Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

KEBEBASAN BERPENDAPAT DI MUKA UMUM


MATA KULIAH : PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN

DOSEN PEMBIMBING AKADEMIK:


AFWAN DAYA, M.H.

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 10

KHAIRUL ANAM : 230102057


MUHAMMAD KHALIL AULIA : 230102055
MUHAMMAD AGIL : 230102050

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRY


FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH
TAHUN 2023/2024
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah swt, yang atas rahamat dan karunia-Nya kami dapat
menyelesaikan makalah ini pada waktunya. Adapun tema dari makalah ini adalah
“Kebebasan Berpendapat di Muka Umum”.
Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada dosen mata kuliah Pancasila dan Kewarganegaraan yang telah
memberikan tugas terhadap kami. Tidak lupa juga kami mengucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang telah turut memberikan kontribusi dalam
penyusunan makalah ini.
Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat banyak
kekurangan, baik dari segi penyusunan maupun tata bahasa penyampaian dalam
makalah ini. Oleh karena itu, kami mohon saran dan kritik dari teman- teman
maupun dosen demi tercapainya makalah yang sempurna.
Kami berharap semoga makalah ini dapat berguna bagi kami khususnya
dan pihak lain yang berkepentingan pada umumnya.

Banda Aceh, 12 September 2023

Penulis

I
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..............................................................................................I


BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1
A. Latar Belakang .............................................................................................1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................2
C. Tujuan Penulisan ......................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................3
A. Hakikat Kemerdekaan Mengemukakan Pendapat .......................................3
B. Bentuk Mengemukakan Pendapat Di Muka Umum ....................................4
C. Konsekuensi Logis Kebebasan Mengemukakan Pendapat ..........................5
D. Dasar Hukum Dan Tata Cara Mengemukakan Pendapat Di Muka Umum .6
E. Aktualisai Kemerdekaan Mengemukakan Pendapat Secara Bebas Dan
Bertanggung Jawab .......................................................................................... 7
BAB III .................................................................................................................... 9
PENUTUP ............................................................................................................... 9
A. Kesimpulan ..................................................................................................9
B. Saran ............................................................................................................ 9
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................10

II
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tentang kebebasan berpendapat di muka umum, kemerdekaan setiap


warga negara untuk menyampaikan pendapat di muka umum merupakan
perwujudan demokrasi dalam tatanan kehidupan masyarakat berbangsa dan
bernegara. Kemerdekaan menyampaikan pendapat di muka umum adalah hak
asasi manusia yang dijamin oleh UUD 1945 dan deklarasi universal hak-hak asasi
manusia . Namun, hak ini harus dilaksanakan secara bertanggung jawab sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku 1.

Kebebasan mengeluarkan pendapat merupakan salah satu hak asasi yang


dimiliki oleh setiap manusia dan dijamin dalam UUD 1945. Pancasila sebagai
pandangan hidup,dasar negara dan pemersatu bangsa Indonesia yang majemuk
sangat menjunjung tinggi kebebasan warga negaranya untuk bebas
mengemukakan pendapatnya. Dalam perspektif Pancasila, kebebasan merupakan
kebebasan yang terkandung dalam setiap butir-butir Pancasila. Memahami
pengertian Pancasila, bahwa menurut tata bahasa Indonesia berarti Lima Dasar:
panca berarti lima, sedangkan sila berarti dasar kesusilaan.

Kebebasan berpendapat di Indonesia hampir tidak terealisasikan sesuai


dengan yang tertera di Pancasila. Semua kebebasan berpendapata tidak berjalan
sesuai dengan semestinya. Bagi sebuah negara yang saat ini berkembang
kebebasan berpendapat sangat diperlukan agar negara ini terus berkembang
menuju negara yang demokrasi. Kebebasan berpendapat merupakan hak setiap
individu sejak dilahirkan yang telah dijamin oleh konstitusi. Maka, Negara
Indonesia sebagai negara hukum dan demokratis berwenang untuk mengatur dan
melindungi pelaksanaannya. Kemerdekaan berpikir dan mengeluarkan pendapat
tersebut diatur dalam perubahan keempat Undang-Undang Dasar Republik
Indonesia tahun 1945 Pasal 28 E ayat (3) Setiap orang berhak atas kebebasan
berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pendapat. Kebebasan berekspresi
termasuk kebebasan berpendapat merupakan salah satu hak paling mendasar
dalam kehidupan bernegara. Undang-undang No. 9 Tahun 1998 tentang
Kemerdekaan Menyampaikan Pendapat di muka umum pasal 1 ayat (1)
kemerdekaan menyampaikan pendapat adalah hak setiap warga negara untuk
menyampaikan pikiran dengan lisan, tulisan, dan sebagainya secara bebas dan

1
https://repository.unair.ac.id/82021/5/3.%20BAB%20I%20PENDAHULUAN.pdf

1
bertanggung jawab sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.2

B. Rumusan Masalah

1. Apa saja hakikat kemerdekaan mengemukakan pendapat?


2. Bagaimana bentuk mengemukakan pendapat di muka umum?
3. Apa konsekuensi logis kebebasan mengemukakan pendapat?
4. Apa dasar hukum dan tata cara mengemukakan pendapat di muka umum?
5. Bagaimana aktualisasi kemerdekaan mengemukakan pendapat secara bebas
dan bertanggung jawab?

C. Tujuan Penulisan

1. Mengetahui hakikat kemerdekaan mengemukakan pendapat


2. Memahami bentuk mengemukakan pendapat di muka umum
3. Mengetahui konsekuensi logis kebebasan mengemukakan pendapat
4. Mengetahui dasar hukum dan tata cara mengemukakan pendapat di muka
umum
5. Memahami Aktualisasi kemerdekaan mengemukakan pendapat secara
bebas dan bertanggung jawab

2
https://osf.io/5cnym/download/?format=pdf

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Hakikat Kemerdekaan Mengemukakan Pendapat

Hakikat kemerdekaan mengemukakan pendapat adalah hak setiap warga


negara untuk menyampaikan pendapat, gagasan, atau pikiran secara logis sesuai
dengan konteks. Kemerdekaan mengemukakan pendapat merupakan bagian dari
hak asasi manusia yang diatur dan dijamin dalam Piagam Pengakuan Hak Asasi
Manusia se-dunia oleh PBB dan Undang-undang Dasar 1945. Pada hakikatnya
kemerdekaan mengemukakan pendapat adalah hak setiap warga negara baik
secara perorangan maupun kelompok untuk bebas mengemukakan pendapat
sebagai perwujudan hak dan tanggung jawab berdemokrasi dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Indonesia sebagai negara demokrasi
yang berdasarkan Pancasila menjamin kemerdekaan mengemukakan pendapat
tersebut dalam UUD 1945 pasal 283.

Indonesia adalah negara yang menganut sistem pemerintahan demokrasi,


artinya ada jaminan atas hak-hak tersebut antara lain sebagai berikut.

a. Hak untuk menyampaikan pendapat serta mengkritik pemerintah baik


secara lisan maupun tertulis. Hak ini termasuk kebebasan pers.
b. Hak untuk mencari informasi alternatif terhadap informasi yang
disajikan pemerintah.
c. Hak berkumpul.
d. Hak membentuk serikat, termasuk hak mendirikan partai politik dan
bersosiasi.

Kemerdekaan menyampaikan pendapat adalah hak setiap warga negara


untuk menyampaikan pikiran dengan lisan, tulisan dan sebagainya secara bebas
dan bertanggung jawab sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Pada
hakikatnya kemerdekaan mengeluarkan pendapat adalah hak setiap warga negar,
baik secara perorangan atau kelompok, yaitu bebas menyampaiakan pendapat
sebagai perwujudan hak dan tanggug jawab berdemokrasi dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

3
https://www.qoroa.id/2020/06/kemerdekaan-mengemukakan-pendapat.html

3
Dalam praktek kenegaraan yang demokratis, kemerdekaan mengeluarkan
pendapat sangat penting karena dengan mengeluarkan pendapat positifnya bagi
kehidupan masyarakat. Dampak-dampak positif itu antara lain adalah :

1. Kepekaan masyakat menjadi meningkat dalam menyingkapi berbagai


permasalahn sosial yang timbul dalam kehidupan sehari-hari.
2. Membiasakan masyarakat untuk berfikir kritis dan responsive/cepat
tanggap.
3. Merasa ikut memiliki dan ikut bertanggung jawab atas kemajuan bangsa
dan Negara.
4. Meningkatnya demokratisasi dalam kehidupan seharihari dan lainnya.

Kemerdekaan untuk mengeluarkan pendapat merupakan sebagian dari hak


asasi manusia. Oleh sebab itu, kemerdekaan mengeluarkan pendapat dijamin oleh
Deklarasi Universal HakHak Asasi Manusia PBB maupun UUD 1945. Isi Pasal
Deklarasi Universal Hak-Hak Asasi Manusia PBB tentang kemerdekaan
mengeluarkan pendapat adalah sebagai berikut:

Pasal 19

”Setiap orang berhak atas kebebasan mempunyai dan


mengeluarkan pendapat, dalam hal ini termasuk dan kebebasan
mempunyai pendapat dengan tidak mendapat gangguan dan untuk
mencari, menerima dan menyampaikan keterangan-keterangan dan
pendapat-pendapat dengan cara apapun juga dan tidak memandang
batas-batas" Kemerdekaan untuk mengeluarkan pendapat
merupakan sebagian dari hak asasi manusia. Oleh sebab itu,
kemerdekaan mengeluarkan pendapat dijamin oleh Deklarasi
Universal Hak-Hak Asasi Manusia PBB maupun UUD 1945.

Pasal 20 Ayat

1 : "Setiap orang mempunyai hak atas kebebasan berkumpul


dan berapat."

Ayat 2: "Tiada seorang juapun dapat dipaksa memasuki


salah satu perkumpulan.”4

B. Bentuk Mengemukakan Pendapat Di Muka Umum

1) Unjuk rasa atau demonstrasi, yaitu kegiatan yang dilakukan oleh seorang atau
lebih untuk mengeluarkan pikiran dengan lisan, tulisan, dan sebagainya
secara demonstratif di muka umum.

4
https://repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4192/8/T2_942011021_Lampiran.pdf halaman 1 dan 2

4
2) Pawai, yaitu cara penyampaian pendapat dengan arakarakan di jalan umum.
3) Rapat umum, yaitu pertemuan terbuka yang dilakukan untuk menyampaikan
pendapat dengan tema tertentu.
4) Mimbar bebas, yaitu kegiatan penyampaian pendapat di muka umum yang
dilakukan secara bebas dan terbuka tanpa tema tertentu.5

Semua orang harus melaksanakan hak ini dengan benar dan bertanggung
jawab sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku .

C. Konsekuensi Logis Kebebasan Mengemukakan Pendapat

Kemerdekaan mengeluarkan pendapat tanpa batas dapat berakibat buruk


bagi kehidup masyarakat.Untuk itu, pengaturan terhadap kemerdekaan
mengeluarkan pendapat merupakan yang mutlak harus diadakan. Pengaturan ini
sangat berbeda dengan pembatasan, karena pengaturan kemerdekaan
mengeluarkan pendapat hanya ditujukan untuk menjaga ketertiban masyarakat
dan menjamin kenyamanan dan ketenangan hidup bermasyarakat.

Dengan adanya pengaturan kemerdekaan mengeluarkan pendapat


diharapkan segala sesuatu dapat bers proporsional, yaitu dilakukan berlandaskan
sikap tanggung jawab dan dalam batas wajar sesuai dengan norma yang
berkembang dalam masyarakat serta peraturan perundang-undahgan yang berlaku.
Kemerdekaan mengeluarkan pendapat adalah kemerdekaan yang bertanggung
jawab, bukan kemerdekaan yang tanpa batas. Kemerdekaan tanpa batas yang
bersifat anarkis justru akan merusak tatanan kehidupan masyarakat, merugikan
kepentingan umum dan memperburuk citra bangsa di mata internasional.
Kemerdekaan mengeluarkan pendapat tanpa batas dan tidak bertanggung jawab
berarti :

 Melanggar hak dan menginjak-injak kebebasan orang lain.


 Melanggar hukum dan norma susila yang diakui oleh masyarakat.
 Menimbulkan provokasi massa yang mengundang tindakan anarkis dan tidak
bermoral.
 Mengganggu ketentraman, keamanan, dan ketertiban umum.
 Bersikap adu domba sehingga merusak persatuan dan kesatuan bangsa.

Untuk mengantisipasi hal tersebut maka dalam Undang - undang Nomor 9 tahun
1998 pasal 15, 16, dan 17 diatur tentang ketentuan-ketentuan antisipasi terhadap
kemerdekaan mengeluarkan pendapat yang tidak bertanggung jawab, yaitu :

 Penyampaian pendapat di muka umum dapat dibubarkan oleh POLRI apabila


tidak memenuhi ketentuan yang berlaku.

5
Ibid, h. 3.

5
 Pelaku atau peserta penyampaian pendapat di muka umum yang melanggar
hukum dapat dikenakan sanksi hukum sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
 Penanggung jawab penyampaian pendapat di rnuka umum yang melakukan
tindak pidana, dapat dlkenakan sanksi hukuman tambahan yakni 1/3 dari
pidana pokok. 6

D. Dasar Hukum Dan Tata Cara Mengemukakan Pendapat Di Muka Umum

Kemerdekaan menyampaikan pendapat merupakan salah satu hak asasi


manusia yang dijamin dalam Pancasila, UUD 1945, dan peraturan perundang-
undangan lain.

a. Landasan idiil yaitu Pancasila terdapat dalam sila ke IV "Kerakyatan yang


dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan atau
perwakilan".
b. Landasan konstitusional yaitu Undang-Undang Dasar 1945 terdapat dalam:

 Pasal 28 menyatakan Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan


pikiran dengan lisan dan tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan
undangundang .
 Pasal 28E Ayat (3) menyatakan Setiap orang berhak atas kebebasan
berserikat, berkumpul dan mengeluarkan pendapat.
 Pasal 28 UUD 1945 yang berbunyi :”Kemerdekaan berserikat, dan berkumpul
mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan dan sebagainya ditetapkan
dengan undang-undang”.
 Pasal 28 E ayat 3 yang berbunyi :”Setiap orang berhak atas kebebasan
berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pendapat”.
 Piagam Hak Asasi Manusia Indonesia dalam Tap. MPR No.
XVIII/MPR/1998, pasal 19 yaitu ”Setiaporang berhak atas kemerdekaan
berserikat berkumpul, dan mengeluarkan pendapat”.
 Undang-Undang No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, pasal 3 ayat
2 sebagai berikut nuraninya, secara lisan dan atau tulisan melalui media cetak
maupun elektronik dengan memperhatikan nilai-nilai agama, kesusilaan,
ketertiban, kepentingan umum dan keutuhan bangsa.
 Undang-undang No. 40 Tahun 1999 tentang Pers.
 Undang-undang No 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran.

c. Landasan operasional yaitu, Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1998 tentang


Kemerdekaan Menyampaikan Pendapat di Muka Umum.7

6
Ibid, h. 5.
7
Ibid, h. 2,3.

6
E. Aktualisai Kemerdekaan Mengemukakan Pendapat Secara Bebas Dan
Bertanggung Jawab

Kebebasan mengemukakan pendapat jangan diartikan sebagai kebebasan


tanpa batas, tetapi kebebasan yang bertanggung jawab. Kebebasan yang
bertanggung jawab dalam praktiknya akan mengarahkan warga masyarakat pada
cara-cara mengemukakan pendapat secara tertib, santun, dan tidak anarkis.
Banyak cara dan pilihan dalam mengemukakan pendapat secara bebas dan
bertanggung jawab, seperti musyawarah, dialog interaktif, berunjuk rasa, protes
lewat tulisan dan atraksi kesenian (pembuatan puisi, film, dan lain-lain, dan
happening art.

Pola-pola kekerasan dan anarkisme yang kerapkali mewarnai unjuk rasa di


berbagai daerah oleh berbagai elemen masyarakat harus segera ditinggalkan.
Unjuk rasa yang cenderung menyiksa diri, seperti menjahit mulut dengan benang
dan mogok makan juga harus dihindari. Cara itu telah merugikan banyak pihak,
baik pihak aparat, pengunjuk rasa sendiri, maupun rusaknya fasilitas publik.
Apabila unjuk rasa secara anarkis tetap berlangsung tampaknya mengemukakan
pendapat dengan cara dialog dan musyawarah perlu dipertimbangkan kembali
sebagai alternatif mengurangai tindak kekerasan dalam berdemontrasi.Kegiatan
mengemukakan pendapat di depan umum, baik dalam bentuk demonstrasi
maupun mimbar bebas menunjukkan adanya ketidakadilan. Tindakan tidak adil
tersebut bisa saja dilakukan oleh pemerintah, oknum pejabat, aparat TNI/POLRI
terhadap rakyat ataupun oleh pengusaha terhadap para karyawannya. Hal tersebut
harus menyadarkan dan mendorong pemerintah dan para wakil rakyat untuk
bekerja secara profesional, bergerak cepat menyelesaikan berbagai persoalan
masyarakat dan bangsa. Pemerintah dan wakil rakyat harus bisa
menyelesaikannya sampai tuntas, dan tidak mengeluarkan kebijakan-kebijakan
yang merugikan dan melukai hati rakyat. Selama hal tersebut tidak dipedulikan
pemerintah dan wakil rakyat, tentu akan sulit rakyat memberikan kepercayaan
penuh. Akibatnya gelombang unjuk rasa akan terus berlangsung.

Banyak contoh kebijakan pemerintah dan wakil rakyat yang melukai hati
rakyat. Misalnya, pada saat rakyat tercekik secara ekonomi akibat kenaikan harga
BBM, para wakil rakyat malah menaikkan gaji berlipat-lipat dan bepergian ke luar
negeri dengan alasan studi banding; pada saat rakyat miskin bertambah banyak,
dengan mudahnya para wakil rakyat berganti-ganti mobil dinas dengan nilai
miliaran rupiah; dan bermain-main korupsi berjamaah di berbagai daerah; serta
pada saat hati umat Islam masih sakit akibat agresi militer Amerika dan Israel ke
Palestina, Afganistan, dan Irak, pemerintah Indonesia malah mengundang rezim
agresor tersebut ke negara kita. Inilah beberapa ironi kebijakan pemerintah dan
wakil rakyat yang semestinya menjadi bahan introspeksi. Sangat wajar jika rakyat
‘sangat marah’ dengan berbagai perilaku para pemimpin kita yang tidak
memberikan teladan yang baik bagi rakyat.

7
Penerapan kemerdekaan mengemukakan pendapat akan berlangsung baik
secara bebas dan bertanggung jawab selama pemerintah memiliki komitmen yang
sama. Maksudnya, pemerintah harus menyikapi gejolak masyarakat dengan arif
serta berusaha menyelesaikan berbagai persoalan kebangsaan secara tuntas dan
damai.

Sebagai bagian dari proses demokratisasi, kebebasan mengemukakan


pendapat rakyat jangan sampai dibungkam sseperti pada era rezim Orde Baru
periode 1966-1998 lalu. Pengalaman traumatik menunjukkan bagaimana beberapa
tindakan sewenang-wenang penguasa. Majalah dibredel dan penyampaian
pendapat disensor secara ketat, serta orangorang yang berseberangan dengan
rezim Orde Baru di-’petrus’-kan (ditembak secara misterius) pada era 80-an dulu.
Jika pemerintah menghendaki rakyat dapat mengemukakan pendapat secara bebas
dan bertanggung jawab, pemerintah pun harus mengimbanginya. Pemerintah
harus melakukan langkah-langkah konkret yang mengedepankan tindakan
persuasif daripada represif dalam menghadapi warga yang mengemukakan
pendapatnya di luar koridor hukum dan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.8

8
Faridy. 2009. Pendidikan Kewarganegaraan untuk SMP/MTS Kelas VII. Jakarta: Pusat Perbukuan,
Departemen Pendidikan Nasional.

8
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kebebasan berpendapat di muka umum adalah hak yang dijamin


oleh Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 dan Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 1998 tentang Kemerdekaan Menyampaikan
Pendapat di Muka Umum. Hak ini memungkinkan setiap orang untuk
mengemukakan pendapatnya secara bebas dan bertanggung jawab, baik secara
lisan maupun tulisan, dalam situasi di mana orang banyak dapat melihat atau
mendengarnya.

B. Saran
1. Bertanggung Jawab dalam Berpendapat: Saat menyampaikan pendapat di
muka umum, penting untuk mempertimbangkan dampak dan implikasi dari apa
yang kita katakan. Kita harus bertanggung jawab atas kata-kata kita dan
memastikan bahwa pendapat yang disampaikan tidak merugikan orang lain atau
melanggar hukum.

2. Hormati Pendapat Orang Lain: Kebebasan berpendapat tidak berarti kita


dapat mengabaikan pendapat orang lain. Kita harus menghormati perbedaan
pendapat dan berusaha untuk mencapai pemahaman yang lebih baik melalui
dialog dan diskusi.

3. Jangan Menyebar Kebencian atau Fitnah: Kebebasan berpendapat tidak


boleh digunakan sebagai alat untuk menyebarkan kebencian, fitnah, atau
informasi palsu. Kita harus berbicara dengan sopan dan menghindari
menyebarkan konten yang merugikan orang lain.

4. Gunakan Hak Berpendapat untuk Perubahan Positif: Kebebasan


berpendapat adalah kesempatan untuk menyuarakan ide-ide baru,
memperjuangkan perubahan positif, dan membangun masyarakat yang lebih baik.
Gunakan hak ini dengan bijaksana untuk kepentingan bersama.
Ingatlah bahwa kebebasan berpendapat adalah hak yang berharga, tetapi
juga membawa tanggung jawab. Semoga kita semua dapat menggunakan hak ini
dengan bijaksana dan memperkaya diskusi publik.

9
DAFTAR PUSTAKA

Faridy. 2009. Pendidikan Kewarganegaraan untuk SMP/MTS Kelas VII. Jakarta:


Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.
Zaeny, Ahmad Rudy. Penyertaan Dalam Demokrasi.Tesis. Perpustakaan
Universitas Airlangga.

Shenty, Dyan Prasasti Matias .2019. Kebebasan Berpendapat Menurut Teori


Kebebasan Dan Hak Kebebasan Berpendapat Di Indonesia . Makalah.
Sekolah Tinggi Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Widya Yuwana.
Saif. Hakikat Kemerdekaan Mengemukakan Pendapat, Dasar Hukum, Bentuk,
dan Tata Caranya. Qoroa.id
Anonim. Kemerdekaan Mengeluarkan Pendapat. Uiversitas Kristen Satya
Kencana

10
11
12

Anda mungkin juga menyukai