Anda di halaman 1dari 71

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEBIDANAN KETERAMPILAN DASAR KLINIK DENGAN


PEMERIKSAAN KADAR HAEMOGLOBIN PADA NY.Y
DI BPM SRI REJEKI. SST
BANDAR LAMPUNG

DISUSUN OLEH :
Sairah
Npm : 23390180

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2023

HALAMAN PERSETUJUAN

i
ASUHAN KEBIDANAN KETERAMPILAN DASAR KLINIK DENGAN
PEMERIKSAAN KADAR HAEMOGLOBIN PADA NY.Y
DI SRI REJEKI. SST
BANDAR LAMPUNG

Disusun Oleh :
Sairah
Npm : 23390180

Tanggal Pemberian Asuhan : 11 November 2023

Disetujui

Pembimbing Lahan
Di : Bandar Lampung Sri Rejeki. SST

Pembimbing Institusi
Di : Bandar Lampung Anisa Ermasari, S.Tr.Keb,Bdn.M.Kes

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Yang Maha Kuasa, atas semua berkat dan
rahmat-Nya sehingga dapat terselesaikannya studi kasus Praktek Klinik
Kebidanan pada keterampilan dasar klinik.
Penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, karena itu pada
kesempatan kali ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada :
1. Bapak DR. dr. Achmad Farich,.MM selaku Rektor Universitas Malahayati
Bandar Lampung.
2. Dr. Lolita Sari.,Bd.,M.Kes selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Malahayati Bandar Lampung.
3. Ibu Vida Wira Utami.,S.S.T.,Bdn.,M.Kes selaku ketua Program Studi Profesi
Bidan Universitas MalahayatI
4. Ibu Anisa Ermasari, S.Tr.Keb,Bdn.M.Kes selaku pembimbing
5. Ibu Sri Rejeki. SST selaku pembimbing lahan
6. Rekan-rekan mahasiswa yang telah bekerja sama dan saling mendukung
selama penyusunan studi kasus ini.
7. Semua pihak yang telah membantu terselesainya penyusun laporan ini, yang
tidak dapat disebutkan satu per satu.
Semoga semua amal kebaikan dapat diterima dan dibalas oleh Tuhan yang
Maha Esa. Kritik dan saran untuk penyempurnaan asuhan kebidanan stase
keterampilan dasar klinik ini sangat di harapkan. Demikianlah, atas perhatiannya
diucapkan terima kasih.

Bandar Lampung, November 2023


Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.......................................................................................i
HALAMAN PERSETUJUAN.......................................................................ii
KATA PENGANTAR.....................................................................................iii
DAFTAR ISI ...................................................................................................iv
TINJAUAN PUSTAKA..................................................................................1
A. Tinjauan Teori.............................................................................................1
1. Kadar Haemoglobin..............................................................................1
2. Pengukuran Kadar Haemoglobin..........................................................3
DAFTAR PUSTAKA

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masalah kematian ibu dan bayi di Indonesia yang masih tinggi

merupakan fokus utama pemecahan masalah kesehatan di Indonesia.

Pengawasan sebelum lahir (antenatal care) dapat menurunkan angka kematian

ibu dan bayi, karena bertujuan untuk mengurangi, menegakkan dan mengobati

secara dini komplikasi kehamilan pada ibu. Sedangkan pada bayi dapat

memelihara kesehatan ibu sehingga mengurangi kelahiran buruk pada bayi

seperti prematur, berat bayi lahir rendah (BBLR), maupun kematian bayi

(Manuaba, 2016).

Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar hemoglobin dan eritrosit

lebih rendah dari normal. Hemoglobin (Hb) adalah protein pembawa oksigen

di dalam sel darah merah, yang memberi warna merah pada sel darah merah

(Proverawati, 2011). Kadar Hb ialah ukuran pigmen respiratorik dalam

butiran-butiran darah merah, jumlah Hb dalam darah normal adalah kira-kira

15 gram setiap 100 ml darah. Anemia pada remaja dapat menyebabkan

keterlambatan pertumbuhan fisik gangguan perilaku serta emosional. Hal ini

dapat mempengaruhi proses pertumbuhan dan perkembangan sel otak

sehingga dapat menimbulkan daya tahan tubuh menurun, mudah lemas dan

lapar. Konsentrasi belajar terganggu prestasi belajar menurun serta

mengakibatkan produktifitas kerja yang rendah (Notoadmodjo, 2015).

1
Penurunan Hb dapat menyebabkan keadaan lesu, cepat lelah, palpitasi,

takikardi, sesak nafas, angina pectoris (Bakta, 2014).

Anemia saat ini merupakan salah satu masalah nutrisi yang paling

umum dan sulit diatasi secara global. World Health Organization (WHO)

memperkirakan jumlah penderita anemia di seluruh dunia menjadi dua miliar

yang mengejutkan dengan 1 sekitar 50% dari semua anemia disebabkan oleh

kekurangan zat besi. Anemia defisiensi zat besi terjadi pada semua tahap

siklus hidup, tetapi lebih sering terjadi pada wanita hamil dan anak kecil.

Remaja, terutama anak perempuan, rentan mengalami kekurangan zat besi.

Remaja (usia 10-19 tahun) berisiko tinggi mengalami defisiensi zat besi dan

anemia akibat percepatan peningkatan kebutuhan zat besi, asupan zat besi

yang buruk, tingginya angka infeksi dan kecacingan serta norma sosial

perkawinan dini dan kehamilan remaja (WHO, 2019).

Menurut Yi et al (2013), pada hasil buruk kelahiran bayi terdapat

adanya hubungan dengan kadar hemoglobin (Hb) ibu, terutama pada kadar Hb

yang menurun yaitu pada anemia ringan dan anemia sedang. Menurut

Purbadewi (2013), pada ibu yang mengalami anemia saat kehamilannya, dapat

disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya karena kurang gizi (malnutrisi),

kurangnya asupan zat besi, malabsorbsi, kehilangan banyak darah saat

persalinan atau haid yang lalu, dan adanya penyakit kronik seperti TB paru,

kecacingan, dan malaria. Kurangnya asupan zat besi berdampak pada

penurunan kadar hemoglobin yang menyebabkan keadaan anemia pada ibu

2
hamil dan secara tidak langsung berdampak juga pada pertumbuhan dan

perkembangan janinnya (Depkes, 2014).

Pada minggu pertama setelah kelahiran, bayi dengan BBLR

mengalami defisit pertambahan energi, protein, mineral dan nutrisi. Defisit

tersebut berhubungan langsung dengan pertumbuhan tertinggal (postnatal

growth retardation), sehingga sulit untuk mencapai berat badan normal.

(Zachariassen et al, 2011) sehingga dapat berdampak pada status gizi bayi

selanjutnya. Status gizi bayi merupakan keadaan yang menggambarkan status

gizi seseorang apakah tergolong gizi baik, gizi sedang, gizi kurang ataupun

gizi buruk. Pada usia 0-6 bulan pertambahan berat badan bayi mencapai dua

kali lipatnya, sedangkan untuk tinggi badannya bertambah 25 cm pada tahun

pertama kehidupan (Arisman, 2013). Menurut Muazizah et al (2012), setiap

satu g/dL Hb ibu hamil variabel berat bayi lahir akan bertambah sebesar

940,07 gram.

Saat ini kemajuan teknologi dalam bidang kesehatan semakin

meningkat dan ditemukannya berbagai teknik analisis di laboratorium yang

semakin canggih dan sempurna. Hal tersebut memungkinkan para tenaga

klinis untuk melakukan berbagai macam penelitian serta berbagai macam cara

diagnostik seperti alat yang 2 digunakan di laboratorium yang telah berganti

dari yang manual hingga berkembang menjadi alat automatis dan prosedur

pengobatan yang baru (Apriliana et al., 2019).

Adapun beberapa alat yang tersedia dalam pemeriksaan hemoglobin

dimulai dari yang manual hingga otomatis, antara lain yaitu hemoglobin sahli,

3
fotometer, hemoglobin meter serta hematology analyzer. Pada penelitian kali

ini alat yang akan digunakan adalah hematology analyzer dan hemoglobin

meter. Hematology analyzer merupakan alat otomatis digital yang

memperoleh hasil sangat cepat dan dapat dilakukan pada beberapa parameter

pemeriksaan seperti pemeriksaan darah lengkap yang meliputi hemoglobin,

eritrosit, indeks eritrosit, leukosit, trombosit, dan hematokrit. Selain itu

kelebihan yang diperoleh dari alat ini yaitu volume sampel yang dibutuhkan

tidak banyak, tidak memerlukan perlakukan yang sulit karena darah yang

diperoleh dapat langsung dilakukan pembacaan hasil dengan waktu yang

sangat singkat. Walaupun alat tersebut memiliki kelebihan namun terdapat

pula kekurangannya yaitu biaya pemeriksaan mahal yang berkisar sekitar

40.000, alat hanya terdapat di beberapa tempat pelayanan kesehatan,

memerlukan reagen khusus, dan juga alat tidak dapat membaca sel darah yang

abnormal. Alat hemoglobin meter juga termasuk alat otomatis digital dengan

mengeluarkan hasil pemeriksaan yang cepat namun alat ini hanya khusus

untuk pemeriksaan hemoglobin.

Alat hemoglobin meter sudah banyak digunakan oleh layanan

kesehatan seperti laboratorium klinik, puskesmas, dan rumah sakit, ataupun

dilakukan secara individual karena instrumen hemoglobin meter di desain

mudah dibawa kemana-mana dan efisien, dapat dilakukan diluar laboratorium

dan mudah untuk dioperasikan meskipun pada orang awam, biaya untuk

pemeriksaan 3 hemoglobin cukup murah yaitu sekitar 15.000 sedangkan untuk

dapat memiliki alat tersebut juga cukup mudah karena sudah banyak dijual di

4
toko-toko kesehatan dengan harga kisaran 350.000-500.000. Namun alat

tersebut memiliki kekurangan yaitu terbatasnya parameter pemeriksaan yang

tersedia serta kurangnya sistem dokumentasi sehingga diperlukan pencatatatan

secara manual.

Penyebab anemia dapat diketahui dengan melakukan pendekatan

diagnostik secara bertahap melalui pengumpulan data klinis, pemeriksaan fisik

dan tes di laboratorium. Deteksi dini melalui diagnosis anemia dapat

dilakukan dengan mengukur kadar hemoglobin (Hb) dengan peralatan POCT

(Point of Care Testing). Metode POCT merupakan metode pemeriksaan

sederhana menggunakan sampel dalam jumlah sedikit, mudah, cepat serta

efektif untuk dilakukan (Nidianti et al., 2019)Pengukuran kadar hemoglobin

(Hb) dengan metode POCT yang dilakukan melalui pemeriksaan

menggunakan strip test. Pengambilan sampel darah responden diletakkan pada

strip Hb kemudian strip Hb tersebut dimasukkan pada alat Cek Hb, maka

secara otomatis nilai kadar Hb akan terdeteksi pada alat.

Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis ingin melakukan

asuhan kebidanan keterampilan dasar klinik dengan pemeriksaan kadar

haemoglobin pada Ny.Y di BPM Ibu Sri Rejeki. SST Bandar Lampung.

1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan umum

Agar mahasiswa mampu melaksanan pemeriksaan kada hemoglobin

sesuai dengan jurnal ilmiah pada asuhan kebidanan keterampilan dasar klinik

5
dengan pemeriksaan kadar haemoglobin pada Ny.Y Di BPM Ibu Sri Rejeki

SST.Kota Bandar lampung .

1.2.2 Tujuan khsuus

1.2.2.1 Untuk mengetahui pemeriksaan kadar hemoglobin sesuai dengan jurnal

ilmiah

1.2.2.2 Untuk mengetahui hasil pemeriksaan kada hemoglobin sesuai dengan

jurnal ilmiah

1.3 Manfaat

Sebagai pengembangan ilmu pengetahuan dan dapat di terapkan dalam

pelayanan kesehatan dalam pelaksanaan pemeriksaan kada hemoglobin

1.4 Manfaat

Sebagai pengembangan ilmu pengetahuan dan dapat di terapkan dalam


pelayanan kebutuhan dasar manusia yaitu memandikan pasien dengan cara
yang efektif.

6
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Tinjauan Teori medis

1. Anemia Dalam Kehamilan

a. Pengertian

Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar

Haemoglobin dibawah 11 gr% pada trimester I dan III atau kadar <

10,5 gr% pada trimester II ( Proverawati, 2011).

Anemia dalam kehamilan dapat mengakibatkan dampak yang

membahayakan bagi ibu dan janin. Anemia pada ibu hamil dapat

mengakibatkan resiko terjadinya perdarahan post partum. Bila

anemia terjadi sejak awal kehamilan dapat menyebabkan terjadinya

persalinan prematur (Proverawati, 2011).

b. Patofisiologi

Darah bertambah banyak dalam kehamilan. Akan tetapi

bertambahnya sel-sel darah kurang di bandingkan dengan

bertambahnya plasma sehingga terjadi pengenceran darah.

Perbandingan pertambahan tersebut : plasma 30%, sel darah 18%,

Haemoglobin 19%. Pengenceran darah dianggap sebagai

penyesuaian diri secara fisiologis dalam kehamilan dan bermanfaat

bagi wanita. Pertama-tama pengenceran itu meringankan beban kerja

jantung yang harus bekerja lebih berat dalam masa hamil. Kerja

7
jantung lebih ringan apabila vaskositas darah rendah. Resistansi

berkurang pula, sehingga tekanan darah tidak naik. Kedua, pada

perdarahan waktu persalinan, banyaknya unsur besi yang hilang

lebih sedikit dibandingkan dengan apabila darah itu tetap kental

(Praworohardjo, 2016).

c. Klasifkasi

Menurut Proverawati (2011), secara umum anemia dalam kehamilan

di klasifikasikan sebagai berikut:

1) Anemia Defisiensi Besi sebanyak 62,3% : Anemia defisiensi

besi adalah anemia yang terjadi akibat kekurangan zat besi

dalam darah. Pengobatanya adalah pemberian tablet besi yaitu

keperluan zat besi untuk wanita hamil, tidak hamil dan dalam

laktasi yang di anjurkan.

2) Anemia Megaloblastik sebanyak 29% : Anemia ini di sebabkan

karena defisiensi asam folat dan defisiensi vitamin B12

walaupun kejadianya jarang.

3) Anemia Hipoplastik dan Aplastik sebanyak 8% Anemia ini

disebabkan karena sum-sum tulang belakang kurang mampu

membuat sel-sel darah baru.

4) Anemia Hemolitik sebanyak 0,7% Anemia ini disebabkan

karena penghancuran sel darah merah berlangsung lebih cepat

dari pada pembuatanya.

8
d. Tanda dan Gejala

Menurut Proverawati (2011) Gejala awal biasanya tidak ada

atau tidak spesifik (misalnya, kelelahan, kelemahan, pusing, dispnea

ringan dan tenaga). Gejala dan tanda lain mungkin termasuk pucat

dan,jika terjadi anemia berat, akan mengalami takikardi atau

hipotensi. Anemia meningkatkan resiko kelahiran prematur dan

infeksi ibu postpartum. Banyak gejala anemia selama kehamilan

juga gejala anda mungkin mengalami bahkan jika anda tidak anemia;

ini meliputi:

1) Merasa lelah atau lemah.

2) Kulit pucat progresif dari kulit.

3) Denyut jantung cepat.

4) Sesak nafas.

5) Konsentrasi terganggu.

e. Akibat Anemia pada kehamilan

Menurut Manuaba (2013) pada kehamilan jika seorang ibu

menderita anemia dapat mengakibatkan:

1) Akibat anemia terhadap kehamilan :

a) Bahaya selama kehamilan: Dapat terjadi abortus, persalinan

maturitas, hambatan tumbuh kembang janin dalam rahim,

mudah terjadi infeksi, ancaman dekompensasi kordis (Hb < 6

g%), mola hidatidosa, hiperemesis gravidarum, perdarahan

antepartum, ketuban pecah dini (KPD).

9
b) Bahaya saat persalinan : gangguan His (kekuatan mengejan),

kala pertama dapat berlangsung lama, dan terjadi partus

terlantar,kala dua berlangsung lama,sehingga dapat

melelahkan dan sering memerlukan tindakan oprasi

kebidanan, kala uri dapat di ikuti retensio plasenta, dan

perdarahan pospartum sekunder dan atonia uteri.

c) Pada kala nifas : terjadi subinvolusi uteri menimbulkan

perdarahan pospartum, memudahkan infeksi puerperium,

pengeluarkan ASI berkurang, terjadi dekompensasi kordis

mendadak setelah persalinan, anemia kala nifas, mudah

terjadi infeksi mamae.

d) Bahaya anemia terhadap janin. Sekalipun tampaknya janin

mampu menyerap berbagai kebutuhan bagi dari ibunya, tetapi

dengan anemia akan mengurangi kemampuan metabolisme

tubuh sehingga mengganggu pertumbuhan dan

perkembangan janin dalam rahim. Akibat anemia dapat

terjadi gangguan dalam bentuk : abortus, kematian

intrauterin, persalinan prematuritas tinggi, berat badan lahir

rendah, kelahiran dengan anemi, dapat terjadi cacat bawaan,

bayi mudah mendapat infeksi sampai kematian perinatal, dan

inteligenisia rendah.

Menurut Muchtar (2012) pengaruh anemia terhadap kehamilan,

persalinan dan nifas:

10
a) Keguguran.

b) Partus prematurus.

c) Inersia uteri dan partus lama, ibu lemah.

d) Atonia uteria dan menyebabkan pendarahan.

e) Syok.

f) Afibrinogenemia dan hipofibrinogenemia.

g) Bila terjadi anemia gravis (Hb di bawah 4 gr%) terjadi payah

jantung, yang bukan saja menyulitkan kehamilan dan

persalinan, bahkan bisa fatal.

Hasil konsepsi (janin, plasenta, darah) membutuhkan zat besi dalam

jumlah besar untuk pembuatan butir-butir darah merah dan

pertumbuhannya, yaitu sebnayak berat besi. Jumlah ini merupakan

1/10 dari seluruh besi dalam tubuh. Terjadinya anemia dalam

kehamilan bergantung dari jumlah persediaan besi dalam hati, limpa,

dan sumsum tulang. Selama masih mempunyai cukup persediaan

besi, Hb tidak akan turun dan bila persediaan ini habis, Hb akan

turun. Ini terjadi pada bulan ke 5-6 kehamilan, pada waktu janin

membutuhkan banyak zat besi.bila terjadi anemia, pengaruhnya

terhadap hasil konsepsi adalah:

1) Kematian mudigah (keguguran),

2) Kematian janin dalam kandungan,

3) Kematian janin waktu lahir (stillbirth),

4) Kematiaan prinatal tinggi,

11
5) Prematuritas,

6) Dapat terjadi cacat-bawaan,

7) Cadangan besi kurang.

f. Etiologi

Makin sering seorang wanita mengalami kehamilan

dan melahirkan akan banyak kehilangan zat besi dan

menjadi makin anemis. Jika persediaan cadangan Fe

minimal, maka setiap kehamilan akan menguras

persediaan Fe tubuh dan akhirnya menimbulkan anemia

pada kehamilan berikutnya.

Kehamilan memerlukan tambahan zat besi untuk

meningkatkan jumlah sel darah merah dan membentuk

sel darah merah janin dan plasenta. Pada kehamilan

relatif terjadi anemia karena darah ibu hamil mengalami

hemodilusi (pengenceran) dengan peningkatan volume 30%

sampai 40% yang puncaknya pada kehamilan 32 sampai

34 minggu jumlah peningkatan sel darah 18% sampai

30%, dan Haemoglobin sekitar 19%. Bila Haemoglobin ibu

sebelum hamil sekitar 11 g%, dengan terjadinya

Haemoglobin akan mengakibatkan anemia hamil fisiologis,

dan Hb ibu akan menjadi 9,5 sampai 10 g%. Pemeriksaan

dan pengawasan Hb dapat dilakukan dengan mengganggu

12
alat sahli. Hasil pemeriksaan Hb dengan Sahli dapat

digolongkan sebagai berikut. Hb 11 g% tidak anemia, Hb 9

- 10 g% anemia ringan, Hb 7-8 g% anemia sedang, Hb < 7

g% anemia berat.

Tabel 2.2
Hasil pemeriksaan Hb dengan sahli
Kadar Hb Keterangan
Hb 11 g% Tidak anemia
Hb 9-10g% Anemia ringan
Hb 7-8 g% Anemia sedang
Hb < 7 g% Anemia berat

Sumber : Manuaba (2013)

Pemeriksaan darah dilakukan minimal dua kali

selama kehamilan, yaitu pada trimester I dan trimester III.

Dengan pertimbangan bahwa sebagian besar ibu hamil

mengalami anemia, maka dilakukan pemberian preparat

Fe sebanyak 90 tablet pada ibu-ibu hamil puskesmas

(Manuaba, 2013).

g. Pencegahan Anemia

Kemenkes (2020) upaya pencegahan anemia :

1) Perbanyak konsumsi makanan kaya zat besi dan protein,

seperti hati, telur, unggas, daging, ikan, kacangkacangan,

sayuran hijau dan buah berwarna merah atau kuning

2) Makan beraneka ragam makanan bergizi seimbang dengan

penambahan 1 (satu) porsi makanan dalam sehari

13
3) Minum Tablet Tambah Darah (TTD) minimal 90 (sembilan

puluh) tablet selama kehamilan

Pemberian TTD bagi ibu hamil:

1. Diperlukan untuk memenuhi asupan zat besi, guna

mempersiapkan proses kehamilan dan persalinan yang

sehat.

2. Untuk mencegah anemia, diberikan minimal 90 (sembilan

puluh) tablet selama kehamilan.

Agar konsumsi TTD dapat lebih efektif untuk mencegah

anemia :

a) TTD sebaiknya diminum pada malam hari sebelum tidur

untuk mengurangi rasa mual.

b) TTD dikonsumsi bersama makanan atau minuman yang

mengandung Vitamin C seperti buah segar, sayuran dan

jus buah, agar penyerapan zat besi didalam tubuh lebih

baik Jangan minum TTD bersama teh, kopi, susu, obat

sakit maag dan tablet calk, karena akan menghambat

penyerapan zat besi.

c) Dalam masa pandemi, konsumsi Tablet Tambah Darah

(TTD) sangat penting, untuk mencegah anemia sekaligus

meningkatkan kekebalan tubuh terhadap virus corona

d) Ibu hamil dapat mengonsumsi TTD mandiri dengan

kandungan zat besi sekurangkurangnya 60 mg besi

14
elemental dan 400 mcg asam folat (sama dengan TTD

program), yang dapat dibeli di apotik atau toko obat.

4) Menggunakan alas kaki untuk mencegah infeksi cacing

tambang

5) Untuk wilayah endemik malaria gunakan kelambu di

tempat tidur sebagai upaya pencegahan malaria

(Kemenkes, 2020).

Kebutuhan besi total dalam kehamilan sebesar 800 mg tidak

dapat dipenuhi hanya dari diet yang cukup. Karena itu, dianjurkan

pemberian unsur besi profilaksis 60 mg/hari setiap hari untuk semua

ibu hamil. Besi ferosus lebih dipilih dari pada besi feri karena lebih

mudah diserap dan lebih murah (Manuaba, 2013.). Untuk mencegah

terjadinya anemia, ibu hamil disarankan untuk menambah jumlah

darah melalui pasokan makanan yang mengandung zat besi, asam

folat, dan vitamin B12. Oleh karena itu ibu hamil dianjurkan

mengkonsumsi makanan yang dapat membentuk sel-sel darah merah

seperti hati, ikan teri, daging merah, kacang-kacangan, sayuran

berwarna hijau, kuning telur (Laksmi, 2008).

Institute of Medicine dalam Nutrition during Pregnancy yang

diacu oleh Scholl menyatakan bahwa rata-rata selama kehamilan

kebutuhan tubuh ibu untuk zat besi meningkat menjadi sekitar 1000

mg. Dari 350 mg kebutuhan zat besi dikaitkan dengan pertumbuhan

janin dan plasenta, 500 mg dengan peningkatan dalam massa sel

15
merah dan 250 mg sebagai kehilangan darah saat melahirkan.

Kebutuhan yang meningkat tersebut perlu didukung oleh asupan zat

besi untuk ibu hamil yang lebih tinggi - meningkat dari 6 mg/hari

pada trimester pertama, menjadi 19 mg/hari pada trimester II, serta

menjadi 22 mg/hari pada trimester III kehamilan (Widowati, 2019).

2.2 Tinjauan Teori

2.1 Hemoglobin

Hemoglobin adalah protein pembawa oksigen di dalam sel darah merah,

yang memberi warna merah pada sel darah merah. Hb memiliki peran penting

dalam mengantar oksigen ke seluruh bagian tubuh untuk konsumsi dan

membawa kembali karbon dioksida kembali ke paru menghembuskan nafas

keluar dari tubuh. Jika kadar hemoglobin terlalu rendah, prosese ini

terganggu, sehingga tubuh memiliki tingkat oksigen yang rendah

(Proverawati, 2011).

Kandungan Hb yang rendah dengan demikian mengindikasikan anemia,

bergantung pada metode yang digunakan, nilai Hb menjadi akurat sampai 2-

3%. Gejala anemia berupa lemah, kurang nafsu makan, kurang energi,

konsenstrasi menurun, sakit kepala, mudah terinfeksi penyakit, mata kunang-

kunang, selain itu kelopak mata, bibir, dan kuku tampak pucat.

Penanggulangan ibu hamil dapat dilakukan dengan cara pemberian tablet besi

serta peningkatan kualitas makanan sehari-hari (Bakta, 2014).

16
Hemoglobin mengikat 2 proton untuk setiap kehilangan 4 molekul

oksigen dan dengan demikian turut memberikan pengaruh yang berarti pada

kemampuan pendaparan darah. Dalam paru, proses tersebut berlangsung

terbalik yaitu seiring oksigen berikatan dengan haemoglobin yang berada

dalam keadaan tanpa oksigen (deoksigenasi), proton dilepas dan bergabung

dengan bikarbonat sehingga terbentuk asam karbonat, dengan bantuan

enzim karbonik anhidrase, asam karbonat membentuk gas CO2 yang

kemudian dihembuskan keluar (Bakta, 2014).

Hemoglobin adalah suatu protein yang berada di dalam darah yang

berfungsi sebagai pengangkut oksigen. Jadi, oksigen yang dihirup dan masuk

ke paru-paru nantinya akan diangkut lagi oleh hemoglobin di dalam darah

untuk didistribusikan ke otak, jantung, ginjal, otot, tulang, dan seluruh organ

tubuh.

Hemoglobin merupakan komponen penting dari sel darah merah yang

memiliki peran dalam transportasi oksigen dan karbon dioksida. Hemoglobin

memberikan pigmen alami pada sel darah merah. Zat besi yang terdapat di

hemoglobin, ketika berikatan dengan oksigen akan tampak kemerahan.

Sedangkan jika zat besi tersebut berikatan dengan karbon dioksida akan

berubah warna menjadi keunguan.

Hemoglobin terdiri dari molekul yang memiliki dua bagian utama yaitu

globin dan gugus hemeGlobin merupakan suatu protein yang terbentuk dari

empat rantai polipeptida yang berlipat-lipat. Sedangkan gugus heme

merupakan empat gugus nonprotein yang mengandung besi dengan masing-

17
masing terikat ke salah satu polipeptida pada globin. Masing-masing dari

keempat atom besi dapat berikatan secara reversibel dengan satu molekul

oksigen, oleh karena itu setiap molekul hemoglobin dapat mengambil empat

molekul oksigen dari alveolus di paru-paru. Selain itu hemoglobin juga

mengikat bagian ion hidrogen asam dari asam karbonat terionosasi yang

dihasilkan dari tingkat jaringan dari karbon dioksida. Hemoglobin

menyangga asam ini sehingga PH darah tetap normal.

Kadar hemoglobin merupakan salah satu indikator ketersediaan zat besi

dalam tubuh,yang berfungsi sebagai hemoglobin, myoglobin dan enzim yang

diperlukan dalam fungsi metabolisme. Kekurangan zat besi dapat terlihat dari

konsentrasi Hb dalam darah yang berada dalam standar sesuai umur dan jenis

kelamin.

Batas Kadar Hemoglobin

Kelompok Umur Batas nilai Hemoglobin (gr/dl)


Anak 6 bulan-6 tahun 11,0
Anak 6 tahun- 14 tahun 12,0
Pria dewasa 13,0
Wanita dewasa 12,0
Ibu hamil 11,0

Kadar Hb normal pada anak berdasarkan usia dan jenis kelaminnya, yaitu:

 Usia 0 - 30 hari

Perempuan: 13.4–19.9 (g / dL)

Laki-laki: 13.4–19.9 (g / dL)

18
 Usia 31–60 hari

Perempuan: 10.7–17.1 (g / dL)

Laki-laki: 10.7–17.1 (g / dL)

 Usia 2–3 bulan

Perempuan: 9.0–14.1 (g / dL)

Laki-laki: 9.0–14.1 (g / dL)

 Usia 3–6 bulan

Perempuan: 9.5–14.1 (g / dL)

Laki-laki: 9.5–14.1 (g / dL)

 Usia 6–12 bulan

Perempuan: 11.3–14.1 (g / dL)

Laki-laki: 11.3–14.1 (g / dL)

 Usia 1–5 tahun

Perempuan: 10.9–15.0 (g / dL)

Laki-laki: 10.9–15.0 (g / dL)

 Usia 5–11 tahun

Perempuan: 11.9–15.0 (g / dL)

Laki-laki: 11.9–15.0 (g / dL)

 Usia 11–18 tahun

Perempuan: 11.9–15.0 (g / dL)

Laki-laki: 12. 7–17.7 (g / dL)

19
2.2 Tujuan

Penilaian hemoglobin (Hb) oleh Hemocue digunakan secara luas untuk

skrining anemia pada orang dewasa dan anak-anak

2.3 Indikasi

1. Anak mengalami gejala, seperti kelelahan, sering sakit, atau penurunan

berat badan tanpa alasan yang jelas

2. Anak mengalami gejala, seperti kelelahan, sering sakit, atau penurunan

berat badan tanpa alasan yang jelas

3. Adanya tanda-tanda perdarahan

4. Sebelum dan sesudah operasi besar

5. Penyakit ginjal kronis atau masalah medis kronis lainnya

6. Pemantauan anemia dan penyebabnya

7. Pemantauan selama pengobatan untuk kanker

8. Memantau obat-obatan yang dapat menyebabkan anemia

2.4 Faktor Yang Mempengaruhi

1. Kecukupan Besi dalam Tubuh

Besi dibutuhkan untuk produksi hemoglobin, sehingga anemia gizi besi

akan menyebabkan terbentuknya sel darah merah yang lebih kecil dan

kandungan hemoglobin yang rendah. Besi juga merupakan mikronutrien

essensiil dalam memproduksi hemoglobin yang berfungsi mengantar

oksigen dari paru-paru ke jaringan tubuh, untuk dieksresikan ke dalam

udara pernafasan, sitokrom, dan komponen lain pada sistem enzim

pernafasan seperti sitokrom oksidase, katalase dan peroksidase. Besi

20
berperan dalam sintesis hemoglobin dalam sel darah merah dan mioglobin

dalam sel otot. Kandungan ± 0,004 % berat tubuh (60-70%) terdapat

dalam hemoglobin yang disimpan sebagai ferritin di dalam hati,

hemosiderin di dalam limpa dan sumsum tulang. Kurang lebih 4% besi di

dalam tubuh berada sebagai mioglobin dan senyawa-senyawa besi sebagai

enzim oksidatif seperti sitokrom dan flavoprotein. Walaupun jumlahnya

sangat kecil namun mempunyai peranan yang sangat penting. Mioglobin

ikut dalam transportasi oksigen menerobos sel-sel membran masuk ke

dalam sel-sel otot. Sitokrom, flavoprotein, dan senyawa-senyawa

mitokondria yang mengandung besi lainnya, memegang peranan penting

dalam proses oksidasi menghasilkan Adenosin Tri Phosphat (ATP) yang

merupakan molekul berenergi tinggi.

2. Metabolisme Besi dalam Tubuh

Ada dua bagian besi dalam tubuh, yaitu bagian fungsional yang dipakai

untuk keperluan metabolik dan bagian yang merupakan cadangan.

Hemoglobin, mioglobin, sitokrom, serta enzim hem dan nonhem adalah

bentuk besi fungsional dan berjumlah antara 25-55 mg/kg berat badan.

Sedangkan besi cadangan apabila dibutuhkan untuk fungsi-fungsi

fisiologis dan jumlahnya 5-25 mg/kg berat badan. Ferritin dan

hemosiderin adalah bentuk besi cadangan yang biasanya terdapat dalam

hati, limpa dan sumsum tulang. Metabolisme besi dalam tubuh terdiri

dari proses absorpsi, pengangkutan, pemanfaatan, penyimpanan dan

pengeluaran

21
3. Pola makan

Untuk menjaga kadar hemoglobin normal, diperlukan asupan yang dapat

memenuhi kebutuhan zat besi. Zat besi merupakan elemen utama dalam

pembentukan hemoglobin. Zat besi terdapat pada makanan baik yang

bersumber dari hewan maupun tumbuhan. Beberapa jenis makanan

memiliki kandungan zat besi yang tinggi, seperti bayam merah, beras

merah, hati sapi, kacang hijau, kacang merah, kedelai, kerang, oncom,

telur bebek, tempe, ikan salmon dan ikan tuna. Sumber makanan tersebut

mengandung 4 mg zat besi per 100 gram. Selain zat besi, vitamin B12 juga

merupakan salah satu komponen penting dalam pembentukan hemoglobin

(Sherwood, 2012).

4. Usia

Bayi yang baru lahir memiliki kadar hemoglobin lebih tinggi

dibandingkan dengan anak-anak dan orang dewasa. Kadar hemoglobin

menurun berdasarkan peningkatan usia. Kadar hemoglobin terlihat

menurun mulai dari usia 50 tahun ke atas, namun dibeberapa kondisi kadar

hemoglobin pada anak-anak menurun drastis diakibatkan kebutuhan zat

besi yang lebih banyak untuk pertumbuhannya. Penambahan usia juga

mempengaruhi terhadap perubahan degeneratif fungsi tubuh, sehingga

adanya polutan yang masuk ke dalam tubuh lebih sulit untuk

mentoleransinya (Sacher dkk, dalam Adiwijayanti, 2015).

22
5. Jenis Kelamin

Dalam keadaan normal, laki-laki memiliki kadar hemoglobin lebih tinggi

daripada perempuan. Hal ini dipengaruhi oleh fungsi fisiologis dan

metabolisme laki-laki yang lebih aktif daripada perempuan. Kadar

hemoglobin perempuan lebih mudah turun, karena mengalami siklus

menstruasi yang rutin setiap bulannya. Ketika perempuan mengalami

menstruasi banyak terjadi kehilangan zat besi, oleh karena itu kebutuhan

zat besi pada perempuan lebih banyak daripada laki-laki

6. Logam berat

Logam berat yang masuk ke tubuh melalui pernafasan akan langsung

berinteraksi dengan darah, sebagai contoh adalah timbal. Timbal yang

masuk ke dalam tubuh dapat berasal dari pencemaran udara dan rokok.

Timbal yang telah masuk ke dalam tubuh akan didistribusi ke dalam darah

sebesar 95% yang terikat pada sel darah merah dan sisanya terikat pada

plasma darah. Sistim hematopoetik sangat peka terhadap efek timbal, yaitu

menghambat sebagian besar enzim yang berperan dalam pembentukan

heme. Enzim yang terlibat dalam pembentukan heme, enzim ALAD dan

ferrochelatase, sangat rentan terhadap efek penghambatan oleh timbal.

Inhibisi pada enzim ALAD berhubungan dengan konsentrasi timbal dalam

darah. Hampir 50% aktivitas enzim ini dihambat pada kadar timbal dalam

darah sebesar 15 μg/dL (Lauwerys dan Perrine, dalam Adiwijayanti, 2015)

7. Genetik

Beberapa orang memiliki jenis hemoglobin yang berbeda dengan

23
hemoglobin orang normal. Perbedaan ini menyebabkan munculnya

gangguan kesehatan yang dibawa dari genetik atau keturunan, contohnya

anemia sel sabit. Anemia sel sabit merupakan penyakit keturunan dimana

terdapat molekul hemoglobin yang abnormal karena penggantian salah

satu asam amino pada rantai polipeptida beta. Akibatnya, sel darah merah

terdistorsi menjadi bentuk sabit dalam kondisi konsentrasi oksigen yang

rendah. Sel-sel terdistorsi ini menutup kapilar dan mengganggu aliran

darah (Sloane, dalam Adiwijayanti, 2015).

8. Gizi

Asupan gizi ibu hamil merupakan faktor baik untuk pemenuhan nutrisi ibu

hamil maupun pertumbuhan dan perkembangan janin didalam

kandungannya. Saat hamil tubuh akan mengalami banyak perubahan fisik

dan hormone. Pada kondisi ini mungkin saja nafsu makan menurun karena

mengalami mual dan muntah setiap hari akan tetapi,bukan berarti tidak

makan sama sekali .Ingatlah agar bayi terlahir sehat dianjurkan untuk

mengkonsumsi makanan bergizi lengkap

9. Kebiasaan merokok

Terdapat beberapa teori yang membahas tentang hubungan antara

kebiasaan merokok dengan kadar hemoglobin. Merokok dapat

menyebabkan rusaknya sel silia pada saluran pernapasan yang menyaring

zat-zat yang masuk ke dalam saluran pernapasan. Merokok dapat merusak

mekanisme tersebut dan menyebabkan aliran udara terhambat, alveoli

rusak dan kapasitas paru-paru menurun, merokok dapat mengiritasi sel

24
mukus dan menyebabkan peningkatan mukus. Mukus yang berkumpul

menyebabkan infeksi dan kerusakan pada paru. Kerusakan pada paru dapat

mengakibatkan semakin banyak jumlah zat kimia yang terdapat dalam

rokok seperti logam berat masuk ke dalam tubuh sehingga berpengaruh

pula pada penurunan kadar hemoglobin dalam darah. Logam berat yang

terdapat di dalam rokok dapat menganggu pembentukan hemoglobin,

seperti timbal, boron, kadmium, selenium, arsenik dan antimoni. Menurut

Suriyaprom (dalam Adiwijayanti, 2015), merokok merupakan salah satu

faktor penting yang mempengaruhi kadar hemoglobin. Rokok

mengandung banyak zat beracun dan komponen yang menyebabkan

kanker dan berbahaya bagi kesehatan, seperti nikotin, nitrogen oksida,

karbonmonoksida, hidrogen sianida dan radikal

2.5 Macam Pemeriksaan

1. Metode Tallquist

Dengan membandingkan darah asli dengan suatu skala warna yang

bergradasi mulai dari warnamerah muda smpai warna merah tua (10-

100%). CaraTallquist kini sudah ditinggalkan karena tingkat kesalahannya

mencapai 30- 50% (Kiswari R, 2014).

2. Metode Cu-Sulfat

Metode ini digunakan untuk menetapkan kadar hemoglobin, terkait untuk

mendapatkan donor yang cocok dan sehat (Kiswari R, 2014).

3. Metode Sahli

Metode Sahli merupakan penetapan hemoglobin secara visual. Untuk

25
dapat menentukan kadar hemoglobin, dilakukan dengan mengencerkan

campuran larutan tersebut dengan aquadest sampai warnanya sama dengan

warna standart di tabung gelas (Kiswari R, 2014).

4. Metode Fotoelektrik Kolorimeter

Dengan cara ini kita mendapatkan hasil kadar Hemoglobin dengan lebih

teliti dibandingkan cara visual. Kesalahannya berkisar 2%. Penetapan

kadar Hemoglobin dengan Fotoelektrik kolorimetri ini memiliki banyak

cara, antara lain:

a. Metode Cyanmethemoglobin

Metode ini memiliki keuntungan, yaitu kenyamanan dan standart,

dimana larutan mudah didapat dan cukup stabil. Darah diencerkan

dalam larutan kalium sianida dan ferri sianida. Absorbansi larutan

diukur dalam spektrofotometer pada panjang gelombang 540 nm dan

dibandingkan dengan larutan standart HiCN (Kiswari R, 2014).

b. Metode Oksihemoglobin

Metode HbO2 metode yang paling sederhana dan paling cepat untuk

semua metode yang menggunakan fotometer. Kerugiannya adalah

tidak memungkinkan untuk menyiapkan HbO2 dalam keadaan stabil,

sehingga kalibrasi terhadap peralatan harus selalu dilakukan secara

teratur menggunakan larutan HCN atau standart sekunder.

26
2.6 Upaya peningkata HB

1. Zat Besi

Zat besi (Fe) merupakan mikroelemen yang esensial bagi tubuh, zat

ini terutama diperlukan dalam hematopoiesis (pembentukan darah) yaitu

dalam sintesa haemoglobin (Hb) (Arisman, 2010). Seorang ibu yang dalam

masa kehamilannya telah menderita kekurangan zat besi tidak dapat

memberi cadangan zat besi kepada bayinya dalam jumlah yang cukup

untuk beberapa bulan pertama. Meskipun bayi itu mendapat air susu dari

ibunya, tetapi susu bukanlah bahan makanan yang banyak mengandung zat

besi karena itu diperlukan zat besi untuk mencegah anak menderita anemia

(Proverawati, 2011).

Pada beberapa orang, pemberian tablet zat besi dapat menimbulkan

gejala-gejala seperti mual, nyeri didaerah lambung, kadang terjadi diare

dan sulit buang air besar, pusing bau logam (Bakta, 2014). Selain itu

setelah mengkonsumsi tablet tersebut, tinja akan berwarna hitam, namun

hal ini tidak membahayakan. Frekuensi efek samping tablet zat besi ini

tergantung pada dosis zat besi dalam pil, bukan pada bentuk campurannya.

Semakin tinggi dosis yang diberikan maka kemungkinan efek samping

semakin besar.

2. Sumber Zat Besi

Ada dua jenis zat besi dalam makanan, yaitu zat besi yang berasal dari

hem dan bukan hem. Walaupun kandungan zat besi hem dalam makanan

hanya antara 5-10% tetapi penyerapannya hanya5%. Makanan hewani

27
seperti daging, ikan dan ayam merupakan sumber utama zat besi hem. Zat

besi yang berasal dari hem merupakan Hb. Zat besi non hem terdapat

dalam pangan nabati, seperti sayur-sayuran, biji-bijian, kacang-kacangan

dan buah-buahan (Proverawati, 2011).

Asupan zat besi selain dari makanan adalah melalui suplemen tablet

zat besi. Suplemen ini biasanya diberikan pada golongan rawan kurang zat

besi yaitu balita, anak sekolah, wanita usia subur dan ibu hamil. Pemberian

suplemen tablet zat besi pada golongan tersebut dilakukan karena

kebutuhan akan zat besi yang sangat besar, sedangkan asupan dari makan

saja tidak dapat mencukupi kebutuhan tersebut. Makanan yang banyak

mengandung zat besi antara lain daging, terutama hati dan jeroan, apricot,

prem kering, telur, polong kering, kacang tanah dan sayuran berdaun hijau

(Arisman, 2010).

3. Sumber Makanan yang Mengandung Zat Besi

Zat besi yang berasal dari hewani yaitu; daging, ayam, ikan,

telur. Zat besi yang berasal dari nabati yaitu; kacang-kacangan,

sayuran hijau, dan pisang ambon. Keanekaragaman konsumsi makanan

berperan penting dalam membantu meningkatkan penyerapan Fe

didalam tubuh. Kehadiran protein hewani, vitmin C, Vitamin A, Asam

folat, zat gizi mikro lain dapat meningkatkan penyerapan zat besi

dalam tubuh. Manfaat lain dari mengkonsumsi makanan sumber zat

besi adalah terpenuhinya kecukupan vitamin A, karena makanan

28
sumber zat besi biasanya juga merupakan sumber vitamin A (Arisman,

2010).

Penyerapan besi dipengaruhi oleh banyak faktor. Protein hewani

dan vitamin C meningkatkan penyerapan. Kopi, teh, garam kalsium,

magnesium dapat mengikat Fe sehingga mengurangi jumlah serapan.

Karena itu sebaiknya tablet Fe ditelan bersamaan dengan makanan yang

dapat memperbanyak jumlah serapan, sementara makanan yang

mengikat Fe sebaiknya dihindarkan, atau tidak dimakan dalam waktu

bersamaan. Disamping itu, penting pula diingat, tambahan besi

sebaiknya diperoleh dari makanan (Proverawati, 2011).

Upaya mencegah anemia dan peningkatan kadar hemoglobin menurut

Aryani (2012) ialah :

a. Konsumsi makanan mengandung besi

1) Hewani :

(a) Daging

(b) Ayam

(c) Hati

(d) Telur

2) Nabati

(a) Sayuran berwarna hijau tua

(b) Kacang –kacangan (Kacang hijau, kacang merah , kacang

kedelai)

(c) Tempe

29
3) Konsumsi makanan sumber vitamin C

(a) Jambu

(b) Jeruk

(c) Tomat

(d) Nanas

4) Minum 1 tamblet FE setiap hari (Aryani, 2012)

2.7 Tatalaksana Tindakan

a. Persiapan alat

1) Easy Touch

2) Stik Hemoglobin Easy Touch

3) Lanset

4) Alkohol Swab

5) Handscoon

30
b. Prosedur pelaksanaan

Tahap awal

Tahap Pra Interaksi

1) Melakukan verifikasi data sebelumnya bila ada

2) Mencuci tangan

3) Menempatkan alat di dekat pasien dengan benar

Tahap Orientasi

1) Memberikan salam sebagai pendekatan terapeutik

2) Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada keluarga/pasien

3) Memberikan kesempatan kepada pasien untuk bertanya

4) Menanyakan kesiapan klien sebelum kegiatan dilakukan

Pelaksanaan

1) Melakukan informed consent.

2) Menggunakan handscoon

3) Fiksasi ujung jari dengan alkohol swab

4) Tusuk jari dengan lanset, usap darah pertama dengan tissue

5) Ambil darah berikutnya, masukkan ke dalam strip hemoglobin,

tunggu/baca hasil 10 sampai 20 detik dalam monitor

Tahap terminasi

1) Catat hasil

2) Beritahu hasil pada pasien

3) Bersihkan dan rapikan alat

4) Lepas sarug tanag

5) Cuci tangan

31
6) Dokumentasi

Nilai Normal Kadar Hemoglobin

Laki-laki 12 – 16 gr/%

Perempuan 12-14 gr%

Interpretasi hasil Nilai Rujukan WHO

Anak 6 bln - 6 th 11 g/%

Anak 6 th -14 th 12 g%

Laki-laki dewasa 13 gr%

Wanita dewasa tidak hamil 12 gr%

Wanita dewasa hamil 11 gr/%

Kelebihan Metode Sahli: Alat (Hemoglobinometer) praktis dan tidak

membutuhkan listrik bisa dibawa kemana mana ( Desa), Harga alat murah

Kekurangan Metode sahli: Pembacaan secara visual kurang teliti, Alat

(Hemoglobinometer) tidak distandart kan, Tidak semua bentuk hemoglobin

dapat di ubah menjadi hematin asam

2.8 Patofisiologi

Pada keadaan fisiologis, manusia dewasa mengalami destruksi setidaknya

100-200 juta eritrosit setiap jam, menghasilkan setidaknya 6 gram hemoglobin

pada orang dewasa dengan berat badan 70 kilogram. Ketika hemoglobin

dihancurkan dalam tubuh, globin akan mengalami degradasi menjadi asam

amino yang kemudian didaur ulang dalam tubuh. Sementara itu, heme akan

dipecah menjadi porfirin dan besi. Besi akan terikat transferin dan mengikuti

32
daur besi tubuh. Porfirin yang terbebas dari ion besi mengalami serangkaian

proses degradasi terutama oleh sistem retikulo-endotelial.

33
BAB III
KASUS

IDENTITAS PASIEN:
Identitas Pasien Penanggung Jawab
Status : Suami
1. Nama : Ny. Y 1. Nama : Tn. S
2. Umur : 32 tahun 2. Umur : 38 tahun
3. Agama : Islam 3. Agama : Islam
4. Pendidikan : SMP 4. Pendidikan : SMP
5. Pekerjaan : IRT 5. Pekerjaan : Buruh
6. Suku bangsa: Jawa 6. Suku Bangsa: Jawa
7. Alamat : Jl.RE.Martadinata 7. Alamat : JL.RE.Martadinata
Bandar Lampung Bandar Lampung
8. No HP : - 8. No HP : 089148220923

A. DATA SUBYEKTIF

1. ALASAN DATANG : ibu datang untuk melakukan kunjungan kehamilan

2. KELUHAN UTAMA : Ibu mengatakan saat ini merasa lemas serta

kurnang nafsu makan karena rasa mual ketika mencium bau yang

menyengat

3. RIWAYAT KESEHATAN:

a. Penyakit/kondisi yang pernah atau sedang diderita : Ibu mengatakan

bahwa saat ini tidak memiliki penyakit yang sedang di derita, tidak

meiliki penyakit menular atau menurun.

b. Riwayat penyakit dalam Keluarga (menular maupun keturunan) : Ibu

34
mengatakan keluarga tidak memiliki penyakit menurun dan menular

4. RIWAYAT OBSTETRI

a. Riwayat Haid:

1) Menarche umur : 15 Tahun

2) Menstruasi : Teratur : Ya

3) Siklus : 30 Hari

4) Lama : 1-6 Hari

5) Jumlah : ± 100 cc

6) Warna : Merah kehitaman

7) Konsistensi : Cair/encer

8) Bau : Tidak

9) Desminorea : Tidak

10) Flour Albus : ada

11) Bau : Tidak

12) Leukhorea : Tidak ada

b. Riwayat Kehamilan sekarang :

1) G3 P2 A0

2) Usia kehamilan : 9 minggu 5 hari

3) HPHT: 03-09- 2023

4) HPL : 10-06-2023

5) Gerak janin

a) Pertama kali : belum

35
b) Frekuensi dalam 12 jam : belum terasa

6) Tanda bahaya :

a) TM I : Tidak ada

b) TM II : Tidak ada

c) TM III : Tidak ada

7) Keluhan

a) Trimester I : Mual muntah pagi hari

b) Trimester II : Tidak ada

c) Trimester III :. Tidak ada

8) Riwayat terapi

a) Trimester I : Asam folat,B6

b) Trimester II : tidak ada

c) Trimester III : tidak ada

9) Riwayat Alergi : tidak ada

10) Kekhawatiran khusus : tidak ada

11) Imunisasi / TT :

Lengkap (Status TT : 5)

a) TT I : Umur 7 Tahun

b) TT II : Umur 9 Tahun

c) TT III : Umur 20 Tahun (Sebelum menikah)

d) TT IV : Umur 20 Tahun (Sebulan setelah menikah)

e) TT V : Hamil Anak 1

12) ANC : 2 x

36
Suplement &
ANC
Tanggal Tempat Fe MASALAH TINDAKAN/PENDKES
Ke
(Jenis & Jml)
1 10 – 10- 2023 PMB B6 Mual muntah Tidak ada
2 09 – 11- 2023 PMB B6, asam Mual muntah Tidak ada
folat

5. POLA PEMENUHAN KEBUTUHAN SEHARI-HARI:

Sebelum hamil Selama Hamil


A. Nutrisi
1) Makan
Frekuensi makan pokok 3 X/hari 3 X/hari
Komposisi
Nasi 3 x @ 1 piring (sedang / penuh) 3 x @ 1 piring (Kecil/sedang / penuh)
Lauk 3 x @ 1 potong (sedang / besar), 3 x @ 1 potong (sedang / besar),
jenisnya : Ikan jenisnya : tahu tempe
( Beraneka ragam) ( Beraneka ragam )
Sayuran 3 x @ 1 mangkuk sayur ; jenis sayuran : 2 x @ 1 mangkuk sayur ; jenis sayuran
bayam, daun singkong : bayam, daun singkong
( Beraneka ragam ) ( Beraneka ragam )
Buah 3 x sehari / seminggu; jenis : 3 x sehari / seminggu; jenis : pisang,
pisang,papaya papaya
( Beranekaragam ) ( Beranekaragam )
Camilan 4 xsehari; jenis (Beranekaragam ) 3 xsehari; jenis
( Beranekaragam )
Pantangan: TidakAda Tidak Ada
Keluhan: Tidak Ada Tidak ada
Perubahan selama Hamil Tidak Ada Tidak ada
2) Minum
Jumlah total 8 gelas perhari; jenis air putih 8 gelas perhari; jenis air putih hangat
Susu 1x perhari 1x perhari
Jamu Tidak Pernah Tidak Pernah
Keluhan: Tidak Ada Tidak Ada
Perubahan selama Hamil Tidak Ada Tidak Ada

37
b. Eliminasi
1) BAK
Frekuensi /hari 4 x/hari 4x/hari
Warna Normal ( Kuning Jernih ) Normal ( Kuning Jernih )
Keluhan Tidak Ada Tidak Ada
Konsistensi Cair Cair
2) BAB
Frekuensi/hari 1 x/hari 1 x/hari
Warna Normal Normal
Konsistensi Lembek Lembek
Keluhan Tidak Ada Tidak Ada
C. Personal Hygine
Mandi 2 xsehari 2 xsehari
Keramas 7 xseminggu 7 xseminggu
Gosok Gigi 2 xsehari 2 xsehari
Ganti Pakaian 2 xsehari 2 xsehari
Celana dalam 2 xsehari 3 xsehari
Kebiasaan memakai alas kaki Jika keluar rumah memakai sandal Jika keluar rumah memakai sandal
Keluhan Tidak Ada Tidak Ada
d. Hubungan sexsual
Frekuensi 3 x seminggu 1 x seminggu
Contact bleeding Tidak Ada Tidak Ada
Keluhan lain Tidak Ada Tidak Ada
Perubahan selama hamil ini Tidak Ada Lebih Jarang
e. Istirahat / Tidur
Tidur malam 8 jam 8 jam
Tidur siang 2 jam 2 Jam
Keluhan/masalah Tidak Ada Tidak Ada
Perubahan selama hamil ini Tidak ada Tidak ada
f. Aktivitas fisik dan olah raga
Aktivitas fisik (beban pekerjaan) Tidak Ada Tidak Ada
Olah raga Tidak Pernah Jalan kaki pada pagi hari
Frekuensi TidakPernah 1x /hari
Perubahan selama hamil ini Tidak Ada Jalan kaki pada pagi hari

38
g. Kebiasaan yang merugikan
kesehatan
Merokok aktif Tidak Tidak
Lingkungan perokok Ya Ya
Minuman beralkohol Tidak Tidak
Obat-obatan Tidak Tidak
Napza Tidak Tidak
Aktifitas yang merugikan Tidak Ada Tidak Ada

B. DATA OBYEKTIF:

1. PEMERIKSAAN FISIK:

a. Pemeriksaan Umum:

1) Keadaan umum : Baik

2) Kesadaran : Composmentis

3) Tensi :110/70 mmHg

4) Nadi : 82x/menit

5) BB : 51

6) Suhu : 37,2 ⁰C

7) RR : 24x/menit

8) TB : 150

9) LILA : 26 Cm

10) IMT : 22,5

b. Status present

1) Kepala : Tidak ada odema, tidak ada ketombe, rambut bersih,

warna hitam.

39
2) Sclera dan konjungtiva normal

3) Hidung, mulut, gigi, lidah, gusi dan telinga normal, tidak ada

kelainan

4) Leher : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembengkakan kelenjar

tiroid, kelenjar getah bening dan pembesaran vena jugularis.

5) Dada (payudara): Simetris tidak ada retraksi, hiperpigmentasi pada

areola, puting susu menonjol, colostrum sudah keluar, tidak ada

benjolan atau tidak ada massa.

6) Perut : Simetris , tidak ada bekas luka oprasi terdapat

linea nigra

7) Lipat paha : Normal tidak ada varises

8) Vulva :.Tidak di lakukan pemeriksaan

9) Ekstremitas : Normal, dapat berfungsi dengan baik , tidak ada

bekas luka.

10) Refleks patella: Terdapat reflek patela pada ke-2 kaki

11) Punggung : Simetris, tidak ada kelainan tulang belakang ,

lordosis

12) Anus : Tidak dilakukan pemeriksaan anus

c. Status Obstetrik

1) Inspeksi:

a) Muka : tidak oedema,

b) Mamae : terdapat pembesaran, simetris, belum terdapat

pengeluaran colostrum

40
c) Abdomen : simetris , tidak ada bekas luka oprasi terdapat linea

nigra

d) Vulva : tidak dilakukan pemeriksaan

2) Palpasi

a) Leopold I : TFU belum teraba

C. DATA PENUNJANG

HB : belum pernah di lakukan

Protein Urine : belum pernah di lakukan

Glukosa : belum pernah di lakukan

D. ANALISA DATA

Ny.Y G3P2A0 Hamil 9 minggu 5 hari, Janin hidup intrauterine

Masalah : merasa lemas serta kurnang nafsu makan

Kebutuhan :

- Pemeriksaan penunjang (Kadar HB)

E. PELAKSANAAN

1. Beritahu ibu hasil pemeriksaan

Memberitahu ibu hasil pemeriksaan yaitu ibu dalam keadaan baik dengan

TD : 110/70 mmHg,

N : 82 x/menit,

RR : 20 x/menit,

S : 36,80C

41
Rasional : memberitahu kondisi ibu saat ini

Evaluasi : Ibu mengetahui keadaan saat ini

2. Melakukan pemeriksaan kadar hademoglobin pada ibu hamil sesuai

dengan Sop.

a. Menggunakan (handscoon)

b. Usap kapas alkohol pada jari yang akan di lakukan pemeriksaan

c. Tusukkan lanset pada jari yang akan di lakukan pemeriksaan

d. Usap darah yang keluar dengan kapas kering

e. Dekatkan alat digital Hb pada darah yang keluar

f. Deep jari dengan kapas kering

g. Tunggu alat digital HB mendeteksi kadar haemoglobin

Rasional : mengetahui hasil kadar HB ibu hamil agar memudahkan dalam

pemberian penanganan masalah

Evaluasi : pelaksanaan kadar HB sesuai Sop dan di dapatkan hasil 10,6

gr/dl

h. Jelaskan pada ibu kebutuhan nutrisi yang dapat di konsumsi Ibu

Memberitahu ibu tentang kebutuhan nutrisi yaitu menganjurkan ibu untuk

mengkonsumsi makanan yang mengandung protein seperti tahu, tempe,

ikan, daging dan telur dan makanan yang mengandung zat besi, khususnya

seperti ati ayam, daging, untuk pertumbuhan janin, karbohidrat seperti

nasi, jagung, kentang dan roti untuk tenaga ibu dan kebutuhan pada janin,

vitamin pada buah-buahan dan sayuran hijau seperti daun bayam, brokoli,

untuk kebutuhan zat besi dan asam folat, kemudian kalsium seperti susu

42
untuk pembentukan tulang.

Rasional : meningkatkan pengetahuan ibu mengenai nutrisi ibu hamil yang

harus di konsumsi dan ibu dapat menerapkannya dirumah

Evaluasi : ibu mengetahui pola nutrisi yang baik

i. Ingatkan ibu tentang aktifitas yang baik

Mengingatkan ibu untuk membatasi aktifitas yang berat dan

memperbanyak olah raga ringan seperti jalan-jalan pagi, kemudian yoga

ibu hamil untuk menjaga kesehatan ibu

Rasional : memberitahu ibu dan mengingatkan mengenai aktivtas fisik ibu

agar ibu membatasi aktifitas berat dan tidak terjadi komplikasi atau

keparahan dengan keluhan yang saat ini di rasakan

Evaluasi : ibu mengatakan akan membatasi aktifitas fisik yang berat

j. Beritahu tanda hamil bahaya ibu TM I

Memberitahu ibu tanda hamil bahaya pada Trimester I yaitu perdarahan

pervaginam, sakit kepala hebat, masalah penglihatan, bengkak pada muka

atau tangan, nyeri abdomen yang hebat.

Rasional : meningkatkan pengetahuan ibu hamil mengenai tanda bahaya

ibu hamil dan mampu mengidentifikasi jika terjadi gejala komplikasi ,

untuk segera melakukan kunjungan ke tenaga kesehatan

Evaluasi : ibu mengetahui tanda bahaya kehamilan saat ini

k. Anjurkan ibu kunjungan ulang

Menganjurkan ibu untuk melakukan kunjungan ulang 1 Bulan kemudian

kemudian atau saat terjadi keluhan

43
Rasional : meningkatkan motivasi ibu hamil dalam kunjungan kehamilan

Evaluasi : ibu mengerti yang di sampaikan dan akan melakukan kunjungan

ulang.

44
BAB IV
PEMBAHASAN

Hasil pengkajian di dapatkan ibu dengan keluhan lemas, setelah di lakukan

pemeriksaan fisik di dapatkan TD ibu 110/70 mmHg. Sehingga membuat bidan

merencanakan untuk melakukan kadar Haemoglobin. Kekurangan kadar hemoglobin ibu

hamil merupakan salah satu permasalahan kesehatan yang rentan terjadi selama

kehamilan. Kadar hemoglobin yang kurang dari 11gr/dl mengindikasikan ibu hamil

menderita anemia. Anemia pada ibu hamil meningkatkan resiko mendapatkan Bayi Berat

Lahir Rendah (BBLR), risiko perdarahan sebelum dan saat persalinan, bahkan

dapat menyebabkan kematian ibu dan bayinya jika ibu hamil tersebut menderita

anemia berat

Tujuan pemeriksaan kadar Hb Tujuan pemeriksaan hb pada saat hamil

diantaranya untuk mengetahui kadar sel darah merah pada ibu hamil. Kadar hb

normal pada saat hamil 11 gr % dan apabila hb > 11 gr % maka ibu hamil tersebut

mengalami anemia. Pelaksanaan pengukuran Hb jika ibu memiliki tanda- tanda

Wajah, terutama kelopak mata dan bibir tampak pucat, Kurang nafsu makan;,

Lesu dan lemah, Cepat Lelah, Sering pusing dan mata berkunang-kunang.

Pemeriksaan hemoglobin di dalam darah memiliki peran yang sangat penting

untuk mendiagnosa sebuah penyakit serta menjaga bentuk sel darah yang bikonkaf.

Pemeriksaan hemoglobin tergolong suatu pemeriksaan darah rutin yang diperlukan guna

mendiagnosis sebuah penyakit yakni guna mengetahuin ada tidaknya gangguan

kesehatan, seperti kekurangan hemoglobin yang lazim dinamakan dengan anemia

(Yusniati, 2019).

45
Pemeriksaan Hb aaat ini kemajuan teknologi dalam bidang kesehatan semakin

meningkat dan ditemukannya berbagai teknik analisis di laboratorium yang semakin

canggih dan sempurna. Hal tersebut memungkinkan para tenaga klinis untuk melakukan

berbagai macam penelitian serta berbagai macam cara diagnostik seperti alat yang 2

digunakan di laboratorium yang telah berganti dari yang manual hingga berkembang

menjadi alat automatis dan prosedur pengobatan yang baru. (Apriliana et al., 2019)

Adapun beberapa alat yang tersedia dalam pemeriksaan hemoglobin dimulai dari

yang manual hingga otomatis, antara lain yaitu hemoglobin sahli, fotometer, hemoglobin

meter serta hematology analyzer. Pada penelitian kali ini alat yang akan digunakan adalah

hematology analyzer dan hemoglobin meter. Hematology analyzer merupakan alat

otomatis digital yang memperoleh hasil sangat cepat dan dapat dilakukan pada beberapa

parameter pemeriksaan seperti pemeriksaan darah lengkap yang meliputi hemoglobin,

eritrosit, indeks eritrosit, leukosit, trombosit, dan hematokrit. Selain itu kelebihan yang

diperoleh dari alat ini yaitu volume sampel yang dibutuhkan tidak banyak, tidak

memerlukan perlakukan yang sulit karena darah yang diperoleh dapat langsung dilakukan

pembacaan hasil dengan waktu yang sangat singkat.

Alat hemoglobin meter juga termasuk alat otomatis digital dengan mengeluarkan

hasil pemeriksaan yang cepat namun alat ini hanya khusus untuk pemeriksaan

hemoglobin. Alat hemoglobin meter sudah banyak digunakan oleh layanan kesehatan

seperti laboratorium klinik, puskesmas, dan rumah sakit, ataupun dilakukan secara

individual karena instrumen hemoglobin meter di desain mudah dibawa kemana-mana

dan efisien, dapat dilakukan diluar laboratorium dan mudah untuk dioperasikan meskipun

pada orang awam, biaya untuk pemeriksaan tidak mahal.

46
Macam-macam metode yang dimanfaatkan guna pemeriksaan kadar hemoglobin,

antara lain metode tallqust, sahli, hematology analyzer, cyanmethemoglobin. Alat untuk

pemeriksaan kadar hemoglobin yang lebih praktis yakni memakai Hb meter. Pemeriksaan

menggunakan motede ini cepat serta gampang dipakai tanpa musti tenaga kesehatan

(Hidayati, 2015).

Point Of Care Testing (POCT) merupakan metode sederhana yang digunakan

untuk mengukur hemoglobin. Kelebihan alat ini dapat memudahkan instansi kesehatan

atau masyarakat dalam melakukan pemeriksaan secara cepat, mudah dan murah

(Suryani, 2018). Penelitian Chalisa (2021) Hasil yang di dapatkan dari 15

responden diperoleh rata-rata kadar Hb metode sahli 12,78 gr/dL, metode Point

Of Care Testing (POCT) 13,2 gr/dL, nilai tertinggi pada kadar Hb metode sahli

yaitu 14,5 gr/dL, nilai terendah 11,4 gr/dL. Metode Point Of Care Testing (POCT)

nilai tertinggi 14,7 gr/dL, terendah 12,2 gr/dL. Hasil uji statistik yang dilakukan

dengan uji independent t test diperoleh nilai signifikan sebesar 0,0 (p≤0.05)

kemudian busa disimpulkan terdapat perbedaan hasil pemeriksaan kadar

hemoglobin (Hb) motode sahli serta Point Of Care Testing (POCT). Menghindari

terjadinya kesalahan saat melakukan pemeriksaan metode sahli yaitu pemipetan

HCl 0,1N harus akurat, alat tidak bisa di standarkan, mampu untuk membedakan

warna saat di paparkan pada sinar matahari. Pemeriksaan metode Point Of Care

Testing (POCT) dipastikan strip tidak kadaluarsa.

Hasil pemeriksaan kadar haemoglobin di dapatkan kadar HB 10. 6 gr/dl,

ibu mengalami kadar Hb kurang dari normal. Sehingga upaya yang di sampaikan

bidan antara lain Konsumsi makanan yang mengandung vitamin B12, asam folat,

vitamin C, dan zat besi seperti bayam, tomat, brokoli, kacang-kacangan, jagung,

47
anggur, jeruk, pisang, jambu biji, pepaya dan mangga. Hindari mengonsumsi

makanan yang dapat memengaruhi penyerapan zat besi di dalam tubuh.

48
BAB V
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

3.1.1 Hasil pengkajian di dapatkan ibu dengan keluhan lemas, setelah di lakukan

pemeriksaan fisik di dapatkan TD ibu 110/70 mmHg. Sehingga membuat bidan

merencanakan untuk melakukan kadar Haemoglobin

3.1.2 Hasil pemeriksaan kadar haemoglobin di dapatkan kadar HB 10. 6 gr/dl, ibu

mengalami kadar Hb kurang dari normal

3.2 Saran

3.2.1 Disarankan tenaga kesehatan mengetahui bagaimana cara pemeriksaan kadar

hemoglobin dengan baik dan benar serta dapat mengetahui kapan waktu yang tepat untuk

melakukan pemeriksaan kadar hemoglobin.

3.2.2

Disarankan dalam pemeriksaan kadar hemoglobin sebaiknya dilakukan secara langsung

setelah sampel diperoleh agar hasil yang didapat sesuai dengan keadaan tubuh pasien. Hal

ini perlu dilakukan agar tidak terjadi kesalahan hasil yang bisa memungkinkan hasil tidak

sesuai.

49
DAFTAR PUSTAKA

Arisman, (2012). Gizi Dalam Daur Kehidupan. Jakarta : EGC


Bakta, I. M. (2014). Anemia Hemolitik. Dalam: Bakta IM, penyunting.
Hematologi Klinik Ringkas. Cetakan I. Jakarta: EGC, 89-96.
Handayani, W. dan Hariwibowo, A.S. 2018. Buku Ajar Asuhan Keperawatan
Pada Klien Dengan Gangguan Sistem Hematologi. Jakarta: Salemba
Medika.
Irianto, K. 2014. Struktur Dan Fungsi Tubuh Manusia. Bandung: Yrama Widya.
Laksmi, P. W., Alwi, I., Setiati, S., Manajoer, A. M., & Ranita, R. (2018).
Penyaki-Penyakit Pada Kehamilan Peran Seorang Internis. Pusat Penerbitan
Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Manuaba, I. B. G. (2013). Ilmu kebidanan, penyakit kandungan & keluarga
berencana untuk pendidikan bidan. EGC.
Maryam, S (2016). Gizi dalam Kesehatan Reproduksi Cetakan I. Jakarta :
Salemba Medika
Sadikin, M. 2001. Biokimia Darah. Jakarta: Widya Medika.

1
DOKUMENTASI

2
3
SOP PENGUKURAN KADAR HB

STANDAR
OPERASIONAL PENGUKURAN KADAR HEMOGLOBIN
PROSEDUR
PENGERTIAN Pengukuran kadar hemoglobin
TUJUAN Untuk mengetahui kadar hemoglobin
KEBIJAKAN Dilakukan pada anak balita
PETUGAS Peniliti
PERALATAN Hb Digital
PERSIAPAN
A. Tahap Pra Interaksi
1. Menanyakan kesiapan pasien
2. Menyiapkan alat
B. Tahap kerja
1. Mencuci tangan
2. Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan
3. Melakukan pemeriksaan kadar haemoglobin
4. Menyiapkan alat dan bahan
a. Hb digital,
b. Lanset
c. Kapas alkohol
d. Kapas kering
e. Tempat sampah
5. Lakukan pemeriksaan
PROSEDUR 6. Cuci tangan dan gunakan sarung tangan
PELAKSANAA (handscoon)
N 7. Usap kapas alkohol pada jari yang akan di
lakukan pemeriksaan
8. Tusukkan lanset pada jari yang akan di
lakukan pemeriksaan
9. Usap darah yang keluar dengan kapas kering
10. Dekatkan alat digital Hb pada darah yang
keluar
11. Deep jari dengan kapas kering
12. Tunggu alat digital HB mendeteksi kadar
haemoglobin
13. Melakukan pencatatan
C. Evaluasi
1. Mengevaluasi tindakan yang dilakukan
2. Mencuci tangan
3. Melakukan pencatatan

4
LEMBAR BIMBINGAN

Nama Mahasiswa : Sairah


Pembimbing Lahan : Sri Rejeki
Pembimbing Institusi : Anisa Ermasari, STr.Keb.Bdn,M.Kes

Asuhan kebidanan keterampilan dasar klinik dengan pemeriksaan kadar


haemoglobin pada Ny.Y Di BPM Ibu Sri Rejeki SST Bandar Lampung

Materi yang Tanda Tangan


No Saran pembimbing
Dikonsulkan Pembimbing

5
6
7
8
9
1
Journal Reading
Praktik keterampilan dasar klinik

Nama Mahasiswa : Sairah


Tempat Praktik : PMB Sri Rejeki SST
Periode Praktik : KDK
Pembimbing Lahan : Sairah
Pembimbing Institusi : Anisa Ermasari, STr.Keb.Bdn,M.Kes

Sitasi Jurnal : https://jurnal.unimus.ac.id/index.php/JSM/article/view/4934/4624


Dari mana anda : Google Scholar
menemukan jurnal
tersebut ?
Doi : DOI: https://doi.org/10.26714/jsm.2.1.2019.29-34
Tanggal / Tahun : Dikirim 5 Agustus 2019; Diterima 18 November 2019;
Publikasi Diterbitkan 30 November 2019

1. Judul (Title)
Judul Jurnal : Examination of Hemoglobin L evel s with POCT (Point of
Care Testing) Meth od as Early Detection of Anemia Disease
For Community in Sumbersono Village, Mojokert
Apakah judul : Ya
Menggunakan kata kunci Alasan :
(key word) dalam Abstrak Anemia, Kadar Hemoglobin . POCT, Faktor Anemia
?

2. Penulis (Author)
Siapa Penulis Dalam : Ersalina Nidianti1, Gilang Nugraha2, Ilmiah Alvi Nisa Aulia3,
jurnal tersebut? Saumia Khoirunnisa Syadzila4, Sri Surya Suciati5, Nila Dwi
Utami6
Apakah Afiliasi penulis : Analis Kesehatan, Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya,
dalam Jurnal tersebut Indonesia

1
3. Abstrak
Apakah Abstrak sudah : Ya
memenuhi kaidah Alasan:
penulisan IMRAD : IMRAD
Introduction : Kasus anemia di Indonesia masih cukup tinggi
hasil menunjukkan bahwa angka prevalensi anemia secara
nasional pada semua kelompok umur adalah 21,70 %.
Sedangkan prevalensi anemia di Provinsi Jawa Timur sebesar
5,8 %. Anemia adalah kondisi penyakit dimana jumlah sel
darah merah lebih rendah dari jumlah normal. Kondisi ini
biasa disebut sebagai kekurangan darah. Anemia dapat
dideteksi dengan melakukan pengukuran kadar hemoglobin
(Hb) menggunakan metode POCT (Point of Care Testing).
Metode POCT merupakan metode yang dilakukan untuk
pemeriksaan sederhana dengan menggunakan sampel dalam
jumlah sedikit, mudah, cepat serta efektif dilakukan di daerah-
daerah dengan jumlah fasilitas kesehatan seperti pusat
kesehatan masyarakat (puskesmas), rumah sakit yang relatif
sedikit khususnya di lokasi pengabdian masyarakat di Desa
Sumbersono, Mojokerto. Jenis metode yang digunakan adalah
observasional analitik. Pengabdian masyarakat ini bertujuan
untuk skrining (pemeriksaan) kadar hemoglobin sebagai
deteksi dini penyakit anemia dengan metode POCT,
mengetahui hubungan antara umur, pendidikan, pekerjaan
terhadap kejadian anemia serta sebagai upaya preventif
(pencegahan) untuk meminimalisir penyakit anemia. Hasil
menunjukkan dari 48 reponden (laki-laki 11 orang),
(perempuan 37 orang) bahwa kejadian anemia pada
perempuan 40 % lebih besar dibandingkan dengan laki-laki 6
%. Jumlah kasus anemia terbanyak terjadi pada umur ≥ 60
presentase 36,36 % dibandingkan kelompok umur lainnya.
Jumlah kejadian anemia terbanyak dengan presentase 46 %
pekerjaan Petani dibandingkan pekerjaan lainnya. Jumlah
anemia dengan pendidikan sekolah dasar presentase 16,67 %
terbanyak dibandingkan dengan pendidikan lainnya.
Kesimpulannya tidak terdapat hubungan antara umur,
pendidikan, pekerjaan terhadap penyakit anemia bagi
masyarakat desa Sumbersono, Mojokerto..
Sebutkan variabel apa : Variabel independen : kadar hemoglobin
yang diuji dalam Variabel dependen : anemia
penelitian tersebut?

4. Pendahuluan (Introduction)

1
Apakah tujuan Penelitian : untuk skrining (pemeriksaan) kadar hemoglobin sebagai
dalam jurnal tersebut? deteksi dini penyakit anemia dengan menggunakan metode
POCT; mengetahui hubungan antara umur, pendidikan,
pekerjaan terhadap kejadian anemia dan sebagai upaya
preventif (pencegahan) untuk meminimalisir penyakit anemia
serta mendukung program pemerintah & WHO untuk
menurunkan prevalensi anemia sebesar 50 % pada tahun
2025.
Jelaskan apakah jurnal : Tidak, jurnal menggunakan teori dan jurnal terdahulu yang
melaporkan studi empiris sudah ada
(teori baru)? Atau
meninjau teori/penelitian
yang diterbitkan
sebelumnya?
Bagaimana Hasil Deteksi dini melalui diagnosis anemia dapat dilakukan dengan
penelitian terdahulu mengukur kadar hemoglobin (Hb) dengan peralatan POCT
mengenai topik (Point of Care Testing). Metode POCT merupakan metode
penelitian? pemeriksaan sederhana menggunakan sampel dalam jumlah
sedikit, mudah, cepat serta efektif untuk dilakukan di daerah-
daerah dengan jumlah fasilitas kesehatan seperti puskesmas
dan rumah sakit yang relatif sedikit khususnya, di lokasi
pengabdian masyarakat di Desa Sumbersono, Mojokerto
provinsi Jawa Timur. Pemeriksaan kadar hemoglobin
didasarkan pada standar kadar normal anemia perempuan
sebesar 12-15 mg/dl dan laki-laki sebesar 13,5-17 mg/dl
(Faatih, Sariadji, & Susanti, 2017).

5. Metode (Method)
Sebutkan populasi yang : masyarakat desa Sumbersono Mojokerto
terdapat dalam Jurnal?
Berapa Jumlah sampel : sampel sebanyak 48 responden masyarakat desa Sumbersono
dalam Jurnal? Mojokerto
Jelaskan Teknik : Pengambilan sampel menggunakan Pemilihan sampel
pengambilan sampel yang dilakukan berdasarkan random sampling..
digunakan dalam Jurnal?
Adakah Kriteria dalam : Tidak ada
menentukan sampel
penelitian dalah jurnal?
Jika ada sebutkan
Jelaskan Instrumen yang : kuisioner sedangkan pemeriksaan kadar hemoglobin (Hb)
digunakan dalam dilakukan dengan menggunakan metode POCT (Point of Care
penelitian dalam jurnal? Testing).

1
Jelaskan Design : Penelitian ini termasuk kedalam jenis penelitian quasi
penelitian yang digunakan experiment dengan menggunakan
dalam jurnal ?

Apakah Analisa statistic : Metode yang digunakan dalam pengabdian masyarakat adalah
yang digunakan dalam observasional analitik
jurnal ?

Apakah metode yang : Ya


digunakan dalam jurnal Tidak di jelaskan
merupakan pengujian
yang valid atas
prediksi/hipotesa ?

6. Hasil Penelitian (Result)


Sebutkan dan jelaskan :
Hasil penelitian pada Jumlah responden dengan kasus anemia terjadi pada umur ≥
jurnal tersebut (menjawab 60 presentase 36,36 %. Serta status pekerjaan petani dengan
hipotesa) jumlah anemia terbanyak dibandingkan pekerjaan lainnya
seperti (Ibu Rumah tangga, mahasiswa, pegawai pemerintah
dan swasta). Tidak terdapat hubungan antara umur, tingkat
pendidikan, pekerjaan dengan penyakit anemia pada
masyarakat desa Sumbersono – Mojokerto
Bagaimana hasil terkait Tidak di jelaskan
dengan hipotesis yang
ditetapkan dalam
pendahuluan (yaitu,
apakah didukung atau
tidak)?

7. Pembahasan (Discussion)
Apakah interpretasi : Ya
dalam pembahasan Alasan: Pemeriksaan kadar hemoglobin (Hb)
dibuat sesuai dengan perempuan kategori anemia sebesar 40 % sedangkan
hasil penelitian? laki-laki kategori anemia sebesar 6 %. Perempuan
lebih rentan terkena anemia dikarenakan perempuan
memiliki kadar hemoglobin dan hematokrit
(persentase jumlah sel darah merah per 100 ml volume
darah) yang lebih rendah dari pada laki-laki. Selain itu
perempuan
membutuhkan asupan zat besi yang lebih tinggi daripada laki-
laki karena perempuan mengalami kondisi seperti menstruasi,
kehamilan, menyusui dan menopause (Shabrina, Andisa,
2019). Tingkat anemia yang terjadi pada laki-laki meningkat
secara menoton dengan bertambahnya umur (Le, 2016).

1
Apakah dalam : Tidak
Pembahasan dipaparkan Alasan: tidak ada pembahasan yang tidak di jabarkan hasil nya
hasil yang belum
dipertimbangkan
Apakah ada teori baru : Tidak
yang dibuat atas dasar Alasan: tidak terdapat teori baru dalam pembahasan
temuan dalam
pembehasan pada jurnal?
Apakah implikasi dari : Tidak
temuan yang terdapat Alasan: tidak ada implikasi yang di jabarkan dalam
pada pembahasan jurnal ? pembahasan
Apakah terdapat saran : Tidak
mengenai topik Alasan: tidak ada saran dalam pembahasan, pembahasan hanya
penelitian untuk menjelaskan hasil dan keterbatasan penelitian
penelitian selanjutnya ?

8. Kesimpulan
Sebutkan temuan penting : emeriksaan kesehatan yang dilakukan dalam kegiatan ini untuk
dari penelitian? mendiagnosis awal apakah masyarakat khususnya,di desa
Sumbersono- Mojokerto positif atau negatif terkena penyakit
anemia. Serta status pekerjaan petani dengan jumlah anemia
terbanyak dibandingkan pekerjaan lainnya seperti (Ibu Rumah
tangga, mahasiswa, pegawai pemerintah dan swasta). Tidak
terdapat hubungan antara umur, tingkat pendidikan, pekerjaan
dengan penyakit anemia pada masyarakat desa Sumbersono –
Mojokerto.

9. Referensi (Reference)
Apakah Jurnal : Ya
Menggunakan referensi Alasan:
terbaru ? (10 tahun
terakhir) Arulprakash, N., & Umaiorubahan, M. (2018). A study of the
prevalence of anemia and associated sociodemographic
factors in pregnant women in Port Blair, Andaman and
Nicobar Islands. Journal of Family Medicine and Primary
Care, 7(6), 1248– 1252.
https://doi.org/10.4103/jfmpc.jfmpc Faatih,

M., Sariadji, K., & Susanti, I. (2017). Penggunaan alat


pengukuran hemoglobin di puskesmas polindes dan pustu.
Jurnal Penelitian Dan Pengembangan Pelayanan
Kesehatan, 8.

Fitriany, J., & Saputri, A. I. (2018). Anemia Defisiensi Besi.


Jurnal Averrous, 4(2). https://doi.org/10.24893/jkma.2.1.14
0-145.2007 Le, C.

H. H. (2016). The prevalence of anemia and moderate-severe

1
anemia in the US population (NHANES 20032012). PLoS
ONE, 11(11), 1–14. https://doi.org/10.1371/journal.pone.
0166635 Natalia,

S., Sumarmi, S., & Nadhiroh, S. R. (2018). Cakupan Anc Dan


Cakupan Tablet Fe Hubungannya Dengan Prevalensi
Anemia Di Jawa Timur. Media Gizi Indonesia, 11(1), 70.
https://doi.org/10.20473/mgi.v11i1.7 0-76

Nimbalkar, P. B., Patel, J. N., Thakor, N., & Patni, M. (2017).


Impact of educational intervention regarding anaemia and
its preventive measures among pregnant women: an
interventional study. International Journal of Reproduction,
Contraception, Obstetrics and Gynecology, 6(12), 5317.
https://doi.org/10.18203/23201770.ijrcog20175137

Petry, N., Olofin, I., Hurrell, R. F., Boy, E., Wirth, J. P.,
Moursi, M., … Rohner, F. (2016). The proportion of
anemia associated with iron deficiency in low, medium,
and high human development index countries: A
systematic analysis of national surveys. Nutrients, 8(11),
1– 17.https://doi.org/10.3390/nu811069 3

Priyanto, L. D. (2018). The Relationship of Age, Educational


Background, and Physical Activity on Female Students
with Anemia. Jurnal Berkala Epidemiologi, 6(2), 139.
https://doi.org/10.20473/jbe.v6i2201 8.139-146

Apakah Jurnal : Ya
Menggunakan referensi Alasan:
yang dapat dipercaya ? Refrensi jelas, tertulis lengkap dan dapat di lakukan
penelusuran

10. Summary and Impression :


Apakah jurnal ini membantu anda dalam memahami kasus yang sedang diambil ? Ya
Alasan:

Jurnal ilmiah ini memberikan pemahaman mengenai cara melakukan pemeriksaan kadar
hemoglobin dengan cara yang mudah yakni cara serta pengadaan alat dan bahan. Metode dapat
di terapkan dan di jelaskan tatacara pelaksanaan sehingga memudahkan dalam melakukan
praktik keterampilan dasar klinik
Apakah implikasinya bagi kasus yang akan ditangani ?

Alasan:

Jika lain waktu menemukan pasien dengan kasus yang sama maka akan di lakukan intervensi

1
sesuai jurnal dengan memperhatikan kondisi waktu pengambilan sampel darah dan tatacara
pengambilan sampel darah sehingga mnghasilkan hasil HB yang tepat.

Anda mungkin juga menyukai