Paper ini dibuat untuk memenuhi tugas dalam mata kuliah Tafsiran Perjanjian Lama:
Kitab Pentateukh, yang dibimbing oleh Pdt. Yamonaha Laoli, S.Th.
Disusun Oleh:
NIM: 21032013
JL. Malenggang, 21
T.A 2022/2023
Pendahuluan
Kitab Bilangan adalah kitab keempat dari kitab Musa, yang melanjutkan
sejarah tentang keluarnya bangsa Israel dari tanah Mesir. Kitab Bilangan sendiri
mencatat peristiwa-peristiwa penting yang berhubungan dengan masa
“pengembaraan di padang gurun” sebelum kematian Musa. Tujuan dari kitab
Bilangan adalah menunjukkan dan membandingkan kesetiaan Allah dengan
kesetiaan manusia dan pemberontakan orang-orang Israel. Hal ini dapat ditemukan
pada catatan Musa dalam kitab tersebut, di lihat dalam kesetiaan Allah memegang
perjanjian-Nya untuk menjadikan bangsa Israel bangsa yang besar (dilihat dari
catatan sensus), dan catatan mengenai keluhan akan hidup mereka di padang
gurun, pemberontakan mereka terhadap kepemimpinan Allah. Kemudian, bangsa
Israel menguji Allah pada setiap tingkatan bahkan pada saat Allah menyediakan apa
yang mereka butuhkan.1
Fokus pembahasan pada karya ilmiah ini adalah pemberontakan Miryam dan
Harun (12:1-16), yaitu narasi keluhan mereka terhadap otoritas kepemimpinan Musa
yang dipilih Allah, dengan alasan Musa yang melanggar aturan kehidupan
berbangsa pada waktu itu. Pernyataan menggerutu dari Miryam dan Harun
sebenarnya memang patut diberikan perhatian khusus, jika dilihat dari sudut
pandang kitab Taurat sebagai biografi Musa. Walaupun bisa dilihat secara harafiah
hanya sebuah peristiwa ketidak senanganan atau kedengkian keluarga, itu bukanlah
perspektif dari penulis. Hal ini dipandang sebagai tantangan yang kuat terhadap
peran Musa sebagai jembatan antara Allah dan Umat Tuhan. Musa bukan sekedar
nabi tetapi melalui dia Allah berfirman bahkan ditegaskan dengan pernyataan
“berhadap-hadapan” bahkan, Musa “memandang rupa TUHAN”(12:8). Hal ini
sebenarnya sudah ditunjukkan sebelumnya, misalnya di Keluaran 33:7-23, tetapi
penegasan kembali dalam Bilangan 12 dan diakhir kitab Taurat menekankan
keunikan status Musa.3
1
Andrew E. Hill, Jhon H. Walton. Survei Perjanjian Lama (Malang: Gandum Mas, 2018). 143-
144.
2
Donald Guthrie, dkk. Tafsiran Alkitab Masa Kini 1 kejadian-Ester (Jakarta: Yayasan
Komunikasi Bina Kasih/OMF, 2005). 236-237
3
Gordon J. Wenham. Menjelah Perjanjian Lama (Jakarta: Scripture Union Indonesia, 2022).
152-153.
Jadi, penulis mendapati sebuah kontras, bahwa jika dilihat dari perspektif
Miryam dan Harun juga aturan kehidupan di Timur dekat kuno, sebenarnya
merupakan sebuah pertanyaan yang wajar tentang kekhususan dan kelayakan
pelayanan Musa dengan alasan ia melanggar aturan kehidupan dengan mengambil
seorang perempuan kusy menjadi istri, namun ia tetap dipakai Tuhan bahkan secara
khusus, maka hal inilah yang dipermasalahkan oleh Miryam dan Harun. Namun jika
dilihat dari perspektif penulis kitab Bilangan, hal ini bukan masalah sepeleh sehingga
Allah mengilhamkan Musa untuk menulis bagian ini, sebab dengan keterbatasan
Musa namun Allah mau memilih dia menjadi perantara Allah dengan umat-Nya, dan
kepemimpinan Musa adalah kepemimpinan atas pilihan Allah yang tentunya sesuai
dengan kriteria Allah (12:3).
Hal ini penulis lihat berdasarkan tafsiran, dan pemberian judul perikop dalam
berbagai penerjemahan Alkitab yang setidaknya merangkum pasal ini dalam
beberapa bagian, seperti: Pemberontakan Miryam dan Harun menentang Musa,
respon Allah, dan perantaraan Musa. Sehingga pembahasan dalam karya ilmiah ini
adalah terkait dengan kekhususan panggilan Tuhan.
Penyelidikan Teks
4
Baruch A. Levine. Numbers 1-20: A New Translation With Introduction And Commentary
(Canada: Doubleday, 1993) 328.
bergabung dengan Musa oleh Yitro, ayahnya. Kemungkinan besar, Musa
telah menikahi wanita Kush selama Zipora tidak ada.
Namun, dalam beberapa tafsiran lainnya memberi pendapat bahwa
perempuan Kush itu adalah Zipora anak Yitro. Dalam hal ini penulis
berpendapat bahwa keluhan itu bisa saja ditujukan kepada Zipora, yang
adalah orang Midian anak Yitro (Kel. 2:15), sebab orang Midian dan orang
Kush saling berhubungan, seperti dalam Hab. 3:7, sebab rujukan-rujukan
tafsiran kitab ini juga menunjuk pada Midian.5
Dalam ayat 1, kata kerja yang dipakai memiliki bentuk oknum ketiga
tunggal perempuan, sehingga dapat membangun pandangan bahwa pada
awalnya hanya Miryamlah yang berbicara. Kemudian, hanya Miryamlah
yang dihukum (Ay. 10). Penulis kitab Bilangan tidak menuliskan dengan
detail peristiwa tersebut, namun secara garis besar menerangkan
kronologi peristiwa tersebut secara literal, dengan formula mendahulukan
nama Miryam yang dalam terjemahan Alkitab lain seperti BIMK Miryam
menjadi judul perikop dan tokoh utama dalam pasal ini. Bisa saja dalam
pertanyaan kedua pada ayat ke-2 barulah Harun memikirkan hal yang
sama dengan Miryam.
3. Kata “TUHAN” ( ְיהָֽוה׃Yah-weh.)
Yhvh: the proper name of the God of Israel Original Word: ְיהָֹוה
Transliteration: Yhvh; Phonetic Spelling: (yeh-ho-vaw').6 Dalam perjanjian
Lama salah satu sebutan untuk Allah adalah Yahweh (YHWH), yang
dipakai khususnya dalam penekanan perjanjian Allah dengan Israel.
Yahweh adalah nama pribadi, bukan nama noun seperti Elohim (yang
adalah salah satu predikat Allah).
4. Frasa “Lembut hatinya” (‘ ָע ָ֣ניוā-nāw)
Gambaran tentang Musa sebagai "sangat lembut" penting untuk
memahami apa yang Tuhan hargai dalam diri umat manusia. Hal ini
bukan dalam arti orang lemah yang merengek, tidak berdaya, dan tidak
berkomitmen, sebab Musa tidak melakukan hal ini. Istilah ini, dapat dilihat
dengan empat arti, yaitu poor, needy (Miskin; melarat; membutuhkan
pertologan)
Pada pasal ini penulis tidak menemukan repon apa-apa dari Musa,
namun pada ayat yang ke-3 menunjukkan penggambaran sifat Musa,
sehingga tidak ditunjukkan ada tindakan apa-apa yang dilakukan oleh
Musa terhadap kritik saudara-saudaranya, oleh karena sifat yang lembut
hatinya. Adapun Musa. Sintaks bahasa Ibrani wə-hā-’îš mō-šeh tidak
biasa, tetapi maksudnya jelas, kata Ibrani aw-nawv' tidak berarti "lemah
lembut", melainkan rendah hati di hadapan Tuhan. Ini adalah konotasi dari
‘ā-nāw dalam Zef 2:3, di mana kita membaca bahwa orang yang rendah
hati mematuhi hukum Allah yang adil. Maz. 22:27, orang yang rendah hati
adalah orang yang mencari Tuhan.7
5. Frasa “Kemah Pertemuan” (’ ֹ֣א ֶה לō-hel)
5
Donald Guthrie, dkk. Tafsiran Alkitab Masa Kini 1 kejadian-Ester). 258.
6
Bible Hub
7
Baruch A. Levine. Numbers 1-20: A New Translation With Introduction And Commentary.
329.
Kemah Pertemuan, merupakan tempat perjumpaan sementara dari
Allah dengan umat-Nya (Kel 33:7-11). Sarana 'Kemah Suci' yang berarti
tempat kudus, dapat dibawa-bawa pada masa nomadic umat Tuhan di
Timur dekat kuno, merupakan representasi Allah di tengah-tengah bangsa
Israel di padang gurun. Sarana ini masih dipakai lama sesudah bangsa
Israel memasuki tanah Kanaan. Pada zaman Hakim-hakim tempat kudus
itu ada di Silo (Yos 18:1), pada pemerintahan Saul di Nob (1 Sam 21; Mrk
2:25, 26), dan kemudian hari di Gibeon (1 Taw 16:39). Akhirnya
ditempatkan oleh Salomo di dalam Bait Suci (1 Raj 8:4). Kemah itu disebut
misykan = 'tempat tinggal' (mis Kel 26:1), 'ohel = 'tenda' atau 'kemah' (mis
Kel 33:7), kemah kesaksian `edut= ('istilah-istilah perjanjian') karena di
situlah disimpan loh-loh tempat perjanjian dituliskan; Kemah Pertemuan
(mo`ed = umat) sebagai tempat perjumpaan yg ditentukan bagi Allah dan
umat-Nya; serta rumah Yahweh (mis Kel 34:26; Yos 6:24).8
Kemah Pertemuan atau Tabernakel adalah Kemah Suci dengan
deskripsi dalam Keluaran 25-40 dirancang untuk melambangkan kehadiran
aktif Tuhan diantara umat Ibrani. Dalam kemah inilah Yahweh
mengadakan pertemuan dengan Israel, dengan Imam khusus yag
ditahbiskan untuk mewakili umat dihadapan Yahweh (bdk. Im 1:1).
Kehadiran Allah berkaitan dengan Kemah Pertemuan memulihkan kembali
sebagian persekutuan yang dekat dengan laki-laki dan perempuan, seperti
pngalaman di Taman Eden sebelum kejatuhan. (Kej. 3:8)9
6. Frasa “Menyatakan diri-Ku (’ ֶא ְת ַוָּ֔ד עeṯ-wad-dā‘,)
Bersal dari akar kata ָיַד ע: yada; Spelling: (yaw-dah'); dalam bahasa
Inggris diterjemahkan to know; shall make Myself known (God). Yang
berarti menyingkapkan atau menyatakan diri-Nya.10 Pada bagian ini
penulis melihat bahwa penulis kitab Bilangan membuat sebuah
perbandingan untuk menunjukkan suatu kekhususan dari pada jabatan
Musa sebagai wakil Umat Tuhan dihadapan Tuhan. Dapat dilihat dalam
pernyataan Allah dalam ayat 6, jika diantara mereka ada seorang nabi
Allah menyatakan diri-Nya melalui mimpi, tetapi Musa mendapatkan
previlage khusus, mendengar suara Tuhan, pesan Tuhan secara jelas
tanpa harus menafsir teka-teki, bahkan melihat rupa Tuhan. Penulis
melihat bahwa kalimat ini secara tersirat menyatakan teguran Tuhan
kepada Miryam yang memang merupakan seorang nabiah, sebab Harun
adalah juru bicara Musa dan seorang imam besar.
Para nabi dan utusan ilahi lainnya memiliki peran khusus, yang
membawa mereka ke dalam hubungan yang dekat dengan Tuhan. Jika
rekonstruksi Bil 12:6 mungkin secara tekstual, ayat ini akan mengatakan
bahwa Musa menikmati tingkat akses ke Tuhan yang bahkan lebih intim
daripada yang biasanya diasosiasikan dengan pelayan Tuhan atau
anggota keluarga Allah lainnya.11 Maka dari bagian jelas menunjukkan
8
https://alkitab.sabda.org/dictionary.php?word=Kemah+Suci#ensiklopedia_1. Diakses pada
(12/05/2023) Pukul 15.23WIB.
9
Andrew E. Hill, Jhon H. Walton. Survei Perjanjian Lama. 120.
10
Bible Hub.
11
Baruch A. Levine. Numbers 1-20: A New Translation With Introduction And Commentary. 329.
kekhususan Musa, sehingga Allah sendiri yang turun tangan secara
langsung untuk membela pilihan-Nya.
Allah berfirman bahwa pernyataan-Nya dengan Musa itu terjadi
dengan perantaraan hubungan pribadi, tapi pernyataan-Nya terhadap
orang-orang lain dengan impian dan teka-teki. Pengakuan akan
kedudukan yang khas ini harus menjauhkan Miryam dan Harun dari setiap
keluhan karena iri hati.12
7. Frasa “rupa TUHAN”
Berasal dari akar kata ( ַיִּ֑ב יyab-bîṭ;) ( ְיהָ֖ו הYah-weh). Dalam bahasa
Inggris di terjemahkan and the from of Yahweh he sees, yang
memunjukkan ia melihat, melihat dengan mata, dengan matanya Musa
melihat sang Allah. Namun, dalam terjemahan Yunani Septuaginta dan
Siria diganti dengan “kemuliaan”. Allah mempertegas pernyataan-Nya
kepada Musa pada pembukaan ayat 8 dengan frasa face to face kemudian
dengan keterangan kata ini dan juga pertanyaan yang cukup serius
kepada Miryam dan Harun.
8. Frasa “bahwa dia kena kusta” (wə-hin-nêh ְמ ֹצָֽר ַע ת׃mə-ṣō-rā-‘aṯ.)
Miryam terjangkit jenis penyakit kulit menular yang membuat orang
tidak dapat berpartisipasi dalam kegiatan komunitas seperti yang telah
diatur dalam Bilangan 5:1-4. Sudah lama ditegaskan bahwa istilah "lepra"
dalam konteks seperti itu menyesatkan. Sementara penyakit Hansen
modern mungkin merupakan bagian dari penyakit alkitabiah, mereka
bukanlah penyakit yang sama, penulis melihat dari hasil penafsiran ini
bahwa bentuk penyakit kulit yang diderita Miryam (mesōra'at. "lepra") serta
penyakit yang dialami Musa sebagai tanda dari Tuhan (Kel 4:6) mungkin
saja leucoderma atau psoriasis; dalam kedua teks kata 1 (kaššāleg,
"seputih salju") menjelaskan bentuk kelainan kulit namun ṣāra'at ("kusta")
kronis tidak pernah putih.13
9. Kata “dikucilkan” ( ִּת ָּס ֵ֞ג רtis-sā-ḡêr)
Terlepas dari aturan di Timur dekat kuno pada masa itu, Allah
memberikan penyembuhan kepada Miryam tetapi menuntut periode waktu
untuk dikucilkan dari publik. Dibangun di atas unsur-unsur budaya pada
masa itu, Tuhan mengacu pada teguran publik dan waktu yang
memalukan yang akan terjadi (ay.14). Tampaknya periode tujuh hari
adalah periode tersingkat dari rasa malu seperti itu sebelum pemulihan
dapat dicapai. Jangka waktu tujuh hari adalah waktu standar untuk
kenajisan yang disebabkan oleh menyentuh atau bersentuhan dengan
mayat (lihat 19:11, 14, 16). Hasil dari penghakiman ini adalah bahwa
Miryam, pelanggar utama terhadap saudaranya yaitu Musa, telah menjadi
pariah atau orang buangan, karena dia sekarang menderita jenis penyakit
kulit menular yang membuatnya dikeluarkan dari komunitas Israel.14
Penafsiran
Musa yang dihadapkan pada risiko hinaan dan celaan orang-orang yang
melampiaskan kekesalan mereka kepadanya, namun dia tidak menjadikan kata-kata
mereka sebagai penghinaan pribadi, seperti yang pasti akan dilakukan oleh
beberapa pemimpin. Dia hanya merasakan kekurangannya sendiri, dan seberapa
jauh dia jatuh dari tuntutan keadilan yang tinggi, namun dia merasa bahwa hal-hal
sesulit apapun dapat dikatakan dengan adil, sehingga tidak ada kecenderungan
untuk marah dan berdiri di atas martabatnya ketika pencari kesalahan mulai
berbicara. Bahkan ketika Miryam dan Harun mengatainya secara tersirat dia
tampaknya menanggungnya dalam diam. Sehingga terjadi penyisipan keterangan
pada ayat ke-3 tentang karakter Musa. Allah sungguh menghargai sikap Musa
dengan perbedaan yang jelas yang Allah buat antara mereka dan Musa. Memang
benar bahwa, seperti yang mereka klaim, Tuhan telah berbicara melalui mereka,
tetapi penulis kitab Bilangan meminta perhatian pada fakta bahwa sudah menjadi
kebiasaannya untuk berbicara kepada para nabi melalui penglihatan dan mimpi.
Tidak ada percakapan mulut ke mulut, tidak ada penampakan Tuhan. Allah dapat
menggunakan segala jenis sarana untuk berkomunikasi dengan manusia. Bahkan
tidak membutuhkan Miryam, dia bisa mengucapkan peringatan dari mulut keledai.
Tetapi Musa lebih dari seorang nabi, nabi hanyalah bagian dari mana pelayan dan
jenderal, wakil yang terlihat.18
Dalam pasal ini penyebab campur tangan Tuhan segera diberikan: "Miriam
dan Harun berbicara menentang Musa.” Allah memang mendengar; Alah memanggil
mereka keluar dari tenda untuk menangani situasi tersebut; Allah benar-benar
"turun" di awan; dan Allah berbicara. Ironi yang lebih indah bertemu pembaca di
sini. Sejalan dengan penggenapan Tuhan yang dicatat dalam 11:31-35, Tuhan di
sini memenuhi keinginan Miryam dan Harun dengan berbicara kepada mereka bukan
dalam mimpi atau penglihatan, tetapi secara langsung, seperti kepada Musa, namun
pesannya adalah penghakiman pada mereka!19
Kita dapat mengamati bahwa biasanya Tuhan lambat untuk marah dan ragu-
ragu dalam menghakimi dan menginginkan untuk mengampuni daripada
membinasakan. Tetapi persekutuan Tuhan dengan Musa begitu kuat sehingga Dia
17
Ibid. 798.
18
The Pulpit Commentary (USA: WM. B. EERMANDS PUBLISHING COMPANY Grand Rapids,
Michigan, 2001). 139-141.
19
Walter Riggans. NUMBERS (USA: The Westminster Press Philadelphia, 1983). 103.
datang secara tiba-tiba untuk memperbaiki kesalahan yang dilakukan kepada abdi-
Nya. Tuhan berbicara kepada Musa bersama dengan Harun dan Miryam
menunjukkan bahwa dia hadir ketika mereka mencaci Musa dengan tidak adil.
Ketika ketiganya datang ke Kemah Pertemuan, sesuai dengan perintah Tuhan, maka
Allah datang kepada mereka dalam tiang awan. Ungkapan ini digunakan untuk
menggambarkan pimpinan Tuhan atas umat-Nya. Ketika Tuhan muncul dari tengah
awan di depan Kemah Pertemuan, dia berbicara kepada Harun dan Miryam. Mereka
maju. Sungguh momen yang dramatis dalam sejarah keselamatan! Kemudian dia
menyuruh mereka untuk mendengarkan.20
Musa berdiri pada pijakan yang sama sekali berbeda dengan dari “nabi
Tuhan” yang lainnya, sehubungan dengan komunikasi yang dia terima dari Tuhan.
Keunggulan dari posisi Musa inilah yang memberikan kekuatan dan makna pada
pernyataan penting, kepada Musa Allah berbiacara secara jelas. Tuhan menaruh
tanda ketidaksenangan-Nya pada Miryam. Dia menanggung beban hukuman oleh
karena mengatai saudaranya sendiri najis, namun dia sendiri terkena kusta, penyakit
itu menjijikkan, dan yang menyebabkan kekotoran sehingga perlu pentahiran.
Setelah selesai, awan kehadiran Ilahi naik secara tiba-tiba seperti saat turun. Miryam
dan Harun berdiri di depan tabernakel benar-benar bingung, sampai Harun enggan
merendahkan dirinya di hadapan saudaranya, berkata: Kami telah melakukan
kebodohan, kami telah berdosa, maafkan kami, dan jangan biarkan hal yang
menyedihkan itu berlanjut. Harun kasihan pada Miriam yang malang melihat betapa
menyedihkan rupanya. Miryam disembuhkan; tetapi dia diasingkan dari perkemahan
sebagai orang najis selama seminggu, seperti yang ditentukan oleh hukum.21
Harun mengakui dosanya sendiri dan dosa saudarinya (ay. 11). Ia berbicara
dengan penuh hormat kepada Musa, yang tentangnya ia sudah berbicara dengan
meremehkan. Ia menyebut Musa sebagai tuannya, dan sekarang membuat celaan
itu berbalik ke atas dirinya sendiri. Ia berbicara sebagai orang yang malu atas apa
yang telah diucapkannya: Janganlah kiranya timpakan kepada kami dosa ini, yang
kami perbuat dalam kebodohan kami. Orang-orang yang mencerca dan berbicara
buruk tentang orang lain, terutama tentang orang baik atau orang-orang yang
berwenang, telah berdosa dan bertindak bodoh. Pertobatan adalah mencabut
kesalahan yang telah kita ucapkan.
Permohonan yang dibuat bagi Miryam (ay. 13): Musa berseru kepada
TUHAN dengan suara nyaring, sebab tiang awan, lambang kehadiran-Nya, telah
20
Frank E. Gaebelein. The Expositor’s Bible Commentary. 800.
21
The Pulpit Commentary. 141
22
Ibid. 142
berpindah dan berdiri di tempat yang agak jauh. Dan Musa berseru seperti itu untuk
mengungkapkan kesungguhannya dalam permohonan ini: “Ya Allah, sembuhkanlah
kiranya dia.” Melalui seruan ini Musa hendak memperlihatkan bahwa ia benar-benar
memaafkan Miryam dengan sepenuh hati atas penghinaan yang telah diberikan
kepadanya, bahwa ia tidak mendakwa Miryam di hadapan Allah, atau menuntut
keadilan terhadapnya. Sama sekali tidak, justru ketika Allah, dalam kepekaan
terhadap kehormatannya, telah menghajar Miryam atas sikapnya yang kurang ajar,
Musalah yang pertama tergerak untuk membatalkan penghakiman itu.23
14-15 Tanggapan Allah itu murah hati bercampur dengan ketenangan hati.
Dia memberikan penyembuhan kepada Miryam tetapi menuntut periode waktu untuk
dikucilkan publik. Dibangun di atas unsur-unsur budaya pada masa itu, Tuhan
mengacu pada teguran publik dan waktu yang memalukan yang akan terjadi (ay.14).
Tampaknya periode tujuh hari adalah periode tersingkat dari rasa malu seperti itu
sebelum pemulihan dapat dicapai. Jangka waktu tujuh hari adalah waktu standar
untuk kenajisan yang disebabkan oleh menyentuh atau bersentuhan dengan mayat
(lihat 19:11, 14, 16). Setiap pelanggaran pasti ada konsekuensi, sebab dilihat dari
kehidupan umat Tuhan yang harus menjaga kekudusan hidiup.24
Relevansi
Dari Musa, pemimpin juga belajar untuk memiliki hati yang mau mengampuni,
dan fokus kepada tanggung jawab yang Allah berikan. setiap kesalahan pasti
memiliki konsekuensi dan Allah menyatakan itu atas Miryam, namun Musa tetap
mendoakan Miryam dan memohon Tuhan menyembuhkan dia, Allah
mendengarkannya tetapi butuh sebuah proses untuk menghapuskan sebuah
kesalahan dan untuk memperoleh kesembuhan kembali, untuk itu hidup sesuai
kehendak dan ketetapan Tuhan sangat penting bagi umat Tuhan.25
Kesimpulan
Daftar Pustaka
Bible Hub.
Gaebelein, Frank E.. The Expositor’s Bible Commentary (USA: Regency Refrence
Library, 2001).
Guthrie, Donald dkk. Tafsiran Alkitab Masa Kini 1 kejadian-Ester (Jakarta: Yayasan
Komunikasi Bina Kasih/OMF, 2005).
Hill, Andrew E. Jhon H. Walton. Survei Perjanjian Lama (Malang: Gandum Mas,
2018).
https://alkitab.sabda.org/dictionary.php?word=Kemah+Suci#ensiklopedia_1. Diakses
pada (12/05/2023) Pukul 15.23WIB.
Levine, Baruch A.. Numbers 1-20: A New Translation With Introduction And
Commentary (Canada: Doubleday, 1993).
Swindoll, Charles R.. Moses: The Man Of Selfless Dedication (Bandung: Cipta Olah
Pustaka, 2022).