Anda di halaman 1dari 8

KULIAH KE DUA

ETIK BISNIS DAN TANGGGUNGJAWAB SOSIAL PERUSAHAAN 1

Etika merupakan aturan dan atau pedoman tentang kepatutan dan keadilan, baik dan buruk serta
benar dan salahnya sesuatu. Sehingga diketahui mana yang salah, dan yang disalahkan. Mana
yang benar, mana yang dibenarkan dan mana yang sebenarnya…

Sumber etika yang sesungguhnya adalah hati Nurani dan nilai-nilai keimanan. Apabila keduanya
lemah, maka logika akan diperbudak oleh nafsu dan kepentingan.

“Ketika bagian keuangan tidak membayar gaji si fulan selama 3 bulan, kemudian si pegawai itu
mengambil jalan pintas untuk mengambil gajinya yang belum terbayarkan itu dengan cara mencuri
laptop kepunyaan kantor yang harganya sebesar gaji yang belum dibayar”

Benarkah tindakan si fulan itu? Baikah perbuatanya?

Silakan tanya pada logikanya…mungkin menurut logika, masuk akal.

Tanya pada hati Nurani…mungkin jawabanya, “salah” lho

Tanya pada iman, mungkin jawabanya, Dpsa” lho.

Ketika anak dan istrinya sakit, haruskah suami mencuri? Atau haruskah ia merengek dan
berbohong?

Jawabanya akan tergantung pada kekuatan jiwa seseorang. Kalua yang kuatnya logika, maka ia
akan bicara kebenaran fakta. Bila yang kuatnya iman, maka akan dikendalikan oleh perasaan dosa,
dan bila yang kuatnya hati Nurani, maka ia akan diatur oleh etika hidupnya.

Doug Wallace dan John Pekel2 menjelaskan bahwa etika mencakup aturan-aturan dasar/
fundamental yang dengan aturan itu manusia menjalankan tugas hidupnya.

1 Dedi Mulyasana
2 Grup Fulcrum yang berbasis di Kota Kembar; 651-714-9033; e-mail di jonpekel@atti.com

1
Dengan etika hidup yang benar, manusia bekerja atas dasar aturan yang melekat dalam hati
Nurani. Dalam hidup bermasyarakat, ada beberapa penganut aliran tentang kebenaran dan
kebaikan. Ada yang menggunakan pendekatan emic, yaitu suatu pendekatan yang melihat
sesuatu dari sudut pandang budaya. Dan ada pula yang menggunakan pendekatan etik, yaitu
suatu pendekatan yang melihat sesuatu dari sudut pandang keilmuan. Tentu tidak akan ada titik
temu antar kelompok aliran.

Bahkan dalam aliran kehidupan ada tiga pandangan besar tentang fondasi etik. Pertama aliran
rasionalis. Kedua aliran conscienis yakni suatu aliran yang mengukur baik dan buruknya sesuatu
atau benar salahnya sesuatu bersumber dari hati nurani. Ketika aliran faithisme yakni suatu aliran
tentang benar dan salahnya sesuatu diukur dari sudut pandang keimanan.
Contoh, seorang ayah yang sudah renta, menggunakan uang milik anaknya tanpa sepengetahuan
anaknya.
Bagaimana menurut aliran rasionalis?
Menurut aliran conscienis?
Bagaimana pula menurut aliran faithisme?

pandangan lain, etika hidup ada yang berbasis logika dimana segala sesuatu dianggap benar
apabila masuk akal. Ada pula etika yang berbasis hati Nurani, dimana suatu dianggap benar apabila
tidak bertentangan dengan hati Nurani.

Untuk melakukan kajian tersebut, maka dilakukan (berdasarkan sudut pandang budaya) dan
pendekatan etic (berdasarkan pendekatan keilmuan) manakah dari keduanya yang benar (relative
objektif).masalah pendekatan emic dan etic sendiri telah menjadi perdebatan baik di bidang
manajemen,ilmu pemerintahan dan bahkan penelitian sosial.singkatnya masalah utama dari kedua
pendekatan ini dapat diringkas dalam sebuah pertanyaan singkat "manakah yang lebih baik,menilai
dengan penilaian pribadi atau pendapat orang lain
Malem ini ane membawakan masalah?

Filsuf telah membahas etika setidaknya selama 2500 tahun, sejak zaman Socrates dan Plato.
Banyak ahli etika menganggap keyakinan etis yang muncul sebagai masalah hukum "mutakhir",
yaitu, apa yang menjadi pedoman etika saat ini sering diterjemahkan ke dalam undang-undang,
peraturan, atau aturan besok. Nilai-nilai yang memandu bagaimana kita harus berperilaku

2
dianggap nilai-nilai moral, misalnya, nilai-nilai seperti rasa hormat, kejujuran, keadilan, tanggung
jawab, dll. Pernyataan tentang bagaimana nilai-nilai ini diterapkan terkadang disebut prinsip moral
atau etika.

Etika Bisnis

Etika bisnis merupakan aturan tentang benar salah tentang suatu pekerjaan di tempat
kerja. Perhatian terhadap etika di tempat kerja membuat para pemimpin dan staf peka terhadap
bagaimana mereka harus bertindak secara baik dan benar. Hal ini diperlukan sebagai pedoman
untuk mengendalikan usaha atau pekerjaan baik saat suasana kerja normal, terlebih ketika kondisi
kerja dalam keadaan tidak normal. Usaha atau pekerjaan harus tetap berpijak pada nilai-nilai
kebaikan, kebenaran, kejujuran dan keadilan.

Mungkin yang paling penting, perhatian terhadap etika di tempat kerja membantu
memastikan bahwa ketika para pemimpin dan manajer berjuang di saat krisis dan kebingungan,
mereka mempertahankan pedoman moral yang kuat. Namun demikian, perhatian terhadap etika
bisnis juga memberikan banyak manfaat lain (manfaat ini akan dijelaskan nanti dalam dokumen
ini)

Konsep ini memiliki arti yang berbeda-beda bagi berbagai orang, tetapi umumnya untuk
mengetahui apa yang benar atau salah di tempat kerja dan melakukan apa yang benar - ini terkait
dengan efek produk / layanan dan dalam hubungan dengan pemangku kepentingan. Wallace dan
Pekel menjelaskan bahwa perhatian terhadap etika bisnis sangat penting selama masa perubahan
fundamental - saat-saat seperti yang dihadapi sekarang oleh bisnis, baik nirlaba maupun laba. Pada
saat terjadi perubahan mendasar, nilai-nilai yang sebelumnya dianggap biasa sekarang
dipertanyakan dengan kuat. Banyak dari nilai-nilai ini tidak lagi diikuti. Akibatnya, tidak ada
pedoman moral yang jelas untuk membimbing para pemimpin melalui dilema kompleks tentang
apa yang benar atau salah.

3
Tanggungjwab Sosial Perusahaan (Corporate Social Responsibility3)

Menurut Goyder, CSR adalah ekspresi dari tujuan perusahaan dan nilai-nilai dalam seluruh
hubungan yang telah dibangun oleh seluruh perusahaan. Nilai-nilai yang ada diartikan berbeda
dengan norma yang ada dalam perusahaan. Wujud abstrak dari nilai perusahaan dijadikan acuan
dalam memahami dan menginterpretasikan lingkungan sosial perusahaan. Sedangkan wujud
kongkrit dari hasil interpretasi tersebut dalam bentuk tindakan-tindakan dan aktivitas perusahaan
dalam kenyataan objektif yang berhubungan dengan masing-masing stakeholder.

Menurut Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas Definisi CSR
Pasal 1 angka 3 adalah Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan adalah komitmen Perseroan untuk
berperan serta dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan
dan lingkungan yang bermanfaat, baik bagi Perseroan sendiri, komunitas setempat, maupun
masyarakat pada umumnya

Tanggung jawab sosial perusahaan merupakan konsep tentang nilai dan standar yang
dilakukan yang berkaitan dengan operasional perusahaan. Dalam pelaksanaannya menimbulkan
suatu pertanyaan, yaitu bagaimana perusahaan besar berusaha untuk memenuhi kebutuhan modal
dari para pemegang saham sementara dipihak lain dalam waktu yang bersamaan perusahaan
tersebut harus meningkatkan kontribusinya kepada masyarakat secara umum.

Menurut World Business Council For Sustainable Development (WBCSD) in fox. et.al
(2002) mengungkapkan definisi Corporate Social Resposibility atau tanggung jawab sosial
perusahaan adalah komitmen bisnis untuk berkontribusi dalam pembangunan ekonomi
berkelanjutan, bekerja dengan karyawan perusahaan, kekeluarga karyawan tersebut, berikut
komunitas-komunitas setempat (lokal) dan masyarakat secara keseluruhan, dalam rangka
meningkatkan kualitas kehidupan. peningkatan kualitas kehidupan memiliki arti adanya
kemampuan manusia sebagai individu anggota masyarakat untuk dapat menanggapi keadaan
sosial yang ada dan dapat menikmati serta memanfaatkan lingkungan hidup termasuk perubahan-
perubahan yang ada sekaligus memeliharanya. CSR merupakan proses penting dalam pengaturan

3 https://bangazul.com/definisi-tanggungjawab-sosial-atau-corporate-social-responsibility/

4
biaya yang dikeluarkan dan keuntungan kegiatan bisnis dari stakeholders baik secara internal
maupun eksternal.

Terobosan besar dalam kontek CSR ini dilakukan oleh John Elkington melalui konsep “3P”
(Profit, people, and planet) yang dituangkan dalam bukunya “Cannibals with Forks, the Triple
Bottom Line of Twentieth Century Business” yang dirilis pada tahun 1997. la berpendapat bahwa
jika perusahaan ingin sustain, maka ia perlu memperhatikan 3P, yakni bukan cuma profit yang
diburu. Namun, juga harus memberikan kontribusi positif kepada masyarakat (people), dan ikut
aktif dalam menjaga lingkungan (planet).

Ketiga komponen tidaklah stabil, melainkan dinamis tergantung kondisi dan tekanan
sosial, politik, ekonomi dan lingkungan, serta kemungkinan konflik kepentingan. 3P digunakan
sebagai kerangka atau formula untuk mengukur dan melaporkan kinerja mencakup parameter-
parameter ekonomi, sosial dan lingkungan dengan memperhatikan kebutuhan stakeholders serta
shareholders guna meminimalkan kerusakan pada manusia dan lingkungan dari aktivitas
(Wibisono, 2007)

Kotler dan Lee (2005) dalam Solihin (2009) merumuskan CSR sebagai kegiatan yang
merupakan komitmen perusahaan secara sukarela untuk turut meningkatkan kesejahteraan
komunitas dan bukan merupakan aktivitas bisnis yang diwajibkan oleh hukum dan perundang-
undangan semata, seperti kewajiban untuk membayar pajak atau kepatuhan perusahaan terhadap
undang-undang ketenagakerjaan. Konsep CSR ini ada sebagai upaya mewujudkan pembangunan
yang berkelanjutan. Pembangunan berkelanjutan yang diharapkan ialah pembangunan pemenuhan
kebutuhan manusia saat ini tanpa mengorbankan kemampuan generasi mendatang dalam
memenuhi kebutuhannya.

Sementara Schermerhorn (1993) secara singkat mendefinisikan CSR sebagai kewajiban


dari suatu perusahaan untuk bertindak dalam cara-cara yang sesuai dengan kepentingan
perusahaan tersebut dan kepentingan masyarakat secara luas The International Organization of
Employers (IOE) mendefinisikan CSR sebagai “initiatives by companies voluntarily integrating
social and environmental concerns in their business operations and in their interaction with their
stakeholders”. Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa pertama, CSR merupakan tindakan

5
perusahaan yang bersifat sukarela dan melampaui kewajiban hukum terhadap peraturan
perundang-undangan Negara. Kedua, definisi tersebut memandang CSR sebagai aspek inti dari
aktifitas bisnis di suatu perusahaan dan melihatnya sebagai suatu alat untuk terlibat dengan para
pemangku kepentingan.

Definisi menurut The World Business Council for Sustainable Development yaitu bahwa
CSR merupakan suatu komitmen terus-menerus dari pelaku bisnis untuk berlaku etis dan untuk
memberikan kontribusi bagi perkembangan ekonomi sambil meningkatkan kualitas hidup
parapekerja dan keluarganya, juga bagi komunitas lokal dan masyarakat pada umumnya

Pada dasarnya CSR merupakan suatu bentuk tanggung jawab sosial yang berkembang
sebagai wujud dari sebuah good corporate governence. Pada sisi ini, CSR dilihat sebagai aplikasi
dari keberadaan korporat sebagai salah satu elemen sosial yang merupakan bagian dari etika bisnis.
Dalam hal ini, pelaksanaan CSR mengacu pada konsep yang lebih luas dan global. Corporate
social Responsibility/Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (TJSP) merupakan suatu komitmen
perusahaan untuk membangun kualitas kehidupan yang lebih baik bersama dengan para pihak
yang terkait, utamanya masyarakat disekelilingnya dan lingkungan sosial dimana perusahaan
tersebut berada, yang dilakukan terpadu dengan kegiatan usahanya secara berkelanjutan
(Budimanta, 2002).

Porter dan Kremer berpendapat bahwa CSR dapat lebih dari sekedar biaya, hambatan atau
pembuatan amal, CSR dapat menjadi sumber peluang, inovasi dan keunggulan kompetitif. Lebih
lanjut, porter dan kremer mengungkapkan bahwa, ketika dilihat secara strategik, CSR dapat
menjadi sumber kemajuan sosial yang sangat hebat, seperti layaknya bisnis yang mengaplikasikan
sumber daya-sumber daya, ahli dan pengetahuan yang pantas dipertimbangkan pada aktifitas-
aktivitas yang bermanfaat bagi masyarakat. Oleh karena itu, saat ini seharusnya perusahaan
menginvestasikan program CSR yang berkelanjutan sebagai bagian dari strategi bisnis serta
mengeksploitasinya dengan benar agar menjadi lebih unggul.

6
Untuk mengkaji tanggungjwab social perusahaan, biasanya diawali oleh beberapa pertanyaan,
antara lain:

a. Apakah perusahaan punya tanggung jawab moral dan sosial ?

b. Kalau ada, manakah lingkup tanggung jawab itu ?

c. Apakah, terkait dengan tanggung jawab sosial perusahaan itu, perusahaan perlu terlibat
dalam kegiatan sosial yang berguna bagi masyarakat atau tidak ?

d. Bagaimana tanggung jawab sosial perusahaan itu dapat dioperasionalkan dalam suatu
perusahaan ?

Dibawah ini dijelaskan beberapa hal yang terkait dengan jawaban pertanyaan tersebut:

1. Syarata tanggungjawab social


a. Tindakan itu dijalankan oleh pribadi yang rasional
b. Bebas dari tekanan, ancaman, paksaan atau apapun namanya
c. Orang yang melakukan tindakan tertentu memang mau melakukan tindakan itu

2. Status Perusahaan:
Terdapat dua pandangan (Richard T. De George, Business Ethics, hlm.153), yaitu:
• Legal-creator, perusahaan sepenuhnya ciptaan hukum, karena itu ada hanya berdasarkan
hukum
• Legal-recognition, suatu usaha bebas dan produktif
• Tanggung jawab sosial perusahaan hanya dinilai dan diukur berdasarkan sejauh mana
perusahaan itu berhasil mendatangkan keuntungan sebesar-besarnya (Milton
Friedman,The Social Responsibilities of Business to Increase Its Profits, New York Times
Magazine,13-09-1970)
• Anggapan bahwa perusahaan tidak punya tanggung jawab moral sama saja dengan
mengatakan bahwa kegiatan perusahaan bukanlah kegiatan yang dijalankan oleh manusia
• Tanggung jawab moral perusahaan dijalankan oleh staf manajemen
• Tanggung jawab legal tidak dapat dipisahkan dari tanggung jawab moral

7
• Sesungguhnya, pada tingkat operasional bukan hanya staf manajemen yang memikul
tanggung jawab sosial dan moral perusahaan ini, melainkan seluruh karyawan….
3. Lingkup Tanggungjawab Sosial
a. Keterlibatan perusahaan dalam kegiatan sosial yang berguna bagi kepentingan
masyarakat luas
b. Keuntungan ekonomis
c.
4. Arugmen yang menentang perlunya keterlibatan tanggung social perusahaan
a. Tujuan utama Bisnis adalah Mengejar Keuntungan Sebesar-besarnya
b. Tujuan yang terbagi-bagi dan Harapan yang membingungkan
c. Biaya Keterlibatan Sosial
d. Kurangnya Tenaga Terampil di Bidang Kegiatan Sosial

5. Argumen yang mendukung perlunya keterlibatan tanggungjawab social:


a. Kebutuhan dan Harapan Masyarakat yang Semakin Berubah
b. Terbatasnya Sumber Daya Alam
c. Lingkungan Sosial yang Lebih Baik
d. Perimbangan Tanggung Jawab dan Kekuasaan
e. Bisnis Mempunyai Sumber Daya yang Berguna
f. Keuntungan Jangka Panjang

6. Implementasi Tanggungjawab Sosial Perusahaan


a. Prinsip utama dalam suatu organisasi profesional, termasuk perusahaan, adalah bahwa
struktur mengikuti strategi
b. Artinya, struktur suatu organisasi didasarkan ditentukan oleh strategi dari organisasi
atau perusahaan itu
c. Strategi yang diwujudkan melalui struktur organisasi demi mencapai tujuan dan misi
perusahaan perlu dievaluasi secara periodik, salah satu bentuk evaluasi yang mencakup
nilai-nilai dan tanggung jawab sosial perusahaan adalah Audit Sosial

Anda mungkin juga menyukai