Disusun Oleh:
KIRANA 202101004
NURHIDAYAH 202101009
ANDI FATIMAH AZZAHRA 202101045
b. Etiologi Katarak
Penyebab utama katarak adalah proses penuaan. Ada faktor lain yang
menyebabkan katarak yaitu dapat mempengaruhi kecepatan berkembangnya
kekeruhan lensa seperti diabetes miletus, obat tertentu, sinal ultra violet B dari
cahaya matahari, efek racun dari merokok, dan alcohol, gizi kurang vitamin E,
dan radang menahun di dalam bola mata.
c. Manifestasi Klinik
Menurut Kemenkes RI, 2020 Manifestasi klinis pasien katarak antara lain :
a. Rasa silau karena terjadi pembiasan tidak teratur oleh lensa yang keruh
b. Mata jadi sangat sensitive terhadap cahaya
c. Penglihatan akan berkurang secara perlahan
d. Pada pupil terdapat bercak putih
e. Penglihatan/pandangan mata kabur, suram atau seperti ada bayangan awan
atau asap
f. Ada lingkaran putih saat memandang sinar
g. Penglihatan ganda
h. Rasa nyeri pada mata
d. Patofisiologi Katarak
Lensa yang normal adalah struktur posterior iris yang jernih, transparan,
berbentuk seperti kancing baju dan mempunyai kekuatan refraksi yang besar.
Lensa mengandung tiga komponen anatomis. Pada zona sentral terdapat
nukleus, di perifer ada korteks, dan yang mengelilingi keduanya adalah kapsul
anterior dan posterior. Dengan bertambahnya usia, nucleus mengalami
perubahan warna menjadi coklat kekuningan. Disekitar opasitas terdapat
densitas seperti duri di anterior dan posterior nukleus. Opasitas pada kapsul
posterior merupakan bentuk katarak yang paling bermakna, nampak seperti
kristal salju pada jendela. Perubahan fisik dan kimia dalam lensa
mengakibatkan hilangnya transparansi.
Perubahan pada serabut halus multipel (zunula) yang memanjang dari
badan silier ke sekitar daerah di luar lensa, misalnya dapat menyebabkan
penglihatan mengalami distorsi. Perubahan kimia dalam protein lensa dapat
menyebabkan koagulasi, sehingga mengabutkan pandangan dengan
menghambat jalannya cahaya ke retina. Salah satu teori menyebutkan
terputusnya protein lensa normal terjadi disertai influks air ke dalam lensa.
Proses ini mematahkan serabut lensa yang tegang dan mengganggu transmisi
sinar.
Teori lain mengatakan bahwa suatu enzim mempunyai peran dalam
melindungi lensa dari degenerasi. Jumlah enzim akan menurun dengan
bertambahnya usia dan tidak ada pada kebanyakan pasien yang menderita
katarak. Katarak biasanya terjadi bilateral, namun memiliki kecepatan yang
berbeda. Dapat disebabkan oleh kejadian trauma maupun sistemik, seperti
diabetes. Namun kebanyakan merupakan konsekuensi dari proses penuaan
yang normal. Kebanyakan katarak berkembang secara kronik ketika seseorang
memasuki dekade ketujuh. Katarak dapat bersifat kongenital dan harus
diidentifikasi awal, karena bila tidak terdiagnosa dapat menyebabkan
ambliopia dan kehilangan penglihatan permanen. Faktor yang paling sering
berperan dalam terjadinya katarak meliputi radiasi sinar ultraviolet B, obat-
obatan, alkohol, merokok, diabetes, dan asupan vitamin antioksidan yang
kurang dalam jangka waktu lama vitamin antioksidan yang kurang dalam
jangka waktu lama (Siswoyo, 2013 dalam (Studi dkk., 2015)
Pahway
e. Klasifikasi Katarak
Berdasarkan pada usia, katarak dapat diklasifikasikan menjadi :
a. Katarak congenital, katarak yang sudah terlihatpada usia kurang dari 1
tahun.
b. Katarak juvenile, katarak yang terjadi sesudah usia 1 tahun.
c. Katarak senile, katarak setelah usia 50 tahun (Patel, 2019).
Berdarakan stadium, katarak senile dapat dibedakan menjadi :
a. Katarak insipient Merupakan stadium awal katarak yaitu kekeruhan lensa
masih berbentuk bercak – bercak kekeruhan yang tidak teratur.
b. Katarak imatur Lensa mulai menyerap cairan sehingga lensa agak
cembung, menyebabkan terjadinya myopia, dan iris terdorong kedepan
serta bilik mata depan menjadi dangkal.
c. Katarak matur Merupakan proses degenerasi lanjut lensa. Pada stadium
ini, terjadi kekeruhan lensa.
d. Katarak hipermatur Pada stadium ini, terjadi proses degenerasi lanjut lensa
dan korteks lensa dapat mencair sehingga nucleus lensa tenggelam di
dalam korteks lensa (Patel, 2019).
f. Komplikasi Katarak
Komplikasi operasi katarak dapat berupa komplikasi preoperatif,
intraoperatif, postoperative awal, postoperative lanjut, dan komplikasi
berkaitan dengan lensa intra ocular (intra ocular lens, IOL). Yang terjadi pada
komplikai intraopratif, antara lain pendangkalan kamera okuli anterior,
dislokasi lensa kristalin ke posterior, dan pendarahan.
g. Pemeriksaan Diagnostik
a. Kartu mata snellen/mesin telebinokular (test ketajaman penglihatan dan
sentral penglihatan): mungkin terganggu dengan kerusakan kornea, lensa
akuaeus, penglihatan ke retina, penyakit system saraf.
b. Lapang penglihatan: penurunan mungkin di sebabkan oleh glukoma
c. Pengukuran tonografi (mengkaji TIO,N 12-25 mmHg)
d. Test provokatif
e. Pemeriksaan oftamologis: mengkaji struktur internal okuler, pupil oedema,
perdarahan retina, dilatasi & pemeriksaan belahan lampu memastikan Dx
Katarak
f. Darah lengkap, laju sedimentasi (LED) g. Test toleransi glaukosa/ FBS
h. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan katarak dilakukan berdasarkan tingkat terganggunya
kualitas hidup pasien dan keparahannya. Sampai saat ini katarak hanya dapat
diatasi melalui prosedur pembedahan atau oprasi. Tidak ada nonbedah
(kacamata, tetes mata, obat) yang dapat menyembuhkan katarak atau
mencegah katarak yang terkait usia. Namun pada Gejala-gejala yang timbul
pada katarak yang masih ringan dapat dibantu dengan menggunakan
kacamata, lensa pembesar, cahaya yang lebih terang, atau kacamata yang
dapat meredamkan cahaya. Pada tahap ini tidak diperlukan tindakan operasi.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA GANGGUAN SISTEM
PENGLIHATAN “KATARAK” DI RUANG MENGKUDU RSUD NENE
MALLOMO KAB. SIDRAP
Disusun Oleh:
KIRANA 202101004
NURHIDAYAH 202101009
ANDI FATIMAH AZZAHRA 202101045
1. Identitas Klien
Nama : An.S
Umur : 3 thn
Tempat/Tanggal lahir : 12 Maret 2020
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pendidikan terakhir : belum sekolah
Suku : Bugis
Alamat : Pangkejene
Tanggal masuk RS : 1 Mei 2022
Ruangan : Mengkudu
2. Penanggung jawab / pengantar
Nama : hasna
Umur : 58
Pendidikan terakhir : SMA
Pekerjaan : Wirausaha
Hubungan dengan klien : ibu kandung
Alamat : Pangkajene
2. Minuman
Sebelum MRS : klien minum kurang lebih 6-8 gelas perhari
Setelah MRS : klien minum 5-7 gelas perhari
3. Tidur
Sebelum MRS : klien tidur pada pukul 22.00-04.20 dan tidur siang 1 jam per
harinya
Setelah MRS : klien tidur lebih cepat yakni 21.30 dan bangun 04.00 tidur
siang juga 1 jam perhari
4. Eliminasi BAB
Sebelum MRS : klien mengaku BAB saat baru bangun
Setelah MRS : klien mengaku BAB sam dengan sebelum mrs yakni baru
bangun
5. Eliminasi BAK
Sebelum MRS : klien BAK 4-6 x sehari,berwarna bening-kuning,bau khas
Setelah MRS : klien mengaku BAK 4-6x sehari,berwarna kuning, bau khas
6. Aktifitas dan latihan
Sebelum MRS : klien seorang istri dan ibu yang mengurus rumah dan
memasak
Setelah MRS : klien hanya berbaring dan beristirahat
7. Personal Hygiene
Sebelum MRS :klien mandi 2x sehari, mencuci rambut 1x seminggu,dan
memotong kuku 1x seminggu,klien berpenampilan rapi
Setelah MRS : klien mandi 2x sehari,mencuci rambut 1x seminggu, dan
memotong kuku 1x seminggu,klien selalu berpenampulan rapi.
V. PEMERIKSAAN FISIK
Tanggal: 1 Mei 2022
1. Keadaan umum
- Kehilangan BB: klien tidak kehilangan BB
- Tingkat kesadaran : compos mentis
- GCS: E4V5M6
- Vitas sign
TD: 130/80 mmHg
N: 80x/m
P: 20x/m
S: 36,8 0C
2. Head to toe
1. Kulit/integument
Inspeksi: berwarna coklat sawo matang, tidak ada hiperpigmentasi
2. Kepala & rambut
Inspeksi : Bentuk kepala : Normochepal, distribusi rambut merata,
warna rambut hitam keabu-abuan, tidak ada ketombe, tidak ada
lesi, tidak ada pembengkakan.
Palpasi : Tidak ada nyeri pada hidung dan mulut , tidak ada nyeri
tekan pada telinga, tidak ada distensi vena jugularis dan tidak ada
pembesaran tiroid, suhu sama dengan kulit lainnya.
3. Kuku
Inspeksi: kuku bersih terawatt
Palpasi; tidak ada nyeri tekan
4. Mata/penglihatan
Inspeksi:
Bulu mata : Lentik ke atas. Konjungtiva: Ananemis Kedudukan
bola mata: Simetris kanan kiri. Bola mata: normal tidak keluar
(eksotalmus)/kedalam (endoftalmus). Lakrimasi mata: Tidak
normal (Mata berair). Reflek pupil: Normal. Pupil mengalami
dilatasi, ukuran pupil mata kanan 6 mm, mata kiri: 8 mm. Pupil
kanan dan kiri anisokor dengan kelainan reflek cahaya dibuktikan
dengan ukuran pupil mata kiri lebih lebar 2 mm. Lapang pandang:
normal (Lp pasien = Lp perawat). Kornea dan Lensa mata:
berwarna keruh, keputihan. Pemeriksaan tajam penglihatan dengan
hitung jari: Visus dasar OD/OS: CFFC. Tonometri : OD: 20 OS 21
(09/02/2020) Palpasi: Tidak ada nyeri pada mata, mata terasa gatal.
Sensibilitas kornea: ada reflek berkedip.
5. Hidung/penghiduan
Inspeksi: Hidung: tidak ada polip, tidak ada secret, tidak ada sianosis.
Palpasi: tidak ada nyeri tekan
6. Telinga/pendengaran
Inspeksi: bentuk simetris kiri dan kanan, tidak ada secret, tidak ada
lesi,
Palpasi: tidak ada nyeri tekan
7. Mulut dan gigi
Inspeksi: bentuk bibir simetris, tidak ada stomatitis, tidak ada
pembengkakan gusi, gigi tampak bersih, mulut bersih, tidak ada gigi
berlubang
8. Leher
Inspeksi: simetris kiri dan kanan, tidak ada pembasaran tiroid, tidak
ada peradangan
Palpasi: tidak ada nyeri tekan
9. Dada
3. Pemeriksaan penunjang
1. Laboratorium
Tanggal pemeriksaan 1 Mei 2022
4. Penaatlaksanaan terapi
-Cendomydratil 1,2 ml
-Panthochain 0,6 ml
VI. PATOFISIOLOGI KEPERAWATAN
DATA FOKUS
Nama/ umur:Ny.S / 56 thn
Ruang /kamar: Mengkudu
NO DATA SUBJEKTIF DATA OBJEK TIF
-RR : 20x/menit
ANALISA DATA
Nama/ umur: Ny.S/56 Thn
Ruang /kamar: Mengkudu
NO DATA ETIOLOGI MASALAH
1 DS:
-Pasien mengatakan penglihatannya Gangguan persepsi Gangguan
buram sejak ±7 bulan yang lalu pada sensori/status organ penerimaan sensori
kedua mata (kanan dan kiri) akibat indra perseptual
adanya katarak. Pasien mengatakan ↓ penglihatan
penglihatan tidak jelas seperti ada Menurunnya
kabut, saat melihat cahaya terasa ketajaman
silau, sulit melihat pada jarak jauh penglihatan
terutama pada malam hari dan masih ↓
dapat melihat jelas pada jarak satu Gangguan persepsi
meter
sensori perseptual
DO : penglihatan
- Terdapat kelainan pada mata
pasien. Lakrimasi mata kiri: tidak
normal, mata lebih berair. Pupil
mengalami dilatasi, ukuran pupil
mata kanan 6 mm, mata kiri: 8 mm.
Pupil kanan dan kiri anisokor dengan
kelainan reflek cahaya dibuktikan
dengan ukuran pupil mata kiri lebih
lebar 2 mm. Kornea dan Lensa mata:
berwarna keruh, keputihan. Visus
dasar OD: CFFC dan
OS: CFFC. (12/02/2020)
- Tonometri: Tekanan
intraokuler OD: 20 dan OS:
2 21(09/02/2020) Proses pembedahan
dan kemungkinan
hilang penglihatan Ansietas
DS: ↓
Ansietas
- Pasien mengatakan merasa
cemas karena pertama kali
operasi
- Pasien bertanya kapan
operasinya dimulai
- DO :
- Pasien tampak tegang
- Pasien tampak gelisah
- TD :130/80 mmHg
- Nadi: 86 x/menit
RR : 20x/menit
Tidak mengenal
3 DS: sumber informasi
- Pasien bertanya apa yang ↓
dilakukan di ruang operasi dan Defisiensi/kurang Defisiensu/kurang
bagaimana cara perawatan setelah pengetahuan pengetahun
operasi. DO:
- Pasien tampak bingung
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Nama/ umur: Ny.S/56 Thn
Ruang /kamar: Mengkudu
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN NAMA JELAS
1 Gangguan persepsi sensori penglihatan berhubungan Kelompok 2
dengan perubahan organ penglihatan (kekeruhan pada
lensa mata)
1 Gangguan persepsi sensori Setelah dilakukan Observasi 1.mengetahui koping klien untuk
penglihatan b.d perubahan asuhan keperawatan
organ penglihatan (kekeruhan 1x8 jam diharapkan 1.monitor dan sesuaikan tingkat intervensi selanjutnya
pada lensa, mata) masalah gangguan aktivitas dan stimulasi lingkukngan.
penglihatan dapat 2.meningkatkan keamanan dan
berkurang dengan Terapeutik
menghindari risiko cedera
kriteria hasil :
1.pertahankan lingkuan yang aman terutama pada bagian kepala
1. Pasien mengenal
lingkungan Kolaborasi khususnya mata
2. Pagar pengaman
terpasang 1.lakukan kolaborasi terapi dan obat 3.mengobservasi efektivitas
3. Kepala tempat tidur dengan dokter
ditinggikan 45ºC pengobatan