Anda di halaman 1dari 19

EVEN TULIS ILMIAH DAN CIPTA KREATIF 2023

PENERAPAN PROGRAM SISTEM PROBLEM BASED


LEARNING DALAM MENINGKATKAN SKILL PUBLIC
SPEAKING MELALUI METODE PRESENTASI DI SMAN 2
PAINAN SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN SUMBER DAYA
MANUSIA

Subtema: Pendidikan

Disusun Oleh:

Selvia Ahril (0057660584)

Mutia Febriningsih (0068185348)

SMAN 2 PAINAN

KABUPATEN PESISIR SELATAN

2023
Kemampuan rata-rata masyarakat Indonesia dinilai masih rendah dalam
berkomunikasi di depan umum dibandingkan dengan negara-negara lain,
meskipun kemampuan itu terus meningkat. Setiap orang memang dapat berbicara,
tetapi hanya beberapa yang mampu mencampurkan kata-kata menjadi retorika
yang indah dan menarik perhatian pendengarnya. Dari kenyataannya, masih
banyak anak muda yang kurang kompeten atau kurang percaya diri dalam
berbicara di depan umum.

Menurut praktisi komunikasi Nitesh Gianchandani, salah satu penyebab


rendahnya kemampuan berkomunikasi tersebut adalah rendahnya kemampuan
menyampaikan ide dan pandangan. Padahal, kemampuan itu akan meningkatkan
kepercayaan diri seseorang ataupun sebuah bangsa untuk melakukan hal-hal besar.
Tapi, bagi sebagian orang lainnya, public speaking dianggap sebagai hal yang
sangat-sangat menakutkan. Bahkan tidak sedikit terjadi disaat seseorang diminta
untuk tampil berbicara di depan publik, seseorang menjadi tidak percaya diri,
takut dan minder untuk tampil dihadapan publik sehingga maksud untuk
menyampaikan pesan, informasi, dan gagasan tidak berjalan dengan baik yang
pada akhirnya tujuan dilakukannya public speaking tidak sesuai dengan yang
diharapkan.

Saat ini, Public Speaking merupakan salah satu soft skill yang harus dimiliki
seseorang. Pada dasarnya, public speaking adalah kemampuan seseorang dalam
menyampaikan atau mempresentasikan suatu topik di depan umum. Seseorang
bisa mengantarkan informasi secara jelas di hadapan audiens dengan menguasai
dan menerapkan teknik berbicara yang tepat. Skill public speaking tidak hanya
diperlukan oleh mereka yang berprofesi sebagai pembicara publik seperti guru
ataupun dosen. Tapi juga oleh mereka yang memiliki kebutuhan untuk
bersinggungan dan berkomunikasi dengan banyak orang. Jika tidak memiliki
kemampuan yang baik dalam berkomunikasi dengan orang lain, tentu akan
mengganggu hal-hal yang dikerjakan.

Di SMA NEGERI 2 Painan, masih banyak terdapat peserta didik yang kurang
pandai terhadap keterampilan berbicara di depan umum ( public speaking).
Penyebabnya yaitu Pertama, siswa kurang termotivasi dalam pembelajaran bahasa
Indonesia khususnya keterampilan berbicara, karena pada saat pembelajaran
berlangsung siswa kurang aktif bertanya dan menjawab pertanyaan guru. Kedua,
kurangnya kemauan dan keseriusan siswa dalam berdiskusi sehingga tujuan
pembelajaran tidak tercapai. Hal ini terbukti ketika dalam proses pembelajaran
berlangsung siswa mengobrol dengan teman-temannya dan tidak bertanggung
jawab pada diskusi kelompoknya. Ketiga, metode yang digunakan guru hanya
menekankan pada teori dibandingkan praktik, pembelajaran yang sering
dilaksanakan hanya berupa transfer pengetahuan saja.

Oleh karena itu, dibutuhkan program penerapan budaya keberanian untuk


berbicara di depan publik atau berbicara di depan umum sangat penting untuk
ditanamkan pada siswa di sekolah tingkat menengah. Manfaat yang diperoleh
siswa meliputi kemampuan berbicara di depan umum, menyampaikan gagasan
atau pendapat, melatih kepercayaan diri dan melatih jiwa kepemimpinan yang
akan berdampak baik untuk masa depan siswa itu sendiri maupun kualitas
pendidikan dan negara. Diperlukan suatu sistem kurikulum atau sistem pendidikan
yang di fokus pada pengembangan soft skill siswa. Solusi yang dapat ditawarkan
adalah dengan meningkatkan skill berbica didepan umum (public speaking) bagi
siswa/i SMAN 2 Painan , salah satu upayanya melalui penerapan program Sistem
Problem Based Learning pada siswa/i SMA 2 Painan Kurikulum merdeka.

Kualitas proses pembelajaran diharapkan dapat meningkat dan hasil pembelajaran


berupa keterampilan berbicara siswa pun meningkat. Pembelajaran berbasis
masalah atau biasa dikenal dengan istilah problem based learning adalah metode
yang tepat untuk mengatasi permasalahan tersebut. Karena siswa yang kesulitan
dalam memberikan kritik terhadap informasi maka dipilihlah metode
pembelajaran berbasis masalah (problem based learning). Metode ini sangat
potensial untuk mengembangkan kemandirian peserta didik melalui pemecahan
masalah yang bermakna bagi kehidupan siswa. Metode Problem Based Learning
lebih efektif jika dibandingan dengan metode ceramah dalam meningkatkan
keterampilan berbicara didepan umum.

Pembelajaran berbasis masalah adalah model pengajaran yang bercirikan adanya


permasalahan nyata sebagai konteks untuk para peserta didik belajar berpikir
kritis dan keterampilan memecahkan masalah serta memperoleh pengetahuan.
Dapat disimpulkan bahwa metode problem based learning bertujuan untuk
melatih siswa berfikir sehingga mampu merangsang siswa dalam berkomunikasi
dalam suatu pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran yang diinginkan dapat
tercapai.Jadi, metode problem based learning bertujuan untuk melatih siswa
berfikir sehingga mampu merangsang siswa untuk berkomunikasi dalam suatu
pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran yang diinginkan dapat tercapai.

Menurut Kamdi (2007: 77), “Problem Based Learning (PBL) merupakan model
kurikulum yang berhubugan dengan masalah dunia nyata siswa. Masalah yang
diseleksi mempunyai dua karakteristik penting, pertama masalah harus autentik
yang berhubungan dengan kontek sosial siswa, kedua masalah harus berakar pada
materi subjek dari kurikulum”. Terdapat tiga ciri utama dari model Problem Based
Learning (PBL).Pertama, problem based learning merupakan rangkaian aktivitas
pembelajaran, artinya dalam implementasi PBL siswa tidak hanya mendengar,
mencatat, kemudian menghafal materi pelajaran, tetapi melalui model problem
based learning (PBL) siswa menjadi aktif berpikir, berkomunikasi, mencari dan
mengolah data, dan akhirnya membuat kesimpulan. Kedua, aktivitas pembelajaran
diarahkan untuk menyelesaikan masalah. Artinya tanpa masalah pembelajaran
tidak akan mungkin bisa berlangsung. Ketiga, pemecahan masalah menggunakan
pendekatan berpikir secara ilmiah.

Problem Based Learning (PBL) dalam bahasa Indonesia disebut Pembelajaran


Berbasis Masalah (PBM) merupakan penggunaan berbagai macam kecerdasan
yang diperlukan untuk melakukan konfrontasi terhadap tantangan dunia nyata,
kemampuan untuk menghadapi segala sesuatu yang baru dan kompleksitas yang
ada.
Model PBL dikembangkan berdasarkan konsep-konsep yang dicetuskan oleh
Jerome Bruner. Konsep tersebut adalah belajar penemuan atau discovery learning.
Konsep tersebut memberikan dukungan teoritis terhadap pengembangan model
PBL yang berorientasi pada kecakapan memproses informasi.

Langkah-Langkah Penggunaan Model Pembelajaran PBL

Langkah-langkah operasional dalam proses pembelajaran yang dikonsepkan oleh


Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan adalah sebagai berikut:

a. Konsep Dasar (Basic Concept)

Fasilitator memberikan konsep dasar, petunjuk, referensi, atau link dan skill yang
diperlukan dalam pembelajaran tersebut. Hal ini dimaksudkan agar peserta didik
lebih cepat masuk dalam atmosfer pembelajaran dan mendapatkan peta yang
akurat tentang arah dan tujuan pembelajaran.
b. Pendefinisian Masalah (Defining The Problem)

Dalam langkah ini fasilitator menyampaikan scenario atau permasalahan dan


peserta didik melakukan berbagai kegiatan brainstorming dan semua anggota
kelompok mengungkapkan pendapat, ide, dan tanggapan terhadap scenario secara
bebas, sehingga dimungkinkan muncul berbagai macam alternative pendapat.

c. Pembelajaran Mandiri (Self Learning)

Peserta didik mencari berbagai sumber yang dapat memperjelas isu yang sedang
dinvestigasi. Sumber yang dimaksud dapat dalam bentuk artikel tetulis yang
tersimpan dipepustakaan, halaman web, atau bahkan pakar dalam bidang yang
relevan.

d. Pertukaran Pengetahuan (Exchange Knowledge)

Peserta didik berdiskusi dalam kelompoknya untuk mengklarifikasi capaiannya


dan merumuskan solusi dari permasalahan kelompok. Pertukaran pengetahuan ini
dapat dilakukan dengan cara peserta didik berkumpul sesuai kelompok dan
fasilitatornya.

e. Penilaian (Assessment)

Penilaian dilakukan dengan memadukan tiga aspek pengetahuan (knowledge),


kecakapan (skill), dan sikap (attitude). Penilaian terhadap penguasaan
pengetahuan yang mencakup seluruh kegiatan pembelajaran yang dilakukan
dengan ujian akhir semester (UAS), ujian tengah semester (UTS), kuis, PR,
dokumen, dan laporan.

Siswa berperan dalam penerapan program ini sebagai target untuk meningkatkan
skill public speaking sebagai upaya peningkatan sumber daya manusia. Peran guru
juga sangat diperlukan dalam memecahkan masalah yang dihadapi baik masalah
yang sedang terjadi maupun yang belum terjadi untuk dipecahkan alternatif dan
solusinya. Tidak hanya siswa dan guru yang memiliki peran dalam penerapan
program sistem problem based learning ini, tetapi pemerintah juga memiliki peran
yang sangat penting. Karena dengan adanya instruksi dari pemerintah untuk
menerapakan program ini maka akan terlaksananya program ini dalam rangka
meningkatkan skill public speaking.

Hasil Perbandingan metode PBL dengan metode pembelajaran ceramah menurut


Sholeh (2014) terbukti siswa yang diberi metode pembelajaran berbasis masalah
lebih aktif dan kreatif dalam menghadapi soal sehingga dapat meningkatkan hasil
belajar siswa. Hasil penelitian yang sejalan juga ditemukan pada pelajaran lainnya
seperti dalam pelajaran matematika dengan menerapkan metode PBL sangat
efektivitas dalam meningkatkan pemahaman siswa pada pelajaran (Lestariningsih,
2018), dalam pelajaran kimia lebih efektif menerapkan metode pembelajaran
berbasis masalah dari pada metode ceramah (Safitri, dkk, 2015), dan juga dalam
pelajaran geografi metode PBL lebih baik daripada metode ceramah
(Cahyaningrum, dkk, 2015). Karena jika menggunakan metode ceramah yaitu
cenderung membuat peserta didik kurang kreatif, materi yang disampaikan hanya
mengandalkan ingatan guru, kemungkinan adannya materi pelajaran yang tidak
dapat diterima sepenuhnya oleh peserta didik, kesulitan dalam mengetahui tentang
seberapa banyak materi yang dapat diterima. Sedangkan dengan penerapan sistem
problem based learning yaitu dapat mengembangkan pemikiran kritis siswa dan
pemikiran kreatif siswa, meningkatnya kemampuan memecahkan permasalahan
pada peserta didik dengan mandiri, meningkatkan motivasi peserta didik dalam
belajar.

Dalam mengoptimalisasikan sumber daya manusia di Era Industri 4.0, butuh


persiapan yang matang dalam meningkatkan kualitas pendidikan yang tersedia
saat ini. Kehadiran program sistem problem based learning ini dapat memberikan
solusi untuk mengoptimalkan sumber daya manusia dengan meningkatkan skill
public speaking. Upaya penerapan program problem based learning ini dapat
meningkatkan keterampilan siswa dalam memecahkan masalah dengan berpikir
kritis dan dapat menyampaikan kritik terhadap suatu informasi. Apabila hal ini
dapat di implementasikan dengan baik dengan melibatkan siswa, tenaga pendidik
disekolah, dan pemerintah, maka kualitas sumber daya manusia akan lebih baik
lagi untuk menuju indonesia emas 2045. Penerapan sistem problem based learning
dalam meningkatkan skill public speaking untuk peningkatan sumber daya
manusia yang lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA

Bimawa, Galih Pambayun. 2019. Pentingnya Soft Skills Public Speaking dalam
Peningkatan

Kualitas Pendidikan Siswa Sekolah Menengah di Indonesia oleh


EErlinaNur’ain dkk.

Bimawa.uad.ac.id. 31

Desember 2019.

Bisnis.com. 23 Desember 2015. Kemampuan Public Speaking Orang Indonesia

Masih Rendah Dibanding Negara Lain. Diakses pada 7 Oktober 2023, dari

https://kabar24.bisnis.com/read/20151223/255/504264/kemampuan-public-

speaking-orang-indonesia-masih-rendah-dibanding-negara

lain#amp_tf=Dari%20%251%24s&aoh=16965822369656&referrer=https%3A%2
F%

Fwww.google.com.

Huda, Fatkhan Amirul. 2018. Pengertian dan Langkah-Langkah Model Problem


Based
Learning. Fatkhan.web.id. 1 Maret 2018.

Indrawan, K. Dedy (2020). Penggunaan Model Problem Based Learning (PBL)


untuk

Meningkatkan Hasil Belajar Matematika pada Materi Bangun Ruang Tabung.


Jurnal

Historia, 3(3), 2272-2273.

https://jurnal.uns.ac.id/SHES/article/download/57123/33743#:~:text=Kurniasih%

0dan%20Berlin%20(2015%3A49,%3B%20(3)%20Meningkatkan%20motivasi%2
0peErt

a.

Nata, Abuddin (2014). Perspektif Islam Tentang Strategi Pembelajaran. Kencana.

Oktaveri, John Andhi. 2015. Kemampuan Public Speaking Orang Indonesia


Masih Rendah

Dibanding Negara Lain. Bisnis.com. 23 Desember 2015.

Pratiwi, Desita (2015). PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA

MENGGUNAKAN METODE PROBLEM BASED LEARNING DI SMA


NEGERI

SUNGAI RAYA. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran, 4(12), 2-3.

https://jurnal.untan.ac.id/index.php/jpdpb/article/view/13038/0.

Riadi, Muchlisin. 2017. Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL).

Kajianpustaka.com. 27 Agustus 2017.


Daftar Riwayat Hidup Ketua Tim

Nama Lengkap : Selvia Ahril

Tempat, Tanggal lahir : Teluk Betung, 19 Agustus 2005

Jenis Kelamin : Perempuan

NIS/NISN : 0057660584

Agama : Islam

No Hp : 082268258935

Email : selviaahril19@gmail.com

Asal sekolah : SMAN 2 PAINAN

Kelas : XII

Karya ilmiah yang pernah dibuat :-

Penghargaan ilmiah yang pernah diraih : -


Daftar Riwayat Hidup Anggota

Nama Lengkap : Mutia Febriningsih

Tempat, Tanggal lahir : Painan, 01 Februari 2006

Jenis Kelamin : Perempuan

NIS/NISN : 0068185348

Agama : Islam

No Hp : 0895603735064

Email : mutiafebri629@gmail.com

Asal sekolah : SMAN 2 PAINAN

Kelas : XII

Karya ilmiah yang pernah dibuat :-

Penghargaan ilmiah yang pernah diraih : -

Anda mungkin juga menyukai