalah Raden Qasim atau Sherifuddin. Sunan
Derajat adalah putra Sunan Ampel dari perniikahannya dengan Chandravati, yang
dijuluki Ni Gede Manila. Sunan Darajad konon diperintah oleh ayahnya untuk
menyebarkan Islam di pesisir Gresica sejak usia dini. Di masa mudanya ia
dikenal sebagai Raden Kasim. Sunan Derajat diminta untuk menyebarkan Islam
di pantai Gresica. Perjalanannya di Gresik menjadi legenda.

72
Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Universitas Jambi
Vol. 2 No. 1 April (2022) Hal. 61-77
ISSN 2809-0098 (ONLINE)

7. Sunan Giri (Raden Paku)

Raden Paku atau Maulana Aynul Yakin atau biasa dipanggil Sunan Giri.
Ayahnya bernama Maulana Ishak dari Pasay dan ibunya bernama Seckardadu,
Putri Raja Blambangan. Dia adalah citra Balisongo, raja dan guru suci. Dia
menggunakan kekuatan dan lini bisnisnya untuk memainkan peran penting dalam
memajukan pesona Islam di nusantara. Sebagai guru dan ayah mertua di Sunan
Ampel, Sunan Giri memajukan pendidikan dengan menerima siswa dari berbagai
penjuru nusantara.

8. Sunan Kudus (Ja’Far Shadiq)

Sunan Kudus adalah anak dari Sunan Ngudung. Sunankdu dikenal sebagai
pemimpin Varisongo yang secara ketat mengikuti hukum Syariah. Namun, seperti
para wali lainnya yang berdakwah, Sunan Kudu berupaya menjangkau masyarakat
untuk mempelajari dan memahami kebutuhannya. Oleh karena itu, dalam
khutbahnya, Sunan Qudus mengajarkan alat-alat pertukangan, pandai emas,
pandai besi, membuat kerajinan pusaka keluarga Chris yang rumit, dan
mengajarkan hukum-hukum agama yang ketat.

9. Sunan Muria (Raden Umar Said)

Sunan Muriya adalah putra dari Sunan Kalijag dan Sunan Muriya adalah
karakter termuda dari Vali Songo. Seperti Sunan Kalijaga, Sunan Muriya
berdakwah melalui jalur budaya. Muria Passan dikenal dengan bakatnya yang luar
biasa dalam mengarang berbagai lagu pendek berisi nasehat dan ajaran tauhid,
termasuk dewa dan kinanchi. Seperti ayahnya, Sunan Muriya dikenal berada di
balik lakon "Karagan" karya Sunan Kalijagi.

F. Komunitas Islam

Jalur penyebaran Islam dan pembentukan komunitas-komunitas yang


terpisah di Indonesia sebagian besar merupakan jalan yang sangat panjang, dan

73
Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Universitas Jambi
Vol. 2 No. 1 April (2022) Hal. 61-77
ISSN 2809-0098 (ONLINE)

Islam sendiri dimulai dengan penetrasi, Islam itu sendiri ke Indonesiaa melalui
perdaamaian dan persaudaraan dengan pembawa jalur dan kebangsaan yang
berbeda, yaitu Arab, hindia, dan Caina. Dari berbagai suku bangsa yang pernah
menyebarkan Islam di Indonesia pada masa lalu, pada akhirnya melahirkan
komunitas-komunitas Islam yang beragam. Komunitasnya kuat sampai sekarang.
Meski keragaman suku dan bangsa berbeda, satu kesamaan pada gilirannya
memunculkan gaya hidup Islami dalam konteks Indonesia.

Munculnya suatu gerakan keagamaan (Islam) dapat dipertanyakan dengan


melihat sejarah pada abad ke-2 setelah Nabi Muhammad. Kematian Sunni
ortodoks mengkristal setelah perjuangan melawan sekte Kharij, Muitazil dan
Syiah. Perjuangan ini berlangsung hingga abad ke-13. Setelah itu, bid'ah dan
tahayul menyebar di antara orang-orang, menghalangi sebagian orang untuk
melihat ajaran asli Islam, ajaran yang terkandung dalam Al-Qur'an dan As-
Sunnah.

Pada pergantian abad XIII ke XIV, dalam situasi ummat yang dekaden,
seorang pembaharu Islam bernama Ibnu Taimiyah muncul. Ibnu Taimiyah adalah
salah satu bapak Tajik atau Pembaharu Islam. Dia dengan tajam mengkritik tidak
hanya para sufi dan filosof yang mendewakan sikapnya, tetapi juga teologi
Asyur yang taat pada kehendak Tuhan. Kritik Ibnu Taimiyah selalu dibarengi
dengaan permintaannya untuk kembali kepada Al-Qur'an dan As-Sunnah untuk
memahami kembali dua sumber Islam yang berlandaskan Itihad. Pintu Iztuhad
yang seolah tertutup dibuka oleh Ibnu Taimiyah dengan menegaskan bahwa
rekonstruksi Islam hanya mungkin dilakukan dengan menghidupkan kembali
semangat Iztihad.

Kemunculan Sarikat Dagang Islam pada awal abad ke-20 membuka babak
baru pergerakan Islam di Indonesia. Ciri utama gerakan Islam dalam bab ini
adalah bahwa gerakan itu tidak lagi berasal dari pedesaan tetapi berasal dari kelas
menengah perkotaan. Bentuk organisasinya modern. Oleh karena itu, organisasi-

74
Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Universitas Jambi
Vol. 2 No. 1 April (2022) Hal. 61-77
ISSN 2809-0098 (ONLINE)

organisasi yang muncul kemudian hampir seluruhnya menggunakan metode


modern, tetapi penting untuk diperhatikan perbedaan arah pergerakannya.
Muhammadiyah lahir dengan orientasi keagamaan. Muhammadiyah lebih
merupakan gerakan Puritan yang dirancang untuk meringankan beban budaya
Islam yang dipengaruhi oleh budaya pertanian. Kekhawatiran terbesar munculnya
gerakan ini adalah pemurnian Islam dari simbol-simbol agama yang terbentuk
dalam tradisi pertanian seperti pedang, manakib, barzanji, dll. Bagi
Muhammadiyah, formasi simbolis seperti itu adalah bid'ah.

Munculnya Nahdkhatul Ulama (NU) juga tidak terlepas dari isu sosial
tersebut. Padahal, NU lahir dari dua reaksi.

1. Reaksi terhadap politisasi agama Syarekat Islam (SI),


2. Reaksi terhadap gerakan reformasi Muhammadiyah.

Berbeda dengan SI dan Muhammadiyah, NU justru berupaya melestarikan


institusi dan tradisi tradisi Islam pertanian melalui solidaritas mekanis bersama.
Maklum, masalah terbesar NU lebih pragmatis dalam hal ibadah saja. Karena itu,
dia menolak mobilisasi politik SI. NU juga menolak gerakan Muhammadiyah
yang anti patriarki dan non-majab karena dicirikan oleh orientasi yang kuat
terhadap kiai patriarki dan mazhab.

Namun, perbedaan yang lebih penting antara SI dan Muhammadiyah di


satu sisi dan NU di sisi lain adalah bahwa memiliki basis sosial yang berbeda.
Namun demikian, NU tetap merupakan tradisi pertanian yang terjalin dengan
ikatan solidaritas mekanis patriarki. Sementara itu, SI dan Muhammadiyah telah
muncul sebagai forum yang mewakili tradisi baru masyarakat perkotaan,
pedagang yang terikat oleh solidaritas organik. Maka, ketika NU mengembangkan
gerakan dengan menggunakan lembaga dan jaringan lama, SI dan
Muhammadiyah menciptakan lembaga dan tradisi baru melalui jaringan dan
koperasi organik. Secara terminologis, menurut Said Qutub yang dikutip oleh AM
Saefuddin (1999: 23), masyarakat Islam adalah sekelompok orang yang

75
Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Universitas Jambi
Vol. 2 No. 1 April (2022) Hal. 61-77
ISSN 2809-0098 (ONLINE)

kehidupan, konsep, situasi, sistem, nilai, dan pertimbangan umum didasarkan


pada metode Islam. Dengan demikian, seluruh masyarakat Islam mendomiinasi
wilayah pesisir yang bersentuhan langsung dengan kegiatan pasar dan
perdagangan. Umat Islam kemudian beradaptasi dengan budaya lokal dan dalam
hal ini membentuk gaya hidup Islami dengan ciri khas Indonesia.

Kesimpulan

Beberapa kesimpulan bisa diambil dari pembahasan di atas merupakan.


Menurut Hamka, Islam masuk ke Indonesia di awal abad ke-7. waktu
menyebarkan Islam pada Nusantara, terdapat taktik yang digunakan buat
menghasilkan Islam lebih diterima dibandingkan dengan kepercayaan lain taktik
yang digunakan bervariasi serta tidak terdapat paksaan. terdapat 5 cara buat
menyebarkan Islam: perdagangan, pernikahan, mahar, pendidikan, sertabudaya.
IslampadaNusantara sebelum kedatangan Wali songo. Sebelum kedatangan Wali
songo, mereka masihmemakai sistem dakwah, serta terdapat pola mengajak
rakyat yang tidak selaras kepercayaan buat mengikuti ajaran Islam. terdapat
sembilan orang tua yang mengembangkan Islam menggunakancaranya sendiri.
Yaitu, Syekh Maulana Malik Ibrahim, Sunan Ampel, Sunan Bonang, Sunan
Kalijaga, Sunan Gunung Jati, Sunan Drajat, Sunan Giri, Sunan kudus, Sunan
Muria. munculnya suatu gerakan keagamaan (Islam) bisa dipertanyakan dengan
melihat sejarah pada abad ke-doa sebelumNabi Muhammad. Kematian ortodoks
Sunni mengkristal selesainya usaha melawan sekte Kharij, Muitazil dan Syiah.
usaha ini berlangsung sampai abad ke-13. sebelum itu, bid'ah serta tahayul
menyebar pada antara orang-orang, menahan sebagian orang buat melihat ajaran
asli Islam, ajaran yang termasuk pada Al-Qur'an dan Sunnah. pada pergantian
abad XIII ke XIV, dalam situasi ummat yang dekaden, seorang pembaharu Islam
bernama Ibnu Taimiyah timbul. Ibnu Taimiyah sudah ada galat satu bapak Tajik
atau Pembaharu Islam. beliau dengan tajam mengkritik tidak hanya para sufi dan
filosof yang mendewakan sikapnya, tapi pula teologi Asyur yang taat di kehendak
yang kuasa.

Daftar Pustaka

AM. Saefuddin, Masyarakat Islam Indonesia dalam Dinamika Politik, Jakarta,


Gema Insani Press, 1999.

Baiti, R., & Razzaq, A. (2014). Teori dan Proses Islamisasi di Indonesia. Wardah,
15(2), 133-145.

76
Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Universitas Jambi
Vol. 2 No. 1 April (2022) Hal. 61-77
ISSN 2809-0098 (ONLINE)

Bilfagih, T. (2018). Islam Nusantara; Strategi Kebudayaan NU di Tengah


Tantangan Global. Aqlam: Journal of Islam and Plurality, 1(2).

Farid, S. (2013). Sejarah Indonesia.

Hamka, Sejarah Umat Islam, Jilid IV, Bulan Bintang, Jakarta, 1976.

Hasjmi (ed). A. Sejarah Masuk dan Berkembangnya Islam di Indonesia, PT. Al-
Ma’arif, Jakarta, 1981.

Hurgronje, C. S. (1973). Islam di Hindia Belanda (Vol. 32). Bhratara.

Nasution, S. (2013). Sejarah Peradaban Islam.

Nugroho, N. (1971). Norma-norma Dasar Penelitian dan Penulisan Sejarah.

Syafrizal, A. (2015). Sejarah Islam Nusantara. Islamuna: Jurnal Studi Islam, 2(2),
235-253.

Tajuddin, Y. (2015). Walisongo dalam Strategi Komunikasi Dakwah. Addin, 8(2).

Yakub, M. (2013). Perkembangan Islam Indonesia. KALAM, 7(1), 135-162.

Zaeny, A. (2005). Transformasi Sosial dan Gerakan Islam di Indonesia. Jurnal


Pengembangan Masyarakat Islam, 2, 153-165.

Zainuri, A. (2017). Keberagaman komunitas muslim dan Islam keindonesiaan.


Medina-Te: Jurnal Studi Islam, 13(1), 1-8.

77
Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Universitas Jambi
Vol. 2 No. 1 April (2022) Hal. 77-92
ISSN 2809-0098 (ONLINE)

EKSISTENSI MASYARAKAT BALI DI DESA


MENDIS KABUPATEN MUSI BANYUASIN TAHUN
1963-2020

Diyah Ayu Putri Maharani1, Reka Seprina S.Pd.,M.Pd.2


meedyaayu1303@gmail.com1, reka.seprina@unja.ac.id2

Pendidikan Sejarah, Universitas Jambi

Abstrak: Musi Banyuasin merupakan salah satu kawasan yang menjadi tujuan
transmigrasi masyarakat Bali oleh pemerintah pusat pada tahun 1963-2020 (57 Tahun),
di dapati masih banyak terdapat masyarakat Bali yang hidup menetap di kawasan ini.
Penelitian ini di lakukan untuk mengidentifikasi bagaimana keberadaan masyarakat Bali
yang membawa kebudayaannya kedalam kawasan yang mereka tempati khususnya desa
Mendis. Dalam artikel ini penulis menggunakan metode penelitian heoristik, kritik
sumber, analisis interpretasi dan historiografi yang berdasarkan pada data kuantitatif dan
data kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keberadaan masyarakat Bali
berpengaruh baik dalam bidang sosial maupun kebudayaan yang di bawa masuk kedalam
lingkungan masyarakat di desa Mendis. Dalam hal lain artikel ini bermanfaat bagi para
pembaca untuk mengetahui kebudayaan seperti apa yang di bawa masyarakat Bali
kedalam kawasan desa Mendis, baik berupa budaya seni arsitektur, agama maupun adat
istiadat masyarakat Bali yang tinggal di desa Mendis.
Kata kunci ; Eksistensi, Budaya, Masyarakat Bali di desa Mendis

Abstract: Musi Banyuasin is one of the areas that became a transmigration


destination for Balinese people by the central government in 1963-2020 (57
years), it was found that there were still many Balinese people living permanently
in this area. This research was conducted to identify how the existence of Balinese
people who bring their culture into the area they live in, especially Mendis
village. In this article the author uses heoristic research methods, source
criticism, interpretation analysis and historiography based on quantitative data
and qualitative data. The results of the study indicate that the existence of the
Balinese community has an influence both in the social and cultural fields which
are brought into the community environment in Mendis village. In other respects,
this article is useful for readers to know what kind of culture the Balinese people
have brought to the Mendis village area, both in the form of architectural arts
culture, religion and customs of the Balinese people who live in Mendis village.
Keywords ; Existence, Culture, Balinese Society in Mendis village

77
Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Universitas Jambi
Vol. 2 No. 1 April (2022) Hal. 77-92
ISSN 2809-0098 (ONLINE)

Pendahuluan
Mendis merupakan sebuah desa yang berada di kecamatan Bayung Lencir
kabupaten Musi Banyuasin Sumatra Selatan. Jika kita masuk kedalam desa
Mendis akan bayak kita dapati tempat ibadah masyarakat Hindu. Masyarakat
Hindu di sana kebayakan berasal dari Bali dan hidup berdampingan dengan
masyarakat muslim transmigrasi dari pulau Jawa. Orang bali sudah datang ke
pulau Sumatra dari puluhan tahun yang lalu ketika pemerintah masa itu
melakukan transmigrasi wilayah masyarakat Jawa, Bali dan Madura untuk
menempati wilayah Sumatra, Kalimantan,Sulawesi dan Papua sebagai lokasi
penempatan masyarakat transmigrasi1
Transmigrasi telah di mulai pertama kali sejak masa kolonial tahun 1905.
Waktu itu masyarakat transmigran berasal dari pulau jawa dan bali datang ke
daerah Lampung yang ada di Sumatra. Transmigrasi yang di lakukan inilah
menjadi awal di mulainya penataan struktur demografi untuk pemerataan
distribusi penduduk di Indonesia. Transmigrasi bukan saja mengenai pemerataan
jumlah penduduk, namun memiliki tujuan perubahan lingkungan dengan
meningkatkan masyarakt transmigran, meningkatkan pemeratan pembangunan
dan memperkukuh kesatuan dan persatuan bangsa.
Transmigrasi penting dilakukan pada masa itu guna kepentingan
pembangunan. Transmigrasi juga merupakan salah satu upaya pemerintah
mencapai keseimbangan penyebaran penduduk, meningkatkan produksi
pendapatan daerah, dan memperluas lapangan pekerjaaan. Adanya transmigrasi
akan mempercepat perubahan pengelompokkan dan penggolongan manusia baik
dalam bentuk interaksi sosial atau menjalin hubungan dengan lingkungan yang
baru. Biasanya para transmigran ini berasal dari wilayah padat penduduk,
kesulitan ekonomi maupun bencana alam atau geografi wilayahnya kurang baik
dan kurang menguntungkan. Kedatangan masyarakat Bali di daerah bagian
selatan Sumatra-lampung dan Sumatra Selatan di latar belakangi oleh hal yang
sama yaitu meletusnya gunung agung pada tahun 1963. Kedatangan masyarakat
bali ke Sumatra selatan berjalan secar bergelombang di mulai pada tahun 1963,
1980 dan 1990-an. Daerah tersebut memiliki lahan yang luas dan belum terkelola
dengan baik.

78
Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Universitas Jambi
Vol. 2 No. 1 April (2022) Hal. 77-92
ISSN 2809-0098 (ONLINE)

Transmigrasi orang bali di mulai pada tahun 1953. Terdapat dua alasan
pemerintah melakukan transmigrasi terhadap orang Bali yaitu, bencana alam yang
terjadi dan kepadatan penduduk. Kemudian pada tahun 1963 transmigrasi orang
bali mengalami peningkatan ketika meletusnya Gunung Agung yang
menyebabkan lahan pertanian penduduk tidak bisa di garap dan di olah akibat dari
lahar gunung berapi². Hal ini menyebabkan orang bali menempati wilayah
Sumatra khususnya Sumatra Selatan yang pada masa itu masih memiliki lahan
yang luas dan tingkat kepadatan pendudukan yang rendah serta tingkat kesuburan
tanah yang tinggi.
Perpindahan orang bali ke Sumatra Selatan menyebabkan beberapa daerah di
tempati oleh orang bali. Salah satu wilayah yang bayak di tempati masyarakat
bali adalah kecamatan Bayung Lencir yang di mana pada kawasan ini akan kita
jumpai masyarakat transmigrasi dari jawa dan bali yang saling hidup
berdampingan. Masyarakat Bali yang datang ke bayung lencir akhirnya membuat
suatu perkampungan yang berisi orang bali yang terdapat di desa Mendis.
Meskipun orang bali tinggal di daerah yang bukan asalnya meraka masih tetap
mempertahankan kebudayaan serta adat istiadat dengan taat dan kental akan
tradisi Hindu Bali.
Masyarakat Bali kala itu terkenal dengan keterampilannya mengelola tanah
untuk di jadikan sebagai lahan pertanian. Kehadiran masyarakat Bali di Sumatra
selatan tentunya di desa Mendis berdampak pada perkembangan pertaniannya
yang meningkat. Hadirnya masyarakat bali bisa di katakan sebagai penyelamat
pertanian pada kala itu, karena masyarakat bali terkenal dengan keterampilan dan
keuletannya mengelola tanah.
Di balik keberhasilan akan transmigrasi wilayah dalam pengelolaan lahan,
terdapat pula potensi konflik yang beraneka ragam. Konflik ini bisa terjadi antara
orang transmigran maupun penduduk lokal ataupun dengan perusahaan swasta
yang memiliki kepentingan pribadi. Menurut Sarmita (2014), Mengatakan bahwa
kecendrungan konflik antar daerah di akibatkan karena perbedaan suku dan sosial
budaya yang pada akhirnya memberikann kesan kecemburuan sosial terhadap
masyarakat lokal, karena pemerintah lebih mengutamakan masyarakat
transmigran³. Karena pada dasarnya masyarakat pendatang mengambil sikap
untuk mempertahankan kebudayaannya padahal sudah mengalami transmigrasi
atau perpindahan wilayah.
Dalam konteks ini penulis akan membahas mengenai keberadaan dan
kebudayaan masyarakat bali di desa Mendis yang di mana masyarakatnya masih
mempertahankan kebudayaan Hindu Bali meskipun bukan di daerah asalnya. Hal

79
Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Universitas Jambi
Vol. 2 No. 1 April (2022) Hal. 77-92
ISSN 2809-0098 (ONLINE)

ini lah yang menarik untuk di bahas dalam artikel ini mengenai eksistensi
masyarakat Bali yang tinggal di desa Mendis.

Metode Penelitian
Dalam penulisan artikel ilmiah ini peneliti menggunakan metode kualitatif
dengan pendekatan histories. Metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode sejarah. Menurut Nugroho Notosusanto ada 4 tahap dalam
metode penelitian sejarah yaitu melalui beberapa tahap seperti heuristic
(pengumpulan data), kritik sumber (pengujian), analisis interpretasi dan
historiografi (penulisan sejarah)1
Langkah pertama adalah heuristik, merupakan tahapan pertama
aktivitas pengumpulan data sejarah, baik primer maupun sekunder. Sumber
sejarah adalah bahan penulisan sejarah yang mengandung evidensi (bukti) melalui
studi pustaka. Studi pustaka diambil untuk mengumpulkan sumber-sumber
yang medukung dalam menyelesaikan topik permasalahan yang diteliti. Langkah
awal yang dilakukan adalah mengumpulkan sumber-sumber primer berupa hasil
wawancara yang di lakukan pada narasumber yaitu kepala adat masyarakat Bali
di Mendis. Selanjutnya sumber sekunder. Menurut Louis Gottschalk sumber
sekunder adalah kesaksian siapapun yang bukan saksi mata. Sumber ini
berisi bahan-bahan asli yang telah digarap sebelumnya. Mencari buku-buku,
skripsi dan jurnal yang relevan dengan penelitian berupa data sensus penduduk
yang di keluarkan oleh pemerintahan Musi Banyuasin.
Langkah kedua Kritik Sumber merupakan kegiatan yang dilakukan
untuk menyeleksi sumber sejarah yang telah didapatkan. Proses kegiatan
kritik melalui dua tahap. Tahap pertama disebut kritik ekstern yaitu langkah yang
diambil untuk memproses atau menyeleksi data yang dilihat dari luar (fisik)
mengenai sumber- sumber sejarah yang telah didapatkan. Semua ciri-ciri dari
sumber sejarah yang diperoleh harus memiliki nuansa yang berkaitan dengan
tema yang diangkat. Tahap kedua, disebut kritik intern, yang merupakan
kegiatan proses seleksi terhadap inti dari sumber-sumber sejarah yang telah
melewati kritik ekstern. Langkah selanjutnya dipilih sumber sejarah yang
sesuai dengan bahan kajian penelitian.
Langkah ketiga selanjutnya tahap Analisis atau Interpretasi yaitu
menafsirkan data-data yang telah diuji, kemudian menghubungkan fakta-fakta
dalam bentuk konsep yang disusun berdasarkan analisis terhadap sumber
sejarah yang telah diperoleh. Dalam tahap ini penulis lebih banyak
menghubungkan data yang diperoleh dari studi pustaka, penggabungan sumber-
sumber yang setema dan sesubtema. Untuk analisis penelitian ini

80
Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Universitas Jambi
Vol. 2 No. 1 April (2022) Hal. 77-92
ISSN 2809-0098 (ONLINE)

menggunakan tema-tema yang berkaitan dengan eksistensi masyarakat Bali di


Desa Mendis.
Langkah keempat Historiografi merupakan proses penyusunan dan
penuangan seluruh hasil penelitian ke dalam bentuk tulisan ataupun laporan hasil
penelitian mengenai tema yang diangkat. Historiografi penulisan sejarah
menjadi sarana mengkomunikasikan hasil–hasil penelitian yang diungkapkan,
diuji (verifikasi) dan di interpretasi. Kemudian fakta-fakta yang telah
diinterpretasikan dituliskan dalam suatu penulisan yang sistematis dan kronologis.
Dalam penelitian ini penulis mengungkapkan mengenai eksistensi masyarakat
Bali yang tinggal di desa Mendis kabupaten Musi Banyuasin.

Hasil dan Pembahasan


Keberadaan Masyarakat Bali di Desa Mendis
Masyarakat Bali yang berada di desa Mendis merupakan suku asli dari
Bali. Mereka datang dengan beberapa factor penyebab yang mengharuskan
mereka melakukan transmigrasi wilayah ke daerah Sumatra bagian selatan atau
Lampung dan Sumatra Selatan. Masyarakat bali datang ke Sumatra selatan pada
tahun 1963 yang pada masa itu masyarakat bali mengalami krisis ekonomi yang
di sebabkan bencana alam letusan Gunung Agung.
Tercatat dalam sejarah letusan Gunung Agung pernah meletus dengan
dahsyat, hingga menyebabkan penurunan ketinggian gunung yang awalnya 3.142
menjadi 3044 mdpl. Letusan gunung ini juga menyebabkan terbentuknya kawah
berdiameter 500 meter.
Berikut merupakan tabel 1.1 sejarah meletusnya Gunung Agung :

Tahun Akibat

1801 Terbentuknnya bukit-bukit di wilayah Karangasem


1821 Letusan lanjutan dari erupsi gunung Agung tahun 1801

81
Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Universitas Jambi
Vol. 2 No. 1 April (2022) Hal. 77-92
ISSN 2809-0098 (ONLINE)

1843 Adanya aktifitas vulkanologi seperti gempa vulkanik


yang terjadi secara terusmenerus dan menyebabkan
fenomena membumbungnya gas dan uap di sertai
dengan suara.

1963 Pada tahun ini terjadi letusan gunung yang paling


dahsyat hingga menewaskan 1.148 dan 296 orang
luka-luka.

2017 Terjadi dua kali letusan dalam waktu kurang dari


Seminggu
2018 Menyebabkan hujan abu di daerah bali
Sumber : Makalah Geologi dan Petrologi Gunung Batur – Gunung Agung, Bali,
Indonesia. (2020)5

Akibat letusan gunung agung pada tahun 1963 pemerintah melakukan upaya
program transmigrasi wilayah masyarakat bali ke daerah Sumatra. Pada tahun ini
pula menjadi awal kedatangan masyarakat bali ke Sumatra Selatan. Masyarakat
bali yang datang menempati wilayah yang tersebar di berbagai macam kabupaten
yang berada di Sumatra Selatan.

Alasan lainnya masyarakat bali datang ke bumi sriwijaya adalah karena


kepadatan penduduk yang terjadi di daerah asal mereka. Seperti jawa dan bali
yang memiliki lebih dari 65% jumlah penduduk yang menempati kawasan
wilayah jawa dan bali ketimbang daerah lainnya. Kepadatan penduduk
menyebabkan keterbatasan gerak dan sumber penghasilan. Karena pada masa itu
masyarakat Indonesia rata-rata bekerja sebagai petani. Akibat dari sempitnya
lahan pertanian menyebabkan kesulitan ekonomi dan kemiskinan.

Padahal Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alamnya,
yang pada masa itu belum terkelola dengan baik karena kurangnya sumberdaya
manusia. Maka dari itu pemerintah Indonesia melaksanakan program transmigrasi
wilayah yang masyarakatnya berasal dari Jawa dan Bali. Kemudian masyarakat
bali memasuki kawasan wilayah Belitang yang kemudian menyebar ke wilayah

82
Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Universitas Jambi
Vol. 2 No. 1 April (2022) Hal. 77-92
ISSN 2809-0098 (ONLINE)

Sumatra selatan lainnya termasuk Musi Banyuasin. Di bawah ini merupakann


tabel keberadaan masyarakat Hindu Bali yang menempati kawasan daerah
kecamatan yang ada di Musi Banyuasin.

Tabel 1.2 Jumlah Masyarakat Hindu di Kecamatan yang ada di


Kabupaten Musi Banyuasin 2018-220.
Tahun
Kecamatan
2018 2019 2020
Sangga Desa 16 16 20
Babat Toman 3 3 2
Batanghari Leko 194 194 196
Plakat Tinggi 95 95 89
Lawang Wetan - - 0
Sungai Keruh - - 0
Jirak Jaya 7 7 30
Sekayu 25 25 12
Lais 2 2 2
Sungai Lilin 11 11 6
Keluang - - 2
Babat Supat 113 113 117
Bayung Lencir 594 594 630
Lalan 993 993 987
Tungkal Jaya 412 412 465
Musi Banyuasin - 412 2558

Sumber: Badan Pusat Statistika Musi Banyuasin (Jumlah penduduk menurut


Agama 2018-20206

Dibanyung lencir terdapat dua daerah yang di mana masyarakatnya hidup


berdampingan antara masyarakat islam jawa dan hindu bali. Daerah ini yaitu desa

83
Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Universitas Jambi
Vol. 2 No. 1 April (2022) Hal. 77-92
ISSN 2809-0098 (ONLINE)

Mendis. Masyarakat bali yang tinggal di desa mendis mayoritas beragama hindu.
bahasa yang mereka gunakan sehari-haripun bahasa campuran yaitu bahasa
Sumatra, bahasa bali dan mereka bisa berbahasa jawa. Meskipun begitu
masyarakat bali tetap melestarikan bahasa asli mereka yaitu bahasa bali jika
berkomunikasi dengan sesame masyarakat bali.

Di desa mendis juga terdapat kuburan masyarakat bali yang berdampingan


dengan masyarakat muslim dari jawa. Namun, terdapat perbedaan pada proses
pemakamannya. Masyarakat yang bertempat tinggal di Bali asli memakamkan
mayat yang sudah mati di letakkan di atas tanah, sedangkan masyarakat bali yang
bertempat tinggal di Mendis mayat di letakkan di dalam tanah atau di kubur
sampai menunggu proses ngaben. Proses ngaben sendiri merupakan tradisi asli
masyarakat bali yang di lakukan dengan upacar pembakaran mayat

Sudah puluhan tahun mereka menempati wilayah tersebut dan ikuti berbaur
dengan masyarakat setempat. Masyarakat bali yang bertransmigrasi dari bali ke
mendis umumnya di sebabkan oleh ketimpangan sosial dan sulitnya ekonomi
yang di sebabkan oleh bencana alam pada daerah alas mereka Bali. Keberadaan
masyarakat bali di desa Mendis menyebabkan adanya keunikan tersendiri pada
desa tersebut. Salah satu keunikan yang ada di desa mendis adalah bercampur
baurnya masyarakat bali dengan masyarakat setempat, serta tidak adanya
perbedaan di antara mereka perihal tolong-menolong dan sikap toleransi yang
tinggi.

Sikap toleransi yang tinggi inilah yang membuat kehadiran masyarakat bali
lebih terlihat. Tidak ada sistem kasta yang membedakan antar masyarakat Bali
dan masyarakat setempat. Bangunan- bangunan yang mereka dirikanpun memiliki
keunikan tersendiri yang membedakan antara orang Bali yang tinggal di Bali dan
orang Bali yang tinggal di Sumatra. Salah satu perbedaannya terlihat pada saat
prosesi pemakaman orang Bali di desa mendis. Di mendis orang Bali di
makamkan di dalam tanah sedang di Bali mayat-mayat di letakkan di atas tanah.
Hal ini membuktikan bahwa keberadaan orang bali di mendis memiliki

84
Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Universitas Jambi
Vol. 2 No. 1 April (2022) Hal. 77-92
ISSN 2809-0098 (ONLINE)

eksistensinya sendiri.

Kebudayaan yang dibawa Masyarakat Bali


Keberadaan masyarakat Bali di desa mendis tentunya memiliki keunikan
tersendiri dari orang Bali yang masih tinggal di Bali. Kebudayaan-kebudayaan ini
terlihat dari bagaimana tradisi-tradisi yang masih mereka pertahankan sampai saat
ini meskipun sudah modern, namun mereka tidak meninggalkan budaya aslinya
yang menjadi warisan turun temurun. Kebudayaan bali sendiri merupakan
ekspresi dan proses interaksi yang terjadi antar manusia dengan lingkungannya
yang sudah terjalin dari berabad-abad yang lalu. Kebudayaan bali sendiri
memiliki keyakinan terhadap lingkungannya yang tertuang dalam tiga unsur
yaitu,( Parhayang, Pawongan dan Palemahan)unsur ini bersifat saling berkaitan
dan tidak bisa terpisahkan. Hubungan yang terjalin secara harmonis memberikan
manfaat kepada masyarakat seperti kesejahteraan hidup lahir dan batiniah.

Parhay
a ng

Lingkung
an

Pawonga Palemah
n an

Sumber : Makalah Kebudayaan Bali, 2014


Ketiga unsur di atas di kenal dengan konsep Tri Hita Karana yang
mengandung pola-pola adaptasi di masyarakat. Di dalamnya terdapat nilai-nilai
kehidupan bagi masyarakat dan bersifat universal.

Aspek Parhayangan, merupakan bentuk interaksi manusia dengan

85
Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Universitas Jambi
Vol. 2 No. 1 April (2022) Hal. 77-92
ISSN 2809-0098 (ONLINE)

lingkungan religious. Yakni masyarakatnya percaya bahwa tuhan dan lingkungan


memiliki peran penting dalam kesejahteraan pada kehidupan manusia. Adanya
kepercayaan Tuhan dalam kehidupan sehari-hari menciptakan lingkungan
spiritual yang di anggap religius atau “Agama Bali” yang kemudian mengalami
proses aktualisasi terhadap Agama Hindu.

Tuhan pada agama hindu di sebut dengan Hyang Widhi Wasa. Ke Esa-an
terhadap Tuhan di nyatakan dalam dua cara pandang yang berbeda, yaitu Tuhan
memiliki sifat Nirguna Brahman (Tuhan yang di artikan tidak berwujud dan
merupakan jiwa suci), dab Tuhan yang memiliki sifat Saguna Brahman (Tuhan di
berikan nama, bentuk dan atribut lainnya8. Namun, pada praktiknya masyarakat
bali di kenal dengan pemujaannya terhadap dewa-dewa. Terdapat tiga dewa yang
di yakini masyarakat bali, yaitu dewa brahma, dewa wianu, dan dewa syiwa atau
yang sering di sebut dengan Tri Murti yang merupakan bentuk dari perwujudan
sebagai pencipta, pemelihara dan pelebur.

Selanjutnya ada Aspek Pawongan, merupakan bentuk hubungan antar


manusia sebagimana pada hakikatnya manusia adalah mahluk sosial. Manusia
tidak akan pernah lepas dengan interaksi sesama manusia dalam kehidupan sehari
hari. Untuk mencapai sebuah kesejahteraan manusia haruslah menjalin
keharmonisan kesesamanya. Maka dari itu di perlukannya Sukarta Tata
Pawongan yang dapat menjamin terciptanya keharmonisan antar manusia. Hal ini
menciptakan adanya penghargaan terhadap nilai-nilai manusia, sikap toleransi,
hak asasi manusia dan perdamaian antar umat manusia.

Indonesia sendiri di kenal dengan keberanekaragamannya suku bangsa.


Dalam hal ini mencerminkan bahwa Indonesia sendiri terdiri atas pola-pola yang
hubungan sosial yang menekankan pada keharmonisan dalam ungkapan
tradisional. Di bali sendiri ungkapan ini di kenal dengan angawe sukaning wong
lian yang memiliki arti teruslah mengajarkan kebaikan dan memberikan
kebahagiaan kepada semua orang; segalik saguluk sarpanya paras-paros salulung
sabayantaka dan saling asah, asuh dan asih yang mencerminkan prinsip

86
Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Universitas Jambi
Vol. 2 No. 1 April (2022) Hal. 77-92
ISSN 2809-0098 (ONLINE)

kebersamaan dalam suka dan duka.

Terahir yaitu aspek Palemahan, merupakan bentuk interaksi atau hubungan


manusia dengan lingkungan fisik. Untuk mencapai kesejahteraan hidupnya,
manusia haruslah senantiasa menjaga interaksi dan harmonisasi terhadap
lingkungan sekitar. Dari ketiga unsur di atas dapat di pahami bahwa kebudayaan
Bali memiliki aspek-aspek yang mempengaruhinya.

87
Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Universitas Jambi
Vol. 2 No. 1 April (2022) Hal. 77-92
ISSN 2809-0098 (ONLINE)

Pada hakikatnya kebudayaan bali bersifat ekspresif yang dimana mereka

mengedepankan nilai religious (agama hindu), dan juga estetika (seni) sebagai
dominan dalam menonjolkan atau menghadirkan unsur-unsur lainnya. Kesenian
dalam kebudayaan bali sendiri berkaitan erat dengan sistem religi masyarakat
bali. Seni tersebut dapat kita lihat baik dari seni arsitektur, seni tari, seni tabuh,
seni suara dan seni-seni lainnya sebagai bentuk persembahan terhadap pencipta.

Kebudayaan yang terdapat pada masyarakat Bali yang berada di desa mendis
dapat kita lihat dari seni arsitekturnya yang masih di lestarikan sampai saat ini.
Dari awal memasuki kawasan desa mendis kita akan di suguhkan dengan
pemandangan berbagai macam Sanggah atau Pamerajen di setiap pekarangan
rumah masyarakat Bali. Sanggah atau Pamerajen sendiri merupakan tempat
ibadah suci orang hindu dan wajib di miliki di setiap rumah sebagai tempat
pemujaan dan manifestasi kepada leluhur yang suci.

Sanggah atau pamerajen sendiri menjadi tempat pemujaan bagi keluarga di


rumah tersebut dan juga menjadi sumber kehidupan pendukung aktivitas umat
hindu. Sanggah sendiri memiliki nilai filosofi yang tinggi sehinggah
mempengaruhi jalan kehidupan masyarakat hindu bali, karena sanggah atau
merajen merupakan sumber kesejahteraan dan kemakmuran yang merupakan
tujuan dari agama hindu yaitu moksa. Sangga bukan hanya tempat
persembahyangan saja namun merupakan tempat di laksanakannya berbagai ritual
yang di ajarkan dari sejak dini. Di bawah ini terdapat gambar dari salah satu
Sanggah atau pamerajen yang ada di desa Mendis.

88
Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Universitas Jambi
Vol. 2 No. 1 April (2022) Hal. 77-92
ISSN 2809-0098 (ONLINE)

Tidak hanya sanggah, masyarakat bali di di desa Mendis juga memiliki


Pura sebagai pusat utama pemujaan terhadap tuhan dan dewa-dewa yang di
sembah serta sebagai tempat utama persembahyangan pada saat acara-acara besar
umat hindu. Pura ini bernama Pura Kahyangan Tunggal Taman Sari yang terdapat
di desa Mendis. Dalam bangunan pure taman sari setiap bagiannya memiliki pola
berupa tata letak ukiran yang memiliki makna tersendiri oleh masyarakat bali.
Pura sendiri memiliki arti sebagai perwujudan manusia dan Tuhan sebagai
ungkapan yanng bertujuan untuk beribadah dan juga menyatukan masyarakat
dengan tuhannya dengan pengungkapan rasa syukur.

Di bawah ini merupakan hasil dokumentasi acara Kuningan di Pura


Kahyangan Tunggal Taman Sari serta acara Galungan dan Odalan.

Gambar 1.2 Acara Kuningan di Pura Kahyangan Tunggal Taman Sari

Gambar 1.3 Upacara hari Galungan di Pura Kahyangan Tungga Taman Sari

89
Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Universitas Jambi
Vol. 2 No. 1 April (2022) Hal. 77-92
ISSN 2809-0098 (ONLINE)

Gambar 1.4 Acara Odalan di Pura Kahyangan Tungga Taman sari

Sumber: Dokumentasi dari I Komang Ani salah satu warga masyarakat


Bali.12
Tidak hanya pada bangunannya saja kebudayaan bali dapat terlihat dari
kebersamaanya pada saat memperingati hari-hari besar. Masyrakat Bali juga
sangat menghormat perayaan hari besar masyarakat Muslim yang ada di desa
Mendis. Salah satu kebudayaan besar umat hindu seperti perayaan nyepi.
Masyarakat hindu akan melaksanakan perayaan nyepi dengan tenang dan
masyarakat islam yang tinggal berdampingan tidak akan mengganggu mereka.
Sama halnya apabila pada hari raya idhul fitri yang kental akan tradisinya
membuat ketupat dan meletakkan kue di atas meja, merekapun melakukan hal
tersebut dan menyambangi rumah masyarakat muslim untuk ikut merayakan hari
lebaran.

90
Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Universitas Jambi
Vol. 2 No. 1 April (2022) Hal. 77-92
ISSN 2809-0098 (ONLINE)

Hal unik lainnya yaitu pada saat pernikahan orang bali, masyarakat setempat
akan membantu orang bali dalam mempersiapkan pernihkahan dari salah satu
anggota keluarganya. Biasanya kita kenal dengan istilah rewang. Rewang adalah
suatu bentuk kegiatan yang di lakukan oleh masyarakat guna melakukan kegiatan
tolong-menolong pada sebuah perayaan. Hal inilah yang di lakukan masyarakat
muslim terhadap orang hindu yang melakukan acara perkawinan. Sebaliknya akan
terjadi hal yang sama apa bila masyarakat muslim akan melaksanakan acara
pernikahan maka masyarakat hindu akan membantunya. Karena kentalnya
persaudaraan antara masyarakat muslim dan orang Bali di sana, maka pada saat
perayaan pernikahan orang Bali akan mempersiapkan dua hidangan yang berbeda.
Dimana hidangan pertama adalah hidangan non-halal yang di sediakan untuk
tamu undangan orang hindu dan satu lagi untuk tamu undangan orang muslim,
sehingga terjaganya antara makanan halal dan haram di sana.

Dari sini dapat kita lihat bahwasannya kebudayaan bali masih begitu kental di
desa Mendis. Merekapun memiliki cirikhas tersendiri sehingga eksistensi orang
bali di mendis menjadi keunikan tersendiri bagi desa tersebut.

Kesimpulan
Pada tahun 1963 daerah Musi Banyuasin menjadi salah satu tempat
trasmigrasi bagi masyarakat Bali yang di lakukan oleh pemerintah kala itu.
Sehingga keberadaan masyarakat bali berpengaruh terhadap kebudayaan
yang ada di daerah mendis. terutama bagi masyarakat pribumi yang ada di sana.
Sikap toleransi yang tinggi membuat kehadiran masyarakat bali lebih terlihat.
Tidak ada sistem kasta yang membedakan antar masyarakat Bali dan masyarakat
setempat. Bangunan- bangunan yang mereka dirikanpun memiliki keunikan
tersendiri yang membedakan antara orang Bali yang tinggal di Bali dan orang Bali
yang tinggal di Sumatra. Meskipun masyarakat bali tidak tinggal di daerah Bali
karena mengalami transmigrasi, namun masyarakatnya masih tetap menggunakan
adat dan budaya asli dengan tetap memperhatikan sikap toleransi dengan
masyarakat sekitar. Kebudayaan ini dapat kita lihat baik dari segi arsitektur
maupun kesenian-kesenian yang masih mereka terapkan.

Daftar Pustaka

91
Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Universitas Jambi
Vol. 2 No. 1 April (2022) Hal. 77-92
ISSN 2809-0098 (ONLINE)

Efrianto,A. (2015). Migrasi Orang Bali Ke Bayung Lencir. Jurnal penelitian


Sejarah dan Budaya. Padang: Balai Pelestarian Nilai dan Budaya
Sumatera Barat, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Matulada,Thamril. (2017). Sejarah Perekatan Perbedaan Transmigrasi Orang
Bali Di Kabupaten Mamuju. Sulawesi Selatan: Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan
Sarmita,I Made. (2014). Potensi konflik di daerah tujuan transmigran (Kasus
Sampit dan Mesuji). Bali: Fakultas Hukum dan Ilmu Sosial, Universitas
Pendidikan Ganesha
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi RI.
(2015). Transmigrasi: Masa Doeloe, Kini dan Harapan Kedepan.
Direktorat Bina Potensi Kawasan Transmigrasi.
Dr.IBG.Pujastawa.(2014). Kebudayaan Bali. Bali: Repository Unud
IBG.Triguna,Yhuda.(2018). Konsep Ketuhanan Dalam Hindu. Jurnal
Dharmasmrti . Denpasar: Pascasarjana Universitas Hindu Indonesia
Dewi,Primakusuma Vinna. (2017). Fungsi Bangunan Pura Penataran Agung
“Margo Wening” di Desa Balonggarut Kecamatan Krembung. Jurnal
Skripsi Antrounairdotnet, Jawa Timur: Jurnal Unair
Makiyah,Dhauatul. (2007). Makna dan Fungsi Sanggah Dalam Agama Hindu.
Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Fakultas Ushuluddin
dan Filsafat, 2007
.(2020). Geologi dan Petrologi Gunung Batur – Gunung Agung, Bali,
Indonesia. Bandung: Researchgate
https://www.researchgate.net/publication/352778104_Geologi_dan_Petrologi_
G unung_Batur_-_Gunung_Agung_Bali_Indonesia

Badan Pusat Statistika Musi Banyuasin,(2021). Jumlah Penduduk Menurut


Agama (Jiwa), 2018-2020. Sekayu: Badan Pusat Statistik

Ani,I Komang.(2021). Dokumentasi Pure dan Acara Perayaan Hindu. Mendis


2021

92
Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Universitas Jambi
Vol. 2 No. 1 April (2022) Hal. 77-92
ISSN 2809-0098 (ONLINE)

Notosusanto, Nugroho. (1971). Norma-Norma Dasar Penelitian dan Penulisan


Sejarah. Jakarta: Departemen Pertahanan-Keamanan Pusat Sejarah ABRI.

93
Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Universitas Jambi
Vol. 2 No. 1 April (2022) Hal. 92-116
ISSN 2809-0098 (ONLINE)

JAMBI MASA KOLONIALISME IMPERIALISME SEBAGAI


SUMBER PEMBELAJARAN SEJARAH:STUDY KASUS
SISTEM PEMERINTAHAN BELANDA TAHUN 1615-1942

Siti Sholekhah1, Reka Seprina 2

sitisholehasholeha47591@gmail.com 1, reka.seprina@unja.ac.id2
Pendidikan Sejarah, Universitas Jambi

Abstrak: Jambi merupakan salah satu wilayah yang tidak terlepas dari keinginin Belanda
yang ingin menguasai Jambi seutuhnya dan menjadikan wilayah Jambi sebagai koloni di
Asia Tenggara dengan menjadikan Jambi sebagai wilayah keresidenan, hal ini membawa
Jambi mengalami perubahan dalam bidang pemerintahannya. Pemerintahan kolonial
Belanda resmi menguasai Jambi ketika runtuhnya kesultanan Jambi, maka pada tahun
1906 berdiri keresidenan pertama di Jambi sehingga secara resmi Jambi dibawah
pemerintahan kolonial Belanda. Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji bagaimana
sistem pemerintahan Belanda di Jambi yang dapat dijadikan sebagai sumber
pembelajaran pada mata pelajaran sejarah. Penelitian ini termasuk ke dalam penelitian
kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Metode penelitian yang digunakan dalan
penulisan artikel ini yaitu metode kualitatif deskriptif. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa sistem pemerintahan Belanda dapat dijadikan sumber pembelajaran khususnya
sejarah. Sumber pelajaran memikili peranan yang sangat penting bagi peserta didik
karena dengan menjadikan sistem pemerintahan Belanda sebagai sumber pembelajaran
dapat menumbuhkan rasa cinta tanah air terhadap bangsa serta dengan belajar sejarah
mereka akan mengenal sejarah yang terdapat dilingkungkan sekitarnya.

Kata kunci: Kolonialisme, Imperialisme, Sistem Pemerintahan Belanda, Sumber


Pembelajaran Sejarah.

Abstract: Jambi is one of the areas that cannot be separated from the Dutch desire to
fully control Jambi and make the Jambi region a colony in Southeast Asia by making
Jambi a residency area, this brought Jambi to experience changes in the field of
government. The Dutch colonial government officially controlled Jambi when the Jambi
sultanate collapsed, so in 1906 the first residency was established in Jambi so that Jambi
was officially under Dutch colonial rule. This research was conducted to examine how
the Dutch government system in Jambi can be used as a source of learning in history
subjects. This research is a qualitative research with a historical approach. The research
method used in writing this article is descriptive qualitative method. The results of this
study indicate that the Dutch government system can be used as a source of learning,
especially history. Learning resources have a very important role for students because by
using the Dutch government system as a source of learning, they can foster a sense of

93
Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Universitas Jambi
Vol. 2 No. 1 April (2022) Hal. 92-116
ISSN 2809-0098 (ONLINE)

love for the homeland for the nation and by studying history they will get to know the
history of the surrounding environment.

Keywords : Colonialism, Imperialism, Dutch Government System, Historical Learning


Resources.

PENDAHULUAN
Pada tahun 1615 dimasa kekuasaan Sultan Abdul Kahar, ada sebuah kapal
Belanda yang Bernama Japen Van Amsterdam mengunjungi Jambi dibawah
pimpinan Abraham Streck dengan maksud agar mendapatkan izin untuk
mendirikan loji dagang di Muara Kumpeh Belanda pertama kali datang yang
dilakukannya adalah meyakinkan maksud baiknya oleh penguasa kerajaan Jambi,
maka pada tahun 1616 berdirilah loji Belanda di Muara Kumpeh.
(Miftahurrahmat,2018:37)
Pada saat itu maksud Belanda bukan untuk berdagang lagi, tetapi Belanda
memikirkan rencana untuk menaklukan Jambi sepenuhnya. Maka cara Belanda
dengan mendekati Jambi dan membantu perang antara Jambi dan Johor. Tahun
1667 pecahnya perang antara kesultanan Jambi dan kesultanan Johor, Jambi
mengalami kemenangan karena adanya bantuan dari VOC. Setelah perang
tersebut VOC melalui konsul dagangnya Sybrand Swart, meminta imbalan kepada
Sultan Jambi karena telah membantu memenangkan peperangan. Menyusul
kesepakatan yang ditandatangani oleh Belanda dan Kesultanan Jambi. Belanda
menduduki wilayah Muara Kumpe. Dengan perjanjian yang telah disetujui, Jambi
menjadi wilayah kekuasaan dan dilindungi oleh Belanda. (Reka Seprina, 2021:88)
Bentuk sistem pemerintahan yang diterapkan Belanda untuk menduduki
Jambi pada waktu itu adalah membentuk Jambi menjadi wilayah keresidenan pada
tahun 1906 yang ber-ibu kota di Jambi. Kebijakan sistem politik liberal Belanda
saat berada di Jambi yang dimana Belanda menetapkan bahwa mereka
mempersempit gaji masyarakat Jambi, baik dalam bentuk kompensasi buruh di
peternakan maupun dalam bentuk sewa tiba. Kebijakan politik liberal Belanda
membuat rakyat Jambi semakin miskin.
Di dalam Sistem politik liberal terdapat dua bentuk sistem politik lainnya
pertama, sistem politik pintu terbuka dan kedua, sistem politik etis. Sistem politik
pintu terbuka adalah gabungan strategi politik, militer. Serta ekonomi yang
bertujuan buat memperoleh serta melindungi kekuasaan dengan metode memecah
kelompok besar jadi kelompok- kelompok kecil yaang lebih gampang ditaklukkan

94
Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Universitas Jambi
Vol. 2 No. 1 April (2022) Hal. 92-116
ISSN 2809-0098 (ONLINE)

Taktik Belanda untuk tetap bisa menguasai Jambi yaitu dengan cara menerapkan
politik pintu terbuka. Kebijakan sistem politik pintu terbuka Belanda di Jambi,
yaitu: pertama (1) Terdapat pemerintahan kesultanan di Jambi dan kekuasaan
Sultan atau raja serta kekuasaan pangeran Putra Mahkota, Kedua ( 2), terdapat
hubungan antara Sultan Jambi dengan sekitarnya, yaitu Sultan Palembang dan
Sultan Johor.
Kebijakan politik etis Belanda di Jambi pada tahun 1901 Jambi di
tempatkan di dasar kekuasaan keresidenan Belanda di Palembang pada saat
timbulnya permasalahan suksesi serta pergolakan yang lain yang terpaut dan
tahun 1904 Sultan Thaha gugur dalam melawan Belanda setelah itu kesultanan
dikuasai oleh Belanda secara sepenuhnya dan pada saat itu juga Belanda
mempersiapkan segalanya untuk membentuk Jambi menjadi wilayah keresidenan.
Pada tahun 1906 Jambi resmi menjadi keresidenan dengan ber-ibukota di wilayah
Jambi. (Dea Anggreini,2017)
Kebijakan pemerintahan Belanda pada waktu itu ialah menyatukan hukum
masyarakat sesuai tempat tinggalnya, yaitu dengan cara menggabungkan beberapa
desa yang mempunyai hukum yang sama, yang mempunyai daerah, harta, dan
benda sendiri atau yang biasanya disebut dengan istilah marga. Koordinator
pemerintahan di daerahnya yaitu pasirah kepala marga hal ini bertujuan agar
marga dapat menjadi dasar bagi masyarakat Jambi dan dapat dimasukkan ke
ikatan ketatanegaraan pemerintahan Belanda. Secara structural Pemerintahan
Belanda pada waktu itu dapat digambarkan sebagai berikut: (Bambang
Suwondo,1979:46).
Residen

Kontelir
Penghulu/Kepala Dusun/ Kampung
Demang

Asisten Demang

Kepala Adat/Pasirah
Adatsterct hoods
95
Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Universitas Jambi
Vol. 2 No. 1 April (2022) Hal. 92-116
ISSN 2809-0098 (ONLINE)

RAKYAT
Bagan 2.1 Struktural Pada Masa Pemerintahan Balanda
Keterangan:
Residen : Kepala Gewest/ Keresidenan
Kontelir : Kepala Afdeeling/wilayah/kabupaten
Demang : Kepala Distrik/ Kewedanan
Asisten Demang : Kepala Onder Distrik/Kecamatan
Kepala Adat :Kepala wilayah (desa) setempat yang kemudian setelah
dikeluarkannya ordonansi desa dan lnlandsche Gemeente
Ordonnantie Buitengewesten dikenal dengan istilah
marga/batin.
Jatuhnya Jambi ke tangan Belanda telah membawa serangkaian perubahan
bentuk pemerintahan dan kekuasaan di Jambi, beberapa kebijakan yang
diterapkan oleh Belanda di Jambi yaitu Belanda yang menguasai Jambi banyak
membawa perubahan, seperti pelaksanaan politik liberal di Jambi, dengan proses
yang cukup panjang sejak awal kedatangan Belanda di Jambi. Dan sampai
kolonial Belanda menguasai Jambi. Hal ini terlihat dari Belanda yang menetapkan
kota Jambi sebagai pusat pemerintahannya. (Miftahurrah, Aliyas, Rahyu Zami.
2022:61). Selain itu, Belanda juga membawa perubahan, yaitu sebagai berikut: (1)
Pertama di bidang politik, keberadaan politik liberal dan politik etis di Jambi
dilaksanakan pemerintah Belanda. Belanda menetapkan Jambi sebagai pusat
pemerintahan mereka. Kebijakan etis yang diterapkan oleh Belanda di Jambi
adalah memperkenalkan kebijakan seperti pendidikan, irigasi, dan emigrasi, serta
pemerintah Belanda memperkenalkan Pendidikan Barat dan membuka sekolah
untuk penduduk asli; (2) Kedua, di bidang sosial budaya yaitu adanya westernisasi
dan kristenisasi; (3) Ketiga pada bidang Ekonomi, Pemerintah Belanda membuka
perkebunan, mengenalkan tanaman ekspor kepada masyarakat pribumi. (Reka
Seprina, 2021:88-89)
Menurut Wina Sanjaya (2017:228) sumber belajar adalah segala sesuatu
yang ada di lingkungan belajar yang digunakan untuk mengoptimalisasikan hasil
belajar. Sumber belajar sendiri bersifat universal dan luas, artinya sumber belajar
tidak hanya terpaku dari buku ataupun koran.

96
Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Universitas Jambi
Vol. 2 No. 1 April (2022) Hal. 92-116
ISSN 2809-0098 (ONLINE)

Sistem pemerintahan Belanda dapat digunakan sebagai sumber


pembelajaran sejarah terutama pada materi pembelajaran yang berhubungan
dengan pengaruh barat dan Kolonial-Imperialisme yang terjadi di Jambi. Dengan
menggunakan sumber belajar dari peninggalan Belanda di Jambi dapat membantu
peserta didik dalam memahami materi sejarah dan membuat pembelajaran sejarah
lebih menarik, lebih nyata dan menambah minat peserta didik pada pembelajaran
sejarah serta membantu guru dalam mengembangkan bahan pembelajaran.
Penelitian ini juga didukung oleh penelitian terdahulu yakni jurnal dari
Reka Seprina pada tahun 2021 dengan judul “Study Perkembangan
Perekonomian Jambi Masa Hindia-Belanda (1906-1942) Sebagai Bahan Ajar
Pembelajaran Sejarah Berbasis Lokal”. Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan
Sosial FKIP Universitas Jambi Vol.1 No.1 halaman 84-93. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa perkembangan ekonomi masa dapat digunakan sebagai
bahan ajar pembelajaran sejarah lokal dalam mata pelajaran sejarah Indonesia dan
sejarah peminatan. Bahan ajar ini sangat bermanfaat sekali bagi peserta didik
dikarenakan materi yang dekat dengan lingkungan kehidupannya, sehingga
menjadikan tujuan pembelajaran sejarah tercapai dan menjadi bermakna. Selain
itu juga dapat membangun karakter cinta akan sejarah serta sifat tanggungjawab
terhadap pelestarian, kepedulian akan warisan dan peninggalan sejarah serta
penumbuhan rasa nasionalisme.
Berdasarkan paparan tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelitian
tentang sistem pemerintahan Belanda yang dapat menjadi sumber pembelajaran
sejarah. Karena pada dasarnya peristiwa aktual memang perlu dipelajari sebagai
sarana untuk meningkatkan ketertarikan siswa pada pembelajaran sejarah. Adapun
tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengidentifikasi Sistem Pemerintahan
Belanda guna bisa dijadikan sebagai sumber belajar sejarah.

METODE PENELITIAN
Metode penelitian kualitatif merupakan metode yang berdasarkan filsafat
postpositivisme yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek secara ilmiah,
disini peneliti merupakan sumber instrument kunci dengan menggunakan Teknik
pengumpulan data yang dilakukan secara gabung. Analisis data bersifat
induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif menekankan pada makna
generalisasi (Sugiyono, 2019:18). Pendekatan deskriptif kualitatif adalah
pendekatan penelitian dimana data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar,

97
Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Universitas Jambi
Vol. 2 No. 1 April (2022) Hal. 92-116
ISSN 2809-0098 (ONLINE)

dan bukan angka. Data dalam penelitian ini dapat diambil dari wawancara, catatan
lapangan, foto, catatan pribadi atau dokumentasi lainnya (Moleong, 2017: 6).
Dalam penelitian ini akan membahas mengenai peninggalan-peninggalan
Belanda pada masa lampau dengan menganalisis sistem pemerintahan Belanda
yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber pembelajaran sejarah. Penelitian ini
akan mengkaji dan menganalisis tentang studi Sistem Pemerintahan Belanda
Tahun 1615-1942 sebagai sumber pembelajaran sejarah. Lokasi dari penelitian ini
akan dilaksanakan di Kota Jambi yang menjadi pusat pemerintahan Belanda pada
saat itu dibawah keresidenan Belanda yaitu O.L.Helfrich.
Berdasarkan uraian di atas, maka teknik pengumpulan data dalam penelitian
ini meliputi observasi, studi pustaka, dan studi dokumentasi. Observasi adalah
metode pengumpulan data dengan melakukan pengamatan langsung tentang
sejarah sistem pemerintahan Belanda. Selanjutnya melakukan metode studi
Pustaka dengan mengumpulkan sumber-sumber seperti buku, literatur, dan catatan
untuk memecahkan permasalahan yang diteliti. Dalam penelitian ini penulis
melakukan studi dokumentasi yang diperlukan dalam mempertajam hasil
penelitian mengenai Sistem Pemerintahan Belanda sebagai sumber pembelajaran
sejarah.
Setelah data terkumpul kemudian dilakukan teknik analisis data. Analisis
data merupakan upaya mengolah data menjadi informasi sehingga data tersebut
mudah dipahami dan digunakan untuk pemecahan masalah atau penarikan
kesimpulan. Menurut Miles dan Huberman (1992:16) ada tiga alur kegiatan dalam
menganalisis data, yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan,
yakni seperti berikut: (1) Reduksi data, yaitu bentuk analisis yang
menggolongkan, mengarahkan, dan mengorganisasi data dengan sedemikian rupa
supaya dapat ditarik kesimpulan; (2) Penyajian data, yaitu suatu kegiatan
membuat laporan hasil penelitian agar data yang dikumpulkan mudah dipahami
dan di analisis; (3) penarikan kesimpulan, yaitu hasil akhir dari analisis data dan
evaluasi dari penjelasan data tersebut.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Latar Belakang Masuknya Belanda ke Jambi
Tahun 1615 Belanda datang ke Jambi pada masa pemerintahan sultan
pertama, yaitu Sultan Abdul Kahar. Pada tahun 1615 dibawah pimpinan

98
Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Universitas Jambi
Vol. 2 No. 1 April (2022) Hal. 92-116
ISSN 2809-0098 (ONLINE)

Onderkoopman (wakil kepala perdagangan) Abraham Streck pertama kali, tiba


dua buah kapal dagang milik Belanda ke Jambi yaitu “Wapen Amsterdam dan
Middle Burg”. Belanda datang ke Jambi awalnya sama dengan kedatangannya ke
wilayah lain yaitu untuk mencari rempah-rempah dan hasil hutan. Dengan segala
kelicikan yang dilakukan oleh pihak Belanda mereka akhirnya berhasil
memonopoli perdagangan di Jambi. Belanda juga berhasil menduduki
pemerintahan di Jambi. Abraham Streck berhasil mendapatkan izin untuk tinggal
di Muara Kumpeh dengan cara yang licik dan berupa janji-janjinya.
(Masjikuri,1979:13)
Pada tahun 1616 Belanda diberikan izin oleh Sultan Abdul Kahar untuk
mendirikan loji di Muara Kumpeh di tepian sungai Batanghari, tetapi loji tersebut
berfungsi sebagai benteng dari pada kantor dagangnya tersebut. Dimulailah suatu
tatanan baru dalam sejarah Jambi setelah didirikan loji Belanda. Jambi
sebelumnya berada dalam situasi tentram dan tenang,namun setelah kedatangan
Belanda situasi itu berubah menjadi cemas dan terjadi kegelisahan karena Belanda
ingin menjalankan sistem monopoli perdagangan yang dilakukan secara paksa dan
tidakan yang semena-mena.(Masjikuri,1979:13)
Belanda mendapatkan perlawanan dari rakyat karena tindakannya yang
ingin memonopoli perdagangan dan keinginan untuk menanamkan kekuasaannya
di Jambi. Perlawanan rakyat Jambi ini dipimpin oleh para sultan dan rakyat Jambi
yang ingin mempertahankan kemerdekaan daerahnya dan ingin mengusir penjajah
asing.
Sejak abad ke-17 Jambi diperintah oleh para sultan yang dilakukan secara
turun-temurun. Tetapi setelah Belanda datang ke Jambi urusan pemerintahan dan
pergantian sultan seringkali diatur oleh mereka. Mereka memanfaatkan situasi
saat perselisihan Jambi dan Johor, hal ini bertujuan untuk memperkuat posisi
mereka di daerah Jambi. Perlawanan rakyat Jambi terhadap Belanda mulanya
bukan perlawanan senjata,tetapi berupa pemboikotan dari penjualan hasil bumi.
99
Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Universitas Jambi
Vol. 2 No. 1 April (2022) Hal. 92-116
ISSN 2809-0098 (ONLINE)

Hal ini dilakukan karena rakyat tidak puas terhadap sistem monopoli yang
dijalankan Belanda di daerah Jambi. Tahun 1623 kantor dagang Belanda di Muara
Kumpeh ditutup karena sikap rakyat Jambi yang tidak senang terhadap Belanda.
(Masjikuri,1979:14-15)
Pada tahun 1904 Sultan Thaha gugur dan pada saat itu kesultanan Jambi
runtuh dan dikuasai oleh pemerintahan Belanda. Setelah berakhirnya kesultanan
Jambi, Belanda menetapkan Jambi sebagai tempat tinggal dan memasukkannya ke
dalam wilayah Belanda merdeka. Residen pertama adalah O.L. Helfrich, dilantik
pada tanggal 2 Juli 1906, menurut Surat Keputusan Gubernur Belanda No. 20
tanggal 4 Mei 1906. (Mubyarto,1990:31)
Pada masa pemerintahan Belanda, Jambi merupakan salah satu dari 10
pemukiman yang didirikan oleh Belanda di Sumatera Timur. Khusus di Jambi
keresidenan yang beribukota di Jambi dibantu oleh dua orang asisten residen yang
membantu mengoordinasikan bebebapa Onderafdeling. Adapun residen yang
pernah memerintah di Jambi dalam kurun waktu 1906-1942 adalah sebagai
berikut: (Miftahurrahmat,2018:36).
1. O.L Helfrich dari tahun 1906-1908;
2. A.J.N. Engelenberg dari tahun 1908-1910;
3. Th. A.L Heyting dari tahun 1910-1913;
4. A.L. Kamerling dari tahun 1913-1915;
5. H.C.E. Qwaast dari tahun 1915 - 1918;
6. H.L.C. Petri dari tahun 1918-1923;
7. C. Poorman dari tahun 1923-1925;
8. G.J.Van Dongen dari tahun 1925-1927;
9. H.E.K. Ezerman dari tahun 1927-1928;
10. J.R.F. Versohoor Van Nosse dari tahun 1928-1931;
11. W.Tain Buch dari tahun 1931-1933;
12. Ph.J.Van Der Meulan dari tahun 1933-1936;
100
Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Universitas Jambi
Vol. 2 No. 1 April (2022) Hal. 92-116
ISSN 2809-0098 (ONLINE)

13. M.J.Ruyschaver dari tahun 1936-1940; dan


14. Reunvers dari tahun 1940-1942.
Jatuhnya Jambi ke tangan Belanda telah membawa serangkaian perubahan
dalam pemerintahan dan kekuasaan Jambi. Salah satunya adalah munculnya
kebijakan bebas dan etis yang diterapkan di ranah politik, Jambi. Sistem politik
liberal adalah sistem yang digunakan oleh pemerintah Belanda untuk mengatur
kekuasaan di Jambi. Belanda menetapkan Jambi sebagai pusat pemerintahan
Belanda.

Perkembangan Sistem Pemerintahan Belanda di Jambi (1615-1942)


Kemunculan Belanda di Jambi membawa dampak baru yaitu berupa
pembaruan sistem politik yang ada di Jambi. Sistem politik dapat berupa
kumpulan pendapat dan lain-lain yang membentuk suatu kesatuan yang saling
berkaitan untuk mengarahkan pemerintahan dan melaksanakan serta memelihara
pengendalian dengan cara mengendalikan hubungan antara orang satu dengan
yang lain atau dengan negara dan hubungan negara dengan bangsa-bangsa lain.
(Lindayanti,dkk 2014:51).
Pada tahun 1643 masa pemerintahan Sultan Abdul Jalil atau yang dikenal
dengan depati Anom melanjutkan pemerintahan dari Sultan Abdul Kahar yang
pada saat itu sedang terjadi konflik antara Jambi dan Johor. Dalam kondisi ini
adanya tekanan dari VOC menjadi keterpaksaan Sultan Jambi melakukan
kerjasama dengan Belanda dalam bidang ekonomi dan pemerintahan.
Penandatanganan kontrak antara kesultanan Jambi dan Belanda merupakan
sejarah yang sangat penting karena pertama kalinya sultan Jambi menandatangani
perjanjian Belanda. Dengan demikian, inilah awal politik Belanda ikut
mencampuri urusan pemerintahan kesultanan Jambi. Jambi pada saat itu juga
berusaha untuk menaklukkan Johor dan dengan bantuan Belanda Johor pun dapat

101
Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Universitas Jambi
Vol. 2 No. 1 April (2022) Hal. 92-116
ISSN 2809-0098 (ONLINE)

dikalahkan, maka dengan itu Belanda dibebaskan untuk mengembangkan misi


politiknya sebagai balas budi. (Putri Sari Seibahar, 2021:43)
Sistem pemerintahan pada masa pendudukan Belanda menerapkan
desentralisasi, birokrasi, dan feodalisme, hal ini untuk kepentingan politik
kolonial, yaitu upaya penguasaan daerah dengan menduduki dan memanfaatkan
potensi yang ada di daerah dengan cara kekerasan dan perundang-undangan.
(Wina Syandra Suryani,2021:54)
Asas pemerintahan Belanda adalah mempersatukan masyarakat hukum
dengan menggabungkan beberapa desa kecil di daerah yang ada hukumnya dan
yang daerahnya mempunyai milik sendiri, berdasarkan tempat tinggal masyarakat
hukum tersebut. Oleh karenaitu, susunan tata adat pada masa Belanda, masih
memakai tata susunan pada zaman kesultanan, Belanda hanya menyesuaikan
dengan politik penjajahannya.
Kebijakan pemerintahan kolonial pada saat itu untuk tidak menghapus
sistem ketatanegaraan yang sudah ada. Pemerintahan kolonial menjalankan
pemerintahan politiknya dengan kerajaan yang masih disegani oleh masyarakat.
Dalam menjalankan hubungan politik motif utama yang ditanamkan kolonial
adalah pengaruh politiknya terhadap politik elite kerajaan. (Nur Laely,2017:5)
Pada tahun 1875 pemerintahan Belanda mengadakan perubahan tata cara
dalam pemerintahan yang diwakilkan Jambi. Pada pertengahan tahun 1875,
komandan garnisun dan utusan khusus dipindahkan ke residen. Dia menyarankan
agar kepemimpinan politik tidak diserahkan kepada tentara, tetapi kepada pejabat
dengan posisi asisten residen, maka keluar surat keputusan pemerintah adalah
No.18 tanggal 28 Juni 1987. Ditetapkan bahwa klien sementara harus melakukan
tugas politik di Jambi. Setelah Sultan Taha menolak menandatangani perjanjian
untuk mendirikan pemerintahan di wilayah hulu Jambi, pemerintah Belanda
melakukan perubahan politik terhadap Jambi, dan Sultan Taha meninggal pada

102
Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Universitas Jambi
Vol. 2 No. 1 April (2022) Hal. 92-116
ISSN 2809-0098 (ONLINE)

tahun 1904. Belanda secara de facto berhasil menguasai Jambi. (Nur


Laely,2017:2)
Di dalam Sistem politik liberal terdapat dua bentuk sistem politik lainnya
pertama, sistem politik pintu terbuka dan kedua, sistem politik etis. Sistem politik
pintu terbuka adalah gabungan strategi politik, militer. Serta ekonomi yang
bertujuan buat memperoleh serta melindungi kekuasaan dengan metode memecah
kelompok besar jadi kelompok- kelompok kecil yaang lebih gampang
ditaklukkan.
Isi kebijakan pemerintahan Belanda pada saat itu, yaitu adanya perubahan
sistem pemerintahan dari kesultanan menjadi keresidenan, kedudukan kesultanan
pada saat itu diturukan dan diganti dengan residen-residen, wilayah-wilayah
kesultanan diambil alih oleh Belanda,dan Belanda mengirimkan para bupatinya ke
daerah pedalaman.
Perubahan-perubahan sistem pemerintahan pada masa itu dapat dilihat dari
table dibawah ini:
Tabel 1 Peristiwa politik tahun 1906-1920
No Tahun Peristiwa Sejarah

1 1906 Dari tahun 1906 sampai 1916, pemerintah pribumi mengalami beberapa
kali perubahan reorganisasi pemerintahan, Jambi diperintah oleh lima
orang penduduk yang masih muda dan belum berpengalaman.

2 1908 Sistem onderafdeeling di Kabupaten Bangko terdapat 161 dusun dengan


jumlah kepala kampung 372 dan 15 distrik

3 1912 Pelaksanaan pemerintahan secara distrik setalah adanya sistem


onderafdeeling yang terlalu luas kemudian dilakukan pengorganisasian.
Sistem admininistrasi lama masa kesultanan dihapuskan saat Jambi
dimasukkan ke wilayah Hindia Belanda

103
Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Universitas Jambi
Vol. 2 No. 1 April (2022) Hal. 92-116
ISSN 2809-0098 (ONLINE)

4 1914 Ketika masyarakat mengetahui bahwa pemerintah Belanda telah


memperoleh otonomi dalam bentuk gemeente read (karya kota Madia)
untuk kepentingan penjajah, masyarakat bergejolak.

5 1915 Di Muara Tembesi Sistem onderafdeeling dibagi menjadi 3 distrik salah


satunya yaitu dalam bentuk pengorganisasian pemerintah Belanda

6 1916 Departemen manajemen pemerintahan Federasi Nan Betigo Dalam dibagi


menjadi 9 distrik, salah satunya adalah Muara Bungo, sehingga rumah-
rumah penduduk di kawasan Muara Bungo terletak di tepi sungai.

7 1917 Pada masa keresidenan jumlah penduduk Jambi sebanyak 138.539

8 1918 Antara tahun 1914-1918 terjadi keresahan sosial masyarakat karena


mengetahui otonomi dalam bentuk gemeente read (Tulisan Kota madya)
diberikan pemerintahan Belanda untuk kepentingan penjajah

9 1919 Antara tahun 1914-1919 akibat terjadinya perang dunia I hal ini
menyebabkan terjadi krisis ekonomi di daerah Jambi karena adanya krisis
pangan terutama bahan makanan pokok seperti beras

10 1920 Banyak masyarakat yang pindah ke berbagai jalur yang ada akibat kerja
paksa yang dilakukan oleh Belanda.

(Sumber: Wina Syandra Suryani, 2021:5-6)


Adapun keuntungan yang di dapat oleh pemerintah Belanda yaitu hasil-
hasil perkebunan rakyat mengalir untuk pemerintahan Belanda dan Belanda
mendapatkan keuntungan yang besar kepada kaum swasta Belanda dan
pemerintah Belanda. Kemudian Belanda dapat memerintah di wilayah Jambi,
menerapkan politik liberal dan bebas melakukan monopoli perdagangan serta
menanamkan ideologi barat di Jambi.

104
Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Universitas Jambi
Vol. 2 No. 1 April (2022) Hal. 92-116
ISSN 2809-0098 (ONLINE)

Perkembangan ekonomi Jambi secara terus-menerus berlanjut setelah


Belanda menerapkan kebijakan politik etis seperti pembukaan perkebunan dengan
skala besar, pengenalan tanaman ekspor yang laris di pasar internasional, dan
dimulainya penambangan emas dan minyak di Jambi. (Reka Seprina, 2021:89)
Perkembangan ekonomi di wilayah Jambi terus meningkat, termasuk
Jambi sebagai pelabuhan ekspor produk-produk di pedalaman Minangkabau
seperti emas, lada dan hasil hutan Jambi sendiri. Selain itu, di bawah
pemerintahan kolonial Belanda, Jambi menjadi terkenal dengan hasil bumi
lainnya seperti karet dan pertambangan minyak. Pada tahun 1920, ekonomi Jambi
tumbuh, pemilik modal swasta masuk ke Jambi, dan tanahnya berkembang
banyak digunakan oleh pemerintah dan swasta untuk membuka perkebunan
ekspor.(Reka Seprina,2021:89).
Masyarakyat Jambi mengalami kesengsaraan akibat terjadinya depresi
perekonomian pada tahun 1930-an. Perekonomian berangsur membaik pada tahun
1937 dengan melonjaknya permintaan karet sehingga Jambi kembali makmur,
pada periode ini disebut juga dengan Zaman Kupon. (Reka Seprina,2021:90).
Perkembangan di bidang sosial budaya yaitu adanya westernisasi dan
kristenisasi. Kebijakan Belanda dalam mengatur terutama kepentingan agama
Kristen dan juga menyebarkan gaya modernnya di Jambi (gaya hidup barat)
seperti perjudian, candu dan lain-lain.(Reka Seprina,2021:89)
Kemudian Belanda bermaksud untuk menghapus gelar yang pernah
dipakai oleh penguasa wilayah Jambi semasa memerintah di Kesultanan, hal ini
dilakukan Belanda agar tidak membangkitkan semangat para penduduk untuk
melakukan perlawanan kepada pemerintahan Belanda. (Putri Seibahar Sari,
2021:63)

Peninggalan Pemerintahan Belanda di Kota Jambi


1. Menara Air Tua
105
Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Universitas Jambi
Vol. 2 No. 1 April (2022) Hal. 92-116
ISSN 2809-0098 (ONLINE)

Pada tahun 1928 kolonial Belanda mendirikan salah satu Menara air di Jambi.
Fungsi dari Menara ini untuk menampung air. Dahulunya, Menara ini
digunakan sebagai tempat mengontrol dan mengintai para musuh yang
kemungkinan akan lewat di daerah sungai Batanghari. Terdapat 3 bangunan
yang ada di Menara ini yaitu terdiri dari 1 bangunan yang paling tinggi
terdapat 3 tingkat, sebagai bangunan induk yang berada di posisi tengah, dan
terdapat 2 bangunan yang rendah mengapit antara bangunan induk yang
tinggi. Luas bangunan ini berdiameter 9,360 dan tingginya mencapai 24,150
m.

Gambar 1. Menara Air Tua Jambi


2. Masjid Agung Al-Falah
Tanah tempat berdirinya Masjid Agung ini pernah menjadi pusat kerajaan
Melayu Jambi. Tetapi Belanda berhasil menguasai dan dijadikannya pusat
pemerintahan serta benteng Belanda pada tahun 1885. Bekas istana sultan
dulunya dijadikan sebagai asrama tentara Belanda yang dipakai sebagai
tempat pemerintahan keresidenan tahun 1906. Berdiri sebuah benteng mewah
pernah berdiri di wilayah Masjid Agung Al-Falah ini, disepanjang jalan
Museum Perjuangan Rakyat Jambi hingga SMPN 1 Kota Jambi sebagai bukti
bahwa kekuasaan Belanda pernah bernaung di tanah pilih ini. Di era
kemerdekaan hingga tahun 1970-an lokasi tersebut masih digunakan sebagai
asrama TNI di Jambi.

106
Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Universitas Jambi
Vol. 2 No. 1 April (2022) Hal. 92-116
ISSN 2809-0098 (ONLINE)

Gambar.2 Masjid Agung Al-Falah


3. Makam Kerkhof Belanda
Makam ini sudah digunakan sejak zaman pemerintahan Belanda di Kota
Sawahlunto. Sebagian besar nama yang dimakamkan di kompleks makam ini
adalah nama Belanda. Jumlah makam yang diketahui saat ini mencapai 94
makam, ditambah 22 makam Kristen, dan beberapa di antaranya adalah
makam Jepang yang terlihat dari abjad Hiragana yang tertulis di makam
tersebut.

Gambar.3 Makan Kerkhof


4. Unja Pasar

107
Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Universitas Jambi
Vol. 2 No. 1 April (2022) Hal. 92-116
ISSN 2809-0098 (ONLINE)

Kampus UNJA “pasar” adalah kampus tertua di Jambi dengan luas 0,72 hektar
dengan bangunan klasik peninggalan Belanda. Terletak di kawasan pasar
(pusat bisnis dan perdagangan) Jalan Raden Mattaher, Kecamatan Pasar,
Jambi. Saat ini menjabat sebagai pengelola Pengembangan Perguruan Tinggi
(P2T) dan Penyelenggara Universitas Terbuka.

Gambar.4 Unja Pasar


5. SMPN 1 Kota Jambi
SMP Negeri 1 Kota Jambi dibangun pada masa pemerintahan Hindia Belanda
(tahun 1930-an) sebagai sekolah “Lager Onderwijs” (setingkat SD) dimana
diprioritaskan siswa yang orang tuanya adalah birokrat di pemerintahan
Belanda saat itu. Abdurrahman Sayuti (Gubernur Jambi), Kol.Abunjani,
termasuk beberapa tokoh yang kini dipercaya menjadi pejabat di Pemerintah
Provinsi Jambi dan Pemerintah Kota Jambi.

108
Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Universitas Jambi
Vol. 2 No. 1 April (2022) Hal. 92-116
ISSN 2809-0098 (ONLINE)

Gambar.5 SMPN 1 Kota Jambi


6. Menara Air PDAM Jelutung, Jambi
Tahun 1928 penyediaan air minum di Kota Jambi sudah ada didirikan oleh
Pemerintahan Belanda. Pemerintah pada waktu itu mendirikan menara air ini
dengan kapasitas 7 liter/detik. Tahun 1975-1976 Instalasi Pengelolaan Air
Benteng tahun 1928 yang awalnya dibangun dengan kapasitas 7 liter/detik
secara bertahap meningkat menjadi 26 liter/ detik hingga menjadi 42
liter/detik.

Gambar.6 Menara PDAM Air Jelutung

Sistem Pemerintahan Belanda (1615-1942) Sebagai Sumber Pembelajaran


Sejarah

109
Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Universitas Jambi
Vol. 2 No. 1 April (2022) Hal. 92-116
ISSN 2809-0098 (ONLINE)

Menurut Anitah (dalam Prastowo, 2018:28) sumber belajar merupakan


segala sesuatu yang dapat digunakan untuk memfasilitasi kegiatan belajar.
Sementara itu menurut Winarsih,dkk (2017:2) pembelajaran sejarah merupakan
media Pendidikan yang paling ampuh untuk memperkenalkan kepada peserta
didik tentang bangsanya di masa lampau. Oleh karena itu, pembelajaran sejarah
harus melibatkan lingkungan disekitar peserta didik. Seperti sistem pemerintahan
Belanda di Jambi yang dapat menjadi sumber pembelajaran.
Sistem pemerintahan pada masa kolonial Belanda ini dapat dijadikan
sebagai sumber belajar sejarah. Seperti yang kita ketahui sumber belajar sejarah
hingga masa sekarang ini masih banyak menggunakan media cetak baik buku
paket atau LKS dalam kegiatan pembelajaran di kelas. Pelaksanaan kegiatan
pembelajaran sejarah yang demikian tentunya akan menimbulkan rasa jenuh bagi
peserta didik yang akhirnya pembelajaran sejarah kurang tertarik bagi peserta
didik.
Dengan memanfaatkan pembelajaran yang ada di lingkungan sekitar
tempat tinggal atau mencakup wilayah Jambi dapat memberikan efek yang positif
bagi peserta didik. Sistem pemerintahan Belanda di Jambi dijadikan sebagai
sumber pembelajaran sejarah Indonesia maupun sejarah peminatan yang secara
tidak langsung para pendidik berperan dalam meningkatkan rasa cinta dan
nasionalisme di dalam diri peserta didik.
Sistem Pemerintahan Belanda merupakan salah satu sumber pembelajran
yang bisa dimasukkan dalam sumber belajar lokal berdasarkan kurikulum darurat
2020 pada mata pelajaran Sejarah Indonesia dan Sejarah Peminatan, khusus
materi KI dan KD yang berkaitan dengan kolonialisme dan imperialisme
Indonesia. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Kompetensi Inti:
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.

110
Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Universitas Jambi
Vol. 2 No. 1 April (2022) Hal. 92-116
ISSN 2809-0098 (ONLINE)

2. Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli, santun,


ramah lingkungan, gotong royong, Kerjasama, cinta damai, reponsif dan
proaktif) dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai
permasalahan bangsa dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan
sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam
pergaulan dunia.
Tabel 2 Kompetensi Dasar Kuriklum Darurat 2020 Pada Mata Pelajaran Sejarah
KOMPETENSI INTI 3 KOMPETENSI 4
(PENGETAHUAN) (KETERAMPILAN)

3. Memahami, menerapkan, dan 4. Mengolah, menalar, dan menyaji


menganalisis pengetahuan faktual, dalam ranah konkret dan ranah
konseptual, procedural, dan abstrak terkait dengan
metakognitif berdasarkan dalam pengembangan diri yang
ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dipelajari di sekolah secara
budaya, dan humaniora dengan mandiri, dan mampu
wawasan kemanusiaan, menggunakan metode sesuai
kebangsaan, kenegaraan, dan kaidah keilmuan.
peradaban terkait penyebab
fenomena dan kejadian, serta
menerapkan pengetahuan
procedural pada bidang kajian yang
spesifik sesuai dengan bakat dan
minatnya untuk memecahkan
masalah.
Sumber:2020, Direktorat SMA, Direktorat Jenderal PAUD,DIKNAS dan
DIKMEN

111
Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Universitas Jambi
Vol. 2 No. 1 April (2022) Hal. 92-116
ISSN 2809-0098 (ONLINE)

Adapun Kompetensi Dasar pada mata pelajaran Sejarah Indonesia


memuat materi yang berkaitan dengan Sistem Pemerintahan Belanda di Jambi
diantaranya sebagai berikut:
Tabel 3 Kompetensi Dasar Pada Mata Pelajaran Sejarah Indonesia kelas XI
KOMPETENSI DASAR

Sejarah Indonesia Materi Pokok Materi Berbasis Lokal

3.1 Menganalisis  Penjelajahan 1. Latar Belakang


kedatangan dan Samudra kedatangan Belanda ke
perkembangan  Kedatangan Bangsa Jambi
penjajahan bangsa Barat di Indonesia 2. Perkembangan
Eropa, serta dampaknya  Perluasan Pemerintahan Belanda
bagi bangsa Indonesia Kolonialisme dan di Jambi (1615-1942)
4.1 Menyajikan hasil Imperialisme Barat 3. Peninggalan bangunan
penalaran kedatangan pada masa Kolonial
dan perkembangan Belanda di Jambi
penjajahan bangsa
Eropa, serta dampaknya
bagi bangsa Indonesia
dalam bentuk lisan,
tulisan, dan/atau media
lain
3.2 Menganalisis strategi
perlawanan bangsa
Indonesia terhadap
penjajahan bangsa
Eropa (Portugis,
Spanyol, Belanda,
112
Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Universitas Jambi
Vol. 2 No. 1 April (2022) Hal. 92-116
ISSN 2809-0098 (ONLINE)

Inggris) sampai dengan


abad ke-20
4.2 Mengolah informasi
tentang strategi Perlawanan bangsa
perlawanan bangsa Indonesia terhadap
Indonesia terhadap penjajahan bangsa
penjajahan bangsa Eropa
Eropa (Portugis,
 Perlawanan bangsa
Spanyol, Belanda,
Indonesia
Inggris) sampai dengan
menghadapi Portugis
abad ke-20 dan
dan Spanyol
menyajikannya dalam
 Perlawanan
bentuk tulisan, dan/atau
bangsa Indonesia
media lain.
menghadapi
pemerintah Hindia
Belanda
Sumber:2020, Direktorat SMA, Direktorat Jenderal PAUD,DIKNAS dan
DIKMEN
Selain mata pelajaran sejarah Indonesia, Kompetensi Dasar pada mata
pelajaran Sejarah peminatan juga memuat materi berkaitan dengan Sistem
Pemerintahan Belanda di Jambi diantaranya sebagai berikut:
Tabel 4 Kompetensi Dasar Pada Mata Pelajaran Sejarah Peminatan Kelas XI
Sejarah Peminatan Materi Pokok Materi Berbasis Lokal

3.3 Menganalisis Peristiwa di Eropa 1. Latar Belakang


pemikiran-pemikiran yang berpengaruh kedatangan Belanda ke
yang melandasi terhadap kehidupan Jambi
peristiwa-peristiwa 2. Perkembangan

113
Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Universitas Jambi
Vol. 2 No. 1 April (2022) Hal. 92-116
ISSN 2809-0098 (ONLINE)

penting di Eropa antara umat manusia Pemerintahan Belanda


lain Renaissance, di Jambi (1615-1942)
 Renaissance,
Merkantilisme, 3. Peninggalan bangunan
Merkantilisme, dan
Reformasi Gereja, masa kolonial Belanda
Reformasi Gereja
Aufklarung, Revolusi di Jambi
di Eropa
Industri dan
pengaruhnya bagi  Aufklarung dan
kehidupan bangsa Revolusi Industri di
Indonesia serta bangsa Eropa

lain di dunia pada masa


kini

4.3 Menyajikan hasil


penalaran dalam
bentuk lisan, tulisan,
dan/atau media lain
tentang pemikiran-
pemikiran yang
melandasi peristiwa-
peristiwa penting di
Eropa antara lain
Renaissance,
Merkantilisme,
Reformasi Gereja,
Aufklarung, Revolusi
Industri dan
pengaruhnya bagi
kehidupan bangsa
Indonesia serta bangsa
114
Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Universitas Jambi
Vol. 2 No. 1 April (2022) Hal. 92-116
ISSN 2809-0098 (ONLINE)

lain di dunia pada masa


kini

Sumber:2020, Direktorat SMA, Direktorat Jenderal PAUD,DIKNAS dan


DIKMEN
Berdasarkan kurikulum darurat 2020 diatas Kompetensi Inti dan
Kompetensi Dasar Sejarah Indonesia dan Sejarah Peminatan terdapat materi
pembelajaran yang dapat disesuaikan dengan peninggalan-peninggalan masa
Kolonial belanda di Jambi. Pembelajaran berbasis sejarah lokal ini dapat
dimanfaatkan sebagai sumber pembelajaran sejarah karena berhubungan dengan
sekitar lingkungan peserta didik.

KESIMPULAN
Pada tahun 1906 berdirilah keresidenan pertama di Jambi sehingga secara
resmi Jambi berada dibawah pemerintahan kolonial Belanda, maka dengan ini
membawa perubahan besar bagi Jambi dari segi politik, ekonomi, sosial-budaya
dan pemerintahannya. Sistem pemerintahan Belanda di Jambi ini merupakan
sejarah yang perlu dipelajari dan diketahui oleh generasi penerus sekarang.
Dengan mempelajari mempelajari sejarah bangsa maka,peserta didik akan
mencintai tanah airnya. Oleh karena itu sistem pemerintahan Belanda di Jambi ini
dapat menjadi bahan ajar pada mata pelajaran sejarah dan diterapkan sesuai
dengan KD dan materi yang berhubungan dengan sistem pemerintahan Belanda.
Pembelajaran yang berkaitan dengan lingkungan sekitar dapat memberikan
wawasan bagi peserta didik dalam mengenal lingkungan sekitarnya yang memiliki
sejarah. Oleh karena itu, sudah sewajarnya peserta didik untuk lebih mengenal
lingkungan sekitarnya dan lebih baiknya apabila terdapat buku ajar untuk
pendidik maupun peserta didik yang berkaitan dengan sistem politik pemerintahan
Belanda di Jambi ataupun buku sejarah lokal lainnya untuk menjadikan proses
pembelajaran dapat berjalan dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA

115
Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Universitas Jambi
Vol. 2 No. 1 April (2022) Hal. 92-116
ISSN 2809-0098 (ONLINE)

Bambang Suwondo. (1979). Sejarah Kebangkitan Nasional Di Daerah Jambi,


Proyek Penelitian Dan Pencatatan Kebudayaan Daerah Pusat Penelitian
Sejarah Dan Budaya Department Pendidikan Dan Kebudayaan.

Fatmiyatun,Sri. (2017). Pemanfaatan Sumber Belajar Dalam Pembelajaran


Sejarah Di SMA Negeri 1 Limbangan Kabupaten Kendal. Semarang.
Jurusan Sejarah. Universitas Negeri Semarang

Lindayanti, dkk. (2013). Jambi Dalam Sejarah 1500-1942. Jambi:Pusat Kajian


Pengembangan Sejarah dan Kebudayaan Jambi

Miftahurrah. Aliyas. Rahyu Zami. (2022). Kota Jambi Sebagai Pusat


Pemerintahan Kolonial Belanda. Jurnal Sejarah Peradaban Islam,
Vol.4,No.1,pp. 55-67

Miftahurrahmat. (2018). Kota Jambi Sebagai Pusat Pemerintahan Kolonial Dan


Pelabuhan Dagang 1906-942. Skripsi Departemen Sejarah Fakultas Adab
Dan Humaniora Universitas Islam Negeri Sultan Thaha Saifuddin Jambi.

Mubyarto, Dkk. (1990). Masyarakat Pedesaan Jambi Menuju Desa Mandiri,


Pusat Penelitian Pembangunan Pedesaan dan Kawasan (P3PK)
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta:Aditya Media

Nur Laely. (2018). Sistem pemerintahan Kolonial Belanda Onderafdeling


Bonthain 1905-1942. Universitas Negeri Semarang. Pendidikan IPS,
Kekhususan Pendidikan Sejarah Program Pascasarjana

Putri, Seibahar Sari. (2021). Sejarah Jambi Masa Keresidenan 1906-1942. Skripsi
Pendidikan Sejarah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Batanghari Jambi.

Sanjaya,Wina. (2010). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses


Pendidikan, Jakarta : Prenada Media Group

Seprina,R. (2021). Study Perkembangan Perekonomian Jambi Masa Hindia-


Belanda (1906-19420) Sebagai Bahan Ajar Pembelajaran Sejarah
Berbasis Lokal. Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP
Universitas Jambi, Vol.1, No.1, pp. 84-93

Syandra, Suryani Wina. (2021). Peranan Rio Dalam Pemerintahan Masyarakat


Jambi Pada Masa Keresidenan Belanda ( 1906-1925). Skripsi Pendidikan

116
Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Universitas Jambi
Vol. 2 No. 1 April (2022) Hal. 92-116
ISSN 2809-0098 (ONLINE)

Sejarah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Univeristas Batanghari


Jambi

117
Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Universitas Jambi
Vol. 2 No. 1 April (2022) Hal. 116-136
ISSN 2809-0098 (ONLINE)

JAMBI KOLONIALISME IMPERIALISME SEBAGAI


PEMBELAJARAN SEJARAH : STUDY KASUS KAWASAN
PUSAT KOTA PEMERINTAHAN BELANDA DI JAMBI
TAHUN 1906-1942

Aldiri Heribertus1, Reka Seprina 2


aldiriheribertus4@gmail.com1, reka.seprina@unja.ac.id2
Pendidikan Sejarah1, Universitas Jambi2

Abstrak: Kawasan pusat kota Jambi merupakan salah satu wilayah yang tidak terlepas
dari kekuasaan Kolonial Belanda. Belanda secara sah berhasil menguasai kawasan pusat
kota Jambi dan menjadikan kota Jambi sebagai pusat dari dari keresidenan Jambi
dibawah pemerintahan kolonial Belanda tahun 1906. Di bawah kekuasaan kolonial
Belanda tumbuh dan berkembang menjadi kota modern saat itu. Penelitian ini dilakukan
untuk mengidentifikasi bagaimana perkembangan kawasan pusat kota pemerintahan
Belanda di Jambi khususnya pada masa Kolonialisme dan Imperialisme Belanda. Metode
penelitian yang digunakan dalam penulisan artikel ini yaitu metode kualitatif deskriptif.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kawasan pusat kota Jambi peninggalan Belanda
dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar sejarah pada mata pelajaran sejarah Indonesia
dan sejarah peminatan. Peninggalan Belanda di kawasan pusat kota Jambi ini sangat
memiliki peranan penting terhadap peserta didik karena dengan menjadikan kota modern
peninggalan Belanda di kota Jambi ebagai sumber belajar sejarah dapat meningkatkan
perasaan cinta tanah air dan nasionalisme terhadap bangsa serta mereka akan lebih
mengenal mengenai sejarah yang terdapat dilingkungan sekitarnya dan dapat
melestarikannya untuk masa yang akan datang.
Kata kunci: Imperialisme, Kolonialisme, Kawasan Pusat Kota Jambi, Sumber Belajar
Sejarah

Abstract: The Jambi city center area is one of the areas that cannot be separated from
the Dutch colonial power. The Dutch legally succeeded in controlling the downtown area
of Jambi and making Jambi the center of the Jambi residency under Dutch colonial rule
in 1906. Under Dutch colonial rule, it grew and developed into a modern city at that
time. This research was conducted to identify how the development of the downtown area
of the Dutch government in Jambi, especially during the Dutch Colonialism and
Imperialism period. The research method used in writing this article is descriptive
qualitative method. The results of this study indicate that the downtown area of Jambi's
Dutch heritage can be used as a source of learning history in Indonesian history subjects
and specialization history. This Dutch heritage in the downtown area of Jambi has a very
important role for students because by making the modern city of Dutch heritage in the
city of Jambi a source of history learning, it can increase feelings of love for the
homeland and nationalism towards the nation and they will know more about the history
in the surrounding environment. and can preserve it for the future.

116
Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Universitas Jambi
Vol. 2 No. 1 April (2022) Hal. 116-136
ISSN 2809-0098 (ONLINE)

Keywords : Colonialism, Imperialism, Historical Learning Resources,Jambi City Center


Area

PENDAHULUAN
Pada abad ke-16 didalam penguasaan kesultanan yang dipimpin oleh
Sultan Abdul Kahar merupakan langkah pertama kedatangan pemerintah kolonial
Hindia-Belanda ketanah Jambi. Tepatnya pada tahun 1615 ada sebuah kapal
Belanda yang Bernama Japen Van Amsterdam mengunjungi Jambi dibawah
pimpinan Abraham Streck dengan maksud agar mendapatkan izin untuk
mendirikan loji dagang di Muara Kumpeh Belanda pertama kali datang yang
dilakukannya adalah meyakinkan maksud baiknya oleh penguasa kerajaan Jambi,
maka pada tahun 1616 berdirilah loji Belanda di Muara Kumpeh ( Miftahurrahmat
2018:37 ).
Setelah berdirinya loji di daerah muara kumpeh tersebut pengaruh
pemerintahan kolonial Hindia-Belanda semakin menguat dimana, hal tersebut
ditandai dengan bantuan yang diberikan pasukan kolonial Belanda untuk
mengusir bajak laut yang menguasai kawasan penting dan vital dari kesultanan
Jambi yakni di Sungai Batanghari yang menjadi pusat perekonomian pada saat itu.
Setelah bantuan yang diberikan kolonial Hindia-Belanda terhadap kesultanan
Jambi campur tangan Kolonial Hindia-Belanda dalam urusan kesultanan Jambi
pada masa pemerintahan Sultan Muhammad Fachruddin di tahun 1833 semakin
kuat dan akhirnya pasukan kolonial Hindia-Belanda menguasai wilayah Jambi
sepenuhnya. Pada tahun 1906, kolonial Hindia-Belanda mulai membentuk sebuah
perancangan administrasi pemerintahan di kota Jambi. Hal ini memperlihatkan
bahwa Jambi yang sebelumnya ditangani dan berada kawasan Keresidenan
Palembang, menjadi keresidenan sendiri. Sebagai pemimpin dari residen Jambi
yang pertama ialah O.L. Helfrich, dimana O.L. Helfrich sebelumnya dia menjabat
sebagai Asisten Residen Palembang.
Setelah kesultanan runtuh pemerintah kolonial Hindia-Belanda merancang
pembangunan kota modern sebagai pusat pemerintahan kolonial Hindia-Belanda.
Hal tersebut dilatar belakangi oleh 3 faktor yaitu faktor politik, ekonomi dan
geografis. Dimana pada faktor politik Belanda mendirikan sebuah kota modern
baru untuk mengawasi gerak-gerik para anak raja dari tepian kanan Sungai
Batanghari. kemudian faktor ekonomi dimana dengan adanya kota modern yang
baru hal tersebut mempermudah pihak Belanda dalam mengembangan potensial

117
ekonomi yang ada dengan memanfaatkan pelabuhan dagang yang ada didaerah
Jambi. Dan faktor geografis dimana Belanda mendirikan sebuah kota modern baru
dikarenakan daerah kawasan Jambi yang sangat mendukung transportasi jalur
perairan (sungai). dengan faktor inilah Belanda mendirikan sebuah kota modern
yaitu kota jambi sebagai kawasan pusat guna menjalankan pemerintahan nya
dikeresidenan yang baru (Miftahurrah, 2022:61-62).
Dalam Miftahurrah (2022:59) perkembangan kawasan pusat kota Jambi
sebagai pusat dari pemerintahan kolonial Hindia Belanda berlangsung dari tahun
1906-1942 yang mana dalam pemerintahan kolonial tersebut dipimpin oleh 14
orang yang periodenya berlangsung selama 36 tahun.
Dalam masa para pemimpin tersebut kawasan pusat kota jambi mengalami
perkembangan yang signifikan dimana pada tahun 1901 hasil dari kawasan hutan
Jambi menyumbang 94,5% ekspor dengan nilai keseluruhan mencapai 653.000
golden, terutama rotan, getah perca, dan karet. Pada era kepemimpinan Residen
O.L Helfrich, pada tahun 1918, pembudidayaan tanaman karet mendominasi dan
baik dikerisdenan maupun di perkebunan kecil keluarga pribumi (Elsbeth Locher-
Scholten, 2008 :321-322).
Kemudian keadaan perekonomian Keresiden Jambi tahun 1918-1922 yang
diperlihatkan ialah hasil ekspor seperti tanaman karet, kopra, rotan dan damar
meningkat secara signifikan Pada tahun 1921 ekspor rotan serta damar mencapai
titik tertinggi dalam penjualannya Kesimpulannya kedaan ekonomi di daerah
keresidenan Jambi dalam kurang lebih 5 tahun terakhir menjadi maju sangat pesat
(Hertina Adiwoso, 2006:51). Kemudian pada tahun 1924 di Jambi terdapat 3 buah
pabrik pengelolaan karet milik orang Tionghoa Jambi. Pada tahun 1925 ekspor
hasil tanaman karet yang meningkat hingga mencapai puluhan juta golden, maka
pada tahun 1926 pemerintah kolonial Hindia-Belanda mulai merancang perbaikan
pelabuhan di kawasan sungai Batanghari. Berdasarkan Besluith pada tanggal 8
Januari no.08 tahun 1929 membuat sebuah batas-batas pelabuhan, serta
pengerjaannya berlangsung sekitar 9 bulan selesai pada tahun oktober 1929.
Pelabuhan ini dikenal dengan nama Boom Batu (Lindayanti, 2014:66).
Jambi Pada 1934 menjadi sebuah kawasan pelabuhan paling akitf diluar
pulau Jawa sebagai pengekpor hasil tanaman karet rakyat terbesar di sumatera.
Kemudian untuk meningkatkan mobilisasi perdagangan internasional, maka
dibangunlah sebuah kantor lelang. Berdasarkan kepurusan Stb. 1908 No. 189 pada
11 April 1912 kantor lelang dibagi menjadi 2 bagian: Kantor lelang Kelas 1 dan
Kantor lelang Kelas 2. Daerah operasi Kantor lelang kelas 1 meliputi Ibukota
Jambi dengan hari pelelangan hari sabtu dan senin. Sementara kantor lelang kelas
2 meliputi seluruh daerah keresidenan Jambi, kecuali IbukotaJambi (Lindayanti,
2014:76).Pada periode tahun 1929-1933 pendapatan kantor beacukai keresidenan
Jambi menurun Pendapatan kembali naik pada tahun 1934 dengan
diberlakukannya penarikan pajak khusus pada produk tanaman karet rakyat

118
sehingga pendapatan cukai naik hingga 1,5 juta . Pada tahun 1935 penarikan pajak
khusus pada karet rakyat meningkat hingga 3,7juta (Elsbeth Locher-Scholten,
2008:328).

Begitulah perkembangan kawasan pusat kota Jambi pada masa


pemerintahan kolonial Hindia-Belanda, bisa dikatakan bahwa perekonomian
sangat berkembang dan memberi keuntungan yang sangat besar bagi bangsa
Belanda. Kemudian pada tahun 1942 sumur minyak bumi milik pemerintah
kolonial Hindia-Belanda diduduki oleh pasukan tentara Jepang. Hal ini
menyebabkan pemerintahan Kolonial Hindia-Belanda jatuh (Hertini, 2006:3).
Menurut Wina Sanjaya (2017:228) sumber belajar adalah segala sesuatu
yang ada di lingkungan belajar yang digunakan untuk mengoptimalisasikan hasil
belajar. Sumber belajar sendiri bersifat universal dan luas, artinya sumber belajar
tidak hanya terpaku dari buku ataupun koran (Komalasari Eti., 2019:443).
Selanjutnya Abdul Majid (2018:170) menyatakan bahwa sumber belajar
ditetapkan sebagai informasi yang di sediakan dan di kemas dalam berbagai
bentuk media, yang tentunya membantu siswa dalam belajar, sebagai bentuk
pelaksanaan dari kurikulum. Dari pernyataan para ahli di atas dapat disimpulkan
bahwa sumber belajar adalah segala bentuk yang dapat membantu siswa dalam
proses belajar. Sumber belajar tidak hanya berupa buku saja tetapi juga dapat
seperti bahan, alat, orang ataupun lingkungan sekitar yang dapat membantu dalam
pelaksanaan belajar salah satunya peninggalan pemerintahan kolonial Hindia-
Belanda dikawasan pusat kota Jambi sebagai observasi sumber pembelajaran
sejarah.
Kawasan pusat kota Jambi dapat dijadikan serta digunakan sebagai sumber
belajar sejarah terutama pada materi pembelajaran yang berhubungan dengan
pengaruh barat dan Kolonial-Imperialisme yang terjadi di Jambi. Dengan
menggunakan sumber belajar dari peninggalan Kolonial Belanda di kawasan
pusat Kota Jambi dapat membantu peserta didik dalam memahami materi sejarah
dan membuat pembelajaran sejarah lebih menarik, lebih nyata dan menambah
minat peserta didik pada pembelajaran sejarah serta membantu guru dalam
mengembangkan bahan pembelajaran.
Penelitian ini didukung oleh penelitian terdahulu yakni jurnal dari Reka
Seprina tahun 2021 dengan judul “Study Perkembangan Perekonomian Jambi
Masa Hindia-Belanda (1906-1942) Sebagai Bahan Ajar Pembelajaran Sejarah
Berbasis Lokal”. Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Universitas
Jambi.Vol 1. No. 1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perkembangan ekonomi
Jambi masa Kolonialisme dapat digunakan sebagai bahan ajar sejarah lokal dalam
mata pelajaran Sejarah Indonesia dan Sejarah Peminatan. Kemudian penelitian
terdahulu berikutnya ialah M. Afrillyan Dwi Syahputra, Sariyatun, Deny Tri
Ardianto pada tahun 2020 dengan judul “Pemanfaatan Situs Purbakala Candi

119
Muaro Jambi Sebagai Objek Pembelajaran Sejarah Lokal Di Era Digital”. Jurnal
Pendidikan Sejarah Indonesia. Vol 3. No1. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa penggunaan peninggalan sejarah di lingkungan sekitarnya dapat
menyebabkan efektif pembelajaran, ditambah dengan penerapan materi
pembelajaran sejarah lokal menggunakan media interaktif yang mengikuti
perkembangan zaman, seperti video, buku digital, dan internet.
Kawasan pusat kota Jambi sebagai pemerintahan tempat berlangsungnya
pemerintahan kolonial Hindia-Belanda ini membuat penulis tertarik untuk
membahas mengenai peninggalan atau pun masa lalu kota tersebut sebagai
sumber belajar sejarah. Karena pada dasarnya peristiwa aktual memang perlu
dipelajari sebagai sarana untuk meningkatkan ketertarikan siswa pada
pembelajaran sejarah. Adapun tujuan dari penulisan ini adalah untuk
mengidentifikasi kawasan pusat kota guna bisa dijadikan sebagai sumber belajar
sejarah. Untuk itu penulis mengambil judul penelitian “Jambi Masa
Kolonialisme Imperialisme Sebagai Sumber Pembelajaran Sejarah : Study
Kasus Kawasan Pusat Kota Pemerintahan Belanda di Jambi Tahun 1906-
1942.”

METODE PENELITIAN
Metode penelitian kualitatif ialah metode penelitian yang berlandaskan pada
filshafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek secara
alamiah, dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci, teknik pengumpulan
data dilakukan secara gabungan. Analisis data bersifat induktif atau kualitatif, dan
hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari generalisasi (Sugiyono,
2019:18). Pendekatan deskriptif kualitatif yaitu pendekatan penelitian dimana
data-data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar-gambar dan bukan angka.
Data dalam penlitian tersebut dapat diambil dari hasil wawancara, catatan
lapangan, foto, catatan pribadi atau pun dokumentasi lainnya (Moleong, 2017:6).
Berdasarkan penjelasan diatas maka teknik pengumpulan data pada
penelitian ini antara lain yaitu observasi, studi pustaka dan studi dokumentasi.
Observasi adalah metode pengumpulan data dengan cara melakukan pengamatan
langsung mengenai sejarah peninggalan pemerintahan kolonial Hindia-Belanda di
kawasan pusat kota Jambi Selanjutnya melakukan metode studi Pustaka dengan
mengumpulkan sumber-sumber seperti buku, literatur, dan catatan untuk
memecahkan permasalahan yang diteliti. Kemudian melakukan studi dokumentasi
yang diperlukan dakam mempertajam hasil penelitian mengenai kawasan pusat
kota sebagai sumber pembelajaran sejarah.
Setelah semua data terkumpul langkah selanjutnya melakukan teknik
analisis data. Menurut Miles dan Huberman dalam (Sugiyono, 2018:337)
menyebutkan bahwa metode data kualitatif dilakukan melalui tiga tahap yakni
sebagai berikut : (1) Reduksi Data (Data Reduction) merupakan proses

120
merangkum, menyeragamkan, serta mengidentifikasi permasalahan pokok, dan
memfokuskan permasalahan penting, juga menetukan tema dan polanya
berdasarkan data dari catatan di lapangan, wawancara dan observasi sehingga
menjadi sebuah tulisan yang akan dianalisis secara menyeluruh.; (2) Penyajian
Data (Data Display), melakukan pengambilan tindakan dari susunan data yang
telah dirangkum dalam bentuk deskriptif; dan (3) Penarikan Kesimpulan
(Conclusion Drawing/Verifivation), Penarikan kesimpulan merupakan sebuah
hasil akhir dari sebuah pemikiran berdasarkan langkah analisis data sebelumnya,
di mana penyajian data tersebut diintepretasikan kemudian dianalisis untuk
memperoleh suatu kesimpulan.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Latar Belakang Masuknya Belanda ke Jambi
Belanda datang ke Jambi pada masa pemerintahan sultan Jambi yang
pertama, yaitu Sultan Abdul Kahar. Pada tahun 1615 dibawah pimpinan
Onderkoopman (wakil kepala perdagangan) Abraham Streck, pertama kali tiba
dua buah kapal dagang milik Belanda ke Jambi yaitu “Wapen Amsterdam dan
Middle Burg”. Belanda datang ke Jambi awalnya sama dengan kedatangannya ke
wilayah lain yaitu untuk mencari rempah-rempah. Selain tujuan kunjungannya
untuk membantu memberantas bajak laut yang ada dikawasan sungai batanghari,
dia juga penyelidikan kemungkinan perdagangan di Jambi (Reka Seprina,
2021:101). Abraham Streck berhasil mendapatkan izin untuk tinggal di Muara
Kumpeh dengan cara yang licik dan berupa janji-janjinya (Majiskuri, 1979: 13) .
Kedatangan Belanda yang membawa misi perdangangan dimana daerah
Jambi pada saat itu merupakan salah satu daerah yang menjadi
penghasilrempahrempah yang berlimpah dan berkualitas seperti Lada. Dimana
Jambi merupakan daerah penghasil Lada terbesar di Sumatra. Sehingga pada saat
itu Belanda memohon kepada Sultan Abdul Kahar untuk membangun Loji di
Muara Kumpeh. Pada tahun 1600-an Belanda diberikan izin oleh Sultan Abdul
Kahar untuk mendirikan sebuah loji di Muara Kumpeh di tepian sungai
Batanghari, tetapi loji tersebut berfungsi sebagai benteng dari pada kantor
dagangnya tersebut. Dimulailah suatu tatanan baru dalam sejarah Jambi setelah
didirikan loji Belanda.

121
Jambi sebelumnya berada dalam situasi tentram dan tenang,namun Setelah
berdirinya Loji di Muara Kumpe Belanda Bersikeras untuk memonopoli
perdagangan didaerah Jambi pada saat itu dan menimbulkan rasa tak suka dari
rakyat Jambi sehingga menimbulkan peperangan antara Belanda dan masyarakat
Jambi (Majiskuri, 1979: 17). Belanda mendapatkan perlawanan dari rakyat
Perlawanan rakyat Jambi ini dipimpin oleh para sultan dan rakyat Jambi yang
ingin mempertahankan kemerdekaan daerahnya dan ingin mengusir penjajah
asing. Setelah perang yang berkepanjangan Tahun 1858 pasukan kolonial Hindia-
Belanda yang dipimpin oleh Mayor Van Langen berhasil merebut kekuasaan dan
menduduki Kesultanan Jambi . Sultan Thaha Syaifuddin tidak mau menyerah dan
mengakui kekalahan tersebut. Kemudian perjuangan terus berlanjut hingga
perjuangan Raden Mattaher yang berhasil membakar Loji Belanda yang berada di
Muara Kumpeh akan tetapi hal tersebut dapat dibendung tak lama oleh Belanda.
Pada tahun 1904 Sultan Thaha gugur dan pada saat itu kesultanan Jambi
runtuh dan dikuasai oleh pemerintahan Belanda. Setelah berakhirnya kesultanan
Jambi, Belanda menetapkan Jambi sebagai tempat tinggal dan memasukkannya ke
dalam wilayah Belanda merdeka. Residen pertama adalah O.L. Helfrich, dilantik
pada tanggal 2 Juli 1906, menurut Surat Keputusan Gubernur Belanda No. 20
tanggal 4 Mei 19069 (Mubyarto, 1990:31).
Dalam Miftahurrah (2022:59) Jambi keresidenan yang beribukota di Jambi
dibantu oleh dua orang asisten residen yang membantu mengoordinasikan
bebebapa Onderafdeling. Adapun residen yang pernah memerintah di Jambi
dalam kurun waktu 1906-1942 adalah sebagai berikut:
1. O.L Helfrich 1906-1908;
2. A.J.N. Engelenberg 1908-1910;
3. Th. A.L Heyting 1910-1913;
4. A.L. Kamerling 1913-1915;
5. H.C.E. Qwaast dari tahun 1915 - 1918;
6. H.L.C. Pethri 1918-1923;
7. C. Porman 1923-1925;
8. G.J.V. Dongen 1925-1927;
9. H.E.K. Ezerman 1927-1928;
122
10. J.R.F.V. Van Nosse 1928-1931;
11. W.Thain Buch 1931-1933;
12. Ph.J.Van Dher Meulan 1933-1936;
13. M.J.Ruyschaver 1936-1940; dan
14. Reunvers 1940-1942.
Jatuhnya wilayah Jambi ketangan Belanda membuat sejumlah perubahan
terhadap pemerintahan dan kekuasaan di Jambi, salah satunya di bidang dalam
kedudukan kawasan pusat kota yang dijadikan sebagai kotapraja serta sebagai
pusat kegiatan pelaksanaan pemerintahan dalam penerapan kebijakan kebijakan
kolonial yang ada dikawasan pusat kota Jambi.

Perkembangan Kawasan Pusat Kota Belanda di Jambi


Berdasarkan jenis perkembangannya kawasan pusat kota Jambi masuk
kedalam tahapan perkembangan kota Polis yaitu kota yang memiliki ciri
kehidupan agraris dan maritim selain itu juga sebagai pusat pemerintahan hal ini
dibuktikan dengan aktivitas perekonomian masyarakat sebagai petani serta
peninggalan Kolonial Belanda berupa kantor residen Jambi, pelabuhan dagang,
serta barak dan penjara sebagai pusat pemerintahan kolonial Hindia-Belanda.
Selain itu kota-kota di pulau Sumatera secara geografisnya terbagi menjadi dua
yaitu kota Pesisir dan kota Pedalaman. Kawasan pusat kota Jambi termasuk kota
pedalaman yang berada di pesisir tepian kanan sungai Batang Hari.
Perkembangan kawasan pusat kota Jambi tidak terlepas dari peranan
Kolonial Belanda. Di tinjau segi perspektif “city as a process” kebijakan politik
yang dibuat Belanda memiliki pengaruh besar dalam perkembangan
pembangunan kota. Kebijakan politik pada masa Kolonial tentunya sangat
mempengaruhi bentuk dan struktur dari kota. Kekuasaan yang dimiliki oleh
Belanda terhadap wilayah yang ada di Indonesia akan menghasilkan kebijakan
dalam menentukan perkembangan sebuah kota yang dijadikan sebagai kota
pertahanan, kota pemerintahan atau kota peristirahatan sehingga dapat
mempengaruhi fasilitas pendukung yang dibutuhkan (Selly dan Rahma,
2017:571:572).

123
Setelah menduduki kawasan pusat kota Jambi Belanda mulai membangun
berbagai macam bangunan untuk mendukung sistem pemerintahannya di kawasan
pusat. Sehingga mengakibatkan adanya pembangunan secara besar-besaran oleh
pihak pemerintah kolonial Hindia-Belanda untuk membangun prasarana baik di
dalam kota ataupun jalan-jalan yang menghubungkan ke wilayah pedalaman
Jambi seperti Bungo, Tebo, Muaro Tembesi, Muaro Bulian hingga ke pusat kota
keresidenan Belanda di kota Jambi. Selain itu menghubungkan juga dengan
wilayah Sumatera Barat yakni di dekat damasraya.
Tidak hanya berupa jalan, Belanda juga membangun fasilitas di kawasan
pusat kota Jambi yang terdiri dari kantor pos, pasar, sekolah, barak , penjara,
penyaluran listrik, pelabuhan, rumah rumah permanen, gedung pertemuan, gereja,
rumah sakit dan landasan penerbangan.
Fasilitas yang dibangun oleh pemerintah Kolonial Belanda di kawasan
pusat kota Jambi peranan yang cukup besar bagi Kolonial Belanda. Dibawah
pemerintahan kolonial Belanda kawasan pusat kota Jambi dijadikan ibukota dan
memiliki peran sebagai salah satu kota yang dibangun untuk menjalankan
kegiatan administrasi pemerintah Belanda.
Pengembangan kota di kawasan pusat kota Jambi oleh pihak Belanda
membawa perubahan yang signifikan bagi kehidupan masyarakat. Kawasan pusat
kota Jambi saat itu pada masa itu menjadi pusat perdagangan terbesar sehingga
banyak masyarakat dengan mata pencarian sebagai pedagang. Menurut Makkelo
(2017:94) perkembangan kota kolonial sejak akhir abad ke-19 hingga awal abad
ke-20 telah melahirkan gaya hidup hedonitas kelompok-kelompok tertentu kaum
Eropa dan bangsawan tentunya menikmati gaya hidup elit diperkotaan, tapi
berbeda dengan para kawula yang tidak mampu tidak akan memiliki akses gaya
hidup yang mewah tersebut (Kuntowijoyo dalam raja, priyayi, dan kawula).
Ciri-ciri kawasan pusat kota Jambi tidak terlepas dari ciri Kota Kolonial di
wilayah lainnya yaitu identik dengan adanya bangunan bercorak belanda seperti
barak, penjara, dan rumah rumah permanen yang berfungsi sebagai tempat
bekerja, tempat tinggal dan tempat bersosialita.
Dalam bukunya yang berjudul The Southeast Asian City, McGee
menyatakan juga beberapa ciri kota kolonial yaitu terdapat sebuah pemukiman
124
yang sengaja dibuat untuk para pedagang yang datang kewilayah tersebut dan
juga untuk para penguasa atau penjajah (Rakhamanita, dkk. 2021:4).
Di lihat dari segi fisiknya kota Kolonial di Indonesia memiliki ciri khas
atau karakteristik yang hampir serupa dengan kota lainnya yaitu berkaitan dengan
sistem cara pemerintahan yang telah diterapkan oleh Kolonial Belanda. Cara
tersebut terkenal dengan istilah indirect rule (memerintah dengan cara tidak
langsung). Pengelolaan keresidenan Jambi berada dikawasan pusat kota.
Setelah Indonesia terlepas dari penjajahan Kolonial Belanda kawasan
pusat kota Jambi berubah menjadi lokasi yang banyak terdapat bangunan
bersejarah. Wilayah yang berhasil diduduki pada tahun 1906 ini banyak
meninggalakan jejak bangunan pada masa kedudukan Belanda maka tidak
mengherankan lagi apabila banyak ditemukannya bangunan bersejarah di kawasan
pusat kota Jambi. Kawasan pusat kota Jambi dibangun dan dikembangkan dengan
tujuan menjalankan kegiatan administrasi pemerintah Belanda. Bangunan-
bangunan yang didirikan oleh Belanda ini telah dibuat dengan sangat baik
sehingga bangunannya tidak termakan oleh usia walaupun sebagaian besar sudah
mengalami kerusakan akibat tidak adanya perawatan yang dilakukan oleh
penduduk setempat ataupun pemerintah Jambi.
Pola Penyebaran Kawasan Pusat Kota Jambi
Bentuk kota atau kawasan merupakan hasil proses budaya manusia dalam
menciptakan ruang kehidupannya, sesuai kondisi site, geografis, dan terus
berkembang menurut proses sejarah yang mengikutinya. Menurut Kosthof (1991),
peran dan perkembangan masyarakat sangat berpengaruh dalam suatu proses
pembentukan kota. Sehingga terbentuknya pola kota akan terus berkembang
sebagai proses yang dinamis dan berkesinambungan tanpa suatu awal dan akhir
yang jelas. Dalam pola penyebaran kawasan pusat kota Jambi termasuk dalam
jenis pola pemukiman Menjalur (The Aranged Isolated Farm Type) dimana pola
ini terbentuk di sepanjang jalur utama seperti jalan, sungai dan pantai. Disekitar
itulah tumbuhnya bentuk pemukiman menjalur. Desa atau pemukiman dibangun
meluas sejajar dengan garis sungai atau pantai. Contoh dari tipe ini adalah
kawasan pusat kota Jambi yang berada di sekitaran Sungai Batanghari
diilustrasikan sebagai berikut:
125
Gambar 1. Pola Pemukiman Menjalur
(S.Syuhada dkk, 2017:179)
Pola permukiman bentuk ini adalah suatu pola sederhana dengan peletakan
unit-unit permukiman (rumah, fasum, fasos dan sebagainya) secara terus menerus
pada tepi sungai dan jalan. Pada pola ini kepadatan tinggi, dan kecenderungan
ekspansi permukiman dan mixed use function penggunaan lahan beragam.
Pada pola pemukiman ini perkembangan kawasan pusat kota Jambi
berlangsung dalam jangka yang sangat panjang. Hal itu dilihat berdasarkan tiga
sumber daya yang dengan nyata yang diperlukan untuk pendirian dan
perkembangan kota yakni air minum, kayu, serta bahan makanan. Kekayaan hutan
menjadi penentu untuk tempat pendirian kota di daerah tropis.
Pada saat masa pemerintahan kolonial dalam pemukiman masyarakat
Jambi pemerintah kolonial Hindia-Belanda mendirikan atau membangun beberapa
bagunan atau rumah panggung di sekitar kawasan pinggiran sungai Batanghari
yang terbuat dari kayu berjenis tembesu dan bulian, dua jenis kayu khas
kabupaten Batanghari.
Tidak jauh dari lokasi rumah-rumah ini terdapat sebuah bangunan yang
menjadi ruang persenjataan bagi pasukan kolonial Hindia-Belanda dan juga barak
, kantor pos, penjara, pelabuhan dan los pasar serta bioskop yang digunakan
sarana hiburan bagi penguasa Belanda saat itu. Selain itu pemerintah kolonial
Hndia-Belanda juga membangun beberapa kilang minyak dan teng besi yang
digunakan untuk menyimpan hasil minyak bumi dari daerah tersebut.
126
Dalam kawasan pusat kota Jambi pola pemukiman ini terus berlanjut
hingga tahun 1942 dimana pemerintah kolonial terus mengembangkan potensi
yang terdapat didaerah pinggiran sungai Batang Hari. kemudian pada penggunaan
pola pemukiman ini pemerintah kolonial Belanda menjadi lebih mudah dalam
mengontrol kawasan pusat residen Jambi.

Peninggalan Pemerintahan Belanda di Kota Jambi


1. Menara Air Tua
Menara air tua merupakan peninggalan pemerintahan kolonial Hindia-Belanda
yang telah ada sejak 1928 yang mana bangunan ini memiliki fungsi sebagai
penampungan air minum dan sebagai alat untuk memantau serta mengawasi
musuh yang berada di kawasan sungai Batanghari. Bangunan ini terdiri dari 3
bangunan serta memiliki luas yang berdiameter 9.30 m dan tinggi sekitar 24 m.

Gambar 2. Menara Air Tua Jambi

2.Rumah Batu Olak Khemang Jambi


Rumah ini merupakan bangunan yang telah ada sejak abad ke 18 . Bangunan ini
dibangun oleh pangeran wiro kusumo dengan mengikuti arsitektur ala eropa, cina
dan arab. Bangunan ini beradi di seberang kota Jambi yang mana merupakan saksi
bisu dari kesultanan Jambi saat itu.

127
Gambar 3. Rumah Batu Olak Khemang
3. Unja Pasar Lama
Kampus UNJA pasar lama merupakan bangunan kampus tertua yang berada di
kota Jambi. Bangunan kampus yang memiliki luas hampir 1 hektar (0,72 h)
merupakan bangunan yang memiliki corak klasik dari peninggalan pemerintahan
kolonial Hindia-Belanda kala itu. Letak kampus ini berada di kawasan pasar
tepatnya Jln. Raden Mattaher, kec.Pasar, Kota Jambi. Saat ini Bangunan kampus
lama digunakan sebagai Penyelenggara Universitas Terbuka

Gambar 4. Bangunan Unja Pasar Lama

4. Gereja ST. Theresia


Gereja Katolik St. Therersia Jambi berdiri bermula saat pastor van Ort serta
Bruder Felix van Langenberg membeli sebuah tanah serta rumah pada tahun 1932
di taman kota Jambi ( area asrama KNIL) . Kemudian rumah panggung yang ada
yang itu lah yang dijadikan cikal bakal gereja dan pastoran saat itu. Kemudian
mereka menamainya gereja St. Theresia dari Kana-kanak Yesus.

128
Gambar 5. Gereja St. Theresia

5. Kantor Residen Jambi


Kantor residen jambi merupakan bangunan peninggalan pemerintah kolonial
Hindia-Belanda yang telah ada sejak awal kedatangan pemerintah kolonial
Hindia-Belanda. Bangunan ini berdiri sejak 1906 yang mana residen pertamanya
ialah O.L Helfrich sesuai SK gubernur Belanda pada 4 Mei 1906.

Gambar 6. Kantor Residen Jambi

6. Masjid Al-falah
Awal mula cikal bakal berdirinya masjid Al-falah Jambi bermula dari lokasi nya,
dimana lokasi awal dari masjid ini merupakan pusat kesultanan melayu Jambi saat
itu ,kemudian setelah masuknya pemerintah kolonial Hindia-Belanda berubah
menjadi pusat pemerintahan dan Benteng. Kemudian hal tersebut juga didasari
oleh penjelasan beberapa sejarawan Jambi. Kemudian tahun 1906 tempa itu
dijadikan asrama tentara hingga 1970-an. Lalu tepatnya pada 1971 pembangunan
masjid ini dimulai dan rampung pada 1980.
129
Gambar 7. Masjid Al-falah

Kawasan Pusat Kota Pemerintahan Belanda di Jambi (1906-1947) Sebagai


Sumber Pembelajaran Sejarah
Menurut Anitah (dalam Prastowo, 2018:28) sumber belajar merupakan
segala sesuatu yang dapat digunakan untuk memfasilitasi kegiatan belajar.
Sementara itu menurut Winarsih,dkk (2017:2) pembelajaran sejarah merupakan
media pendidikan yang paling ampuh untuk memperkenalkan kepada peserta
didik tentang bangsanya di masa lampau. Oleh karena itu pembelajaran sejarah
harus melibatkan lingkungan disekitar peserta didik. Seperti kota modern di
kawasan pusat yang memiliki banyak peninggalan bersejarah dari masa kolonial
Belanda.
Kawasan pusat kota pemerintahan belanda di Jambi dapat dijadikan
sebagai sumber belajar sejarah. Seperti yang kita ketahui sumber belajarsejarah
hingga masa sekarang ini masih banyak menggunakan media cetak baik buku
paket atau pun LKS dalam kegiatan belajar sejarah di kelas. Pelaksanaan kegiatan
pembelajaran sejarah yang demikian tentunya akan menimbulkan rasa bosan bagi
peserta didik yang akhirnya mengarah pada bentuk protes bahwa pembelajaran
sejarah terasa kurang bermakna. Kota modern di kawasan pusat yang menjadi
tempat pemerintahan merupakan peninggalan Kolonialisme Belanda berupa
menara air tua, rumah olek kemang, dan kelenteng hok tek yang bisa dijadikan
sebagai sumber pembelajaran sejarah.

130
Dalam memanfaatkan peninggalan Belanda di kawasan pusat kota Jambi
bisa dilakukan oleh pendidik atau guru dengan cara mengajak para peserta didik
mengunjungi lokasi atau menggunakan metode karya wisata (out door) adapun
cara kedua yaitu dengan cara menampilkan gambar atau video yang berkaitan
dengan situs peninggalan kolonial Belanda yang ada dikawasan pusat kota Jambi
seperti , menara air tua, rumah olak kemang, dan kelenteng hok tek.
Dengan memanfaatkan pembelajaran yang ada disekitar lingkungan
tempat tinggal atau mencakup wilayah Jambi dapat memberikan efek yang positif
bagi para peserta didik. Peninggalan Belanda di kawasan pusat kota Jambi sebagai
sumber pembelajaran sejarah Indonesia maupun sejarah peminatan. secara tidak
langsung para pendidik berperan dalam meninggkatkan rasa cinta dan nasiolisme
didalam diri peserta didik.
Kawasan pusat kota pemerintahan Belanda di Jambi merupakan salah satu
sumber pembelajaran yang bisa diimplikasikan ke dalam materi ajar berbasis lokal
berdasarkan kurikulum darurat tahun 2020 pada mata pelajaran Sejarah Indonesia
dan Sejarah Peminatan dengan KI dan KD yang mengkaji Kolonialisme dan
Imperialisme di Indonesia. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada tabel berikut ini:
Kompetensi Inti
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
2. Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli, santun,
ramah lingkungan, gotong royong, kerjasama, cinta damai, responsif dan
proaktif) dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas
berbagaipermasalahan bangsa dalam berinteraksi secara efektif dengan
lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan
bangsa dalam pergaulan dunia.

Tabel 1 Kompetensi Dasar Kurikulum Darurat 2020 Pada Mata Pelajaran Sejarah
KOMPETENSI INTI 3 KOMPETENSI 4
(PENGETAHUAN) (KETERAMPILAN)
1. Memahami, menerapkan, dan 2. Mengolah, menalar, dan menyaji
menganalisis pengetahuan faktual, dalam ranah konkret dan ranah
konseptual, procedural, dan abstrak terkait dengan
metakognitif berdasarkan dalam pengembangan diri yang
131
ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dipelajari di sekolah secara
budaya, dan humaniora dengan mandiri, dan mampu
wawasan kemanusiaan, menggunakan metode sesuai
kebangsaan, kenegaraan, dan kaidah keilmuan.
peradaban terkait penyebab
fenomena dan kejadian, serta
menerapkan pengetahuan
procedural pada bidang kajian yang
spesifik sesuai dengan bakat dan
minatnya untuk memecahkan
masalah.
(Sumber:2020, Direktorat SMA, Direktorat Jenderal PAUD,DIKNAS dan
DIKMEN)
Adapun Kompetensi Dasar pada mata pelajaran Sejarah Indonesia
memuat materi yang berkaitan dengan Sistem Pemerintahan Belanda di Jambi
diantaranya sebagai berikut:
Tabel 2 Kompetensi Dasar Pada Mata Pelajaran Sejarah Indonesia kelas XI

KOMPTENSI DASAR

Sejarah Indonesia Materi Pokok Materi Tambahan


1. Latar belakang
3.1 Menganalisis kedatangan Penjelajahan bangsa Eropa kedatangan
dan perkembangan di Indonesia Belanda di Jambi
penjajahan bangsa  Penjelajahan samudra 2. Perkembangan
Eropa, serta dampaknya  Kedatangan bangsa Kota Modern di
bagi bagi bangsa Barat di Indonesia Kawasan pusat
Indonesia. tahun 1906-1942
 Perluasan
3. Peningalan
Kolonialisme dan
bangunan masa
4.1 Menyajikan hasil Imperialisme Barat
Kolonial Belanda
penalaran kedatangan di kawasan pusat
dan perkembangan kota
penjajahan bangsa
Eropa, serta dampaknya
bagi bangsa Indonesia
dalam bentuk lisan,
tulisan, dan/atau media
lain

3.2 Menganalisis strategi 1. Latar belakang


perlawanan bangsa Perlawanan bangsa kedatangan
Indonesia terhadap Indonesia terhadap Belanda di Jambi

132
penjajahan bangsa penjajahan bangsa Eropa 2. Perkembangan
Eropa (Protugis,  Perlawanan bangsa Kota Modern di
Spanyol, Belanda, Indonesia Kawasan pusat
Inggris) sampai dengan menghadapi Portugis tahun 1906-1942
abad ke-20 dan Spanyol 3. Peningalan
 Perlawanan bangsa bangunan masa
4.2 Mengolah innformasi Indonesia Kolonial Belanda
tentang strategi menghadapi VOC di kawasan pusat
perlawanan bangsa dan pemerintah kota
Indonesia terhadap  Perlawanan bangsa
penjajahan bangsa Indonesia
Eropa (Portugis, menghadapi
Spanyol, Belanda, pemerintah Hindia
Inggris) sampai dengan Belanda
abad ke-20 dan
menyajikannya dalam
bentuk lisan, tulisan,
dan/atau media lain
(Sumber:2020, Direktorat SMA, Direktorat Jenderal PAUD,DIKNAS dan
DIKMEN)
Selain pada mata pelajaran Sejarah Indonesia Kompetensi Dasar pada
mata pelajaran Sejarah peminatan yang memuat materi berkaitan dengan
perkembangan kawasan pusat kota pada masa Kolonial Belanda diantaranya
sebagai berikut:
Tabel 3 Kompetensi Dasar Pada Mata Pelajaran Sejarah Peminatan kelas XI

Sejarah Peminatan Materi Pokok Materi Tambahan


3.3 Menganalisis pemikiran- 1. Latar belakang
pemikiran yang Peristiwa di Eropa yang kedatangan Belanda
melandasi peristiwa- berpengaruh terhadap di Jambi
peristiwa penting di kehidupan umat manusia 2. Perkembangan
Eropa antara lain  Renaissance, Kota Modern di
Renaissance, Merkantilisme, Kawasan pusat
Merkantilisme, dan Reformasi tahun 1906-1942
Reformasi Gereja, Gereja di Eropa 3. Peningalan
Aufklarung, Revolusi  Aufklarung dan bangunan masa
Industri dan pengaruhnya Revolusi Industri Kolonial Belanda di
bagi kehidupan bangsa di Eropa kawasan pusat kota
Indonesia serta bangsa
lain di dunia pada masa
kini.
2.3 Menyajikan hasil
penalaran dalam bentuk
133
lisan, tulisan, dan/atau
media lain tentang
pemikiranpemikiran yang
melandasi
peristiwaperistiwa
penting di Eropa antara
lain Renaissance,
Merkantilisme,
Reformasi Gereja,
Aufklarung, Revolusi
Industri dan pengaruhnya
bagi kehidupan bangsa
Indonesia serta bangsa
lain di dunia pada masa
kini
(Sumber:2020, Direktorat SMA, Direktorat Jenderal PAUD,DIKNAS dan
DIKMEN)
Berdasarkan kurikulum darurat 2020 diatas Kompetensi Inti dan
Kompetensi Dasar Sejarah Indonesia dan Sejarah Peminatan terdapat materi
pembelajaran yang dapat disesuaikan dengan peninggalan-peninggalan masa
Kolonial Belanda di kawasan pusat kota Jambi. Pembelajaran berbasis sejarah
lokal ini dapat dimanfaatkan sebagai sumber pembelajaran sejarah karena
berhubungan dengan disekitar lingkungan peserta didik.
Kesimpulan
Jatuhnya kesultanan Jambi ketangan kolonial Hindia-Belanda hingga
berdirinya sebuah keresidenan yang baru yaitu keresidean Jambi tahun 1906
membawa kota Jambi sebagai sebuah kota kolonial sekaligus pusat administrasi
pemerintahan Belanda dan menjadikan wilayah tersebut sebagai wilayah yang
banyak terdapat peninggalan Belanda.
Pada masa sekarang ini sumber pembelajaran sejarah menjadi hal yang
sangat penting untuk dipelajari oleh sebab itu di perlukannya sumber belajar
sejarah yang dapat ditunjukan kepada siswa secara nyata salah satunya dengan
memanfaatkan kawasan pusat kota Jambi besi sebagai sumber belajar sejarah.
Dengan mempelajari mengenai sejarah para generasi muda menjadi lebih
mencintai tanah airnya.

134
Daftar Pustaka
Andi dan Weny. (2019). Perkembangan Sekolah Rakyat (Volkschool) Di Gunung
Kencana Kabupaten Lebak Banten Tahun 1940-1964. Jurnal Pendidikan
Sejarah dan Ilmu Sejarah. Vol. 2, No. 2. 11-21

Aulia Kristina, Ulul Azmi. (2019). Gereja Katolik St.Teresia Kota Jambi 1935-
2011. Junal Ilmu Istoria. Vol 3. No 1. 47-62.

Dedi Arman. (2018). Perdagangan Lada di Jambi Abad XVI-XVII Jambi. Jurnal
Sejarah Budaya. Vol 1. No 2. https://doi.org/10.33652/handep.v1i2.17.

Hardani,dkk. (2020). Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif. Yogyakarta:


CV. Pustaka Ilmu.

Lidayanty, dkk. (2013). Jambi dalam Sejarah 1500-1942. Jambi Pusat kajian
Sejarah dan Melayu Jambi.

M. Afrillyan Dwi Syahputra*, Sariyatun, Deny Tri Ardianto.(2020). Pemanfaatan


Situs Purbakala Candi Muaro Jambi Sebagai Objek Pembelajaran
Sejarah Lokal Di Era Digital”. Jurnal Pendidikan Sejarah Indonesia. Vol
3, No. 1.

Masjkuri. (1979). Sultan Thaha Syaifuddin. Jakarta: Depdikbud, Proyek


Inventarisasi Sejarah Nasional.

Miftahurrah, dkk. (2022). Kota Jambi Sebagai Pusat Pemerintah Kolonial Hindia
Belanda .Jurnal Sejarah Islam. Vol 4. No.1. 55-67.

Reka Seprina. (2021). Study Perkembangan Perekonomian Jambi Masa


HindiaBelanda (1906-1942) Sebagai Bahan Ajar pembelajaran Sejarah
Berbasis Lokal. Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP
Universitas JambiVol. 1 No. 1. 99-109.

Siti Heidi Karmela, Aurora Nandi Febrianti, Abd. Rahman. (2018). Bangunan
Bersejarah Periode Kolonial Dan Pemanfaatannya Dalam Pembelajarah
Sejarah Lokal Jambi. Jurnal Ilmu Istoria.Vol 2. No 2. 17-32.
Venorica, Selly dan Rahma Wardani Siregar. (2017). Pengaruh Masa Kolonial
Terhadap Struktur Ruang Kawasan. Magister Teknik Arsitektur. Fakultas
Teknik. Universitas Sumatera Utara.

135
Wian Syandra Suryani, Ulul Azmi. (2021). Peranan Rio Dalam Pemerintahan
Masyarakat Jambi Pada Masa Keresidenan Belanda ( 1906-1925). Jurnal
ilmiah Pendidikan Sejarah Universitas Batanghari. Vol 5, No.1 . 10-25.

136

Anda mungkin juga menyukai