Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

AKSI DEMONSTRASI MASSA YANG BERUBAH MENJADI


AKSI ANARKIS
Dosen Pengampu: THAUFAN ABIYUNA., S.Pd., M.Pd

Disusun Oleh

NAMA : ROSANTI
NIM : 225009047
MATA KULIAH : PENDIDIKAN PANCASILA

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SILIWANGI
TAHUN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini.

Makalah dengan judul “Aksi Demonstrasi yang Berubah Menjadi Aksi Anarkis”
ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Pancasila yang diajukan oleh
penulis berdasarkan penelitian literatur di jurnal, makalah, dan situs internet.

Penulis berharap makalah ini dapat memberikan kontribusi untuk menambah wawasan
dan pengetahuan budaya kita dalam hal menyampaikan pendapat yang baik dan menghindari
perilaku anarkis.

Penulis menyadari bahwa makalah ini tidak sempurna dan memiliki kekurangan. Oleh
karena itu, pembaca diharapkan memberikan kritik dan saran yang membangun guna
memperbaiki kekurangan tersebut. Semoga makalah ini juga dapat membawa manfaat bagi
penulis dan pembaca.

Tasikmalaya, Februari 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...............................................................................................................2


DAFTAR ISI..............................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................4
A. Latar Belakang ............................................................................................................4
B. Rumusan Masalah .......................................................................................................5
C. Tujuan..........................................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN ...........................................................................................................6
A. Pengertian Demonstrasi...............................................................................................6
B. Pengertian Anarki........................................................................................................7
C. Faktor Penyebab Aksi Anarkis dalam Demonstrasi....................................................8
D. Contoh Kasus Anarkisme............................................................................................8
E. Penanggulangan Tindakan Anarkis Massa Pada Saat Demonstrasi............................9
F. Kaitan Antara Masalah Anarkisme dalam Aksi Demonstrasi dengan Nilai-Nilai
Pancasila...............................................................................................................................10
G. Urgensi Mata Kuliah Pendidikan Pancasila dalam Mengatasi Masalah Anarkisme.10
BAB III PENUTUP .................................................................................................................12
A. Kesimpulan................................................................................................................12
B. Saran..........................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................................14
LAMPIRAN.............................................................................................................................15

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang berdasarkan hukum dalam segala aspek
kehidupannya. Dapat diartikan bahwa antara pemerintah dan lembaga negara
harus didasarkan pada sumber-sumber hukum yang berlaku dalam melaksanakan
tugasnya. Indonesia adalah salah satu negara yang menganut sistem politik demokrasi
Pancasila.
Artinya, rakyat Indonesia dapat dengan bebas menjalankan hak dan kewajibannya
sebagai warga negara (Tegar Putra, 2020). Demokrasi adalah sistem politik yang
menghargai hak asasi manusia. Kebebasan berpendapat sangat penting bagi demokrasi
di negara seperti Indonesia. Dalam Pasal 28 Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 hal tersebut dijabarkan dan diatur secara tegas.
Menyampaikan pendapat secara terbuka dapat dilakukan dengan berbagai cara,
antara lain melalui pawai, pertemuan publik atau mimbar bebas, serta demonstrasi atau
unjuk rasa. Kebebasan berpendapat adalah salah satu jiwa dari demokrasi. Oleh karena
itu, dapat dikatakan bahwa hak kebebasan berpendapat merupakan salah satu
kebebasan fundamental yang dilindungi oleh konstitusi. Hak setiap warga negara untuk
mengungkapkan pikiran secara bebas dan bertanggung jawab sesuai dengan persyaratan
peraturan perundang-undangan yang berlaku adalah konsep kebebasan berpendapat.
Demonstrasi merupakan salah satu cara yang sering digunakan untuk mengeluarkan
atau menyampaikan pendapat.
Unjuk rasa atau yang sering kita sebut demonstrasi adalah suatu gerakan protes
yang dilakukan oleh sekelompok orang di muka umum untuk menyampaikan
pemikiran, pendapat atau penentangan terhadap kebijakan yang dilakukan oleh suatu
pihak, pemerintah dan lembaga negara, atau sebagai upaya politik untuk menekan
kepentingan kelompok tertentu. Selain Pasal 28 Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945, Pasal 1 Ayat 1 Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1998
tentang Kebebasan Bependapat di Muka Umum juga mengatur tentang kebebasan
berpendapat.
Pasal 19 Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia menyatakan bahwa “Setiap
orang berhak atas kebebasan untuk memiliki dan menyatakan pendapat tanpa hambatan
dan untuk mencari, menerima serta menyampaikan informasi dan pendapat dengan cara
apapun dan tanpa batas.” Pasal ini mendukung ha katas kebebasan berpendapat.
(Siregar,
1994)
Kebebasan sebagaimana didefinisikan dalam Pasal 28 Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Undang-Undang No. 9 Tahun 1998 dan Pasal
19 Deklarasi Universal Hak-Hak Asasi Manusia bukanlah kebebasan yang tidak
mengenal batas, tetapi dalam kebebasan tersebut adalah kebebasan yang memiliki
aturan.
Unjuk rasa atau demonstrasi yang baik adalah aksi yang menjunjung tinggi hak
individu tanpa mengganggu ketertiban umum atau hak orang lain. Namun, tidak semua
aksi demonstrasi ini berjalan sesuai keinginan semua pihak, termasuk polisi yang
menjaga jalur unjuk rasa, para pengunjuk rasa, dan masyarakat di lingkungan tempat
unjuk rasa berlangsung. Tak jarang aksi unjuk rasa kerap berujung ricuh dan berubah

4
menjadi aksi anarkis akibat berbagai faktor yang terjadi di lapangan dan menyebabkan
kemacetan lalu lintas, pembakaran ban, bentrokan, penutupan jalan dan perusakan
fasilitas umum. Polisi sebagai keamanan dan pengawal harus mengambil beberapa

5
langkah ketika demonstrasi berlangsung di luar kondisi yang diharapkan untuk
melindungi masyarakat.
Kekacauan dan tidak terkendalinya situasi di lapangan dapat menyebabkan
keadaan di mana massa dapat bertindak anarkis dan menimbulkan kerusakan pada
fasilitas umu dan apparat keamanan yang melindungi demonstrasi. Belum lagi ada
pihak- pihak lain yang memprovokasi dan memperparah keadaan, yang bisa menjadi
pemicu bagi massa untuk melakukan tindakan anarkis atau mengganggu ketertiban
umum.
Menurut KBBI, “anarki” mengacu pada situasi di mana tidak ada pemerintahan,
hukum, peraturan, atau ketertiban; kekacauan dalam negeri. Anarkis adalah mereka
yang mendukung (penganut) anarkisme atau terlibat dalam tindakan anarkis. Aksi
unjuk rasa dan demonstrasi sering dilakukan dalam konteks anarkisme. Anarkisme
sendiri biasanya melibatkan penggunaan kekerasan baik secara terang-terangan maupun
terselubung terhadap orang lain, baik untuk tujuan menyerang maupun bertahan.
Anarkisme adalah doktrin (ideologi) yang menolak segala bentuk organisasi
pemerintahan, atau dapat dilihat sebagai teori politik yang memandang rendah institusi
pemerintahan dan aturan hukum. Ketika orang tidak diperintahkan atau diberi
wewenang, mereka bertindak demi kepentingan terbaik semua orang, menurut
pemahaman atau sikap filosofis maupun politik. Sudut pandang dan teori anarkis
semacam itu pada dasarnya menyampaikan gagasan bahwa manusia adalah makhluk
dasar dengan kapasitas untuk hidup damai dan bebas tanpa keterlibatan otoritas, dan
kepercayaan itu juga tidak salah.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, pokok permasalahan dalam makalah ini
adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana aksi unjuk rasa yang baik dan tidak terjadi aksi yang mengarah
kepada tindakan anarkis?
2. Apa yang menyebabkan aksi unjuk rasa berubah menjadi tindakan yang
anarkis?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dari penulisan makalah ini adalah
sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui dan memahami aksi unjuk rasa yang baik serta tidak
terjadi aksi yang mengarah pada tindakan anarkis
2. Untuk mengetahui dan memahami penyebab dari aksi demonstrasi yang
berubah menjadi tindakan anarkis

6
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Demonstrasi
Secara khusus, Pasal 1 Ayat 3 Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1998 Tentang
Kebebasan Berpendapat di Muka Umum menyatakan : Demonstrasi atau unjuk rasa
adalah kegiatan yang dilakukan oleh satu orang atau lebih untuk menyatakan pendapat.
Aksi unjuk rasa atau kadang-kadang kita sebut demonstrasi adalah gerakan protes yang
dilakukan pleh sekelompok orang di muka umum untuk menyatakan pernyataan,
gagasan, atau pendapat, untuk mengecam kebijakan yang diambil oleh suatu pihak,
pemerintah, atau lembaga negara, atau sebagai sarana represi politik demi kepentingan
kelompok tertentu.
Sebagaimana dijelaskan dalam Pasal 1 Ayat 3 Undang-Undang Nomor 9
Tahun
1998 Tentang Kebebasan Menyampaikan Pendapat di Muka Umum, bahwa unjuk rasa
disebut juga demonstrasi. Demonstrasi adalah salah satu cara untuk menyuarakan
pendapat (1990, 2004). Warga negara memiliki hak untuk menyampaikan aspirasi
mereka melalui demonstrasi atau bentuk protes lainnya. Hak ini bagaimanapun, bisa
menjadi hal yang mengerikan karena, biasanya, demonstrasi skala besar yang tidak
terorganisir dengan ribuan peserta dapat berubah menjadi anarki sehingga
menimbulkan tindak pidana.
Demonstrasi adalah hak demokrasi yang dapat dilaksanakan secara beradab,
tanpa kekerasan, dan bijaksana. Ini bisa menjadi cntoh yang sangat baik bagi mereka
yang senang berpartisipasi dalam menyampaikan pendapat dan turun ke jalan. Salah
satu cara penyampaian pikiran kepada pemerintah adalah melalui demonstrasi yang
dilakukan di muka umum. Namun, ada situasi ketika pendapat yang diungkapkan tidak
didengar atau menerima tanggapan yang tidak terduga. Anarki berkembang ketika
situasi seperti ini ditambah dengan faktor lain seperti keberadaan pihak tertentu yang
memicu atau memperburuk kondisi untuk melakukan tindakan anarkis, atau ketika
orang menjadi frustrasi oleh keadaan.
1. Asas Menyampaikan Pendapat di Muka Umum
Sesuai dengan Pasal 3 Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1998, menyatakan
bahwa berpendapat di muka umum harus didasarkan pada :
• Asas keseimbangan hak dan kewajiban;
• Asas musyawarah mufakat;
• Asas kepastian hukum dan keadilan;
• Asas proporsionalitas; dan
• Asas manfaat

2. Tujuan Menyampaikan Pendapat di Muka Umum


Tujuan dasar dari menyampaikan pendapat di muka umum adalah untuk
mendapatkan dukungan luas guna mencapai hasil yang diinginkan, yaitu
tercapainya sesuatu yang menjadi tututan. Saat menyuarakan tuntutannya atas
kebijakan pemerintah yang dianggap anti rakyat, masyarakat Indonesia lebih rentan
untuk berdemonstrasi atau melakukan aksi unjuk rasa.

7
Demonstrasi atau unjuk rasa yang baik adalah tindakan yang
memperjuangkan hak-hak rakyat dan tidak mengganggu ketertiban umum atau
hak- hak orang lain. Namun dalam aksi demo ini, baik polisi yang mengawal
proses demo, massa peserta aksi demo, maupun masyarakat sekitar tempat aksi
demo berlangsung, tidak semuanya berjalan sesuai dengan harapan semua pihak.
Seperti yang sering terjadi, aksi unjuk rasa seringkali berujung ricuh dan berujung
aksi anarkis karena berbagai faktor yang terjadi di lapangan, sehingga terjadi
kemacetan lalu lintas, penutupan jalan, pembakaran ban, bentrok dan perusakan
fasilitas umum. Agar tidak merugikan masyarakat, polisi yang bertindak sebagai
pengawal dan keamanan harus melakukan beberapa tindakan ketika demonstrasi
terjadi di luar kondisi yang diharapkan.
Potensi kekerasan dan anarki dalam demonstrasi dapat disebabkan oleh
kondisi yang kacau dan tidak terkoordinasi (tidak terkendali) yang memungkinkan
massa melakukan kekerasan dan merusak fasilitas umum atau terhadap aparat
keamanan demonstrasi. Apalagi ada pihak lain yang memprovokasi dan
memperumit situasi, yang bisa menjadi pemicu massa melakukan tindakan anarkis
atau mengganggu ketertiban umum.
B. Pengertian Anarki
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Istilah “anarki” mengacu pada hal-hal
di mana tidak ada pemerintahan, undang-undang, peraturan atau ketertiban; kekacauan
di dalam negeri . Sementara itu, “anarkis” mengacu pada pendukung (penganut) paham
anarkisme atau orang yang mempraktikkan anarkisme. Anarkisme adalah kegiatan
terkenal yang terkait dengan aksi unjuk rasa atau demonstrasi. Anarkisme itu sendiri
melibatkan penggunaan kekerasan, baik secara terbuka maupun tertutup, dan bersifat
menyerang atau bertahan, serta melakukan tindakan kekerasan terhadap orang lain.
Anarki terjadi ketika sekelompok orang berkumpul untuk menyampaikan pendapatnya,
namun karena situasi yang kacau, mereka kemudian melakukan tindakan kekerasan.
Biasanya sebagai tindakan pembalasan atas perlakuan yang dianggap tidak adil atau
sebagai upaya untuk menentang sesuatu. Misalnya perilaku anarkis terjadi karena
kebijakan pemerintah yang dapat merugikan masyarakat, kesejahteraan rakyat yang
tidak terpenuhi, dan lain sebagainya.
Kekerasan dan anarki adalah konsep yang terkait erat. Anarki adalah keadaan
kekacauan fisik dalam masyarakat sipil yang ditandai dengan konflik, tawuran besar-
besaran, pembunuhan, penjarahan, dan kerusakan infrastruktur, fasilitas pribadi, dan
tindakan criminal lainnya. Pembenaran ini mengarah pada kesimpulan bahwa anarki
berdampak negatif pada masyarakat, menyebabkan kerusakan tubuh dan ketakutan.
PJ Proudhon menyatakan bahwa anarki adalah sistem politik yang dimaksudkan
untuk menghasilkan anarki "tanpa kedaulatan, tanpa raja yang berkuasa" (What
is Property, hal.264). Dengan kata lain, anarkisme adalah teori politik yang bertujuan
untuk membangun masyarakat di mana orang dapat berinteraksi dengan bebas. Karena
hierarki merugikan orang dan individualitas mereka, anarkisme menolak semua jenis
kontrol hierarkis, termasuk dominasi negara dan kapitalis.
Anarkisme telah diasosiasikan dengan kekerasan, aktivitas pembunuhan sejak
Bakunin (ensiklopedia, n.d.). Anarkisme membenarkan tindakan teroris seperti
pembunuhan pemimpin negara, pengeboman gedung-gedung pemerintah, dan
kekejaman lainnya sebagai sarana menghasut rakyat untuk memberontak.

8
C. Faktor Penyebab Aksi Anarkis dalam Demonstrasi
Dalam aksi demonstrasi atau unjuk rasa, sering kali aksi tersebut malah
berujung pada tindakan anarki. Terjadinya tindakan anarkis dalam demonstrasi
disebabkan oleh
beberapa faktor diantaranya :
1. Sikap para pengunjuk rasa yang meyakini bahwa keyakinannya adalah hal
yang benar dan harus dituruti pendapat yang mereka sampaikan paling
benar dan harus dituruti
Para pengunjuk rasa percaya bahwa apa yang mereka sampaikan, apa
yang mereka lakukan dan apa yang mereka yakini adalah benar dan mereka
ingin agar pendapat yang mereka sampaikan dapat terwujud.
2. Negosiasi memakan waktu lama atau tidak ada perwakilan pemerintah yang
tersedia untuk bertemu dan berbicara dengan para demonstran.
Ketika demonstrasi direncanakan, kelompok yang merencanakan
demonstrasi pasti sudah memiliki keyakinan pada ideologi atau sudut
pandang tertentu. Mereka akan menyuarakan tentang hal ini saat
demonstrasi dengan harapan pendapat mereka akan terwujud atau, paling
tidak mereka akan mendapat tanggapan dari perwakilan pemerintah.
Namun, sering terjadi saat demonstrasi berlangsung tidak ada perwakilan
pemerintah yang hadir untuk menemui dan menanggapi para demonstran.
Atau jika ada perwakilan pemerintah yang menemui dan menanggapi
para pengunjuk rasa terjadi negosiasi yang memakan waktu cukup lama.
3. Adanya pihak-pihak yang memprovokasi dan memperkeruh situasi
Demonstrasi secara alami melibatkan banyak orang, yang membuat
situasi sulit untuk dikelola. Selain itu, banyak pengunjuk rasa sangat rentan
terhadap provokasi, baik dari dalam maupun luar pengunjuk rasa.
4. Adanya keinginan pengunjuk rasa yang tidak terpenuhi
Tujuan umum para demonstran adalah untuk melihat tuntutan
mereka dipenuhi, atau paling tidak, suara mereka didengar oleh
pihak yang
berwenang dengan mengirimkan delegasi untuk terlibat dalam mencari
solusi
dari masalah tersebut.
5. Rendahnya kemampuan pengendalian massa oleh aparat kepolisian
Aparat kepolisian sebagai pengawal dan keamanan dalam aksi
demonstrasi dituntut untuk mengawal jalannya demonstrasi agar tidak
terjadi aksi anarkis, namun karena proses terjadinya anarki yang sangat
cepat dan
situasi yang tidak terkendali membuat aparat kepolisian kewalahan untuk
mencegah terjadinya anarki. Selain itu, disebabkan juga oleh dinamika
massa telah berkembang menjadi sesuatu yang harus ditangani secara
keras.(Studi et al., 2022)
6. Kerusuhan dalam demonstrasi sebelumnya sudah direncanakan
Kerusuhan dalam demonstrasi yang direncanakan sebelumnya juga
dapat mengarah pada perilaku anarkis di samping pertimbangan lain
tersebut. Kerusuhan ini biasanya dilakukan oleh kelompok lain yang
tidak setuju dengan pemerintahan yang ada.
D. Contoh Kasus Anarkisme
Menurut KBBI, anarki dalam konteks ini merujuk pada “makna kedua”, yaitu
gagasan umum yang dianut oleh masyarakat, yakni kekacauan dalam suatu bangsa. Dan

9
bukan dalam "pengertian pertama", yang mengacu pada tidak adanya otoritas, aturan,
hukum, atau ketertiban.

10
Salah satu contoh kasus tindakan anarkis dalam aksi demonstrasi yaitu terjadi di
Kantor Kejaksaan Negeri Palopo, pada hari Kamis, 21 Juli 2022 dengan yang menjadi
tersangka ialah 11 mahasiswa dan menewaskan seorang satpam.
Dilansir dari detiksulsel, polisi menetapkan 11 mahasiswa sebagai tersangka.
Mahasiswa itu menjadi tersangka dalam kasus aksi demo anarkis yang menewaskan
seorang satpam di Kejaksaan Negeri Palopo yang tertimpa pagar dan seorang lainnya
luka-luka. Sembilan tersangka telah ditangkap, sementara dua tersangka lainnya masih
buron. (Arzad, 2022)
Pada Sabtu, 23 Juli 2022 Iptu Akhmad Risal (Kepala Reserse Kriminal Polres
Palopo) mengatakan kepada wartawan bahwa sembilan orang telah ditetapkan sebagai
tersangka, dan dua tersangka lainnya masih dalam pengejaran.
Inisial BC, IY, IP, A, S, AD, YP, R, dan W diketahui milik sembilan orang yang
sudah diamankan. Dua tersangka lainnya berinisial AD dan KI masih dalam pengejaran.
Penyidik juga menyita dua pengeras suara, satu botol bahan bakar (Pertamax), dua
mikrofon, dan satu ban mobil bekas sebagai barang bukti.
Para tersangka ditangkap karena melanggar Pasal 170 ayat 3 KUHP dan
diancam hukuman 4 sampai 12 tahun penjara karena melakukan tindak kekerasan
secara bersama- sama yang mengakibatkan satu orang meninggal dunia. Selain itu,
sembilan orang terancam hukuman 4 sampai 5 tahun penjara berdasarkan Pasal 358
dan 359 KUHP, yang telah ditangani oleh penyidik.
E. Penanggulangan Tindakan Anarkis Massa Pada Saat Demonstrasi
Demonstrasi oleh individu atau kelompok yang baru-baru ini terjadi sering
digunakan oleh mereka sebagai upaya terakhir. Disebut sebagai upaya terakhir karena
cara lain telah digunakan sebelumnya, tetapi belum ada tanggapan dari pihak
berwenang
atau lembaga yang menjadi sasaran demonstrasi. Banyak jalan yang bisa dilalui untuk
menyampaikan keinginan di negeri ini, namun seringkali gagal mengatasi masalah yang
ada. Setiap perubahan politik di negeri ini jarang disertai dengan perbaikan kondisi
sosial yang nyata. Meskipun masyarakat tidak terlibat langsung dalam politik yang
sebenarnya, namun masyarakat kini mengetahui dan dapat menilai setiap tindakan yang
dilakukan di tingkat elit politik.
Para elit (politik, aparat pemerintah, dan pengusaha) yang tidak peduli dengan
kebutuhan masyarakat menciptakan anarki yang akhirnya terjadi. Ketidakpedulian elit
memicu permusuhan masyarakat terhadap mereka. Yang terjadi selanjutnya adalah
peningkatan ketidakpercayaan yang signifikan terhadap kelas elit ini. Ketegangan
antara rakyat dan elitnya mungkin timbul dari ketidakpercayaan rakyat ini. Pada
demonstrasi apa pun, suasana ini dengan cepat berubah menjadi aktivisme. (Farikha,
2013)
Akhir-akhir ini, penanganan demonstrasi oleh aparat negara diwarnai dengan
suasana “permusuhan” terhadap pengunjuk rasa. Sikap ini pun membuat suasana
semakin memanas. Pada umumnya masyarakat sangat menyadari pentingnya
menyampaikan pendapat dengan cara yang santun dan damai. Yang mereka butuhkan
adalah kesempatan untuk mendengar dan menjawab keluhan mereka. Penting bagi
kedua belah pihak untuk menangani unjuk rasa melalui pendekatan dialog, diskusi, dan
membangun rasa saling percaya. Hal itu akan menciptakan budaya “tidak ada dusta di
antara kita”, yang merupakan dasar utama untuk saling menghargai.

11
F. Kaitan Antara Masalah Anarkisme dalam Aksi Demonstrasi dengan Nilai-Nilai
Pancasila
Negara Indonesia terus mengalami sejumlah persoalan dalam upaya menerapkan
Pancasila sebagai landasannya. Ancaman pemberontakan yang berusaha mengganti
Pancasila demi ideologi yang berbeda tidak lagi menjadi perhatian dalam implementasi
Pancasila, akan tetapi masalah kehidupan masyarakat yang benar-benar bebas adalah
salah satu yang perlu ditangani. Hak untuk menyuarakan aspirasi di muka umum adalah
salah satu contoh dari bentuk kebebasan ini.
Sebagai warga negara seperti Indonesia yang menganut sistem politik
demokrasi, kita memiliki kebebasan untuk menyampaikan pendapat. Ikut serta dalam
demonstrasi atau aksi unjuk rasa merupakan salah satu cara untuk menyampaikan
pendapat. Namun, pengunjuk rasa tak jarang melakukan tindakan anarkis saat
demonstrasi. Aksi ini jelas berkaitan dan bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila.
Karena Pancasila berfungsi sebagai dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia dan
sebagai pedoman dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Tindakan anarkis dalam aksi demonstrasi ini bertentangan dengan nilai
Pancasila karena tindakan ini tidak sesuai dengan nilai Pancasila yang terkandung
dalam sila kedua dan keempat. Di mana dalam sila kedua terkandung nilai kemanusiaan
yang adil dan beradab artinya bahwa setiap warga negara memiliki kesetaraan derajat
dan mendapatkan hak yang sama. Sedangkan tindakan anarkis identik dengan
kekerasan di muka umum dan berujung adanya massa yang menjadi korban dalam
tindakan tersebut. (Ningsih & Hk, 2019)
Selain tidak sesuai dengan sila kedua, anarkisme juga bertentangan dengan sila
keempat. Karena di dalam sila keempat terkandung nilai kerakyatan yang dipimpin oleh
hikmat, kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan yang memiliki arti
menjunjung kerakyatan dan demokrasi, bermusyawarah adalah jalan keluar untuk
menyelesaikan masalah yang terjadi dengan bijaksana. Tindakan anarkis yang terjadi
dalam aksi unjuk rasa merupakan bukan hal tercermin dari sila keempat karena tindakan
tersebut tindakan yang dilakukan dengan kekerasan di muka umum, perusakan fasilitas
umum, dan tindakan kriminal lainnya. Dan sebaiknya dalam menyampaikan pendapat
dilakukan melalui musyawarah dalam mengambil keputusan, seperti yang tertuang
dalam sila keempat Pancasila.
G. Urgensi Mata Kuliah Pendidikan Pancasila dalam Mengatasi Masalah
Anarkisme Mata kuliah Pendidikan Pancasila merupakan upaya yang disengaja
dan terencana untuk membentuk mahasiswa yang memiliki karakter sesuai dengan
nilai-nilai Pancasila. Dalam rangka mendorong calon-calon estafet kepemimpinan
bangsa yang potensial, diharapkan dengan Pendidikan Pancasila dapat
menumbuhkembangkan jati diri bangsa dan mewujudkan mahasiswa yang berjiwa
Pancasila, sehingga dapat menjadi dorongan bagi calon pemegang estafet
kepemimpinan bangsa. Mahasiswa harus memberikan contoh positif bagi
masyarakat karena mahasiswa adalah agen perubahan
dan kaum intelektual yang akan menjadi dasar kemajuan di masa yang akan
datang.
Dalam aksi demonstrasi atau unjuk rasa biasanya dilakukan oleh mahasiswa
sebagai kaum intelektual muda dan sebagai salah satu bentuk dari pengabdian
masyarakat untuk membantu masyarakat menyampaikan aspirasinya. Namun tak jarang
para demonstran melakukan tindakan anarkis dalam aksi demonstrasi tersebut. Oleh
karena itu, pendidikan Pancasila sangat penting dalam mengatasi masalah anarkisme
12
dan sebagai salah satu bentuk pencegahan, karena dapat menjadi benteng mahasiswa
untuk

13
tidak melakukan tindakan anarkis dan membentuk sikap mental mahasiswa yang
dapat mengimplementasikan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila.
Gagasan bahwa Pancasila adalah dasar negara mengandung makna bahwa nilai-
nilai yang terdapat dalam Pancasila harus dijadikan sebagai landasan dalam
membentuk dan menyelenggarakan negara. Jika nilai-nilai Pancasila diterapkan dengan
konsisten oleh seluruh warga negara dan penyelenggara negara, maka akan mencapai
tata kelola pemerintahan yang baik dan mampu mencegah serta mengatasi masalah
anarkisme. (Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kementerian Riset,
Teknologi,
2016)

14
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Demonstrasi adalah salah satu cara untuk menyampaikan pendapat atau
menolak kebijakan yang dilaksanakan pemerintah oleh sekelompok orang di muka
umum sebagai
upaya penekanan secara politik. Namun tak jarang aksi demonstrasi tersebut berubah
menjadi aksi yang anarkis. Anarkisme sendiri biasanya terjadi akibat beberapa faktor di
lapangan dan menyebabkan penutupan jalan, pembakaran ban, kemacetan lalu lintas,
perusakan fasilitas umum dan bentrokan.
Semua strata sosial menginginkan aksi demonstrasi yang tenang dan damai, agar
tidak mengganggu lalu lintas atau memicu kerusuhan. Dalam semangat mendrong
budaya tanpa kekerasan, itu bermanfaat. Tidak perlu konflik untuk menyelesaikan
perbedaan pendapat atau pemikiran. Ketidakpedulian negara dan pengabaian terhadap
tuntutan yang diajukan, bagaimanapun, adalah yang menyebabkan kekerasan dalam
kumpulan konflik vertikal ini, yang dapat digambarkan sebagai akumulasi titik jenuh.
Ketidakmampuan pemerintah untuk bertindak sebagai penengah dan melindungi hak-
hak rakyat lebih lanjut ditunjukkan oleh hal ini.
Kerusuhan akhir-akhir ini disebabkan oleh tidak adanya keadilan,
kebijaksanaan, dan kesopanan. Pengusaha, aparatur pemerintah, dan elit politik
semuanya mengalami sikap apatis dan menjadi tidak peka terhadap penderitaan rakyat.
Konsekuensi dari penyakit elitis ini adalah terjadinya radikalisme atau anarki. Dahulu
memalukan bagi mereka yang berada di posisi otoritas untuk tidak dapat menjamin
kemakmuran dan keadilan rakyat, tetapi ini tidak lagi menjadi masalah besar.
Membangun kepercayaan antara pengunjuk rasa dan pemerintah, serta
percakapan dan konsultasi antara kedua pihak, sangat penting untuk menyelesaikan
masalah yang disebabkan oleh kerusuhan dan demonstrasi. Untuk mencapai hasil yang
baik bagi semua pihak, kedua belah pihak harus saling menghormati dan berkomitmen
untuk tidak berdusta.
B. Saran
Dalam menyusun makalah ini penulis menginginkan hasil yang sempurna, akan
tetapi pada kenyataannya dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan yang
perlu diperbaiki penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca sebagai bahan evaluasi untuk ke depannya. Sehingga penulis
bisa terus menghasilkan karya tulis yang bermanfaat bagi orang banyak.
Penulisan makalah ini belum selesai mengenai masalah anarkisme. Oleh karena
itu, penulis berharap kepada penulis selanjutnya untuk mengembangkan makalah ini
lebih lanjut dengan lebih banyak sumber yang dijadikan bahan dalam penulisan
selanjutnya.
Berdasarkan uraian dari seluruh pembahasan mengenai masalah tersebut, maka
penulis memiliki beberapa saran diantaranya :
1. Pemerintah harus lebih memperhatikan suara rakyat, karena demokrasi
merupakan tonggak penting dalam kemajuan Indonesia.
2. Masyarakat harus menyadari bahwa anarkisme merugikan semua pihak dan
harus bertindak dengan niat budaya kesopanan sebelum bertindak.

15
3. Anarkisme hanya muncul ketika lapisan masyarakat tertinggi dipenuhi
dengan pemerintahan yang sangat korup. Anarkisme pasti bisa diatasi jika
kebobrokan ini dikurangi.
4. Perkembangan aksi demonstrasi di Indonesia merupakan harapan yang
tertuang dalam Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1998 tentang hak kebebasan
berpendapat di muka umum masih membutuhkan proses pendewasaan, baik
polisi maupun massa sebagai subjek aktif.(Mengeluarkan & Karina, 2021)

16
DAFTAR PUSTAKA
1990, U. nomor 40 tahun. (2004). Presiden republik indonesia. Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 1985 Tentang Jalan, 1, 1–5.
https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&cad=rja&uac
t=8&ved=2ahUKEwjWxrKeif7eAhVYfysKHcHWAOwQFjAAegQICRAC&url=https
%3A%2F%2Fwww.ojk.go.id%2Fid%2Fkanal%2Fpasar-modal%2Fregulasi
%2Fundang- undang%2FDocuments%2FPages%2Fundang-undang-nomo
Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kementerian Riset, Teknologi, dan P.
T. R. I. (2016). Pendidikan pendidikan pancasila pancasila. Pendidikan Pancasila Untuk
Perguruan Tinggi, 239. file:///C:/Users/asus/Downloads/Pendidikan Pancasila/TOPIK 4
PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT.pdf
Mengeluarkan, T. K., & Karina, I. (2021). Anarkis Ditinjau Berdasarkan Uu No . 9 Tahun
Pendapat Di Depan Umum. 03(02), 21–29.
Ningsih, R., & Hk, M. A. (2019). DASAR NEGARA INDONESIA E-Learning
UNIVERSITAS ESA UNGGUL. 1–18.
Siregar, H. (1994). Hariman Siregar,1994,Hati Nurani Seorang Demosntran/Hariman
Siregar,hlm.26. 1–16.
Studi, P., Hukum, I., Hukum, F., & Bosowa, U. (2022). MENYAMPAIKAN PENDAPAT
DI MUKA UMUM ( Studi Kasus Polrestabes Makassar ) Fitriani.
Tegar Putra, Y. (2020). Penegakan Hukum Oleh Kepolisian Terhadap Aksi Unjuk Rasa Yang
Anarkis.

Internet
Arzad. (2022, juli sabtu). detiksulsel. Retrieved from detik.com:
https://www.detik.com/sulsel/hukum-dan-kriminal/d-6194937/demo-anarkis-
tewaskan-satpam-di-palopo-11-mahasiswa-jadi-tersangka?single=1
ensiklopedia. (n.d.). Retrieved from stekom.ac.id:
https://p2k.stekom.ac.id/ensiklopedia/Mikhail_Bakunin
Farikha, R. (2013). academia.edu. Retrieved from academia.edu:
https://www.academia.edu/10186011/anarkisme_massa_sebagai_budaya_politik_indo
nesia

17
LAMPIRAN

Gambar 1. Contoh Kasus Anarkisme

Gambar 2. Hasil Plagiarisme Turnitin

18

Anda mungkin juga menyukai