BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
perubahan sesuai kondisi politik dan pemimpin kala itu. Sejak Indonesia menjadi
negara pada 17 agustus 1945, dalam UUD 1945 menetapkan bahwa negara
ketika pada masa orde baru. Demokrasi masi belum berjalan dengan baik terlihat
mulai mengalami perubahan dan kemajuan khususnya oleh para aktifis dalam hal
kebebasan dan berekpresi dan menyatakan pendapat di era reformasi jauh lebih
baik dari masa sebelumnya akan tetapi problemmatikanya adalah semakin banyak
1
Ahmad Sukardja, Piagam Madinah dan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia 1945, (Jakarta: Sinar Grafika, 2012), h. 4
27
sebuah negara dalam skala besar, yang di dalamnya terdapat berbagai tatanan
sangat dikedepankan oleh islam. Prinsip ini menuntut orang untuk dengan tegas
Utsman bin Affan pernah mencatat adanya demonstrasi. Dalam kurun waktu lebih
dari dua belas tahun dalam pemerintahan Utsman bin Affan dapat dibagi menjadi
dua tahap pada enam tahun pertama pemerintahan berjalan dengan normal,
enam tahun terakhir masa pemerintahahnnya mulai goyah oleh goncangan rakyat
terutama wilayah kuffah, basrah dan mesir banyak menuai protes dari rakyat.
Hal ini sesebabkan oleh kebijakan-kebijkan yang diambil oleh khalifah Utsman
Bin Affan dinilai kurang adil, hal tersebut ditandai dengan pertama, pencopotan
jabatan Gubernur Kuffa, Mesir dan Basrah yang digantikan oleh keluarganya
adanya isu penyelewengan dana baitul mall menuai protes yang semakin hari
2
J. Suyuti Pulungan, Prinsip Prinsip Pemerintahan Dalam Piagam Madinah Ditinjau
Dari Pandangan Al-Qur’an, (Jakarta: PT. Grafindo Persada, 1994), h. 156.
28
diberbagai daerah.3
Demonstrasi adalah istilah dari suatu hal yang sudah tidak asing lagi di
telinga kita, mulai dari anak kecil, orang dewasa, orang tua, orang desa, orang
kota, rakyat jelata sampai pada pejabat negara. Demonstrasi adalah bahasa media
masa untuk menyebut suatu unjuk rasa atau aksi masa sebagai bentuk protes atau
suatu kekecewaan terhadap sesuatu yang dianggap tidak adil (dzalim) baik dalam
jenis, yaitu:
perkara perkara yang sudah menjadi tugas negara atau para penanggung
umum maupun khusus. Adapun konsep amar Ma’ruf nahi mungkar dapat
tergantung pada konteks Umar ma’ruf itu sendiri. Sehingga dalam hal ini,
demonstrasi dapat dikatakan sebagai bentuk panjang dari Umar ma’ruf nahi
mungkar.4
3
Muhammad Arif, Pemerintahan Khalifah Usman bin Affan, (Makassar: Pascasarjana
Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar, 2015), h. 27.
4
Abu al-Husain Muslim bin Hijaj al-Qusain al-Naisaburi, Sahih Muslim (Beirut: Dar
al- Kutub al-Ilmiyyah, 1992), h. 49.
29
agar kembali kepada kebaikan, sebagai bentuk amar ma’ruf nahi mungkar. Hal ini
dapat dilihat dari firman Allah SWT dalam Al-Qur’an dijelaskan dalam QS.
َو ْلَتُك ْن ِّم ْنُك ْم ٰۤل ُاَّم ٌة َّيْدُع ْو َن ِاَلى اْلَخ ْيِر َو َيْأُم ُرْو َن ِباْلَم ْع ُرْو ِف َو َيْنَهْو َن َع ِن
اْلُم ْنَك ِرۗ َو ُاو ِٕىَك ُهُم اْلُم ْفِلُحْو ن
Terjemahnya:
Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan orang yang menyeru
kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah
dari yang mungkar. Dan mereka itulah orang-orang beruntung.5
Perwujudan kehendak warga negara bebas dalam menyampaikan pikiran
secara lisan, tulisan, dan sebagainya tetap harus dipelihara agar seluruh tatanan
yang bertentangan dengan maksud, tujuan dan arah dari proses keterbukaan dalam
sosial, tetapi justru harus dapat menjamin rasa aman dalam kehidupan
masyarakat.6
para demonstran meliputi hak untuk mengeluarkan pikiran secara bebas, serta hak
5
Departemen Agama RI, Alquran dan Terjemahannya, (Jakarta: Proyek Pengadaan
Kitab Suci Al-qur’an, 1984), h. 93.
6
Mariam Budiarjo, Dasar Dasar Ilmu Politik, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008),
h.
134.
30
aturan moral yang diakui umum, mentaati hukum yang berlaku serta menjaga
depan umum ini diatur dalam pasal 28 UUD 1945. Pasal tersebut bahwa
sehubungan dengan hak dan kewajiban yang harus ditaati dengan baik oleh para
Pendapat di Muka Umum ternyata menimbulkan masalah baru yang juga sangat
melalui demonstrasi ternyata tidak mengindahkan aturan yang ada yaitu Pasal 406
7
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1998 tentang
Kemerdekaan Menyampaikan pendapat di Depan Umum, Pasal (5) dan (6).
8
Deklarasi Universal Hak-Hak Asasi Manusia, Pasal 19.
9
Republik Indonesia, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, Pasal 406 ayat (1).
31
Gorontalo juga sering terlibat dalam beberapa aksi demonstrasi baik ditujukan
kepada pihak pemerintah maupun pihak kampus itu sendiri. Unjuk rasa yang
dilakukan oleh mahasiswa bukan hanya untuk kepentingan rakyat semata, tetapi
dalam area kampus yang dinilai tidak berpihak memihak pada mahasiswa.
aspirasi tidak selamanya berjalan sesuai yang diharapkan oleh mahasiswa yang
melakukan demonstrasi. Oleh karena itu banyak aksi unjuk rasa yang berakhir
dengan kerusuhan.
pernah dilakukan oleh mahasiswa. Aksi demonstrasi yang lebih sering dilakukan
di depan gedung rektorat kampus itu selalu disertai dengan aksi membakar ban
dan demo seperti ini terjadi bukan hanya pertama kali, melainkan untuk yang
mahasiswa IAIN Sultan Amai Gorontalo yang tergabung dalam Dewan Eksekutif
masyarakat yang tengah mengantri mengisi bahan bakar, sebab mahasiswa sempat
menduduki area stasiun pengisian bahan bakar minyak, alhasil aksi mahasiswa
Bukan hanya kali itu saja, aksi demonstrasi mahasiwa IAIN Gorontalo dalam
32
kampus yang selama ini selalu disuarakan oleh kalangan mahasiswa IAIN
Gorontalo yang lain, alhasil aksi tersebut bukannya mendapatkan simpati dan juga
solusi, melainkan hanya mendapatkan kritikan dari mahasiswa yang lain yang
oleh beberapa mahasiswa IAIN Sultan Amai Gorontalo itu dilakukan pada tanggal
fasilitas tersebut yaitu tidak adanya keputusan yang tegas dari pihak kampus
mengenai permasalahan atau tuntutan yang dilayangkan oleh massa aksi pada
setiap kali aksi dilakukan. Maka Dengan tindakan tersebut akibatnya beberapa
mahasiswa yang merupakan massa aksi pada aksi mendapatkan ganjaran yaitu
tentang “Analisis Atas Kebebasan Berpendapat Menurut Hukum Tata Negara dan
Hukum Tata Negara Islam (Siyayah) Di Kalangan Mahasiswa IAIN Sultan Amai
Gorontalo”.
B. Rumusan Masalah
Maslahah Mursalah?
1. Tujuan Penelitian
Sultan Amai Gorontalo menurut Hukum Tata Negara Islam dalam perspektif
Maslahah Mursalah.
2. Kegunaan Penelitian
1. Teoretis
berpendapat menurut Hukum Tata Negara dan Hukum Tata Negara Islam
2. Praktis
pihak yang terkait dengan masalah yang diteliti khususnya tentang analisis
atas kebebasan berpendapat menurut Hukum Tata Negara dan Hukum Tata
2) Menjadi sumber referensi ilmiah baru dalam meneliti suatu masalah terkait
permasalahan yang ada di dalam penelitian ini dan menjadi referensi peneliti
menurut Hukum Tata Negara dan Hukum Tata Negara Islam (siyayah) di
1. Definisi Oprasional
a. Analisis
Analisis adalah kata benda yang berarti penyelidikan terhadap suatu peristiwa,
untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya. Analisis adalah proses pemecahan masalah
yang di mulai hipotesis (dugaan dan sebagainya), sampai terbuk- ti kebenarannya melalui
b. Kebebasan Berpendapat
adalah hak-hak dasar atau hak-hak pokok yang dibawa manusia sejak lahir
35
sebagai anugerah dari Tu- han.Pada hakekatnya hak asasi manusia terdiri atas dua
hak dasar yang paling fun- damental, ialah hak persamaan dan hak kebebasan.10
deng an undang-undang.”
2) Pasal 28 E ayat (2) menyatakan bahwa “setiap orang berhak atas kebebasan
nuraninya,
3) Pasal 28 E ayat (3) menyatakan bahwa “setiap orang berhak atas kebebasan
sosialnya, serta
tersedia.”
10
Dyan Prasasti Matias Shenty, “Kebebasan Berpendapat Menurut Teori Kebebasan
dan Hak Kebebasan Berpendapat di Indonesia”, ( Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
2019) , h. 4.
36
bermasyarakat ini sejalan dengan pemikiran cendekiawan muslim Abu Nashar bin
Mohammad bin Mohammad bin Tharkam bin Unzalagh atau yang lebih dikenal
dengan sebutan Farabi. Bagi Farabi, kehidupan manusia tidak bisa lepas dari
masyarakat karena pada hakekatnya manusia adalah mahluk sosial. Hakekat ini
manusia kebahagiaan, tidak saja secara material, namun juga spritual. Salah satu
kelengkapan hidup adalah timbulnya berbagai macam pikiran atau ide. Ini bisa
untuk berpikir dan mengeluarkan pendapat baik secara lisan maupun tulisan yang
Istilah hukum tata negara di Indonesia berasal dari bahasa Belanda yaitu
hukum Indonesia. Penjelasan lebih lanjut istilah hukum tata negara juga
11
Asep Mahbub Junaedi dan Siti Ngainnur Rohmah, “Relevansi Hak Kebebasan
Mengeluarkan Pendapat Dalam Pasal 28E Ayat 3 Undang Undang Dasar 1945 Negara Republik),
(Journal of Islamic Law, Vol.4 No.2. Oktober 2020), h. 242.
12
HM Thalhah, “Menyebarkan Kembali Pemahaman Teori Demokrasi Melalui Pemikiran
Hans Kelsen”, (Jurnal UNISIA, Vol. 21 No. 69 September 2008), h. 274-275.
37
untuk membedakan antara “hukum tata negara dalam arti luas” (staatsrecht in
ruime zin) dan “hukum tata negara dalam arti sempit” (staatsrecht in enge zin),
dan untuk membagi hukum tata negara dalam luas itu atas dua golongan hukum,
yaitu:
1) Hukum tata negara dalam arti sempit (stattsrecht in enge zin) atau singkatnya
hukum mengenai pribadi hukum dari jabatan atau kumpulan jabatan di dalam
negara dan mengenai lingkungan berlakunya (gebeid) hukum dari suatu negara.
13
Yan Pramadya Puspa, Kamus Bahasa Belanda, (Semarang: Penerbit Aneka Ilmu,
1977), h. 445.
14
Dr. Ni’matul Huda, S.H., M.Hum, Hukum Tata Negara Indonesia (Edisi Revisi),
(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2012), h. 5.
15
J.H.A. Logemann, Over de Theorie van een Stellig Staatsrect, (Leiden: Universitaire
Pers Leiden, 1948), h. 81.
38
segala sebab musabab, segala masala dan aspek yang berkaitan antara lain dengan
asal usul negara dalam sejarah islam, sejarah perkembangannya, organisasi dan
fungsi serta perannya dalam kehidupan umat, segalah bentuk hukum, peraturan
wahyu Tuhan dan sunah Rosul tentang tingkah laku manusia mukallaf yang
diakui dan diyakini berlaku dan mengikat untuk semua umat yang beragama
Islam. Pemahaman ini berunjuk kepada istilah fiqh dalam arti produk hukum
adalah hukum yang memasrakan diri pada tuhan. Hukum memasrakan diri pada
tuhan dapat disebut hukum alami dan bukan Ihsani. Hukum alami (fisika) dapat
ditemukan oleh ahli-hli ilmu alam, dan hukum isani dapat ditemukan oleh para
filsuf moral.17
16
Suyuthi Pulungan, Fiqh Siyasah, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1997), h. 26.
17
Ahmad Hasan Ridwan, ”Implikasi Hermeneutika dalam Reinterpretasi Teks-Teks
Hukum Islam”, (Jurnal Al-‘Islam, Vol.XIII, No.1, Juni 2016), h. 94-95.
39
E. Telaah Pustaka
1. Skripsi dari Tri Setiawan yang berjudul “Pandangan Hukum Islam dan
Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung)” Adapun penelitian dari Tri
lebih spesifik membahas pada dampak dari demonstrasi yang dilakukan oleh
18
Tri Setiawan, “Pandangan Hukum Islam dan Hukum Positif Tentang Perbuatan
Demonstrasi Mahasiswa”, Skripai, (Fakultas Syariah UIN Raden Intan Lampung, 2019).
40
pada penelitian ini juga menggunakan tinjauan dari Hukum Positif Indonesia
3. Skripsi dari Sofwan Asfa yang berjudul “Analisis Fiqh Siyasah dan Undang-
dari Sofwan Asfa ini membahas tentang pandangan Fiqh Siyasah terhadap
hanya terfokus pada satu Institusi saja yaitu di kampus IAIN Sultan Amai
beberapa mahasiswa anarkis serta Analisis yang digunakan yaitu ditinjau dari
19
Abdussalam, “Persepsi Aktivis Mahasiswa Universitas Islam Negeri Suska Riau
Terhadap Demonstrasi Dalam Menyampaikan Pendapat Menurut Perspektif Fiqh Siyasah”,
Skripsi, (Fakultas Syariah UIN Suska Riau, 2010).
20
Sofwan Asfa, “Analisis Fiqh Siyasah dan Undang-undang Nomor 9 Tahun 1998
Tentang Kemerdekaan Menyampaikan Pendapat di Depan Umum Terhadap Aksi Demonstrasi di
Indonesia”, Skripsi, (Fakultas Syariah UIN Raden Intan Lampung, 2021).
41
BAB II
LANDASAN TEORETIS
periode penting yang terkait kebebasan berpendapat dan berekspresi berawal dari
tahun 1965, namun isu awalnya tidak terlalu menunjukan kebebasan berpendapat
yang intinya membatasi kegiatan keagamaan selain yang diakui oleh pemerintah,
kemerdekaan.21
Setelah itu dimulai penggunaan pasal subsersif, sebenarnya pasal ini ada
sejak KUHP zaman Belanda hanya saja penggunaannya baru digunakan saat
pemilu pertama masa orde baru untuk menekan mereka yang tidak sepakat dengan
21
Wira S.H, Kebebasan Berpendaat dan Berekspresi, (Jakarta: Freedom Institute, 2015),
h. 46.
42
Tidak ada regulasi atau aturan yang melarang mahasiswa untuk melakukan
hak berpendapat dan berekspresinya tetapi dengan pengawasan yang lebih kuat
pemerintah melainkan dari universitas yaitu DO (Drop Out), jelas ini adalah salah
kampus, jadi kegiatan mahasiswa yang dilarang hanyalah kegiatan yang terkait
pemerintah. Lalu masa selanjutnya aja masa dimana pers mendapat tekanan dari
dulu dari dinas penerangan. SIUP ini tidak hanya mengenai pihak pers namun
mengkritisi pemerintah secara keras tidak dapat diterbitkan. Sanksi yang didapat
apabila melanggar SIUP ini sendiri adalah pembredelan media tersebut sehingga
media tidak dapat menerbitkan majalah mereka hingga diberikan kembali ijin
penerbitan. Masa orde baru ini sendiri apabila diamati telah memiliki paket
22
Ibid., h. 47.
43
dan informasi pers media masa, dan PNPS untuk menekan kebebasan berekspresi
beragama.23
B. Teori Demokrasi
berarti rakyat, dan “kratos” yang berarti kekuasaan atau berkuasa. Dengan
tertinggi berada ditangan rakyat dan dijalankan langsung oleh mereka atau wakil-
wakil yang mereka pilih dibawa sistem politik dan kiranya tidak dapat dibantah.
Khasana pemikiran dan prareformasi politik diberbagai negara sampai pada satu
titik temu tentang ini demokrasi adalah pilihan terbaik dari berbagai pilihan
lainnya.24
bentuk pemerintahan dri suatu kesatuan hidup yang memerintahkan diri sendriri,
dalam hal mana sebagian besar anggotanya turut mengambil bagian baik langsung
maupun tidak langsung dan dimana terjamin kemerdekaan rohani dan persamaan
bagi hukum.25
23
Ibid., h. 48.
24
Ni’ matul Huda, Ilmu Negara, (Jakarta: Raja Grafindo, 2014), h. 196.
25
Edi pumama, Negara Kedaulatan Rakyat, (Jakarta: Nusamedia, 2007), h. 4.
44
pokok kata Yunani diatas, maknanya adalah cara memerintahan oleh rakyat.
Ditinjau lebih dalam makna demookrasi ini ialah cara pemerintahan yang
dilakukan oleh dan atas nama seorang diri (misalnya oleh seorang raja yang
berkuasa mutlak). Juga tidak termasuk dalam pengertian demokrasi ialah cara
yang dilakukan oleh segolongan kecil manusia saja, yang menggap dirinya sendiri
mencakup dan berhak untuk mengambil dan melakukan segala kekuasaan diatas
dimana golongan yang memerintah dan yang diperintah itu adalah sama dan tidak
pokoknya semua orang (rakyat) adalah berhak sama untuk memerindah dan juga
untuk diperintah.26
Demokrasi terdapat dua pokok aliran yang paling penting yaitu demokrasi
konstitusional dan satu kelompok aliran yang menanamkan dirinya demokrasi tapi
tunduk pada rule of law. Sebaliknya demokrasi yang mendasarkan dirinya atas
26
Ni’ matul Huda, Ilmu Negara....., h. 200.
27
Ibid., h. 202.
45
langsung (direct democracy) dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat (as
government of the people and for the people). Pada dasarnya merupakan reaksi
dari adanya kekuasaan raja yang diktator pada negara-negara kota (city state) di
Yunani kuno. Pada saat itu, demokrasi yang dipraktekan secara langsung
karena wilayah negara terbentuk semakin luas dengan jumlah penduduk yang
mungkin semua orang berperan sebagai penyelenggara negara. Oleh sebab itu
di mana rakyat tidak lagi secara langsung terlibat dalam pemerintahan melainkan
oleh wakil-wakil yang merupakan kehendak rakyat dipilih oleh mereka dan
28
Edi pumama, Negara Kedaulatan Rakyat, (Jakarta: Nusamedia, 2007), h. 43.
29
Ibid., h. 46.
46
asasnya yang fundamental. Oleh sebab itu studi-studi tentang politik sampai pada
pemerintahan, demokrasi sebagai bentuk dari rakyat oleh rakyat dan untuk rakyat.
Kebebasan dan demokrasi sering dipakai secara timbal balik tetapi keduanya tidak
sama.30
gagasan dan prinsip tentang kebebasan, tetapi juga mencakup seperangkat praktek
demokrasi sering disebut suatu pelembagaan dari kebebasan. Karena itu mungkin,
zaman, hak asasi dan persamaan didepan hukum yang harus dimiliki setiap
bernegara hakikat demokrasi adalah peran utama adalah rakyat dalam proses
30
Ni’ Matul Huda, Ilmu Negar....., h. 197.
31
Muslim Mufti dan Didah Durrotun Naafisah, Teori-Teori Demokrasi, (Jakarta:
Pustaka Setia, 2013), h. 115.
47
demokrasi.
warga negara) atas negara dijalankan oleh pemerintah tersebut. Konsep demokrasi
dalam suatu negara (trias politica) yaitu kekuasaan yang diperoleh dari rakyat
didasarkan pada wahyu Allah SWT dan Sunnah Rasul mengenai tingkah laku
mukallaf (orang yang sudah dapat dibebani kewajiban) yang diakui dan yakini,
yang mengikuti bagi setiap pengikutnya.dan hal ini mengacu pada apa yang telah
dilakukan oleh Rasul untuk melaksanakannya secara total. Syariat menurut istilah
32
Ibid., h. 120.
33
Josep A. Scumpeter, Capitalis, Socialsm & Democracy, (Jakarta: Raja grafindo
Persada, 2011), h. 361.
48
dibawa oleh seorang nabi, baik yang berhubungan dengan kepercayaan (aqidah)
Syariat Islam menurut bahasa berarti jalan yang dimulai umat manusia
untuk menuju kepada Allah Ta’ala. Dan ternyata islam bukanlah hanya sebuah
Tuhannya saja. Keberadaan aturan atau sistem ketentuan Allah Swt untuk
Definisi Hukum Tata Negara Islam syariat yang berarti aturan yang
diadakan oleh Allah untuk umat-Nya yang dibawa oleh Nabi SAW, baik hukum
sesamanya.36
Hukum Tata Negara Islam bukan hanya sebuah teori saja namun adalah
yang sering kali membuat pemikiran umat Muslim yang cenderung kepada
sebagai berikut:
1) Al-Quran
Sumber hukum islam yang pertama adalah al-Quran, sebuah kitab suci
umat Muslim yang diturunkan kepada nabi terakhir, yaitu Nabi Muhamad saw
34
Eva Iryani, “Hukum Islam, Demokrasi dan Hak Asasi Manusia”, (Jurnal Ilmiah
Universitas Batanghari Jambi, Vol. 17 No. 2 Tahun 2017), h. 24.
35
Ibid., h. 27.
36
Ibid., h. 29.
49
agar tercipta masyarakat yang berakhlak mulia. Maka dari itulah, ayat-ayat al-
Sumber hukum islam yang kedua adalah hadis, yakni segala sesuatu yang
beliau. Adapun dalam hadis Nabi saw terkadang aturan-aturan yang merinci
segala aturan yang masih global dalam Alquran. Kata hadis yang mengalami
3) Ijma
Rasullulah atas sebuah perkara dalam agama. dan ijma’ yang dapat
sahabat), dan tabi’ut tabiin (setelah tabiin). Karena setelah zaman mereka para
ulama telah berpencar dan jumlahnya banyak, dan perselisihan semakin banyak,
4) Qiyas
Sumber hukum islam yang keempat setelah Al-Quran, Al-Hadis dan Ijma’
adalah Qiyas. Qiyas berarti menjelaskan sesuatu yang tidak ada dalil nashnya
dalam Al-Quran ataupun dadist dengan cara membandingkan sesuatu yang serupa
dengan suatu yang hendak diketahui hukumnya tersebut. Artinya jika suatu nash
50
telah menunjukan hukum mengenai suatu kasus dalam agama Islam dan telah
tersebut, kemudian ada kasus lainya yang sama dengan kasus yang ada nashnya
itu dalam suatu hal itu juga, maka hukum kasus tersebut disamakan dengan
Tiap sendi-sendi kehidupan manusia, ada tata aturan yang harus ditaati.
Bila berada dalam masyarakat maka hukum masyarakat harus dijunjung tinggi.
Begitu pula dengan memeluk agama islam, yaitu agama yang memiliki aturan.
Dan aturan yang pertama kali kali harus kita pahami adalah aturan Allah.37
5) Siyasah Dusturiyah
perundang-undangan negara. Dalam hal ini juga dibahas antara lain konsep-
undang), lembaga demokrasi dan syura yang merupakan pilar penting dalam
negara hukum dalam siyasah dan hubungan timbal balik antara perintah dan
6) Marsalah Mursalah
Kata maslaha mursalah adalah bentuk dari maslahah yang berasal dari
kata shalata dengan penambahan alif di awalnya yang secara arti kata berarti
“baik” lawan kata dari “buruk atau rusak” adalah mashdar dengan arti kata shalah,
37
Syamsul Anwar, Hukum perjanjian Syariah (Studi tentang Teori Akad Dalam Fqih
Muamalat), (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007), h. 3.
38
Dr. Muhamad Iqbal, Fiqh Siyasah “Kontektualisasi Doktrin Politik Islam”. (Jakarta,
Prenada media Group. 2014), h.177.
51
Maslahah mursalah juga bisa disebut dengan istishlah, yaitu apa yang
dipandang baik oleh akal, sejalan dengan tujuan syara’ dalam menetapkan
hukum, namun tidak ada petunjuk syara’ yang menolaknya. 47 Maslaha mursalah
artinya mutlak (umum), menurut istilah ulama ushul fiqh, kemaslahatan yang
oleh syar’i tidak dibuatkan hukum untuk mewujudkannya, tidak ada dalil syara’
ushul fiqh berbeda dalam memberikan istilah maslahah mursalah. Ada yang
menyebut maslahah mursalah dengan kata al-manasib al- musalah, ada pula yang
mengatakan kata al-istislah dan al-istidlal al-mursal. Meski ada perbedaan dalam
penggunaan istilah, namun tujuan yang hendak dituju itu sama, yaitu membawa
manfaat kebaikan sesuai tujuan syara’ secara umum, meskipun tidak ada dalil
39
Amir Syarifuddin, Ushul Fiqh, (Jakarta: Prenada Media Group), h. 345.
40
Rachmat Syafi’i, Ilmu Ushul Fiqih, (Jakarta: Logos, 1996), h. 121.
52
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
partisipan dengan mengajukan pertanyaan umum dan agak luas. Informasi yang
berupa kata atau teks. Dari kata-kata tersebut kemudian dianalisis, dan dari hasil
analisis tersebut ddapat berupa penggambaran atau deskripsi. Setelah itu, peneliti
B. Pendekatan Penelitian
Permasalahan dan tujuan penelitian ini terfokus pada unsur hukum, maka
penelitian hukum itu akan menerapkan pendekatan yuridis empiris. 42 Penelitian ini
hukum pada dasarnya merupakan suatu kegiatan ilmiah yang didasarkan pada
satu atau dari beberapa gejala hukum tertentu dengan cara menganalisisnya, selain
41
Conny R Semiawan, Metode Penelitian Kualitatif, (Jakarta: PT Gramedia Widia Sarana
Indonesia, 2010), h. 7.
42
Ibid., h. 17.
53
itu juga diadakan pemeriksaan yang mendalam terhadap fakta hukum tersebut
permasalahan yang timbul di dalam gejala yang ada untuk meneliti dan mengkaji
terkait dengan analisis atas kebebasan berpendapat menurut Hukum Tata Negara
dan Hukum Tata Negara Islam (Siyayah) di kalangan mahasiswa IAIN Sultan
Amai Gorontalo.
C. Lokasi Penelitian
berpendapat menurut Hukum Tata Negara dan Hukum Tata Negara Islam
D. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitan ini adalah data primer dan
1. Data Primer
Data primer pada penelitian ini bersumber pada subjek penelitian, yaitu:
2. Data Sekunder
berbagai referensi lainnya yang relevan dengan masalah yang diteliti. Data
a. Bahan hukum primer, yang menjadi bahan hukum primer dalam penelitian ini
penelitian ini adalah penelitian terdahulu yang relevan dan literatur hukum
Hukum Tata Negara dan Hukum Tata Negara Islam (Siyayah) di kalangan
3. Data Tersier
terhadap data primer dan sekunder. Pada penelitian ini data tersier yang digunakan
melakukan sesuatu dalam mencapai tujuan dengan teknik dan alat tertentu.
Metode penelitian ini berarti proses pencarian data meliputi penentuan penjelasan
1. Wawancara (Interview)
44
Cholid Narbuko, Metode Penelitian, (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), h. 1
55
sumbernya dengan mengajukan pertanyaan secara lisan untuk dijawab secara lisan
berbagai media sebagai sarana diantaranya: gawai sebagai alat rekam dan buku
2. Dokumentasi
penelitian melalui berbagai bukti outentik suatu penelitian. Gawai adalah alat
pendukung.
F. Instrumen Penelitian
dengan penelitian yang diperoleh secara langsung oleh beberapa informasi yang
yang digunakan berupa gawai yang digunakan untuk mengambil gambar dan
45
Djam’an Satori, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2013), h. 129.
56
Teknik analisis data merupakan bagian yang sangat penting dalam metode
ilmiah, karena dengan analisis data tersebut dapat diberi makna yang berguna
dalam bentuk narasi yang disusun secara sistematis dan logis serta merupakan
yang terkumpil dilakukan melalui tahap reduksi data, verifikasi data, penyajian
1. Reduksi Data
keluasan serta kedalaman wawasan yang tinggi. Dalam hal inu merangkum,
memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal pokok dari catatan tertulis
2. Verifikasi Data
apakah data tersebut telah sesuai atau tidak. Selain itu verifikasi data juga dapat
antara subjek satu dan yang lainnya, sehingga dapat ditarik kesimpulan secara
46
Ibid., h. 143.
57
proporsional.
3. Penyajian Data
4. Penarikan Kesimpulan
dari keseluruhan data yang diperoleh melalui kegiatan penelitian yang sudah
dianalisis sebelumnya.
58
BAB IV
HASIL PENELITIAN