Catatan:
Isi materi dapat diperkaya dan ditambah dari sumber lain yang dapat
dipertanggungjawabkan.
DAFTAR MATERI
SEMESTER GANJIL
SEMESTER GENAP
1. Malu
2. Menjauhi dosa besar
3. Bekerja dan berpenghasilan
4. Kemandirian, kematangan, dan kesuksesan sosial
5. Keutamaan Berda’wah
6. Menjaga kehalalan harta
7. Istri shalihah (mar’ah shalihah)
8. Wanita-wanita (istri) di sisi Rasulullah
9. Kewajiban orang tua terhadap anak
10. Wanita dan karir
11. Manajemen keluarga
1. Hasil-Hasil Ibadah Dan Kenikmatan Ibadah
A. Tujuan
Setelah mendapatkan materi ini, maka diharapkan peserta akan mampu:
1. Memahami hakikat beribadah kepada Allah SWT
2. Mengetahui hasil-hasil ibadah
3. Berusaha meraih rasa manisnya ibadah
4. Merasakan kekhusyuan dan kenikmatan dalam beribadah
B. Rincian Bahasan
1. Hakikat Ibadah
Ibnu At-Taimiyah berkata: “Ma’na ashal dari kata ibadah adalah tunduk. Sedangkan
ibadah yang diperintahkan oleh syari’at adalah perpaduan antara ketaatan
sempurna dan kecintaan yang penuh.”
Ibnu Al-Qoyyim Al-Jauziyah bekata: “Ibadah adalah gabungan antara ketaatan yang
penuh dan cinta yang sempurna.”
Maka yang taat kepada Allah swt. tapi tidak cinta kepada-Nya maka ia belum
dikatakan beribadah.
“Katakanlah: “Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum
keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu
khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu
cintai dari Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya, Maka tunggulah
sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya. Dan Allah tidak memberi petunjuk
kepada orang-orang yang fasik.” (At-Taubah :24).
Dan yang mencintai Allah tapi tidak taat kepada-Nya, maka ia belum dikatakan
beribadah kepada Allah swt.
“Katakanlah: “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah Aku, niscaya Allah
mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu. Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang.” (Ali ‘Imran:31).
3
hamba Allah swt. khususnya amanah da’wah. Dampak positif dari ibadah adalah
sebagai berikut:
a. Meningkatnya keimanan.
Ulama ahlu as-sunnah wal jama’ah sepakat bahwa iman mengalami turun dan
naik, kuat dan lemah, pasang dan surut, menguat dengan amal salih atau
ketaatan dan menurun karena maksiat. Allah berfirman:
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut
nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat- mereka
bertawakkal. ayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya
kepada Tuhanlah.” (al-Anfal:2).
b. Semakin kuat penyerahan diri kepada Allah (Optimis).
Ketika kaum muslimin menghadapi kekuatan sekutu pada perang ahzab
keyakinan mereka akan kemenangan yang dijanjikan Allah semakin mantap
dan keimanam mereka semakin kuat.
“Dan tatkala orang-orang mukmin melihat golongan-golongan yang bersekutu
itu, mereka berkata : “Inilah yang dijanjikan Allah dan Rasul-Nya kepada kita”.
dan benarlah Allah dan Rasul-Nya. dan yang demikian itu tidaklah menambah
kepada mereka kecuali iman dan ketundukan.” (Al-Ahzab:22).
Dan ibadah yang dilandasi penyerahan diri dan ketaatan kepada Allah akan
menghasilkan banyak hal positif, sebagaimana firman Allah:
“(tidak demikian) bahkan barangsiapa yang menyerahkan diri kepada Allah,
sedang ia berbuat kebajikan, maka baginya pahala pada sisi Tuhannya dan
tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih
hati.” (Al-Baqoroh:112).
c. Ihsan dalam beribadah,
yaitu as-syu’ur bii uroqobatillah (merasa selalu diawasi Allah) sebagaimana
Rasulullah menjelaskan dalam hadits:
َّ َ َ ُ َ َ إ إ َ َ إ َ إ َ َ َ َ َ َّ َ َ َ إ
“اّلل كأنك ت َراه ف ِإن ل إم تك إن ت َراه ف ِإنه َي َراك “ َ ِاْلحسان أن تعبد
Ketika seorang muslim merasa diawasi Allah dalam beribadah, maka dia
berusaha maksimal melalukannya sesuai dengan petunjuk syari’at dan ikhlas
karena-Nya.
4
Kemudian Rasulullah saw. menjelaskannya dengan hadits,
َ َ َ َ
اّلل َصّل اّلل َعل إي ِه ال َرس َ َع إن َش َّداد إبن َأ إوس َق
َ َ َق: ال
ِ ول ِ ِ
َّ
َالذ إبح إ ََ ْ إَ َ َ َ ََ إ إ إ ََ َ َ ََْ إ َ ُ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َّ َ َ َ َ َ إ إ
شء ف ِإذا قتلتم فأح ِسنوا ال ِقتلة و ِإذا ذبحتم فأح ِسنوا إ
ب ْ ِاْلح َسان عّل كل ي وسلم قال إن اّلل كت
َ َ ْ َّ َ ِ ُ َ إ
َ َ
يحته َولي ِحد أ َحدك إم شف َرته فل ُي إح ذ ِب
Dari Syaddad bin Aus ra. berkata, bersabda Rasulullah saw.: Sesunggguhnya
Allah mewajibkan ihsan (profesional) dalam semua urusan, jika kamu
membunuh, maka bunuhlah dengan cara yang baik dan jika kamu
menyembelih, maka sembelihlah dengan cara yang baik, asah pisaunya dan
sembelihlan dengan cara yang menyenangkan binatang yang disembelih.”
(HR.Muslim)
d. Ikhbat (tunduk),
ibadah yang sebenarnya manakala dilakukan karena kesadaaran dan dorongan
hati, bukan formalitas dan rutinitas belaka.
“Dan bagi tiap-tiap umat telah Kami syariatkan penyembelihan (kurban),
supaya mereka menyebut nama Allah terhadap binatang ternak yang telah
dirizqikan Allah kepada mereka, Maka Tuhanmu ialah Tuhan yang Maha Esa,
karena itu berserah dirilah kamu kepada-Nya. dan berilah kabar gembira
kepada orang-orang yang tunduk patuh (kepada Allah).”
Tunduk dan patuh baru akan tumbuh apabila didasari pemahaman yang dalam
dan keimaanan yang kuat sebagaimana firman Allah:
“Dan agar orang-orang yang telah diberi ilmu, meyakini bahwasanya Al Quran
Itulah yang hak dari Tuhan-mu, lalu mereka beriman dan tunduk hati mereka
kepadanya dan sesungguhnya Allah adalah pemberi petunjuk bagi orang-orang
yang beriman kepada jalan yang lurus.” (al-Hajj 54).
e. Tawakkal.
Ibadah yang benar berdampak terhadap kehidupan seseorang ketika ia sedang
menghadapi tantangan hidup, terutama tantangan da’wah. Para Nabi ketika
menghadapi ponolakan da’wah kaum mereka, mereka menyerahkan semua
urusannya kepada Allah, sebagai contoh nabi Hud ‘alaihissalam.
“Sesungguhnya aku bertawakkal kepada Allah Tuhanku dan Tuhanmu. tidak
ada suatu binatang melatapun melainkan Dia-lah yang memegang ubun-
ubunnya. Sesungguhnya Tuhanku di atas jalan yang lurus.” (Hud :56).
5
“Jika mereka berpaling (dari keimanan), maka katakanlah: “Cukuplah Allah
bagiku; tidak ada Tuhan selain Dia. hanya kepada-Nya aku bertawakkal dan
Dia adalah Tuhan yang memiliki ‘Arsy yang agung.” (at-Taubah:129).
f. Mahabbah (rasa cinta).
Seorang mu’min dengan beribadah dapat merasakan cinta kepada Allah dan
Allah mencintainya.
ْ ََ إ َإ َ
ال َم إن َعادى ِ يل َو ِل ًّيا فقد آذنته ِبال َح إر ِب َ اّلل َق
َ َ اّلل َع َل إيه َو َس َل َم إ َّن
َ َ َ َ َ َع إن َأب ه َر إي َر َة َق
َ ال َق
ِ ِ اّلل صّل ِ ال َرسول َِ ي
َّ َ ََ َ إَ إ َ َّ َ َ إَ َ َ
ب ِإ ي َّل ِم َّما اف َيضت َعل إي ِه َو َما َي َزال َع إب ِدي َيتق َّرب ِإ ي َّل ِبالن َو ِاف ِل َح ََّت شء أح ي َو َما تق َّر َب ِإ ي َّل َع إب ِدي ِب
َ َ ُأ ِح َّبه فإذا أ إح َب إبته ك إنت َس إم َعه ال ِذي َي إس َمع ب ِه َو َب
َ َ َ َ ُ َ َ َ
َصه ال ِذي ي إب َِص ِب ِه َو َيده ال ِ َ يت َي إب ِطش ِب َها ِ ِ
َ
ُ َ َ َ إ َ إ َ َ إ َ َ َ َ إ َ َّ َ َ إ إ َ َ َ َ َ َّ َ َ َ َ َّ إ َ إ َ َ َإ
شء أنا ف ِاعله ت َلع ِطي َن َه َو ْل ِئ استع َاذ ِ يب َل ِعيذنه وما ترددت عن ي ش ْ ِبها و ِإن ْسأل ِ ْيي ِ ورجله ال ِ َ يت يم
َ إ َإ ُّ َ
ت َرد ِدي َع إن نفس المؤ ِمن َيك َره ال َم إوت َوأنا أك َره َم َس َاءته
Dari Abu Hurairah ra. berata, bersabda Rasulullah saw. “Sesungguhnya Allah
berfirman: “Barang siapa yang memusuhi wali (kekasih)-Ku ,maka Aku telah
mengumumkan perang padanya, dan tidaklah hamba-Ku melakukan
pendekatan diri kepada-Ku dengan sesuatu yang paling Aku cintai selain
melakukan apa yang telah Aku wajibkan padanya, dan hamba-Ku terus-
menerus melakukan pendekatan diri kepada-Ku dengan ibadah-ibadah sunnah,
sehingga Aku mencintainya, dan apabila Aku telah mencintainya maka Aku
menjadi pendengarannya yang dengannya ia mendengar, menjadi
penglihatannya yang dengannya ia melihat, dan menjadi tangan dan kakinya
yang dengannya ia bertindak. Jika ia meminta sesuatu kepada-Ku, pasti Aku
kabulkan permintaanya dan jika ia memohon perlindungan, pasti Aku lindungi
dia. Tidak ada sesuatu yang Aku gamang melalukannya selain mencabut nyawa
seorang muslim sedangakan ia tidak menyukainya.” (HR.Bukhari).
g. Roja (mengharap rahmat Allah).
Seorang mukmin dalam beramal hanya mengharapkan rahmat Allah,
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan
berjihad di jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah, dan Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang.”
h. Taubat.
“Tidak ada doa mereka selain ucapan: “Ya Tuhan Kami, ampunilah dosa-dosa
Kami dan tindakan-tindakan Kami yang berlebih-lebihan dalam urusan kami
dan tetapkanlah pendirian kami, dan tolonglah kami terhadap kaum yang
kafir.” (al-Ali ‘Imran:147).
6
i. Berdoa.
Orang yang beriman ketika beribadah, selalu meminta kepada Allah, tidak
meminta kepada selain-Nya,
“Sesungguhnya orang yang benar-benar percaya kepada ayat ayat Kami adalah
mereka yang apabila diperingatkan dengan ayat ayat itu mereka segera
bersujud seraya bertasbih dan memuji Rabbnya, dan lagi pula mereka tidaklah
sombong. Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya dan mereka selalu
berdoa kepada Rabbnya dengan penuh rasa takut dan harap, serta mereka
menafkahkan apa-apa rezki yang Kami berikan.” (as-Sajdah:15-16).
j. Khusyu’.
Orang yang beriman ketika disebut nama Allah hatinya tunduk dan khusyu’
kepada Allah.
Katakanlah: “Berimanlah kamu kepadanya atau tidak usah beriman (sama saja
bagi Allah). Sesungguhnya orang-orang yang diberi pengetahuan sebelumnya
apabila Al Quran dibacakan kepada mereka, mereka menyungkur atas muka
mereka sambil bersujud, dan mereka berkata: “Maha suci Tuhan kami,
sesungguhnya janji Tuhan kami pasti dipenuhi. Dan mereka menyungkur atas
muka mereka sambil menangis dan mereka bertambah khusyu’.” (al-isra:107-
109).
Imam Hasan Al-Banna mengatakan bahwa: “Iman yang sejati, ibadah yang sahih
dan mujahadah dalam beribadah dapat memancarkan cahaya dan menghasilkan
manisnya beribadah yang dicurahkan oleh Allah ke dalam hati hamba-Nya yang
dikehendaki-Nya.”
3. Manisnya ibadah
Orang yang beribadah kepada allah, hendaknya merasakan manisnya ibadah.
Tanda-tanda seseorang merasakan mansinya ibadah adalah sebagai berikut
1. Sangat senang beribadah atau cintakan ibadah.
2. Merindukan dan menanti-nanti waktu beribadah, yakni sangat takut
ketinggalan dan sangat sedih kalau sampai tidak mengamalkannya seperti
penikmat TAHAJJUD, berasa sedih dan sangat menyesal di siang harinya kalau
tidak dapat dirikan Tahajjud pada malam hari.
3. Mengamalkan dengan keikhlasan dan kesungguhan, pokoknya semangat habis.
4. Selalu berusaha menyempurnakan ilmu ibadahnya dengan terus
mempelajarinya agar khusyuk. Tampak sekali kemuliaan akhlaknya sebagai
buah ibadahnya seperti firman Allah dalam surah al-Ankabut ayat 45.
7
5. Hidupnya bahagia dan damai walaupun ditimpa kesusahan.
6. Selalu diiringi istighfar dan do’a di setiap kali selesai urusan ibadah supaya
dimaafkan kekurangan, kesalahan dan diterima ibadahnya.
7. Mudah menangis kerana NIKMATNYA RINDU pada ALLAH dalam ibadahnya,
sujud tersungkur menangis kerana Allah. Firman Allah dalam surah Maryam
ayat 58
8. Lembut halus hatinya, penuh belas kasih, tidak terburu-buru berganjak
meninggalkan tempat setelah selesai ibadahnya.
9. Disiplin dalam menjaga ibadah, senang berkumpul dengan orang yang senang
beribadah, dan dia juga senang untuk didakwah.
10. Allah mrmberi kecerdasan dan kemudahan menyelesaikan urusan dunianya
untuk akhiratnya.
C. Penugasan/ Diskusi
Bagaimana caranya agar tidak merasa terpaksa ketika melakukan ibadah, dan
merasakan manisnya ibadah
D. Referensi
http://ashrafirk.blogspot.com/2011/11/halawatul-ibadah-kemanisan-dalam.html\
8
2. Menjauhi Yang Haram
A. Tujuan
Peserta memahami tentang:
1. Landasan hadits tentang menjauhi yang haram
2. Urgensi Menjauhi hal yang haram
3. Makna menjauhi yang haram
4. Langkah memelihara diri dari yang haram
5. Berupaya menjauhkan diri dari hal yang haram
B. Rincian Bahasan
1. Landasan Hadits
َّ َ َ ُ َ ْ َّ
ِات ِق ال َم َحار َم تك إن أ إع َبد الناس
Peliharalah dirimu daripada perkara yang haram, nescaya kamu akan menjadi ahli
ibadat yang paling hebat (Riwayat at-Tirmizi).
Makna Hadits
Hadits ini menyeru agar setiap muslim menjaga dirinya daripada sesuatu yang
diharamkan oleh Allah Subhanahuwata‘ala apabila beliau ingin menjadi seorang
ahli ibadah yang hebat. Ini kerana salah satu sasaran terpenting daripada ibadah
kepada Allah Subhanahuwata‘ala adalah merealisasikan ketaatan mutlak kepada
Allah Subhanahuwata‘ala dengan menjalankan hal-hal yang diperintahkan-Nya dan
menjauhi hal-hal yang dilarang-Nya.
b. Mencegah daripada hal-hal yang haram adalah sasaran utama setiap ibadah
yang diperintahkan oleh Allah Subhanahuwata‘ala. Firman-Nya:
َ ۡ ٓ َ َۡ ٰ َ لص َل ٰو َة َت ۡن
ه َعن ٱلف ۡحشا ِء َوٱلمنكر َّ َو َأقم ٱ
َّ لص َل ٰو َة إ َّن ٱ
ِ ِِ
9
Dan dirikanlah solat, sesungguhnya solat itu mencegah daripada (perbuatan-
perbuatan) keji dan mungkar. (Surah Al-Ankabut: 45)
Solat lima waktu dan solat jumaat ke solat jumaat serta bulan ramadhan ke
bulan ramadhan berikutnya antaranya adalah penebus dosa-dosa kecil
diantara waktu tersebut selagi mana pelakunya menghindarkan diri daripada
dosa-dosa besar. (Riwayat Muslim)
c. Menjauhkan diri daripada perkara yang haram akan membakar semangat yang
tinggi bagi seorang hamba dalam melakukan pelbagai bentuk ibadah,
sehinggalah ia akan menjadi ahli ibadah yang paling hebat. Ini kerana hal-hal
yang haram akan melemahkan semangat untuk melakukan ibadat. Ibnu al-
Qayyim berkata:
Antara akibat buruk melakukan dosa adalah melemahkan aktiviti hati menuju
kepada Allah Subhanahuwata’ata dan akhirat. Bahkan menghalangi,
menghenti dan memutuskan hati daripada aktiviti ibadat. Dosa-dosa yang
dilakukannya tidak akan membiarkan ia melangkah untuk mendekatkan diri
kepada Allah Subhanahuwata’ala meskipun hanya satu langkah. Lebih parah
daripada itu, dosa-dosa akan menyeretnya ke belakang. (Al-Jawab al-Kafi)
َ َ َ ً َّ َ َ َّإن
وسكت عن َ
أشياء فال تنتهكوها وحر َم
َّ حدودا فال تعتدوها َ فرض فر
ائض فال تضيعوها وحد َ اّلل تعال
إ َ َ
أشياء لكم رحمة فال تبحثوا عنه
َ ُ إ َ إ َ ُ إ
أمرتك إم ِب ِه فافعلوا منه ما است َط إعتم وما. فاجت ِنبوه ما ن َه إيتك إم عنه
Apa yang aku larang atas kamu, maka tinggalkanlah dan apa yang aku
perintahkan atas kamu, maka laksanakanlah sesuai kemampuan kamu.
(Riwayat Muslim)
b. Menjauhi perkara yang syubhah.
Rasulullah Sallallahu‘alaihiwasallam bersabda:
َ َ َ
ِ فمن اتق المش َّب
لدينه َ َ ،كثي من الناس
ُ وبينهما مش َّبهات ال يعلمها، والحرام ُبئ،الحالل ُبئ
ِ استيأ هات
َ َ ُّ َ َ
أال وإن، أال وإن لكل ملك ِحىم،يواق َعه
ِ يوشك أن
ِ الحىم
ِ كراع يرىع حول: هات ِ ومن وقع يف الشب،رضه ِ وع
ِ
َ
أرضه محارمه ِ للا يف
ِ ِحىم
Sesungguhnya, perkara yang halal itu jelas dan perkara yang haram itu jelas. Di
antara keduanya ada perkara syubhah yang kebanyakan manusia tidak
mengetahui hukumnya. Barangsiapa menghindari perkara syubhah, maka ia
telah membersihkan din dan kehormatannya. Barangsiapa yang jatuh ke dalam
perkara syubhah, maka ia telah jatuh ke dalam perkara yang haram. Seperti
pengembala kambing mengembala kambing di sekitar pagar larangan (milik
orang), dikhuatiri kambingnya akan masuk ke dalamnya. Ketahuilah bahawa
setiap raja memiliki kawasan larangan (undang-undang), ketahuilah bahawa
kawasan larangan Allah adalah apa yang diharamkan-Nya. (Riwayat al-
Bukhari)[5]
c. Menjauhkan diri daripada perkara yang dikhuatiri akan menyeretnya kepada
sesuatu yang haram. Rasulullah Sallallahu‘alaihiwasallam bersabda:
َ َ َّ َ َ حت َّيت ََ ق َ َ التقوى أن َّيت
َّ
وحت َييك ما يرى أنه حالل خشية أن َيكون
ََّ ذرة
َّ قيه من مثقال
ِ
ََّ ، اّلل العبد
ي تمام
َ بينه َ ً
وبئ الحر ِام
ُ حر ًاما حجابا
Kesempurnaan taqwa adalah seorang hamba itu takutkan Allah walaupun
dalam sekecil-kecil perkara sebesar zarah bahkan dia meninggalkan perkara
yang halal kerana takut jatuh kepada yang haram bagi mendinding dirinya
daripada perkara yang haram (Riwayat Ibn Rejab).
11
a. Memahami Ilmu tentang halal dan haram
Tanpa ilmu, seseorang sudah pasti akan mudah terjerumus ke dalam hal yang
haram.
b. Tadzkiyatun-nafs
Pengetahuan tentang halal dan haram sahaja tidak mencukupi untuk
mendorong seseorang agar meninggalkan hal yang haram. Seringkali manusia
kalah di hadapan nafsunya, sehingga dia melakukan perkara haram walaupun
mengetahui bahawa sesuatu hal itu haram. Maka dia memerlukan pembersihan
hati daripada sifat-sifat madzmumah (tercela).
c. Penegakan hukum
Pengetahuan dan kebersihan hati kadang-kadang belum cukup untuk
mencegah seseorang daripada melakukan hal yang haram. Di sana perlu ada
hakim-hakim yang tegas terhadap orang yang melakukan perkara haram, di
mana dengan hukuman itu boleh menakutkannya sehingga ia tidak ingin
melakukan perkara yang haram.
d. Amar ma’ruf nahi mungkar
Apabila seseorang mengajak orang lain melakukan kebaikan dan menjauhi
keburukan, maka ini akan membantunya untuk membuang perasaan ingin
melakukan hal yang haram.
e. Berdoa Kepada Allah Subhanahuwata‘ala
Perkara yang sangat penting ialah berdoa kepada Allah Subhanahuwata‘ala
supaya Dia membantu dan memberi perlindungan daripada godaan syaitan dan
nafsu, serta membersihkan jiwa dan meningkatkan taqwa.
C. Penugasan
Mencatat kebiasaan tidak baik apa saja yang masih dilakukan dan upaya apa yang
akan dilakukan untuk menghilangkannya.
D. Referensi
Syarah Lengkap Arba’in Tarbawiyah, Fakhruddin Nursyam, Lc.
12
3. Infaq dan shodaqoh
A. Tujuan
Setelah mendapatkan materi ini maka peserta akan:
1. Memahami definisi infaql dan shodaqoh
2. Menyumbang sebagian hartanya untuk amal Islami
3. Memahami bahwa berinfaq adalah salah satu amal ibadah maliyah
4. Meyakin fadhilah/ keutamaan infaq dan shadaqah
5. Menyebutkan tiga dalil dari Al Qur’an ataupun Hadits tentang anjuran
bershadaqah
6. Termotivasi untuk senantiasa bershadaqah baik dalam keadaan lapang maupun
sempit
B. Rincian Bahasan
1. Definisi infaq dan shodaqoh
Menurut bahasa, infak berasal dari kata anfaqa yang berarti “mengeluarkan
harta untuk kepentingan sesuatu”. Menurut syariat, infak adalah mengeluarkan
sebagian harta sesuai yang diperintahkan.
Shodaqoh (sedekah) berasal dari kata “shadaqa” yang berarti benar. Orang
yang suka bersedekah adalah orang yang benar pengakuan imannya. Sedekah yaitu
pemberian dari seseorang muslim sucara sukarela tanpa dibatasi oleh waktu dan
jumlah tertentu, sesuatu pemberian yang dilakukan oleh seseorang sebagai
kebajikan yang mengharap ridha Allah SWT dan pahala semata.
Menurut terminologi syariat, pengertian sedekah sama dengan pengertian
infaq, termasuk juga hukum dan ketentuan-ketentuannya. Hanya saja, jika infaq
berkaitan dengan materi, sedangkan sedekah memiliki arti lebih luas, menyangkut
hal yang bersifat non materiil.
"Jika tidak mampu bersedekah dengan harta maka membaca tasbih,
membaca takbir, tahmid, tahlil, berhubungan suami istri, dan melakukan kegiatan
amar ma'ruf nahi munkar adalah sedekah".(HR. Muslim)
shodaqah adalah keseluruhan amal kebaikan yang dilakukan setiap muslim untuk
menciptakan kesejahteraan sesama umat manusia, termasuk untuk kelestarian
lingkungan hidup dan alam
semesta ciptaan Ilahi guna memperoleh hidayah dan ridha dari Allah SWT
Hadits:
Dari Annas RA, bahwa Nabi SAW bersabda: “Sesungguhnya shadaqah itu
memadamkan kemarahan Tuhan dan menolak Su‟ul Khotimah.” (At.Tirmidzi).
Dari Abu Dzar, Rasulullah bersabda : "Jika tidak mampu bersedekah dengan
harta maka membaca tasbih, membaca takbir, tahmid, tahlil, berhubungan
suami istri, dan melakukan kegiatan amar ma'ruf nahi munkar adalah
sedekah".(HR. Muslim).
Berdasarkan hadits ini maka bisa dimaknai bahwa shodaqah adalah
keseluruhan amal kebaikan yang dilakukan setiap muslim untuk menciptakan
kesejahteraan sesama umat manusia, termasuk untuk kelestarian lingkungan
hidup dan alam semesta ciptaan Ilahi guna memperoleh hidayah dan ridha dari
Allah SWT.
4. Jenis Infaq
Secara garis besar, infak terdiri dari dua jenis, yaitu wajib dan sunat.
Infak Wajib terdiri atas zakat dan nazar,yang bentuk dan jumlah pemberiannya
telah ditentukan. Nazar adalah sumpah atau janji untuk melakukan sesuatu
dimasa yang akan datang. Menurut Qardhawi, nadzar itu adalah sesuatu yang
makruh, namun demikian apabila telah diucapkan maka harus dipenuhi
sepanjang hal itu untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Misal seseorang
yang bernazar jika saya lulus ujian maka saya akan memberikan Rp 500.000
kepada fakir miskin makai a wajib melaksanakan nazarnya seperti yang telah dia
ucapkan. Jika hal tersebut tidak dilakukan maka dia akan terkena
denda/kafarat.
Infak sunah : Infak yang dilakukan seorang muslim untuk mencari rida Allah,bisa
dilakukan dengan berbagai cara dan bentuk. Misalnya memberi makanan bagi
orang terkena bencana.
16
d. “Sedekah itu dapat menghapus dosa sebagaimana air itu memadamkan
api.“(HR. At-Tirmidzi)
a. Realisasi Kepedulian Sosial
e. Jika sholat berfungsi sebagai pembina kekhusuan terhadap Allah,maka infak
dan shodaqoh berfungsi sebagai pembina kelembutan hati seseorang terhadap
sesama.
a. Sarana Untuk Meraih Pertolongan Sosial
f. Allah SWT hanya akan memberikan pertolongan kepada hambaNya,manakala
hambanya mematuhi ajaraNya dan diantara ajaran Allah yang harus ditaati
adalah menunaikan zis.
a. Ungkapan Rasa syukur Kepada Allah
g. Menunaikan zis merupakan ungkapan syukur atas nikmat yanag diberikan
Allah kepada kita
C. Penugasan
Membiasakan berinfak di pagi hari
D. Referensi
17
4. Pernikahan dalam Islam Tujuan
A. Tujuan
Setelah mendapatkan materi ini, peserta diharapkan mampu:
1. Memahami pengertian pernikahan
2. Memahami fungsi pernikahan dalam islam
3. Memahami syarat pernikahan dalam islam
4. Memahami rukun pernikahan dalam islam
5. Merencanakan pernikahan mengikuti syariat agama islam
B. Rincian Bahasan
1. Pengertian
Menurut KBBI, nikah adalah perjanjian perkawinan antara laki-laki dan
perempuan sesuai dengan ketentuan hukum dan ajaran agama. Secara istilah,
pernikahan adalah akad yang menghalalkan pergaulan antara laki-laki dan
perempuan yang bukan mahramnya. Menurut imam yang empat, pernikahan
adalah suatu proses akad perkawinan yang memiliki tujuan untuk mendapatkan
pengakuan dan mengubah hubungan seksual antara laki-laki dan perempuan yang
tadinya haram menjadi hubungan seksual yang halal.
Menurut Abdurrahman Al-Jaziri, perkawinan adalah sebuah perjanjian suci
yang dilakukan antara laki-laki dan seorang perempuan dengan tujuan untuk
membentuk keluarga bahagia. Perjanjian suci pernikahan dapat dinyatakan ke
dalam bentuk ijab dan qabul. Ijab dan qabul yang merupakan bentuk dari perjanjian
pernikahan ini harus dinyatakan oleh satu majelis, baik itu berasal dari langsung
dari pihak yang melangsungkan pernikahan (calon suami atau calon istri) atau
dapat diwalikan.
18
b. Mengetahui Wali Akad Nikah Bagi Perempuan
Wali akad dalam proses pernikahan ini harus ada karena jika berarti pernikahan
menjadi tidak sah. Dalam agama Islam, untuk memilih wali sudah ada
aturannya, sehingga tidak boleh sembarangan memilih wali akad nikah. Ayah
kandung adalah wali nikah utama bagi mempelai perempuan. Jika, ayah
kandung dari perempuan sudah meninggal dunia, maka calon pengantin
perempuan dapat diwalikan oleh kakek, saudara laki-laki seayah seibu, , paman,
dan seterusnya yang sesuai dengan urutan nasab. Wali akad nikah tidak boleh
seoang perempuan dan harus seorang laki-laki. Hal ini sesuai dengan hadist:
Dari Abu Hurairah ia berkata, bersabda Rasulullah SAW bahwa perempuan
tidak boleh menikahkan (menjadi wali) terhadap perempuan dan tidak boleh
menikahkan dirinya.” (HR. ad-Daruqutni dan Ibnu Majah).
Apabila dari keturunan nasab tidak ada yang bisa menjadi wali, maka bisa
digantikan dengan wali hakim sebagai syarat sah pernikahan.
c. Bukan Mahram
Pernikahan akan dinyatakan tidak sah, jika kedua mempelai merupakan
mahram. Dengan kata lain, pernikahan dapat dilakukan dengan bukan mahram.
Dalam hal ini, bukan mahram merupakan tanda bahwa pernikahan dapat
dilakukan karena tidak ada penghalangya.
Selain itu, bagi calon mempelai harus mencari jejak dari pasangannya, apakah
semasa kecil diberikan oleh ASI dari ibu yang sama atau tidak. Jika, diberikan
oleh ASI dari ibu yang sama maka hal itu termasuk ke dalam mahram, sehingga
pernikahan tidak bisa dilakukan.
d. Sedang Tidak Melakukan Ibadah Haji atau Ihram
Para ulama melarang jika sedang melaksanakan ibadah haji atau ihram untuk
melakukan pernikahan. Para ulama menyatakan hal ini berdasarkan seorang
ulama bermazhab Syafi’I yang terkandung di dalam kitab Fathul Qarib al-Mujib.
Di dalam kitab itu disebut bahwa salah satu larangan haji adalah tidak boleh
melaksanakan akad nikah atau wali dalam pernikahan:
“Kedelapan (dari sepuluh perkara yang dilarang ketika ihram) yaitu akad nikah.
Akad nikah diharamkan bagi orang yang sedang ihram, bagi dirinya maupun
bagi orang lain (menjadi wali).”
Selain itu, pernikahan tidak boleh dilakukan saat sedang melaksanakan haji juga
terdapat di hadist Bukhari:
Rasulullah bersabda bahwa seorang yang sedang ber-ihram tidak boleh
menikahkan, tidak boleh dinikahkan, dan tidak boleh mengkhitbah.
19
e. Bukan Karena Paksaan
Terjadinya pernikahan harus didasari atas dasar cinta bukan atas dasar paksaan.
Apabila pernikahan terjadi karena adanya paksaan, maka pernikahan itu bisa
saja dinyatakan tidak sah. Dengan kata lain, suatu proses pernikahan harus
berdasarkan keinginan dari calon pengantin laki-laki atau calon pengantin
perempuan.
20
dan selamat kepada pasangan pengantin; Keempat, untuk mengumumkan kepada
khalayak banyak bahwa pasangan sudah menjadi suami isteri yang sah, dan;
Kelima, merupakan kesempatan untuk para tamu untuk saling kenal-mengenal dan
mempererat silaturrahmi.
Tuntunan resepsi pernikahan dalam islam:
1. Niat yang lurus
2. Mengundang orang sholeh, tidak membedakan kaya dan miskin
3. Tidak berlebih-lebihan
4. Tidak melanggar sunah dan kaidah islam secara umum
Tidak campur baur antara laki-laki dan perempuan, menutup aurat, hanya
menyajikan makanan dan minuman yang halal, aktivitas makan dan minum
mengikuti sunah rasul (tidak makan sambal berdiri)
D. Penugasan/ Diskusi
Bagaiamana pendapat Anda mengenai:
1. Pernikahan antara musim dengan nonmuslim
2. Pernikahan sejenis
E. Referensi
1. Bingkisan Istimewa Menuju Keluarga Sakinah, Penulis Yazid bin Abdul Qadir
Jawas, Penerbit Pustaka At-Taqwa Bogor – Jawa Barat, Cet Ke II Dzul Qa’dah
1427H/Desember 2006]
21