Anda di halaman 1dari 2

Klasifikasi Gangguan Pendengaran

Klasifikasi gangguan pendengaran terbagi menjadi 3, yaitu ;


1. Klasifikasi gangguan pendengaran berdasarkan letak gangguan secara anatomis
Dalam buku Clildren’s Language and communication Difficulties (2004), dijelaskan bahwa
klasifikasi gangguan pendengaran berdasarkan letak gangguan secara anatomis adalah
sebagai berikut :
a. Conductive hearing loss is caused by diseases or obstructions in the outer or middle ear.
Tuli konduktif adalah gangguan pendengaran terjadi karena adanya
gangguan/penyakit/kelainan struktur pada telinga luar dan atau telinga tengah.
b. Sensorineural losses are caused by damage of the hair cells in the inner ear or nerves.
Tuli sensorineural adalah gangguan pendengaran yang terjadi karenaa hilangnya atau
rusaknya sel saraf (sel rambut) didalam telinga bagian dalam maupun pada
persyarafanya.
c. Mixed hearing losses occur when a child experiences a combination of a sensorineural
loss and a conductive loss. Gangguan pendengaran campuran merupakan gabungan
pendengaran sensorineural dan konduktif. Gangguan ini disebabkan ada masalah baik
pada telinga luar, tengah maupun telinga dalam.
d. Central losses are a result of damage to the central nervous system. Gangguan
pendengaran di pusat pengaturan saraf pendengaran. Masalah yang disebkan oleh tidak
adanya atau rusaknya saraf pendengaran.
2. Gangguan pendengaran berdasarkan masal perolehan bahasa
Dalam buku Lyn dan Valerie menjelaskan klasifikasi gangguan pendengaran berdasarkan
masa perolehan terdiri sebagai berikut ;
a. Prelingual hearing losses occur before the acquisition of spoken language, usually
before the child reaches the age of two. Masa preligual adalah gangguan pendengaran
yang terjadi sebelum anak memperoleh kemampuan bahasa bicara, biasanya terjadi
sebelum 2 tahun.
b. Perilingual hearing loss occurs berween two and four years of age such that the child
acquires a hearing loss as language skill are developing. Masa perilingual adalah
gangguan pendengaran yang terjadi antara 2-4 tahun. Gangguan ini terjadi ketika anak
sedang belajar mengembangkan kemampuan bahasa bicara.
c. Postlingual hearing losses are those acquired after speech and language development.
Such losses can occur anytime after the age of four. Masa post lingual adalah gangguan
pendegaran yang didapat setelah anak telah mencapai perkembangan perolehan bahasa.
Gangguan ini biasanya terjadi antara usia 4 tahun ke atas.

Tabel 1. Derajat ketunaanya menurut Coninx

Degree dBHL
Tunarungu ringan (slightly hearing loss) 30 - 50 dB
Tunarungu seddang (moderately hearing loss) 50 - 70 dB
Tunarungu berat (severely hearing loss) 70 – 90 dB
Tuli (deaf) 90dB atau lebih

Tabel 2. Derajat ketunaanya menurut ASA


Degree dBHL
Tunarungu sangat ringan (slightly hearing 16 – 29 dB
impaired)
Tunarungu ringan (mild hearing loss) 30 – 44 dB
Tunarungu sedang (moderate hearing loss) 45 – 59 dB
Tunarungu berat (severe hearing loss) 60 – 79 dB
Tunarungu sangat berat (profound hearing loss) >80 dB

Tabel 3. Derajat ketunaanya menurut ASHA,23

Degree dBHL
Normal Hearing -10 – 15 dB
Slight or Minimal 16 – 25 dB
Mild 26 – 40 dB
Moderate 41 – 55 dB

Anda mungkin juga menyukai