Anda di halaman 1dari 5

About Me Disclaimer Privacy Policy

Home Makalah Makalah Tata Cara Memandikan Jenazah ARSIP MAKALAH


Makalah Tentang Agama

MAKALAH TATA CARA MEMANDIKAN JENAZAH 1. Agama Islam


2. Antara Manusia Dan Agama
3. Diversifikasi Pendidikan Agama Dan Keagamaan
4. Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
5. Islam dan Iman
6. Konsep Ruang Lingkup Pengantar Studi Islam
7. Makalah Agama Islam
8. Makalah Agama Islam | Dinul Islam
9. Makalah Aktivitas Keagamaan
10. Makalah Korupsi Dalam Perspektif Islam
11. Makalah Pendidikan Keagamaan Luar Sekolah
12. Manajemen Pendidikan Agama Islam | Lembaga Non
Jika bermanfaat, Mohon di Share ya !. kalau sempat sumbang tulisannya ya ! Formal
13. Pelaksanaan Pendidikan Keagamaan
14. Pendidikan Agama Dalam Kebijakan Pendidikan Islam
Makalah Tata Cara Memandikan Jenazah 15. Pendidikan Agama sebagai Pembudayaan Dan
(Proses tata cara dalam melaksanakan bahagian fardhu kifayah dalam memandikan P b d

jenazah)
KATEGORI

Oleh: Ibrahim Lubis


MAKALAH TERLARIS
A. PENDAHULUAN

Seperti orang yang hidup, Jenazah pun harus dimandikan sebelum dishalatkan dan dikuburkan. Memandikan jenazah
merupakan bahagian dari fardhu kifayah dalam mengurus jenazah. Sebagaimana yang kita ketahui bahwa fardhu kifayah
merupakan sebuah kewajiban yang harus dilaksanakan, apabila tidak seorangpun yang melakukan hal tersebut maka seluruh
bahagian kampung dan penduduk di sekitar kediaman jenazah tersebut akan berdosa, Oleh karena itu, memandikan jenazah
merupakan keharusan yang mesti dikerjakan. Dan apabila hal tersebut telah dilaksanakan, maka putuslah kewajiban
penduduk muslim setempat [1].

Dalil mengenai kewajiban seorang muslim untuk memandikan jenazah terdapat dalam hadis yang disabdakan Rasulullah Saw
yaitu:

Dari Abu Hurairah r.a berkata, aku mendengar Rasulllulah saw bersabda, “hak seorang Muslim yang lain ada lima hal:
menjawab salam, membesuk orang sakit, mengantar jenazah, mendatangi undangan, dan menjawab orang bersin.” (HR
Bukhari)

Walaupun kata memandikan dalam hadis diatas tidak ada, namun sebagaimana yang diketahui bahwa memandikan jenazah
merupakan bahagian fardhu kifayah dalam pengurusan jenazah. Itulah sebabnya memandikan jenazah merupakan kewajiban
yang harus dilaksanakan dengan segera.

Dalam Makalah ini saya Ibrahim Lubis[2] akan membahas mengenai makalah yang berjudul “Tata Cara Memandikan Jenazah”

B. PEMBAHASAN
Makalah Tata Cara Memandikan Jenazah

1. Mengurus Jenazah

Sebelum Jenazah dishalatkan, maka yang harus dilakukan adalah memandikannya. Memandikan jenazah dimaksudkan agar
segala bentuk hadas dan najis yang ada pada jenazah tersebut hilang dan bersih, sehingga jenazah yang akan dikafani terus
dishalatkan telah suci dari hadas dan najis. Pada dasarnya memandikan jenazah sama saja dengan mandinya orang yang
hidup, namun perbedaannya adalah orang yang hidup mandi sendiri sedangkan jenazah harus dimandikan.

Walaupun demikian ada sedikit perbedaan dalam memandikan jenazah, tidak saja meratakan air keseluruh tubuh, namun
dalam memandikannya juga harus dengan hati-hati dan lemah lembut.

Memandikan jenazah adalah hal yang harus dilakukan atas jenazah seorang muslim, sebelum ia dishalatkan. Mandi ini
dilakukan dengan cara membersihkan segala najis yang ada di badannya dahulu, utamanya bagian kemaluan, kemudian
meratakan air ke seleruh tubuhnya, ini harus di usahakan dengan hati-hati upaya mayat tersebut tidak membawa kotoran
ke hadapan Allah[3].

Dalam memandikan mayat wajib adanya niat mendekatkan diri kepada Allah SWT, karena ia termasuk bagian dari ibadah.
Demikian pula muthlak, suci dan halalnya air. Menghilangkan najis dari badan mayat terlebih dahulu, dan tidak adanya
penghalang yang dapat mencegah sampainya air ke kulit mayat, semua itu harus dipenuhi dalam memandikan mayat[4].

2. Syarat Memandikan Jenazah

Adapun syarat wajib memandikan jenazah yaitu :

a. mayat itu islam


b. Lengkap tubuhnya atau ada bahagian tubuhnya walaupun sedikit
c. Jenazah tersebut bukan mati syahid (mati dalam peperangan membela agama Allah).

3. Hukum Memandikan Jenazah

Jumhur Ulama atau golongan terbesar dari ulama berpendapat bahwa memandikan mayat muslim, hukumnya adalah
fardhu kifayah artinya bila telah dilakukan oleh sebagian orang maka gugurlah kewajiban seluruh mukallaf[5].

4. Klasifikasi dalam Memandikan Jenazah

Klasifikasi ini bertujuan untuk memberikan perbedaan dalam memandikan jenazah. Hal ini disebabkan bahwa tidak semua
jenazah yang ada dapat atau harus dimandikan. Berikut 2 hal yang perlu untuk diperhatikan dalam memandikan jenazah.

a. Jenazah yang boleh dimandikan

Jenazah yang wajib dimandikan adalah orang Islam dan orang yang meninggal bukan karena mati syahid di Medan
pertempuran[6]

b. Jenazah yang tidak perlu dimandikan

Jenazah yang tidak boleh dimandikan adalah jenazah yang mati syahid di medan pertempuran karena setiap luka atau
setetes darah akan semerbak dengan bau wangi pada hari Kiamat[7].

Jenazah orang kafir tidak wajib dimandikan. Ini pernah dilakkan Nabi saw terhadap paman beliau yang kafir [10]. Juga
berdasarkan firman Allah SWT: “Dan janganlah sekali-kali kamu menyalatkan jenazah salah seorang yang mati diantara
mereka, dan janganlah kamu berdiri (mendoakan) di kuburnya[8].”

Janin yang dibawah usia empat bulan tidak perlu dimandikan, dikafani, dan dishalatkan. Cukup digali lubang dan dikebumikan.

c. Orang Yang Berhak Memandikan

Tidak semua orang berhak dalam memandikan jenazah, hal ini dimaksudkan untuk menjaga kerahasian aib atau cacat
penyakit yang masih ada di dalam tubuh jenazah tersebut. Tujuan menjaga dan membatasi bagi orang yang ingin
memandikan jenazah adalah agar tidak terjadi fitnah yang dapat memalukan keluarga jenazah tersebut. Adapun Orang
yang berhak memandikan Jenazah Adalah:

Apabila mayat itu laki-laki, hendaklah memandikannya laki-laki pula, perempuan tidak boleh memandikan mayat
laki-laki, kecuali istri dan muhrimnya. Jika mayat perempuan, hendaklah dimandikan permpuan pula, laki-laki tidak
boleh memandikan mayat perempuan kecuali suami atau muhrimnya[9].
Orang Yang berhak memandikan Jenazah adalah orang yang telah ditunjuk oleh si mayit sendiri sebelum wafatnya
(berdasarkan wasiatnya)[10]
Kemudian bapaknya, sebab ia tentu lebih tahu mengenali si mayit daripada anak si mayit tersebut. Kemudian
keluarga terdekat si mayit.
Jenazah wanita dimandikan oleh pemegang wasiatnya[11] . Kemudian ibunya lalu anak perempuannya setelah itu
keluarga terdekat.
Seorang suami boleh memandikan jenazah istrinya berdasarkan sabda Nabi saw kepada’Aisyah Radhiallahu ‘Anha:
“Tentu tidak ada yang membuatmu gundah, sebab jika kamu wafat sebelumku, akulah yang memandikan
jenazahmu” [12]

5. Tata cara Dalam memandikan jenazah

a. Persiapan Sebelum Memandikan Jenazah

Sebelum Memandikan jenazah, Maka harus dilakukan beberapa Persiapan, adapun Hal-hal yang perlu dipersiapkan sebelum
proses pemandian adalah:

Masker dan kaos tangan untuk memandikan jenazah agar terhindar dari kuman jika si jenazah memiliki penyakit.
Sabun atau bahan lainnya untuk membersihkan tubuh si jenazah
Sampo untuk mengeramasi rambut si jenazah agar bersih dari kuman dan kotoran
Air secukupnya untuk proses memandikan. Boleh memakai air yang dialiri oleh selang, boleh juga menyiapkan air
sebanyak tiga ember besar.
Meja besar atau dipan yang cukup dan kuat serta tahan air untuk tempat meletakkan jenazah ketika dimandikan
Handuk untuk mengeringkan tubuh dan rambut si jenazah.
Kapas, kapur barus, daun bidara, atau wewangian yang lain serta bedak.
Dipersiapkan kain kafan tergantung jenis kelamin.

b. Proses dan Tata Cara Memandikan Jenazah

Meletakkan jenazah diatas dipan atau meja, usahakan kepala lebih tinggi dari kaki
Tempat jenazah harus tertutup, baik dinding maupun atapnya agar aurat dan cela jenazah tidak terlihat.
Menutup aurat jenazah dengan handuk besar dan kain. Untuk jenazah putra dari pusar sampai lutut, sedangkan
untuk jenazah perempuan dari dada sampai mata kaki.
Bersihkan kotoran dengan cara mengangkat pundak dan kepala sambil menekan perut dan dada
Memiringkan ke kanan dan ke kiri sambil ditekan dengan mempergunakan sarung tangan atau kain perca dan disiram
berkali-kali agar kotoran hilang.
Basuhlah jenazah sebagaimana cara berwudhu.[15]
Siram dari mulai yang kanan anggota wudhu dengan bilangan gasal menggunakan air dan daun bidara, kemudian
seluruh tubuh jenazah diberi sabun termasuk pada lipatan-lipatan yang ada.
Bersihkan tubuhnya dengan air dan miringkan ke kanan serta ke kiri.
Selama memandikan, aurat jenzah harus senantiasa agar tidak terlihat
Kemudian, rambut jenazah dikeramas dan disiram agar bersih. Dan jika jenazahnya wanita, setelah rambutnya
dikeringkan kemudian dipintal menjadi tiga.[16]
Siramkan pada siraman yang terakhir dengan kapur barus dan miringkan ke kanan dan ke kiri agar air keluar dari
mulutnya dan dari lubang yang lain.
Setelah selesai, badannya dikeringkan dengan handuk, kewmudian ditutup dengan kain yang kering agar auratnya
tetap tertutup.
Bersihkan segala najis yang ada di badannya, utamanya bagian kemaluan, kemudian meratakan air ke seluruh tubuh
atau sebaiknya tiga kali yaitu dengan air yang bersih, air sabun dan air yang bercampur dengan kapur barus.
Apabila sudah selesai kesemuanya yang terakhir adalah di wudhukan.
Setiap mayat muslim itu wajib di mandiakn dengan tiga kali ; pertama dengan air yang dicampur sedikit kapur dan
bidara ; kedua dengan air yang dicapur sedikit kapur kecuali yang mati dalam keadaan ihram, maka tidak boleh
dicampur dengan kapur ; ketiga dengan aiir murnbi tanpa dicampur apapun. Daun bidara dan kapur yang dicampur
dengan air itu jangan terlalu banyak, karena dikhawatirkan air tersebut menjadi air mudhaf, sehingga tidak dapat
menyucikan.[3] Antara tiga kali mandi tersebut, diwajibkan pula tertib antara anggota tubuh yang tiga, yakni
dimulai dengan kepala berikut leher, lalu anggota tubuh yang kanan, dan ketiga anggota tubuh yang kiri.

Pekerjaan yang pertama-tama dilakukan dalam menyelenggarakan urusan mayit adalah memandikannya, yang mempunyai
dua macam cara.[4]

1. yaitu cara, asal memenuhi arti mandi yang dengan demikian maka terlepaslah kita dari dosa, inilah asal najis yang
barangkali ada pada tubuh si mayat hilang, kemudian siramlah seluruh tubuhnya dengan air secara merata.

2. yaitu cara yang sempurna sehingga memenuhi as-sunnah yakni agar orang memandikan mayit melakukan hal-hal berikut :

a. letakkanlah mayit di tempat kosong, diatas tempat yang tinggi, papan umpamanya, dan tutuplah auratnya dengan
kain atau semisalnya.

b. Mayat didudukkan di temapt mandi, condong ke belakang, sedang kepalanya di sandarkan pada tangan kirinya, menekan
keras-keras perut si mayat, supaya isinya yang mungkin masih tersisa keluar. Sesudah itu balutlah tangan kiri itu dengan
kain atau sarung tangan dan dibasuh kemaluannya dan dubur si mayat, kemudian dibersihkan pula mulut dan lubang
hidungnya lantas diwudhukan seperti wudhu orang yang hidup.

c. Kepala dan wajah si mayat di basuh dengan sabun atau bisa juga digunakan dengan pembersih lainnya. Dilepas rambutnya
kalau dia mempunyai rambut yang panjang, dan kalau ada yang tercabut, maka rambut itu harus dikembalikan dan
ditanam bersamanya.

d. Sisi kanan mayat sebelah depan terlebih dahului, barulah kemudian sisi depan sebelah kiri, sesudah itu basuh pula sisi
kanannya sebelah kiri, sesudah itu basuh pula sisi kanannya sebelah belakang, kemudian sisi belakang sebelah kiri, dengan
demikian seluruh tubuhnya bisa di ratai air.

C. PENUTUP
1. Kesimpulan

Di dalam memandikan mayat harus teliti supaya mayat itu tidak membawa kotoran ke hadapan Allah. Perut si mayat
harus di tekan, karena di dalam perutnya itu mungkin masih ada kotoran.

Di dalam memandikan mayat terlebih dahulu adalah niat, karena niat adalah bahagian dari ibadah. Kemudian siramlah
tubuhnya sebelah kanan baru sebelah kiri sampai air itu merata dalam tubuhnya, setelah semuanya siap, lalu mayat
tersebut diwudhukan.

Demikianlah isi makalah saya ini dan sebelumnya penulis terlebih dahulu mohon maaf kepada bapak atas kekurangan yang
terdapat di dalam makalah saya ini. Dan saya berterima kasih atas bapak yang sudi memberikan judul ini terhadap saya,
karena saya sudah mengetahui lebih jelas lagi tentang cara-cara memandikan mayat.

DAFTAR PUSTAKA

Al-Atsari, Abu Hasan Al-Maidani. Shalat Jenazah, Solo: At-Tibyan, 2001.


Sumaji, Muhammad Anis dan Salmah, Af Idah, Panduan Praktis Pengurusan Jenazah, Solo: Tinta Medina, 2011
Tohaputra, Ahmad.. Al-Qur’an dan Terjemahannya. Semarang: CV Asy Syifa’, 1998
Munir, A dan Sudarsono. Dasar-Dasar Agama Islam, Jakarta : Rineka cipta, 1992.
Sitanggal, Umar Anshary. Fiqih Syafi`I Sistematis, Semarang : CV Asy Syifa`, 1992.
Muqhniyah, Jawab, Muhammad. Fiqih Imam Ja`far Shadiq, Jakarta : lentera, 1995.
Sabiq, Sayyid. Fiqih Sunnah, Bandung : PT Al-ma`arif, 1994.

________________
[1] Abu Ihsan Al-Maidani Al-Atsari, Shalat Jenazah (TP, TT, 2001), h 10

[2] Ibrahim Lubis adalah Mahasiswa Pascasarjana IAIN-SU Medan yang saat ini sedang meyelesaikan tugas akhir yaitu Membuat tesis

[3] A. Munir dan Sudarsono. Dasar-Dasar Agama Islam, (Jakarta : Rineka Cipta, 1992), hlm. 134

[4] Muhammad Jawab Mughniyah. Fiqih Iman Ja`far Shadiq, (Jakarta : Lentera, 1995), hlm. 90

[5] Sayyid Sabiq. Fiqih Sunnah, (Bandung : PT Al-ma`arif, 1994), hlm. 78

[6] Muhammad Anis Sumaji, Panduan Pengurusan Shalat Jenazah, 2011, hlm. 13-18

[7] Muhammad Anis Sumaji, Panduan Pengurusan Shalat Jenazah, 2011, hlm. 22-23
[8] QS At-Taubah-84

[9] A. Munir dan Sudarsono. Op. cit, hlm. 135

[10] Abu Ihsan Al-Maidani Al-Atsari, Shalat Jenazah, 2001, hlm 10-13

[11] Abu Ihsan Al-Maidani Al-Atsari, Shalat Jenazah, 2001, hlm 10-13

[12] Ibid

Makalah atau artikelnya sudah di share, makasih ya !

SHARE THIS ARTICLE : Like 1 Tweet ✚

Mau Makalah Gratis! Silahkan Tulis Email Anda.


Enter your email.... SUBSCRIBE Print PDF

RELATED POST:
Patent Ductus Arteriosus | Makalah Ekologi Tumbuhan Agama Dan Golongan Konsep Etika dan Moral
Penyakit Jantung Masyarakat Menurut Para Filosof Muslim

Kesalahan Analisis Data Pada SEJARAH BAHASA DAN SASTRA Makalah Kecerdasan Spiritual Makalah Pelaksanaan Azan
Skripsi INDONESIA Menurut Ulama

Makalah Lingkungan Moral Menurut Pandangan Makalah Penelitian Generasi Muda dan Bahaya
Pendidikan Islam Islam Narkoba

Next Previous
 Makalah Bentuk Ungkapan Hadis Nabi Makalah Dampak Rokok dan Merokok 
Muhammad Saw

Copyright © 2012 Aneka Makalah - All Rights Reserved

Anda mungkin juga menyukai