3). Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang tidak diimbangi dengan
kesadaran dan tindakan yang tepat dapat memiliki implikasi negatif terhadap
sumber daya alam dan kualitas lingkungan. Beberapa implikasi tersebut meliputi:
1. Eksploitasi berlebihan sumber daya alam: Kemajuan teknologi dalam industri
pertambangan, perikanan, dan pertanian dapat meningkatkan kemampuan manusia
untuk mengakses dan mengambil sumber daya alam secara besar-besaran. Namun,
jika tidak ada pengelolaan yang baik, ini dapat mengakibatkan eksploitasi
berlebihan yang berpotensi merusak ekosistem dan menghabiskan sumber daya
alam secara tidak berkelanjutan. Contoh kasusnya adalah eksploitasi minyak bumi
yang berlebihan di beberapa negara, mengakibatkan penurunan stok minyak yang
tidak dapat diperbaharui dan kerusakan lingkungan seperti tumpahan minyak.
2. Pencemaran lingkungan: Kemajuan teknologi dalam industri manufaktur,
transportasi, dan energi dapat menghasilkan polusi udara, air, dan tanah yang
merusak lingkungan. Misalnya, penggunaan bahan bakar fosil dalam industri dan
transportasi menghasilkan emisi gas rumah kaca dan polutan udara lainnya.
Efeknya adalah peningkatan pemanasan global, perubahan iklim, dan kualitas
udara yang buruk. Contoh kasusnya adalah polusi udara di kota-kota besar seperti
Beijing, China, yang disebabkan oleh emisi industri dan kendaraan bermotor.
3. Kerusakan ekosistem: Perkembangan teknologi juga dapat mengancam
keberlanjutan ekosistem alami. Misalnya, pembukaan hutan untuk perluasan
pemukiman atau perkebunan dapat menghancurkan habitat flora dan fauna yang
penting dan menyebabkan kehilangan keanekaragaman hayati. Contoh kasusnya
adalah deforestasi di Amazon, di mana penebangan hutan yang tidak terkendali
untuk perkebunan kelapa sawit dan peternakan sapi menyebabkan hilangnya
habitat yang penting bagi spesies-spesies unik dan mengancam kelangsungan
hidup suku-suku pribumi yang bergantung pada hutan tersebut.
4. Perubahan iklim: Kemajuan teknologi yang menghasilkan peningkatan emisi gas
rumah kaca dari aktivitas manusia, seperti pembakaran bahan bakar fosil,
berkontribusi pada perubahan iklim global. Perubahan iklim ini memiliki implikasi
serius, termasuk peningkatan suhu global, cuaca ekstrem, peningkatan permukaan
air laut, dan gangguan pada ekosistem alami. Contoh kasusnya adalah pencairan es
di Kutub Utara yang disebabkan oleh peningkatan suhu global, mengancam habitat
hewan seperti beruang kutub dan mengakibatkan kenaikan permukaan air laut yang
mengancam pulau-pulau kecil.
Penting untuk mengembangkan teknologi yang berkelanjutan dan mengadopsi
praktik yang ramah lingkungan untuk meminimalkan implikasi negatif terhadap
sumber daya alam dan kualitas lingkungan.
Ada tiga jenis interaksi sosial dalam masyarakat, yakni interaksi sosial antara
individu dengan individu, individu dengan kelompok, dan kelompok dengan
kelompok.
- Interaksi individu dengan individu dapat bersifat positif maupun negatif. Contoh
interaksi sosial positif adalah kegiatan ibu membantu anaknya belajar. Kemudian,
contoh negatif adalah peperangan atau perkelahian antara dua kelompok atau
negara.
- Interaksi individu dengan kelompok terjadi ketika seorang pelatih sepak bola
menerangkan strategi bertanding dengan para pemainnya. Nantinya, para pemain
akan sesekali bertanya, dan mengajukan usulan.
- Interaksi kelompok dengan kelompok, misalnya persatuan pemuda dari berbagai
daerah bertemu untuk membahas acara kongres pemuda nasional. Semua
kelompok akan mengajukan saran acara yang ingin ditampilkan.
Contoh interaksi sosial di sekolah adalah kerja sama antar anggota tim sepak bola
dalam sebuah pertandingan (hubungan kerja sama). Selain itu, contoh lainnya
adalah debat antara calon presiden dalam memperebutkan kursi presiden
(hubungan konflik), maupun tawar-menawar antara pembeli dan penjual di pasar
(hubungan informal).
5). Tanggapan saya atas permasalahan yang disampaikan pada soal adalah TIDAK
MENYETUJUI SEPENUHNYA gagasan yang disampaikan di mana
disampaikan bahwa semua informasi yang ditayangkan di media sosial
berpedoman pada UU Penyiaran. Pernyataan ini KELIRU dan bisa memicu
tumpang tindih kewenangan antarlembaga negara. Komisi Penyiaran
Indonesia, berdasarkan UU Penyiaran, hanya diberi wewenang mengawasi
informasi yang ditayangkan lewat frekuensi publik sehingga jelas kewenangannya
hanya terbatas pada televisi dan radio. Adapun untuk media sosial dan semua
media berbasis internet lainnya, diawasi bukan oleh KPI melainkan oleh
Kementrian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) dan juga Badan Siber dan
Sandi Negara (BSSN).